Faktor Diluar Hukum FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 melawan hukum. 69

B. Faktor Diluar Hukum

Yang dimaksud dengan faktor diluar hukum adalah hal atau keadaan yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya atau timbulnya produsen psikotropika di Indonesia dari luar hukum. 1.Sebagai Perwujudan Gaya Hidup Dalam hal inilah hukum seharusnya mengambil peran sebagai peraturan yang mengatur dan menindak dengan tegas setiap usaha yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ndang-Undang yang berlaku di Indonesia, Pemerintah harus mengawasi setiap perusahaan tidak hanya pada saat berdinnya suatu perusahaan akan tetapi juga setelah perusahaan tersebut melakukan oprasinya, agar tidak menyimpang dari ketentuan yang sudah disepakati. Polisi juga perlu mengadaan patroli secara berkala untuk melihat apakah ada perusahaan yang dalam kegiatan produksinya menimbulkan kecurigaan. Pengaruh lingkungan sosial besar sekali bagi terjadinya penyalahgunaanketergantungan obat. Kondisi sosial tertentu telah membuat keadaan sedemikian rupa sehingga kondusif bagi seseorang untuk mencoba-coba dengan obat. Rasa ingin tahu, pemberontakan terhadap figure orang tua atau otoritas, meniru-niru, tekanan dari teman sekelompok peer group pressure, rasa jenuh dan bosan, keinginan untuk melarikan diri dari kesulitan dan lain 69 Abdul R. saliman, et al, Op. Cit, Hlm.95 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 sebagainya, kesemuanya itu membuat seseorang mencari keterangan tentang khasiat obat yang dapat memberikan kepuasan dan kenikmatan. Pada dasarnya kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari perubahan terhadap suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial manusia. Perubahan-perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima yang disebabka karena perubahan- perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difungsi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tertentu. 70 Preble dan Casey 1969 mengemukakan bahwa ada semacam penghargaan sosial yang diberikan kepada penyalahgunaan obat atas keberhasilannya dalam melakukan berbagai tindak kriminal. Struktur masyarakat yang mengalami deprivasi demikian itu sangat kondusif bagi tumbuhnya penyalahgunaan obat di kalangan anak dan remaja. Akan tetapi perubahan ini terkadang telah mengalami pergesaran-pergesaran nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. 71 Dalm zaman moderen ini hampir selurh dunia termasuk negara Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian yang khusus karena pada orang-orang tersebut telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang sebelumnya didalam masyarakat dipandang sebagai tindakan yang menyimpang malah pada masyarakat golongan tersebut dipandang menjadi hal yang berharga dan mendapat penghormatan. 70 Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, PT Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal. 18 71 http:tumoutou.net702_05123yongky.htm Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 Indonesiatelah dilanda oleh bahaya penyalahguaan narkotika dan jenis-jenis obat berbahaya lainnya. 72 Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ketua Badan Narkotika Nasional Jenderal Pol. Sutanto yang juga Kepala Kepolisian RI yang mengatakan, negara didunia tidak ada yang bebas seratus persen dari kasus narkoba dan psikotropika, untuk Indonesia sendiri jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 1, 5 persen dari 3, 2 persen jumlah populasi penduduk Indonesia.Pada saat ini tidak ada negara yang bebas dari kasus narkoba dan psikotropika, negara-negara Arab bahkan di Iran sudah terkena narkoba, sebanyak 4 persen dari populasi penduduknya, begitu juga Rusia, tidak ada yang mampu mencegahnya. 73 Pada saat bangsa ini disibukkan oleh berbagai persoalan lain, jaringan Peningkatan dramatis angka kasus dan jumlah pengguna di tengah razia intensif oleh pihak kepolisian beberapa tahun terakhir sekaligus menjadi batu ujian krusial bagi Indonesia, terutama dalam mewujudkan Indonesia bebas narkoba 2025. Perkembangan dari tiga tahun terakhir sejak tahun 2005 telah menjadi saksi perkembangan pesat posisi Indonesia dalam peta perdagangan dan peredaran narkoba dunia. Dari semula bukan konsumen, negara transit, dan produsen besar, Indonesia naik kelas di ketiga-tiganya, ini mampu menunjukan bahwa pada saat ini kehidupan masyarakat Indonesia begitu dekat dengan Narkotika dan Psikotropika. 72 Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany, Amir Muhsin, Kejahatan Yang Merigikan dan Membahayakan Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986, Hal.490 73 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Tgl. 23 April 2007 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 mafia narkoba dunia bekerja siang malam menggarap pasar potensial, mulai dari sekolah-sekolah, perkampungan kumuh, hingga kawasan elite, perkantoran, dan tempat-tempat dugem atau nongkrong favorit kalangan menengah atas dan eksekutif untuk melepas penat. Target mereka tidak mengenal batas usia, status sosial ekonomi, dan geografi. Pejabat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat pun tak lolos. Aparat terus kecolongan dan kalah cepat dari mafia perdagangan dan peredaran narkoba yang dalam banyak kasus mendapat beking dari oknum aparat. Di kalangan masyarakat tertentu, terutama di perkotaan, narkoba sudah jadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup dan media pelarian dari stres atau keterjepitan hidup. Tidak sedikit mereka terjerumus pada usia sangat muda karena pergaulan, lingkungan sosial, stres, keterjepitan hidup, bahkan karena ketidaktahuan. Konsumsi narkoba melalui jarum suntik juga menjadi media penularan terbesar HIVAIDS dan hepatitis BC. Konsumsi narkoba merenggut 15.000 nyawa pengguna setiap tahun. Pastika bahkan memperkirakan rata-rata 40 orang meninggal setiap hari karena narkoba di Indonesia. Ekstacy kini merebak sebagai fenomena yang mengkhatirkan banyak kalangan, Apalagi pil setan berikut gaya hidup yanh dibawanya tidak lagi semata-mata simbol metropolitan yang gelisah, tetapi telah menjadi suatu subkultural yang meringsek hingga ke kota-kota kabupaten dan kecamatan. Berbagai istilah yang biasa dipakai pengguna ekstasy mulai muncul di layar televisi dan berbagai adegan komedi. Tidak jelas kapan pil ekstasy telah menjadi Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 gaya hidup. 74 Apabila dipandang dari sudut viktimologi, korban dalam undang-undang psikotropika merupakan self-victimizing victims, yaitu seseorang yang menjadi korban karena perbuatannya sendiri. Namun, ada juga yang mengelompokkannya dalam victimless crime atau kejahatan tanpa korban, semua pihak adalah terlibat. 75 Narkoba adalah teror dalam wujud nyata masa depan generasi bangsa yang hanya bisa dihadapi secara bersama oleh semua pemangku kepentingan di Tidak sedikit dari korban narkoba ini berasal dari kelompok sosial ekonomi tak mampu, anak-anak telantar, atau berstatus pengangguran. Tidak sedikit dari mereka yang tak memiliki apa-apa.Ini menunjukan bahwa gaya hidup dengan psikotropika pada saat ini tidak terbatas pada golongan usia tertentu,mulai dari yang muda, orang dewasa sampai pada orang tua, demikian juga dengan tingkat perekonomian mulai dari ekonomi rendah sampai pada orang-orang kaya. Gaya Hidup denggan Narkotika dan Psikotropika Terbawa Sampai Pada lembaga Pemasyarakatan.Di penjara mereka merekrut pemain dan anggota baru jaringan. Penjara jadi tempat penggodokan para pemakai pemula menjadi bagian dari jaringan inti peredaran dan perdagangan narkoba. Perdagangan dan peredaran narkoba dikendalikan langsung dari balik jeruji penjara di bawah pengamanan ketat aparat. 74 Kunarto, Kejahatan Tanpa Korban Seri Merenungi Kritik Terhadap Polri, Cipta Manunggal, 1999. Hlm. 105 75 Didik M, Arief Mansur, Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Antara Norma dan Realita,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm. 97 Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 masyarakat, dalam suatu gerakan nasional yang kali ini tidak boleh lagi basa- basi. Kecuali, Indonesia mau menjadi semacam Medelin-nya Italia, di mana kejahatan terorganisasi mafia narkoba jauh lebih berkuasa daripada institusi hukum dan negara. 76 Lengkap sudah. Indonesia dengan jumlah penduduk besar, wilayah geografis sangat luas, ruang-ruang kehidupan sosial ekonomi yang semakin 2.Faktor Permintaan Yang Tinggi Terhadap Psikotropika Pada tahun 2004, Indonesia bukanlah pemain penting di dunia pernarkotikaan iternasional. Sekarang ini, seperti diakui Direktur IV Tindak Pidana Narkoba Badan Narkotika Nasional BNN Brigadir Jenderal Pol Indradi Thanos, Indonesia sudah menjadi pasar terbesar. Sejak tahun 2005, Indonesia sudah masuk dalam tiga besar peredaran narkoba dunia, terutama untuk jenis sabu crystal methamphetamine, setelah China dan Amerika Serikat. Indonesia, dengan posisi geografisnya, juga menjadi tempat transit penting lalu lintas perdagangan narkoba antara Asia dan Australia. Semakin meningkatnya kasus-kasus yang melibatkan warga negara asing menunjukkan Indonesia sudah sejak lama jadi target utama sindikat internasional perdagangan obat bius. Temuan pabrik ekstasi terbesar di Asia Tenggara di Jalan Cikande, Serang, Tahun 2005, dibongkarnya sejumlah industri rumahan yang membuat sabu di berbagai wilayah di Indonesia, dan pengungkapan sejumlah pabrik sabu di Batam dan Jakarta baru-baru ini juga menunjukkan Indonesia sudah menjadi hot spot basis produksi dan perdagangan narkoba dunia. 76 http:www.kompascetak.comkompas-cetak071124Fokus4021204.htm Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 mengimpit, penegakan hukum yang lemah, dan lembaga peradilan yang sangat korup bukan lagi hanya sekadar pasar potensial dan tempat persinggahan, tetapi produsen besar narkoba. 77 Terbongkarnya sejumlah pabrik ekstasi selama tahun 2005 ini semakin menguatkan kita bahwa Indonesia memegang peranan penting di tengah rantai bisnis ini. Tertangkapnya bandar ekstasi di Karawang Maret, penggerebekan pabrik ekstasi besar di Desa Pangradin Kec. Jasinga Kab. Bogor April, penggerebekan pabrik ekstasi di Perumahan Taman Ratu Kel. Duri Kepa Kec. Tanjung Duren Jakarta Barat Mei, diketahuinya pabrik ekstasi di Kp. Sukamulya Bukan hal aneh jika Indonesia menjadi sebuah pasar potensial bagi perdagangan narkoba. Tertangkapnya sejumlah orang asing sebagai pengedar narkoba di Indonesia menunjukkan bisnis ini telah terkait dengan jaringan internasional. Jalur distribusi yang meluas telah ditandai dengan banyaknya daerah di Indonesia menjadi sasaran sindikat pengedar narkoba ini. Kota Jakarta masih menjadi pusat peredaran barang haram ini di Indonesia. Dari ibu kota inilah beredar narkoba impor hingga sejumlah narkoba produk dalam negeri. Bahkan, pihak kepolisian telah mengategorikan Jakarta adalah salah satu kota terbesar di Asia Tenggara tempat transit dari masuknya barang haram seperti heroin, morfin, kokain, sabu, maupun obat-obatan berbahaya lainnya. Cina, Afganistan, Pakistan, Thailand, serta sejumlah kota di Afrika adalah pemasok narkoba terbesar ke Indonesia. Sebagian didistribusikan di dalam negeri, sedangkan sebagian lainnya khusus untuk disebarkan lagi ke luar negeri. 77 http:www.kompascetak.comkompas-cetak071124Fokus4021204.htm Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 Kel Karanganyar Kec.Kab. Subang Juni, hingga penyitaan ribuan pil ekstasi di Bandung Oktober adalah rangkaian yang tak terjadi secara kebetulan. Apa yang membuat Indonesia begitu memesona bagi para pelaku bisnis narkoba dan psikotropika ini? Tak akan ada asap jika tak ada api. Indonesia dengan jumlah penduduk yang tinggi namun tingkat pendidikan yang relatif rendah adalah pasar potensial bagi peredaran narkoba. Terlebih, rendahnya tingkat pengawasan dan jaminan keamanan serta law enforcement di negeri ini merupakan sasaran empuk bagi para pebisnis psikotropika. Mekanisme pasar berlaku di sini. Tak semata-mata orang mau membangun sebuah pabrik ekstasi dengan segala risikonya jika tak ada permintaan. Omzet perdagangan narkoba diperkirakan sekitar 4 miliar dollar AS per tahun. Namun, angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar lagi. Dari satu pabrik sabu yang ditemukan di Banten tahun 2005 saja, omzet diperkirakan sekitar Rp 1,5 triliun. Semua ini masuk ke kantong jaringan produsen dan pengedar serta menjadi rangkaian panjang bagian dari mesin yang terus berputar menggerakkan ekonomi bawah tanah underground economy, sebagaimana halnya juga judi, prostitusi, penyelundupan, dan aktivitas kriminal ilegal lainnya. Berdasarkan hasil penelitian BNN selama tahun 2004, diketahui jumlah korban meninggal akibat penyalahgunaan narkoba mencapai 15.000 orangtahun. Jumlah kerugian ini belum termasuk uang yang terbuang percuma untuk membeli barang haram tersebut. Data BNN menunjukkan uang yang dihabiskan untuk Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 membeli narkoba tersebut nilainya tak kurang dari Rp 46,5 triliun. 78 Teknologi dalam negeri rupanya masih belum mampu memproduksi heroin dan kokain, seperti yang dijelaskan BNN. Terbukti, selama ini pabrik narkoba yang dapat digerebek adalah pabrik ekstasi. Namun, para penyalahguna narkobapsikotropika di Indonesia boleh berbangga, karena ganja dari Aceh masih Data dari rumah sakit, pemberitaan media massa, dan kepolisian adalah bukti banyaknya para pengguna yang berujung dengan kematian. Para pengguna narkoba ini pun tak pandang umur. Tak hanya orang dewasa, racun narkoba ini telah merambah hingga ke anak SD. Dengan kata lain, semua data yang muncul ke permukaan tentang jumlah pemakai teratur maupun pecandu narkoba baru sebatas permukaan saja, karena data sebenarnya bak fenomena gunung es. Misalnya saja data peningkatan jumlah pengguna narkoba. Sebagai contoh, Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO Fatmawati, Jakarta sempat kewalahan karena jumlah pasien napza mengalami peningkatan tajam. Dalam sehari, 40-50 orang pasien masuk ke RSKO ini. Jenderal Pol.Sutanto sempat memprediksikan, kerugian bangsa Indonesia secara akumulasi mulai 2004 hingga 2009 dapat mencapai Rp 207 triliun jika peredaran narkoba tak dapat dihentikan. Hingga pertengahan tahun 2007, jumlah penyalah guna narkoba versi BNN diperkirakan mencapai 1,5 dari populasi penduduk Indonesia, atau mencapai 3,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 69 adalah pengguna teratur dan sisanya adalah pecandu. 78 http:anekaplanta.wordpress.com20071222indonesia-pasar-potensial Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 menjadi primadona bagi lingkaran setan bisnis ini di dunia. Dari segi kualitas, ganja Aceh dinilai cukup baik hingga tak jarang produknya selalu diminta pasar luar negeri. Bisnis haram ini tak akan pernah padam, selama pasar masih memperlihatkan geliatnya. Pabrik narkoba masih akan terus dibangun selama konsumennya masih terus bertahan. Satu mata rantai harus dipecahkan. Menghentikan pemakaian dan ketergantungan terhadap narkoba adalah jalan termudah yang dapat dilakukan. 79 79 Ibid BAB IV ANALISA KASUS Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No. 455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009 Dalam penulisan skripsi ini, penulis menganalisa salah satu kasus yang telah melanggar ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Tujuan dari menganalisa kasus ini adalah melihat bagaimana ketentuan dan pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dalam ptraktek peradilan dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan suatu perkara tindak pidana memproduksi psikotropika tanpa izin atau secara illegal. Kasus yang dianalisa oleh penulis dalam skripsi ini adalah kasus yang telah melalui 3 tiga tingkatan di Pengadilan Negeri Surabaya dengan Register Nomor 3142Pid B2006PN.SBY, di tingkat Pengadilan Tinggi dengan Register Nomor 256Pid2007PT.SBY dan putusan Mahkamah Agung dengan Register Nomor 455KPID.SUS2007.

A. Kronologi Kasus