Hubungan antara trait kepridaian dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh :

DARA AMALIA

NIM: 106070002224

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii 

 

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh: DARA AMALIA NIM: 106070002224

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I

Netty Hartati, M.Si

NIP: 19531002 198303 2 001

Pembimbing II

M. Avicenna, M.HSc.Psy NIP: 19770906 200112 2 004

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(3)

iii 

 

Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif pada Karyawan” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 16 November 2010 Sidang Munaqosyah

Dekan Sekretaris

Jahja Umar, Ph.d Dra.Fadhilah Suralaga,M.Si

NIP. 130 885 522 NIP. 150 215 283

Anggota:

S.Evangeline I. Suaidy, M.Si.,Psi Netty Hartanti, M.Si

NIP:150411217 NIP: 19531002 198303 2 001

M. Avicenna, M.HSc.Psy NIP: 19770906 200112 2 004


(4)

iv 

 

Nama : Dara Amalia NIM : 106070002224

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Trait

Kepribadian dengan Kecenderungan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif pada Karyawan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 16 November 2010

Dara Amalia_ NIM: 106070002224  


(5)

(B)Oktober 2010 (C)Dara Amalia

(D)60 halaman + Lampiran

(E)Hubungan Trait Kepribadian dengan Kecenderungan Gangguan Kepribadian Obsesif

Kompulsif Pada Karyawan.

(F) Dewasa ini banyak orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian tidak

merasa cemas dengan perilaku maladaptifnya. Kemunculan gangguan kepribadian tersebut berawal dari distress. Salah satu gangguan kepribadian yang dapat muncul karena distress tersebut adalah obsesif kompulsif, kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya preokupasi (keterpakuan) pada keteraturan, kesempurnaan serta

kontrol mental dan interpersonal. Karyawan lebih rentan untuk terkena gangguan

kepribadian obsesif kompulsif mungkin dikarenakan distress atau tekanan yang

dialaminya dalam pekerjaan. Salah satu teori untuk mengukur trait kepribadian

adalah model lima faktor, Faktor-faktor ini diistilahkan dengan Big five: neuroticsm,

extraversion, openness to experience, agreebleness dan conscientiousness.

penelitian ini bertujuan ingin mengetahui trait-trait mana kah dari pendekatan big

five yang berhubungan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif

kompulsif pada karyawan.

     Penelitian kuantitatif dengan studi korelasional ini melibatkan 80 responden dari 400 karyawan PT Indopoly Swakarsa Industry. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan purpossive sampling. Alat ukur dalam penelitian ini yaitu

International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) dibuat oleh Lewis Goldberg

dengan nilai alpha cronbach tiap dimensi yaitu: Neuroticisms sebesar 0.894,

Extraversion sebesar 0.822, Agreebleness sebesar 0.795, Openess sebesar 0.817 dan

Conscientiousness sebesar 0.854. Kemudian alat ukur gangguan kepribadian obsesif

kompulsif yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dalam DSM IV-TR dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.846. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara trait neuroticism dan trait extraversion dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. Kemudian ada hubungan yang signifikan positif antara trait agreebleness, trait openess dan trait conscientiousness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian pada populasi yang lebih luas dan mengambil sampel dengan jumlah yang lebih besar. Selain itu disarankan untuk menggunakan alat ukur Big Five, NEO PI-R yang dibuat oleh Costa dan McCrae (1992) untuk mendapatkan hasil yang lebih mendetail bagaimana hubungan setiap facet-facet dalam dimensi big five.

(G)Daftar Bacaan: 24; buku: 17 + internet: 7


(6)

SWT. atas segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul ” Hubungan Ttrait Kepribadian

dengan Kecenderungan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif pada Karyawan”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan tauladan kaum yang beriman, kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya.

Penulisan laporan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Selama pengerjaan skripsi ini peneliti dihadapkan dengan beragam cobaan, kesulitan, rintangan dan penuh perjuangan serta kesabaran yang telah memberikan banyak pelajaran hidup yang berarti bagi peneliti. Saya menyadari tidak lah mudah bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan, bimbingan, masukan, dorongan dan do’a dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk itu dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada saya agar dapat menuntut ilmu dan mengembangkan diri dengan baik.

2. Ibu Netty Hartati, M.Si selaku pembimbing pertama saya. Terima Kasih atas

bimbingan, nasihat, arahan, masukan, waktu dan semangat yang diberikan Ibu agar saya dapat menulis skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Avicenna, M.HSc.Psy. selaku pembimbing dua skripsi saya. terima

kasih atas segala bimbingan, arahan, dan waktu yang diberikan kepada peneliti, serta Motivasi yang tak henti diberikan Bapak agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Ibu S.Evangeline I. Suaidy, M.Si.,Psi dan Ibu Yunita Faela Nisa yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar serta mengembangkan diri dalam program Mentor Akademis 2010.

5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi.

6. Orang tua saya H. Endon Syahbuddin dan Hj.Agung T atas cinta, kasih,

perhatian, motivasi dan dukungan materiil serta tak hentinya memberikan do’a dalam setiap sujud dan ibadahnya agar saya dapat menyelesaikan skripsi

vi 


(7)

menjadi tangan maupun telinga kapanpun penulis membutuhkan mereka selalu ada. Sahabat Semenjak awal masuk kuliah Amalia, Hanny, Danny yang telah menghabiskan waktu selama empat tahun bersama-sama dalam tawa maupun duka. Adiyo, Pras, Rudi, Rika, Siti, Aji, Adit, Suci, Isni yang selalu memberikan warna-warni ceria kegembiraan, kebahagian dan kobodohan bersama. Nuran yang bisa menjadi adik, sahabat, kakak bagi penulis yang mengajarkan penulis untuk memandang hidup dari sisi yang berbeda. kemudian ben, jali, chris, ogy, sobok, ayu dan tari yang menamakan dirinya “geng buavita” terimakasih atas segala perhatian yang selalu kalian berikan kepada penulis. Adik-adik kelas anya, farah, effiy, laras, yemmy, uty, rara terimakasih atas dukungan semangat yang selalu dikumandangkan kepada penulis. Geng Unyu: denyu Amirra dan Shinta mari kita unyu-unyuan bersama.

9. Teman-teman kelas B angkatan 2006 yang sangat kompak serta unik.

Terimakasi kebersamaan kita selama kurang lebih empat tahun telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis.

10.Teman-teman mentor akademis sebagai tempat bertukar pikiran dan telah

memberikan saya banyak wawasan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi.

11.Teman- teman dalam LSO TC (Trainers Community) dan rekan-rekan BEMF

Psikologi 2009-2010 yang telah memberikan saya kesempatan dan pengalaman untuk berorganisasi.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih

untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 12 November 2010

Penulis

vii 


(8)

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

Lembar Orisinalitas ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 7

1.2.1 Perumusan Masalah ... 7

1.2.2 Pembatasan Masalah ... 8

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan ... 10

BAB 2 Kajian Pustaka ... 11

2.1 Definisi Kepribadian ... 11

2.1.1 Trait (sifat) ... 12

2.1.2 Perkembangan Kepribadian ... 14

2.1.3 Gangguan Kepribadian………... 16

viii 


(9)

2.1.7 Kriteria Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif ……… 23

2.2 Kepribadian Big Five ……… 24

2.3 Kerangka Berpikir ……… 31

2.4 Hipotesis Penelitian ………...33

BAB 3 Metode penelitian ... 35

3.1 Pendekatan Penelitian ... 35

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel ... 35

3.3 Variabel Penelitian ... 36

3.3.1 Definisi Konseptual ... 36

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

3.4 Pengumpulan Data ... 37

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 38

3.4.2.1 Skala Big Five ... 38

3.4.2.2 Skala Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif… 39 3.5 Uji Instrumen ………... 41

3.5.1 Uji Validitas Skala ………... 41

3.5.2 Uji Reliabilitas Skala………... 42

3.6 Prosedur Penelitian ... 43

3.7 Teknik Analisis Data ... 44

ix 


(10)

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ………… 45

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.2.1 Kategorisasi Skor Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif ……… 47

4.2.2 Kategorisasi Skor Trait Big Five ………. 48

4.3 Hasil Uji Hipotesis ... 49

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran ... 53

5.1 Kesimpulan ………... 53

5.2 Diskusi ………... 54

5.3 Saran ………... 57

5.3.1 Saran Teoritis ... 57

5.3.2 Saran Praktis ... 58

Daftar Pustaka ... 59 Lampiran


(11)

Tabel 2.1 Faktor-faktor Trait Big Five dalam Pervin (2005) Tabel 3.1 Blueprint item valid skala big five

Tabel 3.2 Blueprint item valid skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia

Tabel 4.3 Statistik deskriptif variabel penelitian

Tabel 4.4 Penyebaran skor gangguan kepribadian obsesif komplusif

Tabel 4.5 Kategorisasi skor trait big five

Tabel 4.6 Uji Korelasi trait neuroticism dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tabel 4.7 Uji Korelasi trait extraversion dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tabel 4.8 Uji Korelasi trait agreebleness dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tabel 4.9 Uji Korelasi trait openess dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tabel 4.10 Uji Korelasi trait conscientiousness dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

xi 


(12)

xii 


(13)

xiii 

 

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian Uji Coba, Instrumen Penelitian Fieldtest.

Lampiran 2 : Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Big Five 43 Responden, Uji

Reliabilitas dan Validitas skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif 56 Responden.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia lahir dengan kepribadian yang berbeda-beda. Tidak ada satu pun manusia yang memiliki kepribadian yang sama persis walau mereka anak kembar sekalipun. Eysenck ( dalam Suryabrata, 2007) mendefinisikan kepribadian adalah jumlah total pola tingkah laku aktual dan potensial yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; hal tersebut asli dan berkembang selama interaksi fungsional dengan tiga sektor utama dimana pola tingkah laku tersebut adalah sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatik (konstitusi). Jika kita mengacu pada pengertian kepribadian menurut Eysenck diatas dikatakan bahwa keturunan dan lingkungan yang mempengaruhi kepribadian tersebut. Kepribadian sudah ada semenjak lahir yang kemudian berkembang sampai ia dewasa karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pada masa dewasa kepribadian tersebut akan relatif stabil menetap tidak berubah-ubah seperti pada masa kanak-kanak dan remaja.

Kepribadian setiap orang terdiri atas trait-trait. Allport membedakan antara tipe dan trait, setiap orang dapat memiliki suatu sifat, tetapi tidak dapat memiliki suatu tipe. Tipe merupakan konstruksi ideal seorang pengamat, dan seseorang dapat disesuaikan dengan tipe itu tetapi konsekuensinya trait-trait khas individunya diabaikan (Suryabrata, 2007). Jadi tipe cenderung menyembunyikan


(15)

trait asli dari individu tersebut, ia tidak dapat menjadi dirinya sendiri. Trait ditekan dalam dirinya sehingga yang tampak keluar adalah tipe ideal yang diinginkan oleh orang-orang sekelilingnya. Trait merupakan sifat sebenarnya individu tersebut. Jika trait individu tersebut diabaikan dan lebih mementingkan tipe ideal secara belebihan maka hal tersebut dapat membuat seseorang mengalami gangguan kepribadian.

Dewasa ini banyak orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian tidak merasa cemas dengan perilaku maladaptifnya. Karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka sering kali dianggap sebagai tidak termotivasi untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan (Kaplan & Saddock,1997). Menurut WHO (dalam O’Connor & Dyce, 2001) Gangguan kepribadian secara mendalam sudah melekat dan menjadi pola tingkah laku yang terus berlanjut, sebagai manifestasi mereka akan respon secara luas terhadap situasi sosial dan personal. Mereka menampilkan penyimpangan yang ekstrim atau signifikan dari individu pada umumnya dalam memberikan dan merasakan kebudayaan, fikiran, perasaan, dan khususnya, hubungan dengan orang lain. Pola tingkah laku cenderung stabil dan mencakup banyak bidang dari fungsi psikologis.

Individu dengan gangguan kepribadian secara konsisten menampilkan pola tidak biasa dan terbatas dari pikiran, perasaan dan tingkah laku yang maladaptif. Gangguan kepribadian merupakan ”ego syntonic” karena individu merasa normal


(16)

terhadap kondisi gangguan yang dialaminya. Kekakuan dan penyimpangan yang dimilikinya tampak pada orang lain tetapi sering tidak tampak pada dirinya sendiri (O’Connor & Dyce, 2001). Umumnya kemunculan gangguan kepribadian tersebut berawal dari kemunculan distress, yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distress pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.

Salah satu gangguan kepribadian yang dapat muncul karena distress tersebut adalah obsesif kompulsif, Bagian terpenting dari gangguan kepribadian obsessif kompulsif adalah adanya preokupasi (keterpakuan) pada keteraturan, kesempurnaan serta kontrol mental dan interpersonal. Pola ini mulai ada pada masa dewasa awal dan terlihat dalam berbagai konteks (DSM IV-TR). Yovel, Revelle dan Minneka ( dalam Halgin & Whitbourne, 2007) mengemukakan bahwa perasaan mereka tentang self-worth tergantung kepada tingkah laku mereka untuk memenuhi hal abstrak yang ideal dari perfeksionis; jika mereka gagal untuk meraih hal ideal tersebut mereka merasa tidak berharga. Dalam pola kerja ini, gangguan kepribadian obsesif kompulsif tergantung kepada cara yang problematik bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri.


(17)

Abidin (2008) mengatakan bahwa kebanyakan penderita gangguan ini berasal dari orang kulit putih, terpelajar, menikah, dan karyawan. Karyawan lebih rentan untuk terkena gangguan kepribadian obsesif kompulsif mungkin dikarenakan distress atau tekanan yang dialaminya dalam pekerjaannya. Mereka memiliki beban pekerjaan yang berat kemudian dituntut untuk melakukan hal-hal sesempurna dan seideal mungkin serta terlalu mementingkan detail yang berlebihan, sehingga tidak jarang akhirnya pekerjaan yang mereka lakukan tidak dapat selesai karena terbentur dengan ide ideal yang mereka inginkan untuk memenuhi harapan atasannya, sementara mereka tidak mampu mencapai ide tersebut. Kemudian karena perfeksionis yang berlebihan mereka terkadang sulit membedakan mana hal-hal yang penting untuk dikerjakan atau tidak sehingga umumnya orang dengan gangguan ini bekerja terlalu keras karena mereka merasa tidak puas dengan hasil pekerjaannya yang belum sempurna menurut mereka.

Orang- orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki waktu senggang yang sedikit dan banyak menghabiskan waktu dikantor atau dirumah untuk menyelesaikan pekerjaannya dan mengakibatkan mereka umumnya memiliki hubungan sosial yang kurang intim dengan lingkungannya, disamping itu karena mereka juga kaku jadi tidak mudah untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Gangguan kepribadian ini dapat menghambat produktivitas karyawan tersebut, misalnya karena ingin terlalu sempurna dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga ia terus mengulang-ulang mengecek pekerjaannya dan akhirnya melewati batas waktu yang ditentukan untuk


(18)

menyelesaikan pekerjaan tersebut dan akhirnya justru menghambatnya untuk melakukan pekerjaannya yang selanjutnya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mudrack (2004) menemukan bahwa perilaku gila kerja atau lebih dikenal dengan workaholic merupakan hasil kombinasi dari keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi dan kepribadian obsesif kompulsif. Hasil ini menambah pemahaman tentang sikap keterlibatan kerja yang diberikan kaitannya dengan beberapa sifat obsesif-kompulsif, menyarankan relevansi kepribadian obsesif-kompulsif dalam setting non-klinis, dan menambah pemahaman fenomena workaholism sebagai kecenderungan perilaku.

Salah satu teori untuk mengukur trait kepribadian adalah model lima faktor, yang mengelompokkan kepribadian individu diatur dalam lima dimensi yang luas atau faktor atau kepribadian. Widiger dan Costa mengemukakan (dalam O’Conner &Dyce, 2001) lima dimensi ini mendasari kepribadian normal maupun abnormal. Kepribadian abnormal dilihat sebagai varians maladaptif yang ekstrim dari lima faktor kepribadian dan gangguan kepribadian dapat dipahami dalam arti posisi mereka yang relatif terhadap lima dimensi utama. Faktor-faktor ini diistilahkan dengan Big five: neuroticsm, extraversion, openness to experience, agreebleness dan conscientiousness (McCrae & Costa, 1999). penelitian ini mengatakan bahwa lima dimensi tersebut dapat menangkap berbagai variasi kepribadian individu dan menemukan bahwa trait kepribadian individu secara kuat dipengaruhi oleh genetik (Jang, McCrae, et al.,1998).


(19)

Sejumlah meta-analisis telah mengkonfirmasi nilai prediksi big five di berbagai perilaku. Page dan Saulsman (2004) memeriksa hubungan antara dimensi kepribadian big five dan masing-masing dari 10 gangguan kepribadian yang ada dalam DSM-IV. Sepuluh gangguan tersebut antara lain adalah gangguan kepribadian paranoid, skizoid, skizotipal, antisosial, ambang, histrionik, narsistik, menghindar, dependen dan obsesif kompulsif. Peneliti menemukan bahwa setiap gangguan menunjukkan gambaran yang unik dan tak terduga dari model lima faktor ini. Kepribadian yang paling menonjol dan konsisten yang mendasari gangguan adalah hubungan positif dengan neuroticism dan hubungan yang negative dengan agreebleness.

Peneliti yang menggunakan pendekatan dimensional model big-five untuk mengerti gangguan kepribadian obsesif kompulsif mencatat bahwa individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian tersebut memiliki level yang tinggi pada conscientiousness (Widiger et al., 2002), yang menunjukkan pada kesukaannya untuk bekerja secara ekstrim, perfeksionis, dan kontrol terhadap tingkah laku yang berlebihan (McCann, 1999). Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada assertif (salah satu facet dalam dimensi extraversion) dan rendah pada compliance (salah satu facet pada dimensi agreebleness).

.

Dari fenomena dan penelitian-penelitian yang telah di paparkan sebelumnya, maka peneliti ingin mengetahui trait-trait mana kah dari pendekatan


(20)

big five yang berhubungan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada sampel karyawan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul ”Hubungan trait kepribadian dengan Kecenderungan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif pada Karyawan”.

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah ada hubungan yang signifikan antara skor trait neuroticism dalam kepribadian Big Five dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan?

2) Apakah ada hubungan yang signifikan antara trait extraversion dalam kepribadian Big Five dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan?

3) Apakah ada hubungan yang signifikan antara trait agreebleness dalam kepribadian Big Five dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan?

4) Apakah ada hubungan yang signifikan antara trait openess dalam kepribadian Big Five dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan ?


(21)

5) Apakah ada hubungan yang signifikan antara trait conscientiousness dalam kepribadian Big Five dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalahan persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :

a. Trait kepribadian adalah dimensi dari perbedaan individu yang

cenderung menunjukkan pola yang konsisten pada pikiran, perasaan dan tindakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Kepribadian big five untuk mengukur trait kepribadian . kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences.

b. Gangguan kepribadian obsessif kompulsif adalah adanya preokupasi (keterpakuan) pada keteraturan, kesempurnaan serta kontrol mental dan interpersonal (DSM IV-TR).


(22)

c. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PT . Indopoly Swakarsa Industry.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara trait neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, conscientiousness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat teoritisnya adalah untuk memperkaya khazanah kajian psikologi, terutama yang berkaitan dengan psikologi kepribadian dan psikologi klinis.

2) Manfaat praktisnya adalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca terutama karyawan yang tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif karena orang dengan gangguan kepribadian ini tidak selalu menyadari bahwa dirinya terganggu maka setelah mereka tahu mereka dapat cepat bertindak agar kecenderungan tersebut tidak sampai pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif.


(23)

I.5 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian tentang hubungan trait kepribadian dengan kecencerungaan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini meliputi pendekatan penelitian, populasi dan sampel, variable penelitian, pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian, deskripsi data dan hasil uji hipotesis.

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.


(24)

BAGIAN 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kepribadian

Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Engler, 2009) adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam tingkah laku dan fikirannya. Allport juga mengatakan bahwa kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu (Suryabrata, 2007). Dari apa yang telah dikemukakan oleh Allport, maka dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang unik dan khas jadi setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda, tidak ada seorangpun yang memiliki kepribadian yang sama walau anak kembar sekalipun.

Sedangkan menurut Pervin dan John (2005) kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas yang membolehkan kita untuk fokus pada banyak aspek yang berbeda pada setiap orang. Pada waktu yang bersamaan, hal tersebut menganjurkan kita untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut yang diukur secara teratur.

Cattel (dalam Engler, 2009) memberi definisi mengenai kepribadian sangat umum, yaitu: kepribadian adalah suatu prediksi mengenai apa yang akan


(25)

dilakukan oleh seseorang dalam berbagai situasi yang terjadi padanya. Jadi persoalan mengenai kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu, baik yang nampak maupun yang tidak nampak (Suryabrata, 2007). Maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri atau karakter yang ada pada individu secara konsisten baik itu tampak ataupun tidak tampak yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya.

Definisi kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi kepribadian yang dikemukakan oleh Allport, yaitu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam tingkah laku dan fikirannya (Engler, 2009).

2.1.1 Trait (Sifat)

Allport mengatakan trait adalah struktur yang jujur dan dapat dipercaya dalam diri individu yang mempengaruhi tingkah laku; trait bukanlah label sederhana yang kita gunakan untuk menjelaskan atau mengklasifikasikan tingkah laku (Engler, 2009). Allport mendefinisikan trait sebagai kecenderungan menentukan atau predisposisi untuk merespon situasi yang terjadi dalam berbagai cara. Trait bersifat konsisten dan abadi; trait dihitung untuk konsistensinya dalam tingkah laku manusia. Trait, sama seperti kepribadian pada dasarnya tidak dapat di observasi. Pada saat ini, peneliti kepribadian hanya dapat mengukur trait secara empiris. (Engler, 2009). Kemudian menurut Cattel, trait adalah suatu “struktur mental”, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati,


(26)

untuk menunjukkan keajegan dan ketetapaan dalam tingkah laku itu (Suryabrata, 2007). Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 sampai 30 tahun, orang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Feist, 2006).

Cattel (dalam Pervin & John, 2005) membagi trait menjadi dua bagian penting:

a) ability traits, temperament traits dan dynamic traits

ability traits berhubungan dengan kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif. Contoh dari ability traits adalah intelegensi. Temperament trait berhubungan dengan kehidupan emosional individu, aspek konstitusional individu tersebut. apakah cenderung untuk bekerja dengan cepat atau lambat; secara umum, tenang atau emosional; atau bertingkah laku dipikirkan sebelumnya atau impulsif. Dynamic traits berhubungan dengan perjuangan, kehidupan motivasional dari individu, segala jenis tujuan yang ingin dicapai oleh individu tersebut. ability, temperament, dan dynamic traits terlihat sebagai elemen utama dari kepribadian.

b) Surface trait dan source trait

Surface trait (sifat nampak) adalah kelompok variabel-variabel yang nampak, sedangkan source trait (sifat asal) adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi yang nampak. Jadi, kalau kita saksikan sejumlah tingkah laku yang nampaknya saling berhubungan kita dapat mengatakan itu adalah suatu variabel saja, maka itu kita sebut sifat yang


(27)

nampak atau sifat permukaan. Tentang sifat asal, hanya dapat diketahui dengan macam sifat itu. Cattel menganggap, bahwa sifat asal lebih penting daripada sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi daripada sifat asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tetap jika dibanding dengan faktor. Menurut Cattel, bagi orang lain nampaknya sifat permukaan itu lebih berarti dan lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan dari observasi yang sederhana. Namun, dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal lah yang lebih mendasari tingkah laku (Suryabrata, 2007).

2.1.2 Perkembangan Kepribadian

Menurut Allport (dalam Suryabrata, 2007) individu itu dari lahir mengalami perubahan-perubahan yang penting. Perkembangan kepribadian yang terjadi menurutnya adalah:

a. Kanak-kanak

Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu-nafsu dan refleks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam-macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun tempramen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan dan kematangan. Dalam masa ini anak itu merupakan makhluk yang punya tegangan-tegangan dan perasaan nyaman tak nyaman. Jadi pada masa ini keterangan yang biologistis


(28)

yang bersandar pada pentingnya hadiah atau hukum efek atau prinsip kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi ketidaknyamanan sampai minimal dan mencari kenyamanan sampai maksimal anak itu berkembang. Pertumbuhan itu bagi Allport merupakan proses diferensiasi dan integrasi yang berlangsung terus menerus. Allport menyimpulkan, bahwa setidak-tidaknya pada bagian kedua tahun pertama anak telah menunjukkan dengan pasti sifat-sifat yang khas (Suryabrata, 2007).

b. Orang dewasa

Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasikan dengan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Bagaimana jalan perkembangan ini yang sebenarnya bagi Allport tidaklah penting; yang penting ialah yang ada kini. Sampai batas-batas tertentu berfungsinya sifat-sifat itu disadari dan rasional. Biasanya individu yang normal mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya, untuk memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujuan serta aspirasi-aspirasinya. Motif-motif itu terutama tidak berasal dari masa lampau tetapi terutama bersandar pada masa depan. Pada umumnya orang dapat lebih tahu apa yang akan hendak dikerjakan seseorang, kalau dia tahu rencana-rencana yang disadarinya daripada ingatan-ingatan yang tertentu (Suryabrata, 2007).


(29)

2.1.3 Gangguan Kepribadian

Kaplan dan Saddock (1997) mendefinisikan gangguan kepribadian sebagai suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.

Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :

a. Ketergantungan yang berlebihan

b. Ketakutan yang berlebihan dan intimitas c. Kesedihan yang mendalam

d. Tingkah laku yang eksploitatif

e. Kemarahan yang tidak dapat dikontrol

f. Kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi ketidakpuasan

Penyebab munculnya gangguan kepribadian (Kaplan & Saddock, 1997) : a. Faktor Genetika

Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan


(30)

temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.

b. Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.

c. Faktor Biologis a) Hormon

Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.

b)Neurotransmitter.

Penilaian sifat kepribadian dan sistem dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.

d. Elektrofisiologi

Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.


(31)

e. Faktor Psikoanalitik

Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.

Dalam Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV), gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

A. Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali tampak aneh dan eksentrik.

B. Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.

C. Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan obsesif-kompulsif, dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif). Orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau ketakutan.


(32)

2.1.4 Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Bagian terpenting dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya preokupasi (keterpakuan) pada keteraturan, kesempurnaan serta kontrol mental dan interpersonal. Pola ini mulai ada pada masa dewasa awal dan terlihat dalam berbagai konteks (DSM IV-TR). Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seorang perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang-orang tersebut seringkali terlalu memerhatikan detail sehingga mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Mereka berorientasi pada pekerjaan dan bukan pada kesenangan dan teramat sulit mengambil keputusan (karena takut salah). Hubungan interpersonal mereka seringkali buruk karena mereka keras kepala dan menuntut agar segala sesuatu dilakukan dengan cara mereka. Gila kendali adalah istilah populer bagi orang-orang tersebut. Secara umum mereka serius, rigid, formal dan tidak fleksibel terutama mengenai isu-isu moral. Mereka tidak mampu membuang objek-objek yang sudah rusak dan tidak terpakai, bahkan yang tidak memiliki nilai sentimental dan kemudian rakus serta kikir (Davidson, Kring & Neale 2006).

Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sangat memperhatikan kerapihan dan detail-detail kecil setiap hari dalam kehidupannya. Mereka memperlihatkan perfeksionis dan tidak fleksibel dengan cara yang maladaptif. Hal yang membuat orang-orang disekelilingnya merasa terganggu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bagaimana mereka bertingkah laku (Halgin & Whitbourne, 2007). Mereka sering merasa cemas yang


(33)

berlebihan ketika berada dalam situasi yang tidak jelas peraturannya seakan-akan situasi tersebut meningkatkan ketakutannya untuk membuat kesalahan dan merasa bersalah dan pantas untuk mendapat hukuman. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, gangguan ini masuk kedalam kelompok yang memiliki kecemasan dan ketakutan sebagai karakteristik utamanya (Fitzgerald, 2009).

1,7 sampai 7,7 persen dari populasi dapat didiagnosa menderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan itu lebih sering terjadi pada pria daripada wanita (Ekselius et al., 2001; Fabrega et al., 1991; Weissman, 1993 dalam Susan Nolen-Hoeksema, 2007). Menurut Lauren B Alloy,at al (2005) hal ini dikarenakan wanita secara umum lebih emosional dan lebih empati daripada pria. Pria secara umum, lebih asertif, percaya diri, dan lebih mementingkan logika dibandingkan wanita. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika gangguan kepribadian yang meliputi emosional (histrionik, ambang) lebih sering terjadi pada wanita dan gangguan kepribadian yang mementingkan diri sendiri (narsistik, antisosial) lebih sering terjadi pada laki-laki.

2.1.5 Perbedaan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif dengan Gangguan Kecemasan Obsesif Kompulsif

Gangguan kepribadian obsesif kompulsif cukup berbeda dari gangguan obsesif kompulsif. Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu gangguan kecemasan dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus menerus mengulang tindakan


(34)

tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan menganggu keberfungsian sehari-hari (Davidson, Kring & Neale 2006). Dalam hal ini gangguan ini tidak mencakup obsesi dan kompulsi yang menandai gangguan obsesif kompulsif. Bila penggunaan istilah yang sama menunjukkan bahwa dua gangguan tersebut memiliki hubungan, hubungan tersebut nampaknya tidak sangat kuat. Orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak secara umum merasa perlu untuk mengulang-ulang aksi ritual yang merupakan gejala umum dari gangguan obsesif kompulsif (Kiff, 2007).

Pikiran dan tingkah laku yang ditemukan pada orang gangguan obsesif kompulsif jarang yang relevan dengan permasalahan hidupnya yang nyata. Sedangkan orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif mengatur dengan sangat detail kegiatan-kegiatan apa saja yang harus mereka lakukan setiap harinya (Fitzgerald, 2009). Gangguan kepribadian obsesif kompulsif memperlihatkan cara interaksi yang lebih umum dengan sekelilingnya dibandingkan dengan gangguan obsesif kompulsif, yang meliputi hanya pikiran obsesif yang spesifik dan memaksa dan tingkah laku yang kompulsif (Nolen-Hoeksema, 2007).

Orang dengan gangguan obsesif kompulsif melakukan ritual secara berulang-ulang untuk menghindari atau menghilangkan kecemasannya. Misalnya mencuci tangan berulang kali karena merasa tangannya masih kotor. Sementara gangguan kepribadian obsesif kompulsif merupakan kondisi pervasif meliputi


(35)

filosofi kepribadian seseorang yang memiliki karakteristik perfeksionis dan rumit, mereka akan merasa cemas jika hal-hal yang mereka lakukan tidak berjalan secara sempurna (Phillipson, 2008).

2.1.6 Etiologi Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Teori psikodinamik awal mengatribusikan gangguan kepribadian ini pada fiksasi perkembangan saat masa anal karena orangtua pasien terlalu keras dan menghukum selama masa toilet training (Freud, 1923). Harry Stack Sullivan (1953) menyatakan bahwa gangguan kepribadian obsesif kompulsif muncul ketika anak-anak tumbuh dirumah dimana disana banyak kemarahan dan kebencian yang tersembunyi dibalik tampak luarnya yang penuh cinta dan kebaikan. Anak-anak tidak mengembangkan kemampuan interpersonal dan selain itu menghindari keintiman dan mengikuti peraturan yang kaku untuk meraih esteem dan self-control. Akan tetapi teori ini belum teruji secara empiris.

Teori kognitif mengatakan bahwa orang-orang dengan gangguan ini mempunyai kepercayaan selalu merasa ada yang kurang, kecacatan atau kesalahan dan hal-hal tersebut tidak dapat ditoleransi. Salah satu penelitian menemukan bahwa orang-orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif mengalami kepercayaan tersebut secara signifikan lebih sering dibandingkan dengan orang-orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian yang lainnya (Beck et al., 2001). Perasaan mereka tentang self-worth tergantung kepada tingkah laku mereka untuk memenuhi hal abstrak yang ideal dari


(36)

perfeksonis; jika mereka gagal untuk meraih hal ideal tersebut mereka merasa tidak berharga. Dalam pola kerja ini, gangguan kepribadian obsesif kompulsif tergantung kepada cara yang problematik bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Mendukung pentingnya faktor kognitif, peneliti telah mengidentifikasi diantara orang-orang dengan gangguan ini memiliki kecenderungan untuk diganggu oleh hal-hal detail yang tidak penting dalam proses rangsang visual mereka (Yovel, Revelle, & Mineka, 2005). Para terapis akan menganjurkan orang-orang dengan gangguan ini untuk melakukan perawatan dengan terapi tingkah laku agar dapat mengurangi tingkah laku kompulsif mereka (Beck & Freeman, 1990; Millon et al.,2000).

2.1.6 Kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dalam DSM IV-TR

Tedapat minimal empat dari ciri berikut ini (Davidson et.al., 2006) :

1. Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utam suatu aktifitas terabaikan

a

2. Perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan

3. Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan

4. Tidak fleksibel tentang moral


(37)

6. Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standardnya

7. Kikir

8. Ridig (kaku) dan keras kepala

Dalam penelitian ini yang ingin dilihat adalah kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif bukan gangguan kepribadian obsesif kompulsif secara keseluruhan. Karena untuk mendiagnosa gangguan kepribadian obsesif kompulsif secara keseluruhan diperlukan tes psikiatrik lebih lanjut kemudian perlu dilakukan observasi secara mendalam. Sementara dalam penelitian ini hanya menggunakan skala pengukuran yang disusun berdasarkan kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif yang telah di paparkan sebelumnya untuk melihat kecenderungan gangguan kepribadian tersebut.

2.2 Kepribadian Big Five

Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences. Dimulai pada tahun 1960 dan semakin meningkat pada tahun 1980, 1990, dan 2000. Tokoh pelopornya adalah Allport dan Cattell (Friedman & Schustack, 2008). Banyak studi longitudinal data, yang berkorelasi dengan hasil nilai tes individu dari waktu


(38)

ke waktu, dan data cross-sectional, yang membandingkan tingkat kepribadian kelompok usia yang berbeda, menunjukkan tingkat stabilitas yang tinggi dalam sifat kepribadian saat dewasa (McCrae & Costa 1990).

Penelitian yang lebih baru dan meta-analisis penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa perubahan terjadi di semua lima karakter pada berbagai titik dalam rentang kehidupan. Penelitian menunjukkan bukti untuk efek pendewasaan, rata-rata tingkat agreebleness dan conscientiousness biasanya meningkat dengan waktu, sedangkan extraversion, neuroticism dan openess cenderung menurun. Disamping efek kelompok ini, terdapat perbedaan-perbedaan individual: demostrate unik orang yang berbeda pola-pola perubahan pada semua tahap kehidupan (Roberts & Mroczek, 2008).

Ada beberapa instrumen untuk mengukur big five (Briggs, 1992; Widiger & Trull, 1997). Diantaranya: Goldberg (1982, 1992) telah mengembangkan beberapa bagian untuk mengukur big five, terdiri dari 50 transparent bipolar adjective dan 100 unipolar adjective markers. Wiggins dan Trapnell (1997) mengembangkan Interpersonal Adjective Scaled Revised. tersedia pula Q-Sort yang dikembangkan oleh McCre Costa, dan Busch (1986) dan Robbins, John, dan Caspi (1994). Kemudian ada NEO-PI-R yang di kembangkan oleh Paul T.Costa dan Robert R.McCrae (1992).


(39)

Trait-trait dalam domain-domain dari kepribadian Big Five Costa & McCrae (1997) adalah sebagai berikut.

A. Extraversion (E)

Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting

dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, menyenangkan, penyayang dan cerewet.

Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme

yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat

extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang

memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan


(40)

orang-orang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang, menarik diri dari lingkungannya, pemalu, tidak percaya diri, submisif dan pendiam.

B. Agreeableness (A)

Agreebleness dapat disebut juga mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor

agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value

suka membantu, pemaaf, dan penyayang.

Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self-esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi dengan penggunaan kekuatan yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif.


(41)

C. Neuroticism (N)

Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan

emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self- esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.

D. Openness (O)

Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.

Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang


(42)

tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi dan pemikiran yang luas. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openess yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah.

E. Conscientiousness (C)

Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan kemauan untuk mencapai prestasi, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang terorganisir, tepat waktu, dan ambisius.

Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic,


(43)

membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.

Tabel 2.1

Faktor-faktor Trait Big Five dalam Pervin (2005)

Karakteristik Skor Tinggi Skala Trait Karakteristik Skor Rendah Worrying, nervous,

emotional, insecure, inadequate, hypochodriacal

Neuroticism Calm, relaxed,

unemotional, hardly, secure, self-satisfied Sociable, active, talkaktive,

peson-oriented, optimistic, fun-loving, affectionate

Extraversion Reserved, sober,

unexuberant, aloof, task-oriented, retireng, quiet Curious, broad interests,

creative, original, imaginative, untraditional

Openness Conventional,

down-to-earth, narrow interests, unartistic, unanalytical Soft-hearted, good, natured,

trusting, helpful, forgiving, gullble, straightforward

Agreebleness Cynical, rude, suspicious,

uncooperative, vengeful, ruthless, irritable,

manipulative Organized, reliable,

hard-working, self-disciplined, punctual, scrupulous, neat,

ambitious, persevering

Conscientiousness Aimless, unreliable, lazy,

careless, laz,negligent, weak-willed, hedonistic


(44)

2.3 Kerangka Berpikir

Gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal dan memiliki hubungan interpersonal yang yang tertutup. Gangguan kepribadian ini termasuk dalam kelompok pencemas atau ketakutan. Mereka takut semua hal tidak berjalan seperti yang sudah mereka rencanakan. Bahkan mereka mengatur hal-hal sedetail mungkin, jika mereka tidak melakukan ini setiap harinya mereka akan merasa cemas dan tidak tenang.

Peneliti ingin meneliti apakah dalam populasi normal yaitu pada karyawan, trait kepribadian memiliki hubungan dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif karena sebelumnya ada artikel yang mengatakan bahwa orang-orang yang rentan terkena gangguan kepribadian ini salah satunya adalah karyawan (Abidin: 2008). Kemudian Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mudrack (2004) menemukan bahwa perilaku gila kerja atau lebih dikenal dengan workaholic merupakan hasil kombinasi dari keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi dan kepribadian obsesif kompulsif. Maka dapat dikatakan bahwa keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi berhubungan dengan kepribadian obsesif kompulsif. Keterlibatan pada pekerjaan yang tinggi tentunya disebabkan karena beban pekerjaan yang berat sehingga mengharuskan mereka untuk terlibat pada pekerjaan yang tinggi. Karyawan lebih rentan untuk terkena gangguan kepribadian obsesif kompulsif mungkin dikarenakan distress atau tekanan yang dialaminya dalam beban pekerjaan tersebut. Mereka dituntut untuk melakukan


(45)

hal-hal sesempurna dan seideal mungkin serta terlalu mementingkan detail yang berlebihan, sehingga tidak jarang akhirnya pekerjaan yang mereka lakukan tidak dapat selesai karena terbentur dengan ide ideal yang mereka inginkan untuk memenuhi harapan atasannya, sementara mereka tidak mampu mencapai ide tersebut.

Big five personality merupakan suatu pendekatan trait untuk melihat kepribadian individu dalam lima dimensi, yaitu: extraversion, agreebleness, conscientiousness, neuroticism, dan openess. Masing-masing dimensi tersebut terdiri dari trait-trait yang sudah dipaparkan sebelumnya diatas. Pendekatan model ini digunakan untuk melihat trait kepribadian individu normal. Bagaimana dengan individu dengan gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian obsesif kompulsif salah satunya. Sebelumnya telah diadakan penelitian oleh McCrae &Costa (1999) individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian tersebut memiliki level yang tinggi pada conscientiousness (Widiger et al., 2002), yang menunjukkan pada kesukaannya untuk bekerja secara ekstrim, perfeksionis, dan kontrol terhadap tingkah laku yang berlebihan (McCann, 1999). Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada assertif (salah satu facet dalam dimensi extraversion) dan rendah pada compliance (salah satu facet pada dimensi agreebleness).

Peneliti ingin meneliti apakah dalam populasi normal yaitu pada karyawan, trait kepribadian memiliki hubungan dengan kecenderungan gangguan


(46)

kepribadian obsesif kompulsif karena sebelumnya ada artikel yang mengatakan bahwa orang-orang yang rentan terkena gangguan kepribadian ini salah satunya adalah karyawan. Selain itu peneliti ingin membuktikan penelitian yang telah ditemukan sebelumnya. Jika di gambarkan maka akan menjadi seperti ini:

Bagan 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

Keterangan :

Ada hubungan =

Tidak ada hubungan =

agreebleness

Openess

Kecenderungan gangguan kepribadian obsesif

kompulsif conscientiousness

extraversion

Big five

distress kepribadian

neuroticism

karyawan Beban kerja

2.4 Hipotesis penelitian

Ho1 : tidak ada hubungan yang signifikan antara trait neuroticism dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.


(47)

Ho2 : tidak ada hubungan yang signifikan antara trait extraversion dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.

Ho3 : tidak ada hubungan yang signifikan antara trait agreebleness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif karyawan.

Ho4 : tidak ada hubungan yang signifikan antara trait openess dengan

kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.

Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara trait conscientiousness dengan kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada karyawan.


(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimen.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Gay (dalam Sevilla, 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT . Indopoly Swakarsa Industry yang berjumlah 400 orang.

3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel

Proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan pengamatan pada populasi secara keseluruhan disebut sampling atau pengambilan sampel (Ary, Jacob dan Razavieh dalam Sevilla 1993). Sampling yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 80 orang.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Dengan jenis purposive sampling yaitu sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria atau tujuan yang telah ditentukan peneliti. Langkah-langkahnya sampel


(49)

diambil dengan cara mencari sampel yang representatif dengan meliputi kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampel.

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah: a. Berusia 21 tahun ke atas

b. Sudah bekerja di perusahaan tersebut minimal satu tahun.

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Definisi Konseptual

Dependen variabel : Gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya preokupasi (keterpakuan) pada keteraturan, kesempurnaan serta kontrol mental dan interpersonal.

Independen variabel : Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.

3.3.2 Definisi Operasional

Dependen variabel : Gangguan kepribadian obsesif kompulsif diukur melalui 8 indikator, yaitu:

a. Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utama suatu aktifitas terabaikan

b. Perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan


(50)

c. Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan

d. Tidak fleksibel tentang moral

e. Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti

f. Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standardnya

g. Kikir

h. Ridig (kaku) dan keras kepala

yang ingin dilihat disini adalah kecenderungan  terjadinya gangguan kepribadian obsesif kompulsif pada populasi normal yaitu karyawan.

Independen variabel : skor pada skala kepribadian Big five. Dalam skala ini terdapat lima subskala yang masing-masing mengukur extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences. Individu akan digolongkan ke dalam trait dominan berdasarkan skor trait yang paling menonjol pada dirinya dibandingkan skor pada trait lainnya.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari dua skala yaitu skala untuk mengukur trait big five dan mengukur kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif.


(51)

3.4.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan dua alat ukur untuk mengukur variabel yang diteliti. Untuk mengukur trait big five individu alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) yang dibuat oleh Lewis Goldberg pada tahun 1992. Kemudian untuk mengukur kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif peneliti menyusun skala yang berdasarkan pada indikator-indikator yang merupakan ciri-ciri gangguan kepribadian obsesif kompulsif yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab dua di kerangka teori.

3.4.2.1 Skala untuk Mengukur Kepribadian Big Five

Untuk mengukur trait big five individu alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) yang dibuat oleh Lewis Goldberg pada tahun 1992. Skala ini dibuat berdasarkan teori Big Five yang digunakan oleh Costa dan McCrae dalam membuat NEO PI-R pada tahun 1992, alat ukur ini berjumlah 240 item. Skala IPIP-NEO berjumlah 100 item, setiap trait berjumlah 20 item. Skala ini diadaptasi dan diterjemahkan oleh Adriaan H.Boon Van Ostade bernama 100 Big Five factor markies. peneliti menggunakan skala likert yang mengacu pada IPIP-NEO tersebut. Adapun skala big five untuk uji coba adalah sebagai berikut:


(52)

Tabel 3.1

Blueprint item valid (*)

Skala Big Five

No Aspek

Butir soal jumlah reliabilitas

Favorable Unfavorable 1. 2. 3. 4. 5. Neuroticism Extraversion Agreebleness Openess Conscientiousness 4*,14*,24,34*,44*,54* ,59*,64*,69*,74*,79*, 84*,89*,94*,99* 1,11*,21*,31*,41*,46, 51*,61,71*,81*,96* 7,17,27*,37,47*,57,62 *,67*,72*,77,82*,87*, 92*,97* 5,15,25*,35*,45,55, 65*,75,80*,85*,90,95* ,100* 3,13*,23*,33*,43*,53* ,63*, 73,83*,93*,98*

9,19, 29, 39, 49

6*,16,26*,36,56 *,66,76, 86, 91 2*,12,22*,32,42, 52* 10*,20,30,40,50, 60*,70* 8*,18,28*,38*,4 8*,58*,68*, 78*,88* 14 11 12 10 17 0.8940 0.8220 0.7956 0.8173 0.8548

Jumlah 54 46 64

Beberapa contoh item dalam skala ini seperti saya mudah memulai percakapan, saya mudah tertarik pada orang, saya mampu melakukan banyak hal, Saya suka menolong orang lain, dst.

3.4.2.2 Skala Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif disusun dalam 55 item yang terbagi atas 8 kriteria utama dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Adapun skala gangguan kepribadian untuk uji coba adalah sebagai berikut:


(53)

Tabel 3.2

Blueprint item valid (*)

Skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif

No Aspek

Butir soal jumlah reliabilitas

Favorable Unfavorable 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utama suatu aktifitas terabaikan.

Perfeksionisme ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan

Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan Tidak fleksibel tentang moral Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti

Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi

standardnya Kikir

Ridig (kaku) dan keras kepala

1*, 9, 17*, 21*, 25*, 27, 29, 31*, 35, 51 2*, 10*, 18*, 28*, 30*, 32, 36, 48*

3*, 11*,19

12* 5, 13*

6, 22, 23, 26*, 43, 54*

15, 53, 56* 4, 7, 8, 44*, 46,55*

47, 52

34

33, 38*

20, 40, 49 39, 42

41*, 45*, 50

16, 24, 37 5 6 3 1 1 4 1 2

Jumlah 39 16 23 0.8469

Beberapa contoh item dalam skala ini diantaranya adalah bagi saya setiap pekerjaan harus dikerjakan sesempurna mungkin, saya merasa cemas jika ada satu rutinitas dalam jadwal yang tidak terlaksana, Saya mampu menyesuaikan diri dimana pun saya berada dst.


(54)

3.5 Uji instrumen

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut dengan menggunakan sampel yang tidak sesungguhnya dengan karakteristik yang sama berjumlah 43 orang untuk skala big five dan 56 orang pada skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

3.5.1 Uji validitas skala

Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur (Sevilla, 2006). Secara singkat validitas dapat diartikan sebagai sejauhmana suatu alat ukur mengukur variabel yang hendak diukur. Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus perhitungan statistik pearson correlation. Untuk menentukan item yang dibuang dan dipertahankan, peneliti menggunakan hasil penghitungan pada internal konsistensi, yaitu dengan melihat corrected item-total correlations. Batas bobot indeks konsistensi internal yang digunakan untuk menentukan item tersebut dibuang atau dipertahankan adalah 0.3. Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, didapatkan dari 100 item pada skala big five yang diujicoba hanya 64 item yang valid, dengan begitu terdapat 36 item yang belum mengukur dari trait big five. Sedangkan untuk skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif berdasarkan uji validitas yang dilakukan dari 55 item yang diujicoba ditemukan 23 item yang valid.


(55)

3.5.2 Uji reliabilitas skala

Reliabilitas menunjukkan pada konsistensi pengukuran, dan secara frekuensi mengukur metode reliabilitas test-retest. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach.

a. Skala kepribadian Bigfive

Pengukuran reliabilitas dilakukan pada setiap domain yang terdapat pada skala ini karena skala ini merupakan skala multidimensional sehingga tidak didapatkan skor total. Menurut Anastasi &Urbina (1997) bobot alpha yang dapat diterima dan digunakan lebih lanjut adalah berkisar antara 0,6-0,8. uji reliabilitas untuk skala bigfive melalui SPSS 11.5 didapatkan nilai koefisien

cronbach alpha sebesar 0,8940 untuk dimensi neuroticism; 0,8220 untuk

dimensi extraversion; kemudian 0,7956 untuk dimensi agreebleness selanjutnya 0,8173 untuk dimensi openess dan 0,8548 untuk dimensi conscientiousness. Dengan begitu alat ukur ini reliabel untuk mengukur semua variabel yang terdapat dalam big five.

b. Skala kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

uji reliabilitas untuk skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif melalui SPSS 11.5 didapatkan nilai koefisien cronbach alpha sebesar 0,8469 setelah dilakukan uji coba kedua. Sehingga alat ukur ini reliabel untuk mengukur variabel gangguan kepribadian obsesif kompulsif.


(56)

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Persiapan

Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu adaptasi alat ukur IPIP (International Personality Item Pool) dari Goldberg (1999) yang diterjemahkan oleh Adriaan H.Boon Van Ostade bernama 100 Big Five factor markies dan alat ukur kecenderungan kepribadian obsesif kompulsif yang dibuat berdasarkan indikator yang diturunkan dari DSM-TR IV. Kemudian peneliti melakukan try out (uji coba) alat ukur penelitian yang dilakukan di beberapa perusahaan melalui teknik accidental sampling. Setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan data dan membuang item-item yang tidak valid dalam alat ukur tersebut. Sebelumnya peneliti menentukan sampel penelitian yaitu karyawan PT . Indopoly Swakarsa Industry yang diambil melalui teknik purposive sampling, kemudian melakukan proses permintaan izin penelitian kepada pihak perusahaan tersebut .

2. Pelaksanaan

Melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah diujikan sebelumnya kepada subjek penelitian yang dilakukan di PT . Indopoly Swakarsa Industry. Kemudian melakukan pengolahan terhadap data yang sudah di dapatkan.


(57)

3.7 Teknik Analisis Data

Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis statistik korelasi Pearson Product-Moment. Untuk analisis ini, peneliti menggunakan software SPSS versi 11.5.


(58)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil uji hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan di PT. Indopoly Swakarsa Industry, Cikampek. Subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 80 karyawan

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 34 42,5%

Perempuan 46 57,5%

Total 80 100% Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden perempuan jumlahnya

lebih banyak daripada laki-laki yaitu 46 orang atau 57,5 % sedangkan responden laki-laki berjumlah 34 orang atau 42,5%.

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Presentase

21-40 tahun 61 76,25 %

41-60 tahun 19 23,75 %


(59)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa usia paling banyak yang di jadikan responden penelitian berada pada rentangan dewasa awal 21-40 tahun yaitu sebanyak 61 responden atau dengan presentasi 76,25 %, dan jumlah responden paling sedikit berada pada rentangan dewasa madya, 41-50 tahun sebanyak 19 orang atau 23,75 %.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Selanjutnya akan dijelaskan statististik deskriptif dari variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai mean, median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Variabel penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

neuroticism 80 23.00 50.00 37.1625 6.23271

extraversion 80 23.00 37.00 29.8500 3.01935

agreebleness 80 30.00 48.00 37.5875 3.42623

openess 80 22.00 38.00 28.1375 2.88928

conscientiousness 80 38.00 65.00 52.1000 6.25937

gang kepribadian

obsesif kompulsif 80 53.00 76.00 62.5875 5.01818

Valid N (listwise) 80

Berdasarkan tabel 4.3 skor trait neuroticism terendah 23 dan tertinggi 50 dengan nilai rata-rata 37,16 dan standar deviasi 6,23. Kemudian skor terendah trait extraversion yaitu 23 dan skor tertinggi 37 dengan nilai rata-rata 29,85 dan standar deviasi 3,019. Selanjutnya skor terendah yang diperoleh trait agreebleness sebesar 30 dan skor tertingginya 37 dengan nilai rata-rata 37,58 dan standar deviasi 3,42. Setelah itu skor terendah trait openess adalah 22 dan skor tertingginya 38 dengan nilai rata-rata 28,13 dan standar deviasi 2,88. Sedangkan trait conscientiousness skor terendahnya yaitu 38 dan skor tertinggi sebesar 65 dengan nilai rata-rata 52,10 dan standar deviasi 6,25. Serta gangguan kepribadian obsesif kompulsif nilai terendahnya adalah 53 dan nilai tertinggi 76 dengan nilai rata-rata 62,58 dan standar deviasi 5,018. Nilai rentangan terbesar (nilai


(60)

maximal-minimal) terdapat pada trait neuroticism dan trait conscientiousness sebesar 27. Hal ini berarti variabel yang paling heterogen hasilnya adalah trait neuroticism dan trait conscientiousness.

4.2.1 Kategorisasi Skor Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Skala gangguan kepribadian obsesif kompulsif terdiri dari 23 item dengan empat pilihan jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian, skor yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar dari 23 sampai 92.

Peneliti membagi klasifikasi skor gangguan kepribadian obsesif kompulsif menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Rumus untuk mengkategorisasikannya adalah:

= X ;

Dengan begitu, kategorisasi yang diperoleh untuk skala gangguan Kepribadian obsesif kompulsif adalah:

Tabel 4.4

Penyebaran Skor Gangguan Kepribadian Obsesif Komplusif

Kategori Rumus nilai Jumlah

Subjek Persen

Tinggi 3X + nilai minimum 70 - 92 9 11,25 %

Sedang 2X + nilai minimum 47 - 69 71 88,75 %

Rendah X+ nilai minimum 23- 46 0 0 %

∑ 80 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, sebagian besar responden memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sedang dengan jumlah 71 orang (88,75%) atau dapat dikatakan hampir seluruh responden dari total responden yang berjumlah 80, dan ada 9 responden dengan presentase 11,25% memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tinggi.


(61)

4.2.2 Kategorisasi Skor Trait Big Five

Skala trait big five terdiri dari 5 trait yaitu neuroticism, extraversion, agreebleness, openess dan conscientiousness. Masing-masing trait memiliki jumlah item yang berbeda-beda. Neuroticism terdiri dari 14 item, extraversion 11 item, kemudian agreebleness dengan 12 item, openess memiliki 10 item dan conscientiousness 17 item. Skala tersebut menyediakan empat pilihan jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dari tabel 4.3 telah diketahui mean dan standar deviasi masing-masing trait tersebut. Karena tiap trait memiliki jumlah item yang berbeda sehingga untuk mengkategorikannya perlu dilakukan perhitungan standar baku (z-score).

Rumus untuk mencari z-score adalah

jadi total skor pada tiap trait dikurangi dengan nilai meannya dan dibagi dengan standar deviasinya. setelah semua item telah distandar baku-kan kemudian item-item tiap trait itu dibandingkan skornya satu sama lain, skor (z-skor) yang paling tinggi dari kelima item tersebut lah yang termasuk dalam pengkategorian. Berikut ini adalah hasil kategorisasi yang diperoleh oleh masing-masing trait.

Tabel 4.5

Kategorisasi Skor Trait Big Five

Trait big five Jumlah

subjek

Persentase (%)

Kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Tinggi Sedang Rendah

neuroticism 23 28,75 % 2 21 0

extraversion 23 28,75 % 4 19 0

agreebleness 10 12,5 % 1 9 0

openess 11 13,75 % 1 10 0


(62)

Total 80 100 % 9 71 0 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat ada 23 responden atau 28,75 % yang termasuk dalam trait neuroticism dengan dua orang memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tinggi dan 21 orang kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sedang. Kemudian ada 23 responden yang memiliki trait extraversion dominan dalam dirinya atau sebesar 28,75 % responden dengan 4 orang yang kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tinggi dan 21 orang pada taraf sedang. Selanjutnya trait agreebleness ada 10 responden yang tergolong dalam trait ini atau 12,5 %, ada 9 orang yang memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dalam taraf sedang dan satu orang dengan taraf kecenderungan tinggi. Selain itu trait openess ada 10 responden yang masuk kategori trait tersebut dengan 1 orang yang memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tinggi dan 10 orang pada taraf sedang. Terakhir trait conscientiousness ada 13 responden atau 16,25 % masuk dalam kategori ini dengan 1 orang yang memiliki kecenderungan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tinggi dan 9 orang pada tingkat sedang. Maka dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini dominan termasuk dalam trait neuroticism dan extraversion, masing-masing sebanyak 23 responden kemudian responden yang paling banyak memiliki kecenderungan gangguan kepribadian tinggi ada pada trait extraversion sebanyak 4 orang.

4.3 Uji Hipotesis

Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini dengan rumus korelasi Person. Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 11.50. berikut ini adalah hasil penelitiannya.


(1)

LAMPIRAN

Uji Reliabilitas dan Validitas

1. Skala Big Five (43 responden) a. Skala Neuroticism

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .817 50

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020

49.8140 49.9767 49.8605 49.9767 50.0930 49.9767 49.8140 49.7442 49.7674 49.9767 49.6744 49.6047 49.7442 49.7674 49.6512 50.6977 49.9767 49.8605 49.5349 49.7674

49.2027 50.3090 51.7420 49.3566 49.8007 50.5947 50.2503 49.3378 47.1827 47.3566 46.4153 48.1495 49.0997 50.7542 46.5659 54.9779 52.9280 52.6467 52.8738 53.3732

.5757 .4129 .2959 .7107 .5289 .3844 .4611 .5831 .6710 .6253 .7185 .5117 .5744 .4173 .7803 -.0304 .1472 .2597 .2587 .1512

.8504 .8565 .8607 .8476 .8523 .8577 .8547 .8503 .8454 .8473 .8430 .8527 .8503 .8563 .8412 .8727

.8673 .8612 .8610 .8651


(2)

b. Skala Extraversion Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .817 50

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020

52.6047 52.6047 52.9070 52.8837 52.7442 53.1163 52.4884 52.5581 52.6977 52.6744 52.7674 52.7907 52.7907 53.2791 52.6047 52.8605 52.9535 53.5349 52.8605 52.7674

29.5305 29.3876 27.2769 27.7719 29.2425 31.0576 28.7320 30.5858 29.6445 29.9867 29.5161 28.5028 28.9790 27.0631 31.7209 28.7896 30.3311 33.4928 32.6944 31.7542

.2683 .3398 .5553 .5838 .4234 .1194 .5155 .2370 .4206 .3165 .4377 .4807 .2846 .6062 .0685 .5533 .1893 -.1844 -.0840 .0904

.7343 .7276 .7069 .7073 .7218 .7458 .7152 .7354 .7233 .7298 .7221 .7161 .7338 .7026 .7470 .7140 .7409 .7624 .7655 .7440

c. Skala Agreebleness Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020

56.5116 55.9070 56.0000 56.0000 56.0930 56.0465 56.1860 56.2791 55.7442 55.9070 55.9070 56.1628 56.3953 55.6977 55.7907 56.5116 56.1628 56.3721 56.3256 56.3256

33.1606 32.8007 32.0476 33.1905 30.8959 34.1406 31.2979 30.1107 31.4806 32.8483 31.8959 30.4729 31.4352 31.7398 30.8837 33.5891 32.2824 33.4297 32.3677 31.6058

.1873 .2227 .3288 .2935 .5104 .1795 .4964 .5528 .4870 .2748 .4524 .4296 .4582 .5195 .4115 .1464 .3105 .1640 .2740 .4221

.7922 .7902 .7832 .7850 .7715 .7897 .7731 .7676 .7740 .7860 .7764 .7764 .7752 .7736 .7777 .7940 .7842 .7931 .7869 .7773

d. Skala Openess

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.817 50

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005

52.9767 53.1163 52.9070 52.8605 53.7674

27.6423 28.7243 25.3721 26.6467 27.2303

.1869 .0117 .6023 .4214 .2298

.7551 .7705 .7254 .7391 .7524


(4)

VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020

53.5814 53.0233 52.9767 53.0465 52.9535 52.9535 53.0465 52.8372 53.3953 53.3023 52.9070 53.3256 53.0000 53.4651 53.2326

29.1539 26.4518 27.3566 26.4264 26.2359 28.9978 25.7121 25.3300 25.5781 27.4064 27.4197 27.6534 27.2857 24.3499 25.6589

-.0453 .4029 .2765 .4705 .4930 .0282 .5548 .5945 .5294 .1733 .2520 .2002 .2317 .5549 .3956

.7758 .7395 .7483 .7361 .7343 .7614 .7292 .7255 .7297 .7582 .7500 .7538 .7520 .7236 .7389

e. Skala Conscientiousness Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .817 50

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013

57.3256 57.3023 57.2558 57.1860 57.3488 57.3023 57.2326 56.9535 57.0465 57.1860 57.3256 57.1860 57.1395

42.4629 40.9779 40.3854 40.4408 41.9468 39.3112 40.0399 44.3311 40.6168 39.1074 41.3677 40.7741 42.5039

.2368 .4758 .5160 .4089 .3800 .6640 .5845 .0321 .4657 .5074 .4053 .3335 .1865

.8417 .8321 .8302 .8347 .8359 .8239 .8276 .8474 .8321 .8297 .8348 .8390 .8452


(5)

2. Skala Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif (56 responden) Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .8548 17

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022

141.3889 140.8333 142.0370 142.2222 142.0185 142.1111 141.4074 142.1296 141.4074 142.0556 141.8704 140.9259 140.9444 142.0926 142.2407 142.3148 141.2037 140.9630 141.6296 141.8704 141.7593 141.1111

104.8459 105.3868 104.7911 111.7610 108.3581 105.5346 109.6422 106.3036 107.0384 103.9403 103.7376 104.9001 105.7516 107.7082 109.6957 106.9745 103.0332 104.6778 106.6150 108.4546 103.8466 109.3836

.3397 .3491 .3038 -.1361

.0750 .2602 .0153 .2147 .2045 .3492 .4025 .3620 .3016 .1587 .0077 .1785 .4573 .4317 .2163 .0973 .4430 .0417

.7634 .7636 .7643 .7785 .7731 .7660 .7739 .7677 .7680 .7625 .7610 .7629 .7649 .7694 .7745 .7690 .7591 .7615 .7676 .7715 .7603 .7728 VAR00014

VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020

57.5116 57.1628 57.0000 57.3256 57.2326 57.5814 57.2558

40.1606 38.9491 40.5714 42.7962 39.9446 39.4873 39.4806

.4027 .5664 .5274 .3021 .5556 .4210 .4768

.8353 .8268 .8301 .8386 .8283 .8349 .8314


(6)

VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 VAR00056

141.3889 142.3704 141.1296 141.7963 141.2778 141.4259 141.0926 141.1852 141.5185 141.1481 142.1852 141.7778 141.3333 141.3333 142.3148 142.1852 141.5370 142.2778 141.7593 141.8333 141.3148 141.8889 141.4074 141.9815 141.6852 141.3889 141.8333 141.6111 141.9074 141.5185 142.0370 141.2593 141.9259 142.0741

106.3176 112.8791 104.6055 104.0143 105.7516 101.3057 109.1422 105.3990 105.1600 107.0342 110.7198 107.9497 105.3208 106.4151 107.6160 104.8707 109.9137 109.8270 104.2240 113.0094 109.5028 104.2893 106.3592 108.3581 110.7103 103.2610 113.9151 109.6384 110.3498 106.1412 106.6024 102.8372 103.2774 103.8435

.2625 -.2261

.4077 .3939 .2693 .5549 .0361 .3713 .3691 .2760 -.0628

.1381 .2517 .2571 .1440 .3538 -.0146

.0075 .4900 -.2070

.0506 .3831 .3046 .1301 -.0627

.4519 -.2878

.0107 -.0305

.2756 .2415 .4275 .4251 .4226

.7662 .7804 .7618 .7614 .7657 .7551 .7741 .7632 .7630 .7664 .7779 .7701 .7663 .7664 .7701 .7631 .7763 .7737 .7601 .7822 .7719 .7619 .7653 .7701 .7784 .7594 .7830 .7745 .7742 .7658 .7668 .7595 .7600 .7607