Fungsi, Wewenang dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia

44 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Fungsi, Wewenang dan Kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia

Eksistensi KPI adalah bagian dari wujud peran serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun mewakili kepentingan masyarakat UU Penyiaran, pasal 8 ayat 1. Legitimasi politik bagi posisi KPI dalam kehidupan kenegaraan berikutnya secara tegas diatur oleh UU Penyiaran sebagai lembaga negara independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran UU Penyiaran, pasal 7 ayat 2. Secara konseptual posisi ini mendudukkan KPI sebagai lembaga kuasi negara atau dalam istilah lain juga biasa dikenal dengan auxilarry state institution. Dalam rangka menjalankan fungsinya KPI memiliki kewenangan otoritas menyusun dan mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran, pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi. Dalam melakukan semua ini, KPI berkoordinasi dengan pemerintah dan lembaga negara lainnya, karena spektrum pengaturannya yang saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan yudisial dan yustisial karena terjadinya pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan sebagai tindak pidana. Selain itu, KPI juga berhubungan dengan masyarakat dalam menampung dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada umumnya bahwa 45 kemerdekaan masyarakat menyatakan pendapat, menyampaikan, dan memperoleh informasi, bersumber dari kedaulatan rakyat dan merupakan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis. Dengan demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam penyiaran harus dijamin oleh negara. KPI mempunyai tugas dan kewajiban: 1. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia 2. ikut membantu dalam pengaturan infrastruktur bidang penyiaran 3. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran dan industri terikat 4. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata dan seimbang 5. menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran dan 6. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas dibidang penyiaran. Pelanggaran yang dilakukan oleh infotainment Silet juga sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku dalam P3SPS mengenai Peliputan Bencana Alam: Pasal: 34 Dalam meliput dan atau menyiarkan program yang melibatkan pihak- pihak yang terkena musibah, lembaga penyiaran wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1 melakukan peliputan subyek yang tertimpa musibah harus mempertimbangkan proses pemulihan korban dan keluarganya 46 2 tidak menambah penderitaan ataupun trauma orang dan atau keluarga yang berada pada kondisi gawat darurat, korban kecelakaan atau korban kejahatan, atau orang yang sedang berduka dengan cara memaksa, menekan, mengintimidasi korban dan atau keluarganya untuk diwawancarai dan atau diambil gambarnya dan atau 3 menyiarkan gambar korban dan atau orang yang sedang dalam kondisi menderita hanya dalam konteks yang dapat mendukung tayangan Pengamatan secara umum infotainment Silet jika disandarkan melalui Pedoman Perilaku Penyiaran yang tertera dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran tentu program tersebut sangat keluar dari pedoman perilaku penyiaran, disebutkan dalam Pasal 48 ayat 4. Pengamatan secara khusus infotainment Silet, dalam kasusnya KPI mendapatkan aduan-aduan dari masyarakat bencana Merapi dan warga Yogyakarata akibata penyiaran yang dinilai berlebihan. Hal ini di tegaskan dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran. Pasal 50: 1 KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran. 2 KPI wajib menerima aduan dari setiap orang atau kelompok yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran. 3 KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 huruf e. 4 KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab. 47 5 KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga Penyiaran yang terikat.

B. Infotainment sebagai berita faktual yang dipertanyakan nilai beritanya

Dokumen yang terkait

Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di Rcti

2 21 135

PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI BER

0 6 10

WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)

0 6 139

MODEL SISTEM LOGISTIK BENCANA BERBASIS SCM BERDASARKAN KASUS ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010 MODEL SISTEM LOGISTIK BENCANA BERBASIS SCM BERDASARKAN KASUS ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010.

0 2 12

BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI Adversity Quotient Pada Guru Paud Daerah Rawan Bencana Lereng Gunung Merapi.

0 2 12

RAWAN BENCANA LERENG GUNUNG MERAPI Adversity Quotient Pada Guru Paud Daerah Rawan Bencana Lereng Gunung Merapi.

0 3 15

ASPEK HUKUM SURAT TEGURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT TERHADAP PENAYANGAN PROGRAM KUIS KEBANGSAAN OLEH RCTI YANG MENGANDUNG UNSUR KAMPANYE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG.

0 0 1

MEMORANDUM HUKUM KEPADA PT. RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA (RCTI) TERHADAP SANKSI YANG DIKELUARKAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT (KPIP) BERUPA PENGHENTIAN PENAYANGAN SEMENTARA DAN PERMOHONAN MAA.

0 0 2

Opini Penonton Surabaya Terhadap Program Infotainment “Silet” di RCTI (Studi Deskriptif Opini Penonton Surabaya Terhadap Program Infotainment “Silet” di RCTI) SKRIPSI

0 0 127

Pengaruh pengalaman anak terhadap pengetahuannya : studi kasus tentang pengetahuan anak mengenai Gunung Merapi berkaitan dengan peristiwa meletusnya Gunung Merapi pada bulan Oktober dan November 2010 di Yogyakarta - USD Repository

0 1 207