Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

2.1.4 Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Bagian terpenting dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya preokupasi keterpakuan pada keteraturan, kesempurnaan serta kontrol mental dan interpersonal. Pola ini mulai ada pada masa dewasa awal dan terlihat dalam berbagai konteks DSM IV-TR. Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seorang perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang-orang tersebut seringkali terlalu memerhatikan detail sehingga mereka tidak pernah menyelesaikan proyek. Mereka berorientasi pada pekerjaan dan bukan pada kesenangan dan teramat sulit mengambil keputusan karena takut salah. Hubungan interpersonal mereka seringkali buruk karena mereka keras kepala dan menuntut agar segala sesuatu dilakukan dengan cara mereka. Gila kendali adalah istilah populer bagi orang-orang tersebut. Secara umum mereka serius, rigid, formal dan tidak fleksibel terutama mengenai isu-isu moral. Mereka tidak mampu membuang objek-objek yang sudah rusak dan tidak terpakai, bahkan yang tidak memiliki nilai sentimental dan kemudian rakus serta kikir Davidson, Kring Neale 2006. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sangat memperhatikan kerapihan dan detail-detail kecil setiap hari dalam kehidupannya. Mereka memperlihatkan perfeksionis dan tidak fleksibel dengan cara yang maladaptif. Hal yang membuat orang-orang disekelilingnya merasa terganggu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bagaimana mereka bertingkah laku Halgin Whitbourne, 2007. Mereka sering merasa cemas yang berlebihan ketika berada dalam situasi yang tidak jelas peraturannya seakan-akan situasi tersebut meningkatkan ketakutannya untuk membuat kesalahan dan merasa bersalah dan pantas untuk mendapat hukuman. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, gangguan ini masuk kedalam kelompok yang memiliki kecemasan dan ketakutan sebagai karakteristik utamanya Fitzgerald, 2009. 1,7 sampai 7,7 persen dari populasi dapat didiagnosa menderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan itu lebih sering terjadi pada pria daripada wanita Ekselius et al., 2001; Fabrega et al., 1991; Weissman, 1993 dalam Susan Nolen-Hoeksema, 2007. Menurut Lauren B Alloy,at al 2005 hal ini dikarenakan wanita secara umum lebih emosional dan lebih empati daripada pria. Pria secara umum, lebih asertif, percaya diri, dan lebih mementingkan logika dibandingkan wanita. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika gangguan kepribadian yang meliputi emosional histrionik, ambang lebih sering terjadi pada wanita dan gangguan kepribadian yang mementingkan diri sendiri narsistik, antisosial lebih sering terjadi pada laki-laki.

2.1.5 Perbedaan Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif dengan