Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
teori hukum pidana strafrecht-theorien adalah berhubungan langsung dengan pengetian hukum pidana subyektif, teori-teori ini adalah mencari dan
menerangkan tentang dasar dari hak Negara dalam menjatuhkan dan menjalankan pidana tersebut
32
Dasar pijakan dari teori ini ialah “Pembalasan”, inilah dasar pembenar dari penjatuhan penderitaan berup pidana itu kepada penjahat. Negara berhak
menjatuhkan pidana ialah Karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan atau perkosaan pada hak dan kepentingan hukum pribadi, masyarakat atau
negarayang telah dilindungi. .
Hukum pidana dalam usahanya mencapai tujuan-tujuannya tidak semata- mata menjatuhkan pidana, tetapi ada juga kalanya mengunakan tindakan-tindakan.
Penjatuhan pidana ini juga memiliki tujuan-tujuan demi keadilan baik bagi koban atau masyarakat luas juga untuk membentuk pribadi yang lebih baik dari pelaku
kejahatan Inilah yang dimaksud dengan teori-teori pemidanaan yaitu maksud atau
tujuan dilakukannya pemidanaan kepada pelaku kejahatan demi keadilan dan kebaikan bagi diri pelaku sendiri dan masyarakat. Terdapat berbagai teori yang
membahas alasan-alasan yang membenarkanjustification penjatuhan hukum.Diantaranya adalah :
a. Teori Absolut
33
Maka oleh karena itu ia harus diberi pidana yang setimpal dengan
32
Adami Chazawi, Op. cit. Hal. 153
33
Ibid, Hal. 153
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
perbuatan yang dilakukannya. Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada penjahat dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang
lain. Setiap kejahatan tidak boleh tidak harus diikuti oleh pidana bagi pembuatnya.
Tidak dilihat akibat-akibat apa yang bisa timbul dari penjatuhan pidana itu, tidak memperhatikan masa kedepan baik terhadap diri penjahat maupun
masyarakat. menjatuhkan pidana tidak dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang praktis, tetapi bermaksud satu-satunya penderitaan bagi penjahat.
Tindakan pembalasan didalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah yaitu 1.
Ditujukan kepada penjahatnya sudut subjektif dari pembalasan 2.
Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam dikalangan masyarakat Sudut objektif dari pembalasan
Pembalasan oleh banyak orang dikemukakan sebagai alas an untuk mempidana suatu kejahatan, kepuasan itulah yang dikejar.Apabila ada seorang
oknum yang langsung kena dan menderita karena kejahatan itu, maka kepuasan hati itu terutama ada pada si oknum tersebut. Dalam hal pembunuhan kepuasan
hati ada pada keluarga si korban khususnya, dan pada masyarakat umumnya. Dengan meluasnya kepuasan hati ini pada sekumpulan orang, maka mudah
juga meluasnya sasaran dari embalasan pada orang orang lain dari pada si penjahat, yaitu pada para sanak-keluarga atau kawan-kawan karib. Maka unsur
pembalasan, meskipun dapat dimengerti tidak selalu dapat menjadi ukuran untuk menetapkan suatu pidana.
b. Teori Relatif
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
Menurut teori ini suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan suatu pidana. Untuk itu tidaklah cukup adanya suatu kejahatan melainkan harus
dipersoalkan pula apa manfaatnya suatu pidana bagi masyarakat, atau bagi si penjahat itu sendiri. Tidak saja dilihat pada masa lampau, melainkan juga pada
masa depan. Maka harus ada tujuan lebih jauh daripada hanya menjatuhkan pidana saja.Dengan demikian teori ini juga dinamakan teori tujuan.
Teori relatif atau teori tujuan berpokok pangkal bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pidana ialah tata tertib
masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana.
34
1. Bersifat menakut-nakuti Afschrikking
Untuk mencapai ketertiban masyarakat tadi, maka pidana itu mempunyai tiga sifat yaitu:
2. Bersifat memperbaiki Verbeterribgreclasering
3. Bersifat membinasakan onsschdelijk maken
Menurut teori ini pidana dimaksudkan sebagai alat pencegahan baik yang bersifat khusus, special prevention maupun yang bersifat umum General
Prevention Teori ini melihat punishment sebagai cara untuk mencegah atau
mengurangi kejahatan. Premisenya adalah bahwa pemidanaan sebagai tindakan yang menyebabkan derita bagi terpidana, hanya dianggap sah apabila terbukti
bahwa dijatuhkannya pidana itu memang menimbulkan akibat lebih baik daripada
34
Ibid, Hal.157
Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Study Kasus Reg. No.3142Pid B2006PN.SBY, No. 256Pid2007PT.SBY, No.
455KPID,SUS2007, 2008. USU Repository © 2009
tidak dijatuhkan pidana pihak-pihak yang terlibat
35
c. Teori Gabungan