Pengertian Produsen Psikotropika Jenis-Jenis Pidana atau Stelsel Pidana di Indonesia

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 narapidanatahanan narkoba, selebihnya sekitar 64.286 orang 71 persen merupakan napitahanan non-narkoba dari 118.453 orang napitahanan. Data di Badan Narkotika Nasional BNN menyebutkan, jumlah perkara yang ditangani kepolisian pada tahun 2000 sebanyak 3.478 kasus, tahun 2001 sebanyak 3.617 kasus, tahun 2002 sebanyak 3.751, tahun 2003 sebanyak 7.140 kasus dan tahun 2004 sebanyak 8.410. Sedangkan jumlah pelaku pada tahun 2001 sebanyak 4.924 orang, tahun 2002 sebanyak 5.310 orang, tahun 2003 sebanyak 9.717 orang dan tahun 2004 sebanyak 11.323 orang. Baik kasus dan pelaku mengalami kenaikan setiap tahun dan akan terus naik jika tidak ada upaya dari kita semua untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba. Rata-rata pengungkapan kasus narkoba sebanyak 29 kasus per hari yang melibatkan 44 tersangka per hari, baik warga asing maupun penduduk Indonesia. Dari data versi Ditjen Pemasyarakatan Depkum dan HAM, posisi Pebruari 2007 itu, napitahanan narkoba didominasi oleh kelompok pemakai 74 persen, disusul pengedar 24 persen dan produsen 2 persen.

2. Pengertian Produsen Psikotropika

Sebelum penulis membahas pengertian produsen psikotropika kita perlu melihat pengertian produksi yang dituangkan dalam Bab I pasal 1 ayat 3 UU psikotropika yang menyatakan produksi adalah kegiatan atau proses penyiapan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, danatau mengubah bentuk psikotopika. Dengan pengertian diatas, apabila ada seseorang yang melakukan Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 penyidiaan bahan-bahan untuk diolah menjadi psikotropika, sudah dapat dikatakan melakukan kegiatan memproduksi psikotropika, karena sudah melakukan proses persiapan walaupun bahan-bahannya belum diolah. Demikian pula dengan membungkus obat-obatan yang tergolong psikotropika termasuk perbuatan memproduksi psikotropika, walaupun pelakunya tidak mengolah atau membuat psikotropika. 12

3. Pendapat Sarjana Tentang Pidana dan Pemidanaan

Pasal 5 menyatakan bahwa pikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki izin dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Didalam UU Nomor 5 Tahun 1997 tidak ada ada ketentuan yang secara nyata dan jelas apa yang dimaksud dengan podusen psikotropika, namun dari pasal-pasal yang ada kita dapat mengambil kesimpulan bahwa produsen psiktropka adalah pabrik obat yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengadakan kegiatan atau proses menyiapkan,mengolah, membuat, menghasilkan,mengemas danatau mengubah bentuk psikotropika.

a. Pidana

1.Pengertian Pidana Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata pidana 12 Gatot, Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2004, Hlm. 24 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 berarti hal yang di pidanakan yaitu yang oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan. Tentunya ada alasan untuk melimpahkan pidana ini dan alasan ini selayaknya ada hubungan dengan suatu keadaan, dalam mana seorang oknum yang bersangkutan betindak kurang baik. Maka unsur “hukuman” sebagai suatu pembalasan adalah tersira dalam kata “pidana.” 13 Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang- undang beseta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku. 14 Pada umumnya para sarjana menyebutkan hakekat dari pidana itu adalah penderitaan atau nestapa, Demikian juga misalnya pendapat dari Bonger yang menyatakan bahwa pidana adalah mengenakan suatu penderitaan, karena orang itu Untuk memberikan penjelasan tenang arti pidana secar lebih kongkrit berikut penulis kutipkan beberapa pengertian pidana menurut para ahli, diantaranya; Mr.W.P.J. Pompe memberikan batasan yang dimaksud dengan hukum pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan hukum mengenai prbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya. Prof. Sudarto,S.H. mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan pidana adalah penderitaan yang disengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. 13 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas hukum Pidana di Indonesia, PT.Eresco, Bandung, 1986, Hal.1 14 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 6 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 telah melakukan suatu perbuatan yang meruikan masyarakat. Ini sama dengan yang dikatakan oleh Roeslan Saleh bahwa pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan Negara pada pembuat delik itu. 15 Stelsel pidana merupakan bagian dari hukum penitensier yang berisi tentang jenis-jenis pidana,batas-batas penjatuhan pidana,cara penjatuhan pidana, cara dan di mana menjalankannya, begitu juga mengenai pengurangan, penambahan,dan pengecualian penjatuhan pidana. Disamping itu hukum panitensier juga berisi tentang system tindakan dalam usaha Negara menjalankan ketertiban.

2. Jenis-Jenis Pidana atau Stelsel Pidana di Indonesia

16 Stelsel pidana Indonesia pada dasarnya diatur dalam Buku I KUHP dalam bab ke-2 dari Pasal 10 sampai Pasal 43. KUHP sebagai induk atau sumber hukum pidana telah merinci jenis-jenis pidana, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP. Menurut stelsel KUHP, pidana dibedakan menjadi dua kelompok, antara pidana pokok dengan pidana tambahan. Adapun perbedaan antara jenis-jenis Mencantumkan hukuman pada setiap larangan dalam hukum pidana, disamping bertujuan untuk kepastian hukum dalam rangka membatasi kekuasaan Negara juga bertujuan untuk mencegah orang yang berniat melanggar hukum pidana, dan adanya stelsel hukum akan lebih menjamin kepastian hukum di Indonesia. 15 http:www.pdat.co.idhgnewbooks_pdat20060925nwb,20060925-02,id.html 16 Adami Chazawi,Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo, 2005,Hal.23 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 pidana pokok dengan pidana tambahan adalah sebagai berikut: a Penjatuhan salah satu jenis pidana pokok bersifat keharusanimperative, sedangkan penjatuhan pidana tambahan sifatnya fakultatif b penjatuhan jenis pidana pokok tidak harus dengan demikian menjatuhkan pidana tambahanberdiri sendiri, tetapi menjatuhkan jenis pidana tambahan tidak boleh tanpa dengan menjatuhkan jenis pidana pokok. c jenis pidana pokok yang dijatuhkan, bila tidak mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht gewijsde zaak diperlukan suatu tindakan pelaksanaanexeutie. 17 Untuk memahami lebih mendalam mengenai jenis-jenis hukuman berdasarkan pasal 10 KUHP, maka jenis-jenis hukuman tersebut akan diuraikan secara mendalam satu persatu.

A. Hukuman-Hukuman Pokok

Pidana pokok adalah pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan dan pidana denda, dimana apabila dalam persidangan, tindak pidana yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum menurut hakim telah terbukti secara sah dan meyakinkan maka hakim harus menjatuhkan satu jenis pidana pokok, sesuai dengan jenis dan batas maksimum khusus yang diancamkan pada tindak pidana tersebut,diantaranya:

1. Hukuman Mati

17 Ibid, Hal.26-27