27
isu sebagai gossip. Fakta privat dikemas secara terangterangan sehingga merupakan pembeberan rahasia pribadi.
Kriteria berita non faktual bisa dilihat dari persyaratan berita, biasanya tidak memenuhi unsur-unsur berita. Seperti yang sudah
dijelaskan, berita bisa disebut fakta jika memenuhi 5W + 1H jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka berita tersebut dinamakan berita non
faktual. Dalam jurnalistik yang disebut berita harus mengandung nilai news value atau news worthy. Berita bisa disebut mempunyai nilai al.
jika mengutamakan fakta, mengedepankan kebenaran, menghargai harkat dan martabat manusia, membela yang diabaikan, seimbang, dan lain-lain.
Jika sudah memenuhi unsur-unsur layak berita dan kelengkapan berita maka berita tersebut bisa menjadi agent of change.
19
F. Pengertian Infotainment
Infotainment, kata infotainment berasal dari dua kata yaitu
information dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment bukanlah berita hiburan. Infotainment adalah berita yang menyajikan
informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat celebrity, dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri
hiburan seperti pemain film sinetron, penyanyi dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment. Infotainment adalah salah
satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Program berita reguler terkadang menampilkan berita mengenai
19
http:www.scribd.comdoc34518749Menyoal-Nilai-Beita-Infotainment Akses 14 Desember 2010
28
kehidupan selebritis yang biasanya disajikan pada segmen akhir suatu program berita. Namun dewasa ini infotainment disajikan dalam program berita sendiri
yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai kehidupan selebritis.
20
Mimetisme Infotainment Etika Komunikasinya
Mimetisme dalam buku Haryatmoko tentang etika komunikasi adalah “Gairah yang tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya seperti
sangat urgen, bergegas untuk meliput kejadian, karena media lain menganggapnya penting.
4
Ikut-ikutan semacam ini pada akhirnya akan sampai pada keyakinan bahwa semakin banyak media memberitakan akan suatu hal
secara kolektif maka dianggap hal itu penting. Sementara media membiarkan diri untuk selalu membangkitkan keingintahuan pemirsanya dengan
menawarkan untuk memberikan informasi secara lebih. Infotainment merupakan salah satu dari sekian banyak program di
televisi yang mengundang perdebatan. Namun demikian program ini masih semarak di stasiun-stasiun televisi hingga saat ini. Program televisi yang satu
ini menggabungkan konsep informasi dengan entertainment informasi dan hiburan dalam konsep acaranya. Program infotainment termasuk jenis
program yang berkembang dengan cepat dan dari aspek biaya produksi, acara ini relatif termasuk yang termudah dan termurah. Program ini tidak terlalu
membutuhkan polesan dalam penyampaiannya. Tidak terlalu membutuhkan banyak property atau kecanggihan teknologi tertentu dalam pembuatannya.
20
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Jakarta,h. 27
4
Haryatmoko, Etika Komunikasi, Yogyakarta, Kanisius, 2007, h. 22
29
Karena konsepnya yang sangat natural, dengan asumsi semakin polos cara penyampaiannya maka akan semakin dahsyat efek komunikasinya.
Beberapa infotainment cenderung mengetengahkan gaya bahasa presenternya yang cukup bombastis dan provokatif, meski dengan penguasaan
bahasanya yang pas-pasan. Penampilan yang seronok dan dandanan pakaian yang kurang sopan dalam tayangan infotainment kerap dianggap membuat
risih dilihat dari tataran etika atau dianggap dapat meracuni publik. Kehadiran infotainment di televisi sedang mendapat gugatan dari
berbagai kalangan, mulai dari masyarakat awam, tokoh masyarakat, LSM, dan bahkan dari kalangan jurnalistik itu sendiri. Ada yang mempertanyakan
keabsahannya sebagai kegiatan jurnlistik, dan ada pula yang mempersoalkan konten tayangan yang dianggapnya telah kebablasan.
Pengertian infotainment tersebut adalah: Infotainment berasal dari dua kata yaitu information dan entertainment yang dianggap sebagai informasi
yang berisi kabar, kabar burung tidak ada pada faktanya, dan kabar angin tidak jelas sumbernya seputar dunia hiburan. Kabar seputar dunia hiburan ini
dianggap sebagai informasi yang kemudian dikaitkan dengan berita. Memang, stasiun televisi menyiarkan berita dalam berbagai bentuk, seperti berita
langsung hard news, reportase, dan lain sebagainya. Sehingga ada kesan infotainment juga sebagai berita.
Bandingkan dengan
informasi dalam
infotainment lebih
mengutamakan fakta privat yang tidak terkait dengan kepentingan publik. Informasinya lebih menonjolkan kabar burung dan kabar angin maka
30
informasi yang ada di infotainment tidak mempunyai nilai sebagai berita jurnalistik.
Kabar dalam infotainment dirancang agar memenuhi kritetia berita jurnalistik yaitu dilengkapi dengan 5W + 1H, dengan check dan recheck serta
cover both side yang lebih mirip sebagai klarifikasi. Akan tetapi meski informasi atau fakta sudah memenuhi 5W + 1H itu baru sebatas berita.
Sedangkan informasi atau fakta yang dikemas sebagai berita jurnalistik selain ada 5W + 1H harus mengandung unsur-unsur layak berita.
Fakta privat bisa menjadi berita jurnalistik jika dibawa ke ranah publik atau terkait dengan masalah publik dan hukum. Misalnya, informasi seputar
video porno mirip artis sudah menjadi fakta publik karena menyangkut pelanggaran hukum. Maka, tidak ada alasan untuk menyalahkan media
massa dalam pemberitaan video mesum itu selama berpijak pada fakta publik penyidikan polisi, fakta empiris data, dan fakta opini. Pendapat yang
relevan dari berbagai kalangan.
22
Belakangan Komisi Penyiaran Indonesia KPI menyebut infotainment sebagai berita nonfaktual. Ini membingungkan karena informasi yang dimekas
infotainment juga fakta. Semua kabar yang disiarkan infotainment adalah fakta. Persoalannya adalah infotainment menyasar fakta privat. Padahal,
jurnalistik mengedepankan fakta publik dan fakta empiris. Rencana menyensor materi inforainment oleh lembaga atau badan
semacam LSF Lembaga Sensor Film tidak akan berguna karena sensor yang dijalankan lebih condong ke arah materi yang terkait dengan adegan seks.
22
http:www.unisba.ac.idindex.phpenArtikelqinfotainmentq.aspx Akses
23 Desember 2010
31
Sedangkan yang dipersoalkan dalam tayangan infotainment adalah masalah pribadi yang dijadikan sebagai materi dalam cengkeraman gossip.
Dikalangan pertelevisian internasional juga dikenal infotainment sebagai pembeberan fakta seputar film dan musik beserta orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Bisa juga berupa resensi film atau musik. Yang ditampilkan adalah kabar tentang film dan tokoh yang terkait dengan film
tersebut. Sudah saatnya kita mengubah paradigma dalam menghadapi siaran
televisi dengan mendorong masyarakat untuk memilih acara televisi melalui pendidikan media. Masyarakat didorong agar bisa memilih siaran televisi
dengan muatan asas manfaat.
23
Oleh karena itu kecepatan memperoleh berita belum cukup untuk menjamin posisi keberlangsungan suatu media. Agar tidak ditinggal oleh
konsumen, maka media harus selalu mampu merpertegas kekhasannya dan memberi presentasi yang menarik. Tuntan ini menyeret masuk kecendrungan
menampilkan yang spektakuler dan sensasional. Penampilan seperti itu isinya biasanya cendrung superfisial. Karena ingin menyentuh banyak orang dan
tidak merugikan, maka dicari yang menyenangkan semua, lalu yang ditampilkan mirip dengan acara serba-serbi.
24
Jika demikian apa yang telah di sampaikan dalam buku Dr. Haryatmoko seperti itu, maka infotainment bisa dikategorikan sebagai
kepentingan komersial memperoleh kepentingan semata, bukanlah kepentingan nilai berita dan objektifitas berita
23
http:www.swarakita manado.comindex.phpberitaberita-utama14671-menyoal-nilai- berita-infotainment.html.
Sumber: Harian “Swara Kita”, Manado. Akses 27 Desember 2010
24
Haryatmoko, Etika Komunikasi Yogyakarta, PT. Kanisius, 2007, h. 10.
32
G. Kode Etik Jurnalistik