2.3 Kerangka Berpikir
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail,
aturan, jadwal dan memiliki hubungan interpersonal yang yang tertutup. Gangguan kepribadian ini termasuk dalam kelompok pencemas atau ketakutan.
Mereka takut semua hal tidak berjalan seperti yang sudah mereka rencanakan. Bahkan mereka mengatur hal-hal sedetail mungkin, jika mereka tidak melakukan
ini setiap harinya mereka akan merasa cemas dan tidak tenang.
Peneliti ingin meneliti apakah dalam populasi normal yaitu pada karyawan, trait kepribadian memiliki hubungan dengan kecenderungan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif karena sebelumnya ada artikel yang mengatakan bahwa orang-orang yang rentan terkena gangguan kepribadian ini salah satunya
adalah karyawan Abidin: 2008. Kemudian Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mudrack 2004 menemukan bahwa perilaku gila kerja atau lebih
dikenal dengan workaholic merupakan hasil kombinasi dari keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi dan kepribadian obsesif kompulsif. Maka dapat dikatakan
bahwa keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi berhubungan dengan kepribadian obsesif kompulsif. Keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi tentunya disebabkan
karena beban pekerjaan yang berat sehingga mengharuskan mereka untuk terlibat pada pekerjaan yang tinggi. Karyawan lebih rentan untuk terkena gangguan
kepribadian obsesif kompulsif mungkin dikarenakan distress atau tekanan yang dialaminya dalam beban pekerjaan tersebut. Mereka dituntut untuk melakukan
hal-hal sesempurna dan seideal mungkin serta terlalu mementingkan detail yang berlebihan, sehingga tidak jarang akhirnya pekerjaan yang mereka lakukan tidak
dapat selesai karena terbentur dengan ide ideal yang mereka inginkan untuk memenuhi harapan atasannya, sementara mereka tidak mampu mencapai ide
tersebut.
Big five personality merupakan suatu pendekatan trait untuk melihat
kepribadian individu dalam lima dimensi, yaitu: extraversion, agreebleness, conscientiousness, neuroticism, dan openess
. Masing-masing dimensi tersebut terdiri dari trait-trait yang sudah dipaparkan sebelumnya diatas. Pendekatan
model ini digunakan untuk melihat trait kepribadian individu normal. Bagaimana dengan individu dengan gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian
obsesif kompulsif salah satunya. Sebelumnya telah diadakan penelitian oleh McCrae Costa 1999 individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian
tersebut memiliki level yang tinggi pada conscientiousness Widiger et al., 2002, yang menunjukkan pada kesukaannya untuk bekerja secara ekstrim, perfeksionis,
dan kontrol terhadap tingkah laku yang berlebihan McCann, 1999. Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada assertif salah satu facet dalam dimensi
extraversion dan rendah pada compliance salah satu facet pada dimensi
agreebleness .
Peneliti ingin meneliti apakah dalam populasi normal yaitu pada karyawan, trait kepribadian memiliki hubungan dengan kecenderungan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif karena sebelumnya ada artikel yang mengatakan bahwa orang-orang yang rentan terkena gangguan kepribadian ini salah satunya
adalah karyawan. Selain itu peneliti ingin membuktikan penelitian yang telah ditemukan sebelumnya. Jika di gambarkan maka akan menjadi seperti ini:
Bagan 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan :
Ada hubungan =
Tidak ada hubungan =
agreebleness Openess
Kecenderungan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif
conscientiousness extraversion
Big five distress
kepribadian neuroticism
karyawan Beban kerja
2.4 Hipotesis penelitian