Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
2.12. TEKNOLOGI EKSTRAKSI CPO DAN INTI
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit TBS yang diikuti dengan proses
pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap
proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.
Adapun unit – unit proses yang dibahas adalah : -
Stasiun perebusan -
Penebahan -
Stasiun presan -
Stasiun pemurnian minyak -
Stasiun pengolahan biji dan inti D.Darnoko,Donald Siahaan,2003
2.13. PENGOLAHAN BUAH SAWIT MENJADI MINYAK SAWIT
Perlakuan – perlakuan pada proses pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit : a.
Perebusan yang dilakukan oleh Strelizer. b.
Pemipilan buah oleh mesin penebah Thresher. c.
Pemisahan minyakbahan cair ekstraksi d.
Pemurnian minyak Klarifikasi
2.13.1. PEREBUSAN STRELIZER
Ada tiga kondisi dasar yang diperlukan dalam perebusan yaitu :
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
- Temperatur antara 135
o
C – 140
o
C -
Tekanan uap 2,8 – 3 kgcm
2
- Wakyu yang diperlukan 85 menit
TUJUAN PEREBUSAN : a.
Melepaskan Buah Dari Tandannya Temperatur yang tinggi sekitar 120
o
C – 140
o
C menyebabkan sel-sel pengikat tidak berfungsi sehingga buah mudah lepas dari tandan.
b. Menghentikan Kegiatan Enzim Dan Ko-Enzim Dalam Buah
Dengan perebusan pada temperature + 140
o
C enzym – enzym menjadi hancur
dan tidak aktif lagi.
c. Menurunkan Kadar Air Dari Buah Dan Inti
Apabila dilakukan pemanasan molekul – molekul minyak bersatu dengan minyak, demikian juga air bersatu dengan molekul air. Selanjutnya terjadilah
pemisahan secara fisiko khemis antara air dengan minyak. Oleh karena titik uap dari air lebih rendah dari minyak, maka ketika
pemanasan didalam ketel rebusan, air sebagian menguap dan keluar dari jaringan buah.
d. Menguraikan Zat – Zat Perekat didalam Buah
Buah sawit pada hakikatnya seperti juga buah – buah lain, apabila dipanaskan akan menjadi empuk lunak. Hal ini terjadi karena jaringan – jaringan
pengikat yang ada dalam buah terurai.
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
2.13.2. PERLAKUAN – PERLAKUAN PADA SAAT PEREBUSAN
Merebus tidak cukup hanya dengan memasukkan uap panas kedalam ketel rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan berubah – ubah agar
terjadi kejutan – kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat kejutan – kejutan tekanan ini agar penetrasi panas kedalam
jaringan buah serta celah – celah diantara spiklet berjalan dengan baik. Pada rebusan kelapa sawit ada 3 sistem yang digunakan :
SISTEM PEREBUSAN SATU PUNCAK SPSP
Uap panas pada temperatur 135
o
C – 140
o
C dialirkan ke dalam ketel rebusn sambil menaikkan tekanan. Apabila tekanaan ketel telah mencapai norma tertentu
misalnya 3 kgcm maka tekanan dipertahankan selama waktu tertentu, kemudian tekanan diturunkan dan perebusan dianggap selesai.
Sistem perebusan ini dipakai pada pabrik – pabrik kelapa sawit tua sebelum tahun 1970. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Sistem Perebusan Satu Puncak SISTEM PEREBUSAN DUA PUNCAK SPDP
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Uap panas dengan temperature diinginkan dialirkan kedalam ketel rebusan sambil menaikkan pada tekanan tertentu. Setelah tekanan tercapai seperti diinginkan,
tekanan diturunkan bertahap – tahap, kemudian tekanan dinaikkan kembali. Pada puncak terakhir biasanya dibuat lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan
dengan puncak yang pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak kedua serta waktu yang dipergunakan disesuaikan dengan karakteristik dari pabrik yang
bersangkutan. Sistem perebusan dua puncak jarang dipakai pada saat ini, tetapi masih dapat
ditemukan pada pabrik – pabrik tertentu. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Sistem Perebusan Dua Puncak SISTEM PEREBUSAN TIGA PUNCAK SPTP
Sistem ini yang paling banyak dipergunakan pada saat sekarang, karena dianggap lebih efisien dilihat dari segi kehilangan minyak dalam pengolahan.
Oleh karena sistem perebusan tiga puncak ini banyak digunakan maka akan dijelaskan lebih rinci pada gambar berikut ini :
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Sistem Perebusan Tiga Puncak
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Data – data ini diambil dari PMKS Rejosari PT. Perkebunan X yaitu suatu kondisi yang cocok untuk pabrik tersebut.
O – A Masa pengisian ketel rebusan dengan TBS. A – B Tekanan dinaikkan hingga 1,5 kgcm selama 8 menit Puncak I .
B –C Membuang air kondesat air yang berasal dari kondesat uap sambil menurunkan tekanan selama 3,5 menit dari 1,5 kg – 0,5 kgcm
2
. C – D Menaikkan tekanan dari 0,5 kgcm ke 2,5 kgcm selama 10 menit Puncak II .
D – E Membuang air kondesat dan uap air sambil menurunkan tekanan dari 2,5 kgcm ke 0,5 kgcm selama 5 menit.
E – F Menaikkan tekanan dari 0,5 kgcm – 2,8 kgcm. F – G Membuat tekanan 2,8 kgcm
2
selama 21 menit Puncak III . G – H Membuang uap dan menurunkan tekanan dari 2,8 kgcm
2
– 0 kgcm selama 10 menit.
H – I Membuka pintu dan mengeluarkan lori selama 5 menit. Tidak semua pabrik mempunyai norma – norma yang sama dengan Rejosari
tergantung dengan sistem pengolahannya serta kemampuan dari boiler yang dimiliki pabrik tersebut.
Ada beberapa variasi sistem perebusan dalam upaya pabrik untuk mendapatkan hasil olah yang optimal antara lain :
a. Perebusan Tiga Puncak Datar
b. Perebusan Tiga Puncak Bertahap
Seperti dilihat pada gambar dibawah ini :
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 4. Sistem Perebusan Tiga Puncak Datar dan Bertahap Variasi tersebut biasanya terjadi atas dasar pertimbangan beberapa factor :
- Kemampuan, konstruksi dari sterieizer serta boiler.
- Bahan olahan.
- Sistem olah yang dipergunakan.
Beberapa pabrik minyak kelapa sawit karena tuanya dilakukan modifikasi disana-sini dengan maksud mempertahankan kondisi optimal.
2.14. KENDALA – KENDALA PADA PEREBUSAN a. Buah Bervariasi