Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
Kemudian pasal 70 undang-undang tersebut menentukan: Pasal 70
Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh
korporasi, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan
ijin usaha.
Kejahatan psikotropika seperti memproduksi, menggunakan dalam proses
produksi, mengedarkan, mengimpor, mengekspor, menyimpan tanpa hak, menyalurkan, menerima, menyerahkan, menganggkut, mengemas psikotopika
yang tidak menurut undang-undang dapat dilakukan korporasi, seperti pabrik obat, pedagng besar farmasi, rumah sakit, balai pengobatan, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, atau korporasi-korporasi yang tidak ada hubungannya dengan obat-obatan.
52
Kegiatan penyelidikan dan penyidikan merupakan salah satu bentuk pelayanan penegakan hukum kepada masyarakat. Penegakan hukum terhadap
tindak pidan psikotropika harus dilaksanakan tanpa melihat status sosial para pelaku kejahata. Hal ini sesuai dengan prinsip equality before the law, bahwa
semua warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum.
C. Proses Hukum Produsen Psikotropika Menurut UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
1. Teknik Penyelidikan dan Penyidikan
53
52
Ibid, Hal. 82
53
Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta, PT RajaGrafindo
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
Hal ini perlu mendapat perhartian karena pada dasarnya orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana psikotropika terutama produsen psikotropika adalah
orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi, artinya mereka yang tertangkap sebagai produsen psikotropika adalah orang-orang yang memiliki uang banyak,hal
ini dibuktikan dengan fakta bahwa setiap kali ada penangkapan produsen psikotropika selalu terdapat uang sebagai alat bukti yang jumlahnya terkadang
sampai ratusan juta rupiah dan tidak jarang pula mereka sudah memiliki hubungan dengan para penegak hukum.
Secara umum proses penyidikan perkara produsen psikotropika tidak memiliki perbedaan dengan penyidikan perkara psikotropika lainnya baik seperti
pemakai dan penyalur, dimana penyelidikan perkara psikotropika dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia Polri dan Penyidik Pegai
Negeri Sipil PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik, hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 6 ayat 1 KUHAP, akan tetapi selain yang
ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, juga diatur beberapa wewenang khusus bagi Polri maupun PPNS dalam
melakukan proses penelidikan dan penyidikan yang diatur mulai dari Pasal 55 sampai dengan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997.
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak terjadi penyidikan psikotropika yang tumpang tindih,maka PPNS dalam melaksanakan
tugasnya tidak berjalan sendiri tetapi kedudukan di bawah kordinator dan pengawasan Polri.
Persada, 2005, Hal.135
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 KUHAP Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia mempunyai beberpa wewenang, yaitu:
1 Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana. 2
Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. 3
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
4 Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penitaan.
5 Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
6 Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
7 Memangil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersngka atau saksi.
8 Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara. 9
Mengadakan penghentian penyidikan. 10
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang betanggung jawab. Mengingat masalah psikotropika sangat berbahaya bagi individu,
masyarakat dan negara maka wewenang penyidik POLRI diperluas. Perluasan wewenang tersebut sangat diperlukan sekali untuk menguak terjadinya tindak
pidana di bidang psikotropika. Wewenang tersebut bisa dikatakan sangat istimewa dan tidak terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang lain, kecuali dalam
UU No.22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.
54
Beberapa wewenang khusus bagi Polri untuk melakukan penyidikan
54
Hari Sasangka, Op.Cit, Hal. 151
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
menurut Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, adalah:
1 Melakukan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik
pembelian terselubung 2
Membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat- alat perhubungan yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara
yan g menyangkut psikotropika yang sedang dalam penyalidikan.
3 Menyadap pembicaraan melalui telepon danatau alat telekomunikasi
elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga keras melakukan pembicaraan mengenai masalah yang
berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Jangka waktu penyadapan berlangsung paling lama 30 hari.
55
Ketentuan jangka waktu 30 hari untuk penyadapan berlangsung, apabila ditinjau secara substansi masalah tersebut tidak jelas apa yang dikehendaki oleh
pembuat undang-undang. Aturan ini harus diperjelas maknanya dengan tetap melindungi Hak Asasi Manusia, dengan menetapkan sejumlah sarana control
social. Kenyataan di lapangan, jangka waktu untuk penyadapan tidak dapat dibatasi dengan waktu, kadang-kaang kurang dari waktu yang telah ditentukan.
Permasalahannya adalah bagaimana apabila waktu yang dibutuhkan untuk penyadapan melebihi waktu 30 hari, namun tidak ada penjelasan maupun
dirumuskan secara tegas di dalam undang-undang.
56
Bekaitan dengan kegiatan penyidikan, selain penyidik pejabat Polisi Negara RI, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, untuk melakukan penyidikan tindak pidana psikotropika yang
diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997. Pasal ini mengatur
55
Siswanto Sunarso, Op. Cit, Hal.137
56
Ibid Hal. 148
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
tentang kewajiban dan wewenang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu,sebagai beikut:
1 Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan
tentang tindak pidana di bidang psikotropika. 2
Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang psikotropika.
3 Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana di bidang psikotropika. 4
Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang pikotropika.
5 Melakukan penyimpangan dan pengamanan terhadap barang bukti
yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika. 6
Melakukan pemeriksaan atas surat danatau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang psikotropika.
7 Membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat-
alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang menyangkut psikotropika yang sedang dalam penyidikan.
8 Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang psikotropika. 9
Menetapkan saat dimulainnya dan dihentikannya penyidikan. Terhadap Pasal 55 Undang Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropka
ini telah tersirat maupun tersurat tidak merumuskan tentang kewajiban dan wewenang penyelidikan. Di samping itu, apa yang dimaksud dengan penggunaan
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
istilah teknik penyidikan, penyerhan yang diawasi dan teknik pembelian terselubung tidak secara jelas kandungan maksudnya. Dalam penjelasan pasal,
hanya merumuskan bahwa pelaksanaan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi, dan teknik pembelian terselubung, hanya dapat dilakukan atas perintah
tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Pengertian penyerahan yang diawasi, menurut pendapat Dr. Siswanto
Sunarso, S.H.,M.H. dalam suatu kegiatan yang dikategorikan sebagai taktik, sebagai bagian dari teknik. Di sisi lain, kegiatan penyidikan adalah berawal dari
kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mengumpulkan barang bukti. Sedangkam fase kegiatan penyidikan ialah menganalisis tentang membuat terang
suatu perkara dengan adanya kelegkapan dan kesesuaian antar pelaku, barang bukti dengan saksai-saksikorban.
Kegiatan taktik penyerahan yang diawasi ada dua kemungkinan untuk dilakukan. Pertama, dilakukan oleh pihak penyidik sendiri atas perintah
penyidikuntuk melihat penyerahan bahan psikotropika; Kedua, dapat dilakukan oleh penyidik sendiri untuk melihat penyerahan bahan psikotropika tersebut.
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu,meliputi: 1
Penyidik Penyidik PPNS yang bertangung jawab di bidang kesehatan. 2
Penyidik PPNS Departemen Keuangan, dalam hal ini Direktoral Jenderal Bea dan Cukai.
3 Penyidik PPNS departemen terkait lainnya, dan kewenangan penyidik
PPNS departemen tersebut diberikan oleh undang-undang sesuai bidang
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
tugasnya masing-masing.
57
Pengaturan hukum terhadap segala tindakan para penyelidik dan penyidik ialah sangat mutlak diperlukan. Hal ini untuk mencegah penyalahgunaan
wewenang yang dapat merugikan hak-hak pribadi dari tersangka pelaku kejahatan di bidang psikotropikamaupun Negara dalam mewakili seliuruh masyarakat
Indonesia.
2. Penuntutan dan Pemeriksaan Sidang Perkara Psikotropika