Kesimpulan Diskusi KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai diskusi, kesimpulan, dan saran dari hasil penelitian

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis menggunakan perhitungan Pearson Correlation yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Ho1 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara trait neuroticism dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. Dengan nilai signifikansi 0.359 0.05. 2. Ho2 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara trait extraversion dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. Nilai signifikansi 0.315 0.05. 3. Ho3 ditolak yaitu tidak ada hubungan antara trait agreebleness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan karena dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan antara trait agreebleness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan . Taraf signifikansi 0,007 0.01. Tanda positif menyatakan bahwa semakin tinggi skor trait agreebleness maka semakin tinggi kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. 4. Ho4 ditolak yaitu tidak terdapat hubungan yang positif antara trait openess dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan karena dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan antara trait openess dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. Dengan nilai signifikansi 0,003 0.01. Tanda positif menyatakan bahwa semakin tinggi skor trait openess maka semakin tinggi kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. 5. Menerima Ha5 yaitu terdapat hubungan yang positif antara trait conscientiousness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan dengan nilai 0.001 0.01. Tanda positif menyatakan bahwa semakin tinggi skor trait conscientiousness maka semakin tinggi kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara trait neuroticism dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, kedua hal tersebut sesuai dengan apa yang di temukan oleh penelitian sebelumnya oleh Widiger 2001 dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa trait neuroticism tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif kemudian penelitian berikutnya oleh Jonathan Shedler dan Drew Westen juga tidak menemukan hubungan tersebut. Sementara jika kita lihat pada teori yang ada ciri-ciri yang ada pada trait neuroticism, individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Salah satu ciri kepribadian tersebut yaitu kecemasan berhubungan dengan beberapa gejala yang ada pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif, yaitu terfokus pada aturan dan detail kemudian perfeksionis. Jika aturan yang telah ia buat tidak sesuai dengan rencana yang berjalan maka akan membuatnya merasa cemas, begitupun dengan pekerjaan yang dilakukannya jika tidak sesuai dengan kriteria yang ia inginkan maka ia akan merasa cemas. hasil dari penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Hal ini mungkin karena hanya ada satu ciri dari trait neuroticism yang berhubungan dengan kencenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, keseluruhan ciri trait yang lainnya tidak berhubungan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Sehingga tidak mewakili trait neuroticism secara keseluruhan. Sama halnya dengan trait neuroticism, dalam penelitian ini pun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara trait extraversion dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Pada penelitian sebelumnya oleh Thomas Widiger 2001 Ia menemukan salah satu facet dalam trait extraversion yaitu assertif memiliki hubungan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif akan tetapi hanya karena satu facet saja yang berhubungan dengan gangguan kepribadian tersebut sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa trait extraversion berhubungan secara signifikan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, hal ini disebabkan satu facet tersebut tidak dapat mewakili facet-facet lain yang terdapat dalam trait extraversion. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Jonathan Shedler dan Drew Westen 2004 yang mengukur dimensi patologis kepribadian dengan menggunakan five factor model, dalam penelitian tersebut tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara trait extraversion dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Selanjutnya hasil dari penelitian ini menemukan bahwa trait agreebleness memiliki hubungan yang signifikan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, sedangkan dalam hipotesis yang dirumuskan peneliti berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Thomas Widiger 2004 mengenai Five Factor model untuk mengukur gangguan kepribadian, bertolak belakang dengan hasil penelitian ini, penelitian sebelumnya tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara trait agreebleness dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Akan tetapi penelitian yang dilakukakan oleh Brian P.O’connor dan Jamie A.Dice 2001 menemukan adanya hubungan yang positif kuat antara trait agreebleness dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan hal tersebut mendukung hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Keduanya memiliki hasil yang sama mungkin dikarenakan penelitian oleh Brian P.O’connor dan Jamie A.Dice tersebut menggunakan alat ukur yang sama dengan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu IPIP NEO oleh Goldberg 1992 selain itu sampel populasi yang di gunakan pun sama-sama pada orang normal bukan pada orang yang memiliki gangguan psikiatrik. Kemudian hasil penelitian trait openess ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan positif dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dimana hasil ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya oleh Thomas Widiger 2001 yang tidak menemukan adanya hubungan antara trait openess dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan dalam pengukuran yang dilakukan oleh peneliti dan Thomas Widiger menggunakan skala Big-Five yang berbeda. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena Penelitian sebelumnya menggunakan skala NEO PI-R yang dapat mengukur facet-facet dalam setiap dimensi dengan lebih mendetail sedangkan skala IPIP NEO yang digunakan oleh peneliti hanya mampu mengukur satu dimensi kepribadian secara keseluruhan tanpa diketahui hubungan tiap facet. Kemudian item-item pada skala IPIP NEO yang digunakan merupakan hasil terjemahan mungkin ada item-item kalimat yang tidak sesuai dengan kebudayaan di indonesia sehingga menghasilkan interpretasi yang berbeda dan hasil yang berbeda. Alasan peneliti menggunakan skala IPIP NEO dibandingkan dengan NEO PI-R adalah karena peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara tiap dimensi trait big five secara global dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Kemudian peneliti juga ingin melihat apakah antara alat ukur IPIP NEO dengan NEO PI-R memiliki hasil yang sama berbeda untuk melihat hubungan kecenderungan obsesif kompulsif tersebut sedangkan kedua alat ukur tersebut mengukur hal yang sama yaitu trait big five. Kemudian perbedaan hasil tersebut bisa dikarenakan pada penelitian ini sampel yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian sebelumnya oleh Widiger 2001 dilakukan pada sampel pasien psikiatrik gangguan kepribadian sementara pada penelitian ini dilakukan pada populasi normal dengan sampel yaitu karyawan. Selain itu social desirability juga bisa menyebabkan terjadinya perbedaan hasil tersebut, reponden tidak menampilkan dirinya yang sebenarnya dengan mengisi skala yang diberikan peneliti sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat bukan yang sesuai dengan pribadinya. Jika pada pasien psikiatrik mungkin mereka lebih jujur untuk mengisi skala yang diberikan padanya sementara pada responden yang normal sulit untuk jujur terhadap diri mereka karena mereka masih berusaha menutup-nutupinya dengan mencoba menjawab mengikuti norma yang baik di masyarakat sehingga tidak menampilkan diri mereka sebenarnya. Trait conscientiousness dalam penelitian ini didapatkan hubungan yang positif signifikan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif hal ini sesuai dengan apa yang dirumuskan peneliti sebelumnya berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Thomas Widiger 2001 yang menemukan bahwa skor conscientiousness yang tinggi berhubungan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Ciri ciri yang terdapat dalam trait conscientiousness seperti menunjukkan pada kesukaannya untuk bekerja secara ekstrim, perfeksionis, dan kontrol terhadap tingkah laku yang berlebihan sangat sesuai dengan gejala yang terdapat pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Saran Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis dan saran praktis. 5.2.1 Saran Teoritis 1. Untuk penelitian selanjutnya peneliti lebih memperhatikan dan memeriksa kalimat-kalimat item dari skala bigfive IPIP NEO oleh Goldberg yang merupakan hasil terjemahan sehingga lebih disesuaikan dengan budaya yang ada di indonesia. Untuk hasil yang lebih mendetail untuk mengetahui bagaimana hubungan setiap facet-facet dalam dimensi big five peneliti disarankan untuk menggunakan alat ukur Big Five, NEO PI-R yang dibuat oleh Costa dan McCrae 1992. Dengan alat ukur tersebut akan lebih jelas mengukur hubungan tiap facet yang merupakan ciri-cirikarakteristik dalam dimensi tersebut. 2. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi kepribadian, psikologi industri dan organisasi serta psikologi klinis dapat memperbanyak dan mengembangkan penelitian mengenai tipe- tipe kepribadian dan gangguan kepribadian karena penelitian tersebut belum cukup banyak di indonesia kemudian untuk lebih mengetahui tipikal kepribadian masyarakat indonesia khususnya karyawan dan untuk mengetahui seberapa besar prevelensi kecenderungan terjadinya gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada populasi normal terutama karyawan karena berdasarkan artikel kesehatan yang ditulis oleh Abidin 2008 dikatakan bahwa kebanyakan penderita gangguan obsesif kompulsif salah satunya berasal dari karyawan. 5.2.2 Saran Praktis 1. Untuk para karyawan yang memiliki skor tinggi pada trait agreebleness, openess dan conscientiousness lebih berhati-hati agar tidak mengalami kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dengan cara memperhatikan, mengarahkan atau mengontrol trait yang ia miliki kearah yang positif bukan ke arah penyimpangan yang ekstrim bahkan maladaptif seperti misalnya perfeksionis, ambisius dan workaholic pada conscientiousness kemudian mudah mengikuti orang lain pada trait agreebleness dan fokus yang berlebihan pada trait openess. 2. Penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas tidak hanya di PT.Indopoly Swakarsa Industry, tapi dilakukan di perusahaan-perusahaan lainnya yang lebih besar dan mengambil sampel dengan jumlah yang lebih banyak agar hasilnya lebih beragam serta untuk melihat apakah ada kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan diperusahaan- perusahaan besar lain. DAFTAR PUSTAKA Alloy, Lauren B; John H Riskind Margaret J Manos. 2005. Abnormal psychology current perspective: 9th edition . New York: McGraw Hill American Psychiatric Association. 2002. DSM-IV-TR. Washington :APA Barlow Durand. 2002. Abnormal psychology: 3rd edition. Canada: Wadsworth Group Butcher, James N ; Susan Mineka Jill M Hooley. 2008. Abnormal psychology: core concepts. USA: Pearson Education, Inc Cozby,Paul C. 2009. methods is behavioral research 10 th edition . Americas new york: . Mc graw hill higher education Costa Jr, Paul T Thomas A Widiger. 2002. Personality disorders and the five factor model of personality: second edition . Washington: APA Davidson, Gerald C; John M Neale Ann M Kring. 2006. Psikologi abnormal edisi ke-9 . Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada Engler, Barbara. 2009. Personality theories. USA: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company Friedman, Howard S Miriam W Schustack. 2008. Kepribadian: Teori klasik dan riset modern edisi ketiga jilid 1 . Jakarta: Erlangga Halgin, Richard P Susan K Whitbourne. 2007. Abnormal psychology 5th edition: Clinical perspective on psychological disorders . New York: McGraw Hill Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima . Jakarta : Erlangga Kaplan, HI ; BJ. Sadock, JA Grebb. 1997. Sinopsis psikiatri: jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Nolen-Hoeksema, Susan. 2007. Abnormal psychology: 4th edition. New York: Mc.Graw Hill Pervin, Lawrance A; Daniel Cervone Oliver P John. 2005. Personality: Theory and research . USA: John Wiley Sons, Inc Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi kepribadian. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada Jurnal : O’Connor, Brian P., Dyce, Jamie A. 2001. Rigid and Extreme: A Geometric Representation of Personality Disorders in Five-Factor Model Space. Journal of Personality and Social Psychology , 81 6, 1119-1130. Lynam. Donald R Widiger, Thomas A. 2001. Using the Five-Factor Model to Represent the DSM-IV Personality Disorders: An Expert Consensus Approach. Journal of Abnormal Psychology , 110 3,401-412. Shedler, Jonathan Ph.D Westen,Drew Ph.D. 2004. Dimensions of Personality Pathology: An Alternative to the Five-Factor Model. American Journal Psychiatry , 161:1743–1754. Internet : Abidin. 2008. gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Diambil pada 14 OKtober 2009, dari http:abidinblog.blogspot.comkesehatan Dr Joe Kiff. 2007. Obsessive-compulsive personality disorder. Diambil pada 10 oktober 2009, dari http:en.wikipedia.orgwikiobsessif-compulsif_disorder Emerald Group Publishing Limited. 2004. Job involvement, obsessive- compulsive personality traits, and workaholic behavioral tendencies . Diambil pada 27 Desember 2009, dari http:www.emeraldinsight.com10.110809534810410554506 Jane A. Fitzgerald, Ph.D. 2009. Obsessive-compulsive personality disorder. Diambil pada 10 oktober 2009 dari http:www.minddisorders.com Philipson Ph.D, Steven. 2008. Obsessive compulsive personality disorder: A defent of philosophy, not anxiety. Diambil pada 10 oktober 2009, dari e-dukasi. 2009. Sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Diambil pada 14 oktober 2009 dari http:www.e-dukasi.net Rumah belajar psikologi. 2009. Kepribadian. diambil pada 14 oktober 2009, dari http:www.rumahbelajarpsikologi.com Wikipedia. 2009. Personality traits. Diambil pada 14 Oktober 2009, dari http:en.wikipedia.orgwikibig_five_personality_traits dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah, dan hal tersebut tidak sesuai dengan gejala terjadinya gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Dimana salah satu ciri gangguanya adalah kaku sehingga tidak mudah untuknya berkenalan dengan orang lain. Kemudian selanjutnya trait Penelitian sebelumnya menggunakan skala NEO PI-R yang dapat mengukur facet- facet dalam setiap dimensi dengan lebih mendetail sedangkan skala IPIP NEO yang digunakan oleh peneliti hanya mampu mengukur satu dimensi kepribadian secara keseluruhan tanpa diketahui hubungan tiap facet. O’connor dan Dyce 2001 melakukan penelitian hubungan gangguan kepribadian dengan five factor model menggunakan pendekatan geometrik. pada penelitian ini terdapat dua sample utama, sample pertamanya adalah gabungan antara pasien yang sudah sembuh dan pasien psikiatrik yang masih dirawat kemudian samplenya yang kedua adalah pasien yang sudah sembuh. Dari penelitian ini ditemukan pada sample pertama, gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki skor yang tinggi pada neuroticism dan skor yang rendah pada extraversion, agreebleness dan conscientiousness. Sedangkan pada sample yang kedua ditemukan hasil yang berbeda yaitu skor tinggi pada agreebleness dan skor rendah pada neuroticism, extraversion, dan conscientiousness LAMPIRAN Uji Reliabilitas dan Validitas 1. Skala Big Five 43 responden a. Skala Neuroticism Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .817 50 Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 49.8140 49.9767 49.8605 49.9767 50.0930 49.9767 49.8140 49.7442 49.7674 49.9767 49.6744 49.6047 49.7442 49.7674 49.6512 50.6977 49.9767 49.8605 49.5349 49.7674 49.2027 50.3090 51.7420 49.3566 49.8007 50.5947 50.2503 49.3378 47.1827 47.3566 46.4153 48.1495 49.0997 50.7542 46.5659 54.9779 52.9280 52.6467 52.8738 53.3732 .5757 .4129 .2959 .7107 .5289 .3844 .4611 .5831 .6710 .6253 .7185 .5117 .5744 .4173 .7803 -.0304 .1472 .2597 .2587 .1512 .8504 .8565 .8607 .8476 .8523 .8577 .8547 .8503 .8454 .8473 .8430 .8527 .8503 .8563 .8412 .8727 .8673 .8612 .8610 .8651

b. Skala Extraversion