Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
tengah masyarakat. Seperti Ibnu Hazm, yang mengemukakan konsep jaminan sosial bagi orang tak mampu. Menurut pandangannya, “Orang-orang kaya dari penduduk
setiap negeri wajib menanggung kehidupan orang-orang fakir miskin di antara mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta
kaum muslimin bait al-mal tidak cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu harus diberi makanan dari bahan makanan semestinya, pakian untuk musim dingin
dan panas yang layak, dan tempat tinggal yang dapat melindungi mereka dari hujan, panas matahari, dan pandangan orang-orang yang berlalu lalang”.
4
Selain Ibnu Hazm, ada juga ekonom muslim yang bernama Ibnu Taimiyah. Seperti halnya para pemikir
Islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. Menurut Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan tidak
tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi sejumlah kewajibannya dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban sebuah Negara untuk
membantu rakyatnya guna mencapai kondisi financial yang lebih baik. Ini berarti Negara harus bisa menghilangkan kemiskinan yang melanda rakyatnya.
5
Hingga saat ini, pemikiran-pemikiran yang di kemukakan oleh para ekonom muslim banyak dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ekonomi di Negara
tertentu. Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila di mana seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan harus mengacu dan sesuai dengan pancasila yang lebih
4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.141.
5 Ibid.h.179-180.
cenderung kearah sosialis. Sejarah perekonomian Indonesia bisa dikatakan mulai berjalan secara normal pada akhir tahun 60an dan terus berkembang hingga terjadi
krisis pada tahun 1997. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 semakin
membenamkan masyarakat kita ke dalam jurang kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan namun hingga kini
sepertinya belum menunjukan hasilnya, jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin makin terasa, kesejahteraan tidak merata, kekayaan hanya bertumpu
pada segelintir orang saja, padahal kita tahu bahwa tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata, baik secara
materi maupun spiritual berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, selain itu pembangunan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan,
kecerdasan dan taraf hidup seluruh rakyat. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut telah banyak usaha yang dilakukan
pemerintah, baik peningkatan kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha. Namun, kenyataannya usaha yang dilakukan pemerintah belum tampak pengaruhnya
dalam peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengusaha kecil. Padahal usaha mikro, kecil dan menengah merupakan bagian fital dalam dunia usaha nasional yang
mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada
khususnya.
Usaha kecil yang merupakan titik tolak ekonomi dalam kancah perekonomian nasional, masih belum mampu mengembangkan kemampuan dan peranannya secara
optimal. Hal ini disebabkan karena usaha kecil masih menghadapi hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal, dalam bidang
produksi, pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, teknologi serta iklim usaha yang kurang mendukung bagi perkembangannya. Adapun kendala yang
dominan yang dihadapi pengusaha mikro, kecil dan menengah adalah permodalan, karena memang bagi pengusaha kecil sangat sulit memperoleh akses terhadap sumber
daya modal. Lebih-lebih dalam keadaan pasar yang kompetitif, golongan ini semakin sulit bersaing dengan golongan yang lebih kuat.
Di Indonesia lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana untuk membantu permodalan secara formal adalah bank. Hanya saja bank belum mampu menyentuh
semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pinjaman dari bank memerlukan persyaratan agunanjaminan, proses yang cukup lama dan suku
bunga pinjaman yang relatif tinggi. Selain lembaga keuangan bank, terdapat pula lembaga keuangan non bank seperti asuransi, baitul maal watamwil, dan koperasi
yang mengelola dana masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyatnya mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mendorong para pengusaha mikro, kecil dan menengah untuk dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan mereka. Di samping itu, memang sudah merupakan
tugas pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan dan kekayaan yang dimiliki oleh negara, agar harta dan kekayaan itu dapat dinikmati oleh seluruh rakyat dan
tidak berputar pada segelintir orang saja. Konsep ini juga banyak dijumpai dalam Al- Qur’an antara lain untuk menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh
masyarakat. Konsep tersebut antara lain: 1 manfaat sumber-sumber alam harus dapat dinikmati oleh semua mahluk Allah Q.s. 6:3, 2 kehidupan fakir miskin harus
diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya Q.s. 51:19, 3 kekayan tidak boleh dinikmati dan berputar di antara orang kaya saja Q.s. 104:2
6
. Sangat jelas terlihat bahwa salah satu tugas pemerintah yang tidak kalah penting
adalah dalam hal pendistribusian kekayaan dan pendapatan. Dalam mengeluarkan kebijakan, pemerintah menunjuk instansi-instansi yang
terkait dengan kebijakan tersebut, salah satunya adalah kebijakan dana bergulir departemen keuangan yang akan disalurkan kepada koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah, melalui lembaga yang didirikan oleh KEMENTRIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I, yaitu LEMBAGA
PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH LPDB-KUMKM.
Atas dasar itu, penulis selaku mahasiswa jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, ingin menulis skripsi mengenai pemberdayaan
ekonomi rakyat dengan judul ” Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan
6 Daud Ali Mohammad. System Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,Jakarta: UI-press,1988. h. 16
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”.