Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO dengan Menggunakan Metode Goal Programming Pada Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK
KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
ALFIAN FERNANDO NIM. 070423027
P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 1 1
(2)
PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK
KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
ALFIAN FERNANDO NIM. 070423027
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I
( Ir. Ukurta Tarigan, MT. )
Dosen Pembimbing II
( Ikhsan Siregar, ST., MEng.)
P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2 0 1 1
(3)
ABSTRAK
Peningkatan permintaan yang tinggi terhadap peroduksi minyak kelapa sawit kasar (CPO) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pihak-pihak yang berkaitan dalam produksi CPO memerlukan suatu usaha tertentu agar proses produksi berjalan baik dan sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di pabrik guna mencukupi permintaan konsumen. Penggunaan barang dan modal yang optimal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional pabrik dan juga mendukung mutu produk. Salah usaha yang dapat dilakukan adalah dengan perencanaan produksi CPO yang baik. Salah satu cara untuk melakukan perencanaan produksi adalah dengan metode matematik yaitu dengan menggunakan goal programming.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat produksi yang optimal di Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan dengan menggunakan program sasaran (goal programming). Mengindetifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam perencanaan produksi kelapa sawit dan membuat suatu perencanaan produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang merupakan bahan baku usaha utama CPO serta kegiatan di pabrik untuk menghasilkan CPO. Optimasi produksi dilakukan dengan program sasaran (goal programming), dimana penyelesaian model dilakukan dengan bantuan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Model sasaran dalam penelitian ini memiliki 12 variabel keputusan, variabel keputusan yang digunakan adalah Xi (dimana i=1,…,12), variabel keputusan diambil berdasarkan pada kegiatan yang ada di pabrik yaitu kegiatan produksi CPO, kegiatan produksi dari kebun Inti dan kegiatan pembelian dari kebun Plasma.
Perencanaan produksi pada pabrik dilakukan berdasarkan taksiran permintaan untuk tiap periode. Namun pada kenyataannya, perusahaan sering dihadapkan dengan keadaan dimana adanya ketidaksesuaian produksi dengan volume permintaan. Pada periode-periode tertentu karena permintaan produksi yang besar pabrik tidak dapat mencukupi permintaan para konsumennya hal ini disebabkan oleh kurangnya pengoptimalan bahan baku dan modal yang digunakan oleh pabrik.
Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rencana produksi yang optimal sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pengoptimalan kapasitas produksi yang masih menganggur. Penggunaan goal programming dalam penelitian ini menghasilkan jumlah produksi optimal dimana penggunaan jumlah bahan baku dan modal tetap berada dalam batasan ketersediaan bahan baku di pabrik. Hasil produksi yang optimal diperoleh dengan pendekatan goal programming adalah 6.857 ton untuk triwulan I, 9.427 ton untuk riwulan II, 12.636 untuk triwulan III dan 11.507 ton untuk triwulan IV.
Keywords : Goal Programming, Perencanaan Produksi, Optimisasi Kapasitas Produksi
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaiakan tugas sarjana yang berjudul ”Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO dengan Menggunakan Metode Goal Programming Pada Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan”
Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Ekstensi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam Penulisan Tugas sarjana ini, penulis telah berusaha untuk memberi yang terbaik. Namun, penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan Tugas sarjana ini. Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Universitas Sumatera Utara, Medan, Juni 2011
(5)
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan hikmat, berkah dan anugerah yang menjadi sumber inspirasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Secara khusus penulis menghanturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku yang sangat penulis kasihi dan sayangi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu kepada :
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Mangara M.Tambunan, MSc & Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Dr.Ir. A.Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Bidang Manajemen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terselesaikannya penelitian ini. 5. Bapak Ikhsan Siregar, ST., MEng selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terselesaikannya penelitian ini.
(6)
6. Bapak Seno Adhi P, ST, selaku Asisten Pengolahan dan yang memberikan jalan untuk mengadakan penelitian di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Sumatera Utara.
8. Seluruh teman – teman saya Ekstensi angkatan 2007 yang telah banyak memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
Walapun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari akan kekurangan diri sendiri. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritikikan yang membuat penelitian ini menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi kita semua yang membacanya
Medan, Juni 2011 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
SERTIFIKASI EVALUASI TUGAS SARJANA... ii
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-4
(8)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.4. Daerah Pemasaran... II-5
2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-6 2.6. Organisasi dan Manajemen... II-7 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-8 2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab .. II-10 2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-17 III LANDASAN TEORI
3.1. Perencanaan Produksi ... III-1 3.1.1. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi ... III-1 3.1.2. Sifat-Sifat Perencanaan Produksi ... III-2 3.1.3. Optimasi Kapasitas Produksi ... III-7 3.2. Program Linier ... III-10 3.2.1. Metode Grafik ... III-14 3.2.2. Metode Simpleks... III-14 3.3. Goal Programming... III-16
3.3.1. Pengertian dan Konsep Dasar Goal Programming... III-16 3.3.2. Model Umum Goal Programming... III-19 3.3.3. Perumusan Masalah Goal Programming... III-20 3.3.4. Metode Pemecahan Masalah... III-21
(9)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.3.5. Penyelesaian Model Goal Programming Dengan
Software LINDO... III-27
3.4. Peramalan... III-29 3.4.1. Metode Peramalan Kualitatif ... III-30
3.4.2. Metode Peramalan Kuantitatif ... III-30 3.4.3. Metode Time-Series... III-31
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Sifat Penelitian ... IV-1 4.3. Tahapan Penelitian... IV-1
4.3.1. Identifikasi Masalah, Penetapan Tujuan dan Manfaat
Penelitian ... IV-2 4.3.2. Metode Peramalan Kuantitatif ... IV-3 4.3.3. Pengumpulan Data ... IV-3 4.3.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.3.5. Pengolahan Data ... IV-5 4.3.6. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-21 4.3.7. Kesimpulan dan Saran... IV-21 V PENGUMPULSN DAN PENGOLAHAN DATA
(10)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.1. Data Permintaan CPO 2010 ... V-1 5.1.2. Data Biaya Produksi CPO dan Pembelian TBS ... V-2 5.1.3. Data Kapasitas Produksi ... V-2 5.1.4. Data Ketersediaan TBS pada Kebun Inti dan Plasma .. V-4 5.1.5. Data Rendemen Perusahaan ... V-5 5.1.6. Data Ketersediaan Waktu Pengolahan ... V-5 5.2. Pengolahan Data ... V-6 5.2.1. Meramalkan Permintaan CPO untuk Tahun 2011 ... V-6 5.2.2. Formulasi Fungsi... V-28 5.2.3. Penyelesaian Fungsi Pencapaian Goal Programming. V-33 VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Hasil Peramalan ... VI-1 6.2. Analisis Perencanaan Produksi ... VI-1 6.3. Analisis Sensitivitas ... VI-8 VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA
(11)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PTPN III PKS Rambutan... II-18
2.2. Jam Kerja Bagian Produksi ... II-19 2.3. Jam Kerja Bagian Administrasi ... II-19 3.1. Tabel Soal ... III-25 5.1. Data Permintaan CPO 2010 ... V-1 5.2. Biaya Produksi CPO Per Triwulan ... V-2 5.3. Biaya Produksi TBS dari Kebun Inti ... V-2 5.4. Biay Pembelian TBS dari Kebun Plasma... V-2 5.5. Jam Kerja yang Tersedia untuk Tahun 2011... V-3 5.6. Kapasitas Produksi Tahun 2011... V-4 5.7. Ketersediaan TBS Kebun Inti ... V-4 5.8. Ketersediaan TBS Kebun Plasma ... V-4 5.9. Rendemen Pengolahan CPO ... V-5 5.10. Ketersediaan Waktu Pengolahan... V-5 5.11. Waktu Pengolahan Per Ton CPO... V-6 5.12. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Konstan... V-8 5.13. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Linier ... V-9 5.14. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Kuadratis... V-10 5.15. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Eksponensial... V-11 5.16. Perhitungan Parameter Peramalan Metode Siklis ... V-12
(12)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN 5.17. Perhitungan Kesalahan Parameter Peramalan Metode Konstan ... V-14
5.18. Perhitungan Kesalahan Parameter Peramalan Metode Linier... V-15 5.19. Perhitungan Kesalahan Parameter Peramalan Metode Kuadratis... V-16 5.20. Perhitungan Kesalahan Parameter Peramalan Metode Ekspoensial . V-17 5.21. Perhitungan Kesalahan Parameter Peramalan Metode Siklis ... V-18 5.22. Rekapitulasi Estimasi Hasil Kesalahan... V-19 5.23. Verifikasi Peramalan Metide Siklis ... V-20 5.24. Hasil Peramalan Permintaan CPO Tahun 2011 ... V-22 5.25. Solusi Optimal Dengan Pendekatan Goal Programming... V-33 6.1. Hasil Perencanaan Produksi Menggunakan Goal Programming... VI-2 6.2. Keputusan Optimal Untuk Sasaran Kapasitas, Permintaan CPO
dan Biaya Produksi ... VI-4 6.3. Keterkaitan Antara Variabel Keputusan Dengan Sasaran
Ketersediaan TBS dari Kebun Inti ... VI-6 6.4. Keterkaitan Antara Variabel Keputusan Dengan Sasaran
Ketersediaan TBS dari Kebun Plasma ... VI-7 6.5. Hasil Optimasi Untuk Sasaran Pengolahan TBS ... VI-8 6.6. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Produksi CPO ... VI-10 6.7. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Produksi Kebun Inti ... VI-10 6.8. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Produksi Kebun Plasma ... VI-11
(13)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN 6.9. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Produksi Kapasitas
Produksi ... VI-11 6.10. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Permintaan CPO... VI-12 6.11. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Ketersediaan TBS Kebun Inti ... VI-12 6.12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Ketersediaan TBS Kebun Plasma VI-13
(14)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN 2.1. Struktur Organisasi PTPN III PKS Rambutan ... II-9
3.1. Grafik Soal Program ... III-23 3.2. Langkah-Langkah Peramalan Secara Kualitatif... III-31 3.3. Pola Siklis ... III-32 3.4. Pola Musiman ... III-33 3.5. Pola Trend ... III-33 3.6. Diagram Pencar (Scatter Diagram) ... III-42 3.7. Moving Range Chart... III-45 4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-2 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data... IV-20 5.1. Diagram Pencar Permintaan CPO Tahun 2010... V-7 5.2. Peta Moving Range Metode Siklis ... V-21
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
TABEL HALAMAN I Penyelesaian Fungsi Pencapaian dengan Menggunakan Goal
Programming... L-1 II Uraian Proses Produksi ... L-2
(16)
ABSTRAK
Peningkatan permintaan yang tinggi terhadap peroduksi minyak kelapa sawit kasar (CPO) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pihak-pihak yang berkaitan dalam produksi CPO memerlukan suatu usaha tertentu agar proses produksi berjalan baik dan sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di pabrik guna mencukupi permintaan konsumen. Penggunaan barang dan modal yang optimal dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional pabrik dan juga mendukung mutu produk. Salah usaha yang dapat dilakukan adalah dengan perencanaan produksi CPO yang baik. Salah satu cara untuk melakukan perencanaan produksi adalah dengan metode matematik yaitu dengan menggunakan goal programming.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat produksi yang optimal di Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan dengan menggunakan program sasaran (goal programming). Mengindetifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam perencanaan produksi kelapa sawit dan membuat suatu perencanaan produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang merupakan bahan baku usaha utama CPO serta kegiatan di pabrik untuk menghasilkan CPO. Optimasi produksi dilakukan dengan program sasaran (goal programming), dimana penyelesaian model dilakukan dengan bantuan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Model sasaran dalam penelitian ini memiliki 12 variabel keputusan, variabel keputusan yang digunakan adalah Xi (dimana i=1,…,12), variabel keputusan diambil berdasarkan pada kegiatan yang ada di pabrik yaitu kegiatan produksi CPO, kegiatan produksi dari kebun Inti dan kegiatan pembelian dari kebun Plasma.
Perencanaan produksi pada pabrik dilakukan berdasarkan taksiran permintaan untuk tiap periode. Namun pada kenyataannya, perusahaan sering dihadapkan dengan keadaan dimana adanya ketidaksesuaian produksi dengan volume permintaan. Pada periode-periode tertentu karena permintaan produksi yang besar pabrik tidak dapat mencukupi permintaan para konsumennya hal ini disebabkan oleh kurangnya pengoptimalan bahan baku dan modal yang digunakan oleh pabrik.
Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rencana produksi yang optimal sebagai alternatif pemecahan masalah dalam pengoptimalan kapasitas produksi yang masih menganggur. Penggunaan goal programming dalam penelitian ini menghasilkan jumlah produksi optimal dimana penggunaan jumlah bahan baku dan modal tetap berada dalam batasan ketersediaan bahan baku di pabrik. Hasil produksi yang optimal diperoleh dengan pendekatan goal programming adalah 6.857 ton untuk triwulan I, 9.427 ton untuk riwulan II, 12.636 untuk triwulan III dan 11.507 ton untuk triwulan IV.
Keywords : Goal Programming, Perencanaan Produksi, Optimisasi Kapasitas Produksi
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Pada saat sekarang kemajuan usaha sangat dipengaruhi oleh tingkat fluktuasi dan variasi permintaan konsumen. Hal ini berimbas pula pada produksi minyak kelapa sawit (CPO) yang dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan. Dengan meningkatnya permintaan terhadap CPO, diperlukan suatu usaha agar proses produksi berjalan lancar sesuai dengan sumber daya yang tersedia serta menguntungkan. Begitu pula yang dilakukan oleh pihak Perkebunan Nusantara III yang selalu berupaya memasok setiap bahan baku yang tersedia di kebun untuk diolah pada Pabrik Kelapa Sawit.
Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan dalam memenuhi Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) memerlukan perencanaan produksi yang baik, agar pabrik beroperasi secara efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan penentuan faktor-faktor produksi apa saja yang terlibat dalam perencanaan kapasitas CPO, dalam hal ini Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan belum menerapkan hal-hal tersebut di atas, dimana pabrik hanya akan beroperasi apabila bahan baku telah tersedia di pabrik. Hal ini dapat menyebabkan kapasitas pabrik akan berada dalam keadaan idle capacity apabila tidak tersedianya bahan baku untuk diolah dan apabila bahan baku mengalami kelebihan maka akan terdapat kapasitas produksi yang idle. Hal ini merupakan kerugian perusahaan
(18)
dimana pabrik tetap mengeluarkan biaya-biaya selama proses produksi tersebut. Untuk itu, penggunaan barang dan modal perlu diusahakan seoptimal mungkin.
Berdasarkan alasan–alasan yang disebutkan di atas maka diperlukan suatu perencanaan produksi yang baik sehingga akan tercipta nantinya suatu kondisi produksi yang optimum yang akan menyebabkan pabrik bekerja pada kapasitas yang optimal dengan menggunakan sumber daya pabrik dan kebun yang optimal juga. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam merencanakan perencanaan produksi CPO adalah metode matematik goal programming. Keunggulan metode goal programming yaitu dapat menangani masalah alokasi optimal atau kombinasi optimum dari beberapa masalah yang bertolak belakang. Dengan demikian keputusan yang diambil merupakan hasil yang memuaskan dari beberapa alternatif yang ditawarkan. Langkah ini sangat penting bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu keputusan dalam mengalokasikan sumber daya guna menghasilkan produk dalam jumlah, kualitas dan kapasitas pabrik yang diharapkan dengan biaya sehemat mungkin. Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas maka peneliti mengangkat judul “Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO Dengan Menggunakan Metode Goal Programming Pada Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III)” sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir sarjana ekstensi.
1.2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan pokok yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini yaitu penentuan variabel keputusan yang digunakan, tujuan dan sasaran yang akan
(19)
dicapai serta kendala-kendala apa saja yang dijadikan pembatas-pembatas terhadap setiap tindakan yang tersedia. Sehingga menghasilkan persamaan matematis yang menjadi dasar perencanaan produksi sehingga mendapatkan kapasitas produksi pabrik yang optimal.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum :
- Penentuan kapasitas produksi yang optimal melalui optimasi perencanaan produksi.
2. Tujuan Khusus :
- Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PTPN III) Sei Rambutan.
- Penentuan formulasi fungsi kendala-kendala di pabrik maupun di perkebunan
- Melakukan analisis sensitivitas formulasi linear Goal Programming. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
a. Perusahaan dapat menentukan perencanaan produksi yang optimal sehingga proses produksi berjalan dengan efisien dan efektif.
b. Mahasiswa mampu menerapkan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan kedalam permasalahan di lapangan.
(20)
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data perusahaan yang digunakan untuk meramalkan perkiraan target sasaran yang akan ditetapkan perusahaan adalah data perusahaan untuk periode 2010 2 . Penelitian ini dilakukan hanya sampai penentuan jumlah produksi yang
optimal.
Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Selama penelitian proses produksi berjalan berjalan normal.
2. Harga bahan baku dan harga jual produk tidak berubah selama penelitian.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan
Diuraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian batasan masalah dan asumsi yang digunakan dan diamati penulis.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan
Memuat secara singkat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen.
(21)
Bab III Landasan Teori
Berisikan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang meliputi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah.
Bab IV Metodologi Penelitian
Mengambarkan langkah-langkah penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alir penyusunan laporan tugas akhir.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data
Mengindetifikasi keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan, baik data primer maupun data sekunder diidentifikasi sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah.
Bab VI Analisa Pemecahan Masalah
Menganalisis hasil dari pengolahan data untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.
Bab VII Kesimpulan dan Saran
Memberikan hasil dari penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.
(22)
BAB II
GAMBARAN
UMUM
PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.
Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selajutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).
Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) , PT Perkebunan V
(23)
(Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Jl. Sei Batanghari No. 2, Medan , PO BOX 20122.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.
Pabrik Kelapa Sawit Rambutan dibangun pada tahun 1983 dan merupakan salah satu pabrik dari 11 PKS yang dimiliki oleh PTP Nusantara III, terletak di Desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai - Propinsi Sumatera Utara, sekitar 65 km ke arah Tenggara Kota Medan.
Secara keseluruhan pabrik ini terdiri atas : a. Bangunan pabrik
b. Instalasi
c. Pembangkit Tenaga Listrik d. Bangunan Bengkel
e. Gudang f. Kantor
(24)
g. Perumahan Staff dan Karyawan
Didalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi sekarang ini, PKS Rambutan telah menerapkan :
1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000.
Sasarannya adalah untuk menjamin produksi yang dihasilkan sesuai dengan standar secara konsisten dan memuaskan pelanggan, dan ini telah di audit oleh pihak external pada Bulan Mei 2000 (PT. TUV INTERNASIONAL INDONESIA) pada bulan Mei 2000 telah mendapat Sertifikat ISO 2002.
2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
Tujuannya adalah untuk upaya memenuhi misi mengembangkan usaha perkebunan dan industri hilir yang berwawasan lingkungan, dan telah menjalani TRIAL AUDIT oleh pihak external pada bulan Juni 2000 (PT SURVEYOR INDONESIA).
3. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh karyawan dan merupakan tanggung jawab sosial. Telah menjalani audit oleh pihak external pada bulan oktober 2000 (PT. Sucopindo) atas rekomendasi PT. Sucopindo bahwa PKS Rambutan memperoleh “ SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS “.
Selain itu PKS Rambutan juga telah mendapatkan “PIAGAM PENGHARGAAN ZERO ACCIDENT AWARD” untuk 1.500.000 jam periode 1 Januari 1997 sampai dengan 30 Desember 1999 (Sesuai SK. Manaker No : KEP 11/MEN/2000 tanggal 25 Januari 2000).
(25)
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan saat ini keberadaannya tidak hanya sebagai tempat pengolahan TBS dari kebun seinduk atau pihak III saja, namun telah berperan serta mendukung suksesnya pendidikan nasional yaitu dengan cara menerima secara terbuka para mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta serta pelajar-pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan untuk kerja praktek di pabrik.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Pada PTPN III PKS Rambutan menghasilkan dua produk yaitu minyak sawit “Crude Palm Oil” dan inti sawit “Palm Kernel”. Untuk hasil sampingan pengolahan (ampas) digunakan sebagai bahan bakar boiler dalam memproduksi uap. Untuk penjualan produk tersebut dilakukan oleh bagian pemasaran pada kantor pusat (Head Office), pihak pabrik hanya melakukan proses pengolahan saja.
2.3. Lokasi Perusahaan
PKS Rambutan terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara. PKS Rambutan berada pada 335 Lintang Utara dan 9841 Bujur Timur atau berada 65 km arah tenggara kota Medan. Elevasi pabrik berada pada 18 meter diatas permukaan laut. Dengan elevasi seperti ini suhu berkisar antara 22C - 32C dan suhu rata-rata mencapai 27C. PKS Rambutan mempunyai curah hujan rata-rata lima tahun terakhir 147 mm/tahun dengan 86 hari hujan dan beriklim sedang.
(26)
Unit kebun rambutan mempunyai luas area 6351,26 Ha yang dibagi dua budidaya perkebunan, yaitu komoditi kelapa sawit dan komoditi karet. Luas budidaya karet memiliki area 1720,78 Ha, sedangkan sisanya merupakan budidaya tanaman kelapa sawit. PKS Rambutan mengolah tandan buah segar yang berasal dari berbagai daerah. Daerah-daerah pemasok TBS yang diolah di PKS Rambutan adalah Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Gunung Para, Kebun Gunung Pamela dan puhak luar seperti koperasi dan perkebunan inti rakyat (PIR).
2.4. Daerah Pemasaran
Aspek pasar dari sebuah perusahaan merupakan salah satu dari beberapa aspek yang penting (aspek teknis, ekonomis, manajemen dan organisasi, aspek sosial dan lingkungan) dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan tujuan usaha perusahaan.pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi atau suatu produk barang atau jasa.
Pemasaran adalah fungsi aktivitas/usaha untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Sementara manajemen pemasaran berarti analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program–program yang dirancang untuk menciptakan, membuat dan menangani pertukaran dengan para pembeli dengan maksud mencapai tujuan perusahaan.
Menurut kebijaksanaan hasil produksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Rambutan dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan
(27)
diekspor keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea Selatan, Itali, sebagian produk dipasarkan didalam negeri.
2.5. Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Lokasi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III memerlukan prasarana dan sarana pendukung seperti pelabuhan, jalan-jalan, instalasi listrik, dan lain-lain. Sarana-sarana pendukung yang dibangun ini bukan hanya bermanfaat bagi PT. Perkebunan Nusantara sendiri, namun juga bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi perusahaan, terutama manfaat dari sisi sosial ekonomi. Berikut ini dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat di sekitar lokasi PT. Perkebunan Nusantara III.
1. Penyerapan Tenaga Kerja
PT. Perkebunan Nusantara III merupakan industri besar baik dalam segi kapasitas produksi dan juga jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menjalankannya. Diharapkan dengan berdirinya PT. Perkebunan Nusantara III ini membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja yang berasal dari daerah Serdang Bedagai dan Sumatera Utara pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Tenaga kerja yang dapat diterima tentu saja harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Seperti telah dijelaskan di atas sebelumnya bahwa pembangunan sarana-sarana penunjangan seperti pelabuhan dan jalan tidak hanya digunakan untuk kepentingan PT. Perkebunan Nusantara III, tetapi juga dapat digunakan oleh
(28)
masyarakat sekitar. Jalan-jalan ini telah membuka daerah-daerah yang dulu terisolir menjadi mudah dijangkau. Hal ini tentu saja sangat membantu masyarakat di daerah terpencil tersebut untuk menjual hasil kebun atau sawah ke kota-kota terdekat dengan lebih cepat.
Dengan terbukanya daerah-daerah terisolir ini, menarik orang-orang dari luar daerah untuk berdomisili dan bertempat tinggal sehingga membuka kesempatan bisnis-bisnis baru.
3. Pengadaan Fasilitas-Fasilitas Umum
PT. Perkebunan Nusantara III telah membangun fasilitas akomodasi bagi karyawan di atas tanah seluas 40 ha disekitar kebun dengan jarak sekitar 1 km dari daerah pabrik, terdiri dari 160 rumah untuk karyawan dan fasilitas-fasilitas penunjang seperti sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, lapangan olahraga dan lain-lain. Prasarana-prasarana penunjang ini, digunakan oleh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III.
2.6. Organisasi dan Manajemen
Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu organisasi untuk mengelola dan menjalankan aktifitas organisasinya untuk mencapai target atau tujuan yang telah direncanakan.
Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan
(29)
organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang yang ada).
2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisai (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal
Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini, fungsional dan staf. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 5.1. dibawah ini.
(30)
2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Melaksanakan aktivitas-aktivitas perusahaan PTPN III PKS Rambutan membutuhkan tenaga kerja dan staffnya untuk menjalankan fungsi manajemen, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Pembagian tugas dalam organisasi didasarkan atas kualifikasi dan tanggung jawab. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari pimpinan/staff yang bekerja di PTPN III PKS Rambutan adalah sebagai berikut :
A. Manajer
1. Memimpin dan mengkoordinir masinis kepala yang ditetapkan direksi 2. Memimpin dan mengkoordinasi tugas-tugas operasional pabrik
3. Menilai dan mengevaluasi seluruh laporan pekerjaan pabrik, baik di bidang produksi, teknik, pengangkutan maupun administrasi
4. Melaksanakan dan memelihara kelengkapan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan pabrik
5. Mengatur, mengkoordinir dan menciptakan sistem administrasi dan pelaporan yang baik dibidang teknik dan pengolahan serta melakukan peningkatan kinerja pabrik
6. Melakukan koordinasi dengan bagian terkait terutama untuk pekerjaan dibidang pengolahan produksi, teknik, administrasi dan laboratorium 7. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas aset perusahaan termasuk
produksi hasil olahan dan mengawasi pengolahan limbah pabrik 8. Membuat laporan kepada direksi
(31)
10.Melakukan penilaian terhadap karyawan pada setiap akhir tahun atau periode penilaian karyawan
B. Masinis Kepala (Maskep)
1. Menjamin dan menyetujui proses pengolahan
2. Menjamin dan menyetujui rencana pemeliharaan pabrik
3. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti, ditetapkan, dipelihara diseluruh unit pabrik
4. Membantu manajer untuk mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan sumber daya manusia dan menggunakan personil terlatih disetiap posisi 5. Meninjau persyaratan kontrak yang berhubungan dengan pemeliharaan
pabrik
6. Meninjau persyaratan bahan kimia, peralatan dan pembuatan yang diusulkan oleh asisten pengolahan, asisten teknik, dan laboratorium
7. Meninjau rencana produksi dan jadwal pemeliharaan peralatan di pabrik 8. Mengidentifikasikan kebutuhan pemeliharaan untuk semua personil yang
langsung mempengaruhi mutu
9. Mengevaluasi kemajuan proses pengolahan dan peralatan mesin 10.Membantu ADM dalam pembuatan dan peninjauan kontrak
C. Asisten Pengolahan
1. Menentukan sasaran mutu tahunan yang berhubungan dengan proses pengolahan
(32)
2. Menentukan standard stok produksi sesuai rencana
3. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh mandor-mandor dan pekerja pada proses pengolahan
4. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan sesuai ketentuan yang ada 5. Berusaha agar proses produksi dilakukan secara efektif dan afesien untuk
mencapai produktifitas yang tinggi
6. Mengendalikan proses pengolahan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
7. Mengawasi barang yang dipasok pelanggan jangan sampai rusak atau hilang
8. Melakukan pengawasan terhadap bahan baku yang diterima serta produk yang dikirim
9. Mengawasi dan mengevaluasi kondisi persediaan produk digudang
10.Mengendalikan catatan mutu terhadap identifikasi, pengarsipan, pemeliharaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
11.Bertanggung jawab terhadap kebersihan seluruh lingkungan pabrik
12.Bertanggung jawab tehadap pencapaian target produksi sesuai dengan bahan baku yang diterima
13.Menandatangani dan mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan 14.Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk semua mandor di proses
(33)
D. Mdr.Pengolahan
1. Melakukan pengawasan terhadap kinerja operator maupun pembantu operator dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing. 2. Memeriksa dan mengevaluasi perlengkapan dan peralatan kerja.
3. Menampung segala aspirasi dan masukan dari operator maupun pembantu operator.
4. Mempunyai kemampuan yang cakap untuk segala jenis pekerjaan pada bagian pengolahan
5. Memberikan laporan untuk setiap pengolahan TBS yang sudah dilakukan terhadap atasan.
E. Operator Pengolahan
1. Melakukan pekerjaan rutin dan bertanggungjawab terhadip hasil pekerjaan masing-masing.
2. Melaksanakan semua perintah dan ketentuan-ketentuan dari atasan maupun dari perusahaan.
F. Asisten Laboratorium
1. Menjamin bahwa kebijaksanaan mutu dimengerti, ditetapkan dan dipelihara diseluruh tingkat organisasi di laboratorium dan sortasi
2. Membuat rencana pemakaian bahan-bahan serta alat yang berhubungan dengan analisa lanoratorium dan sortasi untuk disampaikan kepada kepala pengolahan setelah disetujui ADM
(34)
3. Menjamin bahwa pemeriksaan dan pengujian pada penerimaan bahan dalam proses dan prodeuk akhir telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan catatan mutu yang telah ditetapkan
4. Mengawasi bahwa pada identifikasi penerimaan bahan baku pada proses maupun produk akhir telah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
5. Menyetujui laporan hasil pemeriksaan dan pengujian pada penerimaan bahan baku pada awal maupun produk akhir.
6. Mengevaluasi teknik statistik yang berhubugan dengan aktifitas pengujian dan pemeriksaan di laboratorium dan sortasi
G. Mandor Laboratorium
1. Mengawasi dan mengarahkan petugas laboratorium laboratorium. 2. Memberikan laporan terhadap mutu produk pada setiap pengolahan. 3. Memeriksa kelengkapan dan peralatan dari petugas laboratorium.
H. Petugas Laboratorium
1. Melaksanakan pekerjaan dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh atasan.
2. Melakukan pengambilan sample dari bagian sortasi dan pada bagian pengolahan produk akhir.
(35)
I. Asisten Teknik
1. Menerima laporan hasil perbaikan reperasi yang diborongkan kepada kontraktor
2. Membantu maskep dan mengevaluasi reparasi yang dilakukan oleh kontraktor
3. Menentukan spare part yang digunakan mesin sesuai dengan standard yang ditetapkan
4. Menjamin bahwa kebijakan mutu dimengerti seluruh mandor dan karyawan teknik
5. Menjamin bahwa semua aktifitas yang dilakukan oleh pelaksana teknik sesuai dengan quality procedure yang telah diimplementasikan sampai efektif
6. Mempersiapkan agenda pertemuan untuk tinjauan manajemen yang berhubungan dengan masalah-masalah teknik
7. Mengajukan permintaan bahan, alat, mesin untuk kepentingan teknik sesuai dengan perencanaanyang telah dibuat
8. Memelihara semua dokumen dan catatan mutu dibagian teknik
9. Menjamin bahwa semua peralatan/mesin yang digunakan dalam proses telah siap dioperasikan
10.Merencanakan semua peralatan/mesin untuk dipelihara secara rutin 11.Menandatangani laporan pemeliharaan rutin dan break down maintenance 12.Membuat laporan bulanan emergency maintenance
(36)
J. Mandor Bengkel
1. Mengawasi dan mengarah kegiatan perbaikan dan kinerja petugas bengkel. 2. Memperhatikan dan menerima masukan kerusakan baik alat maupun
mesin pada Pabrik Kelapa Sawit
3. Memberikan laporan kepada atasan terhadap kerusakan maupun perbaikan alat dan mesin.
4. Mengawasi kelengkapan peralatan para pekerja bengkel.
K. Petugas Bengkel
1. Melaksanakan dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan oleh atasan.
2. Memberikan laporan keatasan kebutuhan alat dan bahan-bahan (suku cadang) untuk perbaikan mesin dan peralatan.
3. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja yang sudah ditentukan
L. Asisten Tata Usaha
1. Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan bidang administrasi dan keuangan
2. Mengkoordinir laporan bulanan dan tahunan atas anggaran kegiatan di pabrik
3. Menganalisa dan memberikan tindakan perbaikan terhadap administrasi pabrik
(37)
G. Papam (Perwira Pengaman)
1. Menyusun rencana kerja dibidang keamanan 2. Mengkoordinir petugas keamanan
3. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengamanan terhadap aset pabrik 4. Membuat laporan pertanggungjawaban bidang keamanan kepada manager
2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Untuk mendukung kelancaran proses pengoperasian pabrik PTPT III PKS Rambutan memiliki tenaga kerja sebanyak 227 karyawan dan pimpinan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
(38)
Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PTPN III PKS Rambutan
No KETERANGAN
JUMLAH (Orang)
1 Manager 1
2 Maskep 1
3 Asisten Tata Usaha 1
4 Asisten Teknik 2
5 Asisten Pengolahan 2
6 Asisten Laboratorium 1
7 Karyawan Pengolahan Shift I 42
8 Karyawan Pengolahan Shift II 42
9 Karyawan Laboratorium/Sortasi 33
10 Karyawan Bengkel 38
11 Karyawan Dinas Sipil 15
12 Karyawan Administrasi 17
13 Karyawan Bagian Produksi 8
14 Karyawan Bagian Keamanan/Hansip 13
Jumlah 227 Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan PTPN III
Jam kerja karyawan pada bagian produksi pabrik PTPT III PKS Rambutan di bagi atas dua shift, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
(39)
Tabel 2.2. Jam Kerja Bagian Produksi Shift I
Senin s/d Sabtu
Jam Kerja
Jam Istirahat
07.00 – 19.00 Wib
10.00 – 11.00 Wib dan
15.00 – 16.00 Wib
Shift II
Senin s/d Sabtu
Jam Kerja Jam Istirahat
19.00 – 07.00 Wib 21.00 – 22.00 Wib dan
02.00 – 03.00 Wib Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan PTPN III
Sedangkan untuk jam kerja karyawan pada bagian Administrasi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Jam Kerja Bagian Administrasi Senin s/d Jum’at Jam Kerja
Jam Istirahat
07.00 – 16.00 Wib
12.00 - 14.00 Wib
Sabtu Jam Kerja
Jam Istirahat
07.00 – 16.00 Wib
09.30 – 10.00 Wib Sumber : Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan PTPN III
(40)
2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Selain pemberian gaji tetap, perusahaan juga memberikan imbalan kompensasi yang merupakan suatu bentuk balas jasa yang dinilai dengan uang, serta mempunyai kecenderungan untuk diberikan secara tetap, seperti pemberian bermacam-macam fasilitas kepada karyawan, pemberian tunjangan, dan pemberian insentif. Pemberian kompensasi ini merupakan pendorong utama bagi karyawan untuk lebih meningkatkan semangat dan gairah dalam bekerja.
Agar kompensasi yang diberikan dapat memberikan efek positif, maka jumlah yang diberikan haruslah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta sesuai dengan peraturan yang ada.
Sistem pengupahan pada pabrik PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi adalah berbentuk :
a. Untuk Karyawan Pengolahan - Gaji pokok bulanan
- Premi pengolahan, dihitung berdasarkan Sawit yang di olah. - Catu beras
b. Untuk Karyawan Maintenance / Teknik - Gaji kokok bulanan
- Premi, dihitung berdasarkan pengolahan - Catu beras
c. Untuk Karyawan Laboratorium - Gaji kokok bulanan
(41)
- Catu beras
d. Untuk Karyawan Transportasi - Gaji kokok bulanan
- Premi, dihitung berdasarkan Basis barang yang diangkut - Catu beras
e. Untuk Karyawan kantor - Gaji kokok bulanan
- Premi, berdasarkan surat edaran Direksi - Catu beras
Selain pemberian gaji diatas, perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan seperti :
- Tunjangan Kesehatan - Tunjangan Keluarga - Tunjangan pemakaman - Tunjangan Hari raya
(42)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Perencanaan Produksi
3.1.1. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan harus melakukannya.
Hasil dari perencanaan produksi adalah sebuah rencana produksi. Tanpa adanya rencana produksi yang baik, maka tujuan tidak akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor produksi yang ada akan dipergunakan secara boros. Oleh karena itu, perencanaan produksi merupakan spesifikasi tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Kegunaan atau pentingnya diadakan suatu rencana produksi adalah sebagai berikut :
1. Suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka dengan adanya perencanaan produksi, dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan produksi yang jelas. Dengan adanya kejelasan arah tersebut maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan efektifitas setinggi mungkin.
2. Dengan perencanaan yang memberikan formulasi tujuan yang hendak dicapai, maka akan memungkinkan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut
(43)
telah dicapai atau tidak. Dengan demikian, koreksi-koreksi terhadap penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dapat diketahui seawal mungkin. Akibat dari penilaian berdasarkan tujuan yang telah direncanakan ini, pemborosan dan usaha yang tidak menunjang pencapaian tujuan dapat dihindari.
3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan- hambatan yang mungkin timbul dalam usaha tujuan tersebut. Dengan memperhitungkan hambatan-hambatan tersebut, persiapan untuk mengatasinya menjadi lebih terarah.
4. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali. Misalnya dalam pengembangan usaha, kita selalu mempunyai kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis tenaga kerja dari yang sudah kita miliki untuk memperbaiki mutu serta jumlah output.
3.1.2. Sifat-Sifat Perencanaan Produksi1
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah perencanaan produksi adalah sebagai berikut :
1. Berjangka waktu
Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks yang memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola ermintaan, tersedianya bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha,
(44)
peraturan pemerintah, persaingan, dan lain-lain selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai Ada tiga jenis perencanaan produksi yang didasarkan pada periode waktu, yaitu : a. Perencanaan produksi jangka panjang
b. Perencanaan produksi jangka menengah c. Perencanaan produksi jangka pendek 2. Bertahap
Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap. Artinya perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka waktu diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
(45)
a. Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Hal ini meliputi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.
b. Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan jangka menengah didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah suplier dan sub kontraktor), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap.
c. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada), sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan jangka menengah.
(46)
3. Terpadu
Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja, dan waktu, dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Masing-masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya. Keterpaduan ini tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertical. Hal ini berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya
4. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan, apa yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.
(47)
5. Terukur
Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor untruk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi dan jika dalam realisasinya tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan menyusun rencana berikutnya.
6. Realistis
Rencana produksi yang dibuat harus disesuaiakan dengan kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi dibuat tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat dicapai. Selain itu, kita tidak dapat mengetahui penyimpangan pelaksanaannya karena pelaksanaannya tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.
(48)
7. Akurat
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi harus dilakukan setelit i mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama
8. Menantang
Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.
3.1.3. Optimasi Kapasitas Produksi
Optimasi adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan. Dalam optimasi ini, permasalahan akan diselesaikan untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan batasan yang diberikan.
Menurut Cleland dan Kacaogln (1980), penyelesaian permasalahan dalam teknik optimasi diarahkan untuk mendapatkan titik maksimum atau titik minimum dari fungsi yang dioptimumkan. Jika permasalahan diformulasikan dengan tepat, maka nilai peubah keputusan yang diperoleh akan optimum. Setelah pemecahan optimum diperoleh permasalahan sering dievaluasi kembali pada kondisi yang berbeda untuk memperoleh penyelesaian yang baru.
(49)
Komponen penting dari permasalahan optimasi adalah fungsi tujuan, yang dalam beberapa hal sangat tergantung pada peubah. Dalam penelitian operasional, optimasi sering diartikan sebagai maksimasi atau minimasi pemecahan suatu masalah.
Teknik optimasi dalam penelitian operasional merupakan suatu pencekatan ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah operasi pengolahan. Penerapan teknik ini menyangkut pembentukan deskripsi-deskripsi matematis atau pembentukan model keputusan. Analisa kepekaan dari teknik ini dapat menganalisa hubungan yang menyatakan akibat-akibat yang mungkin terjadi dimasa mendatang sebagai akibat keputusan yang telah diambil.
Teknik optimasi dapat digunakan untuk fungsi yang berkendala dan fungsi tidak berkendala. Penyelesaian permasalahan dapat berbentuk persamaan dan pertidaksamaan. Unsur penting dalam masalah optimasi adalah fungsi tujuan, yang sangat bergantung pada sejumlah berhingga peubah masukan. Peubah-peubah ini dapat tidak saling bergantung atau saling bergantung melalui satu atau lebih kendala.
Metode penentuan kondisi optimum dikenal sebagai pemograman teknik matematika. Tujuan dan kendala-kendala dalam program matematika diberikan dalam bentuk fungsi-fungsi matematika dan hubungan fungsional (hubungan keterkaitan). Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependasi, timbal-balik dan saling menunjang.
(50)
Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per satuan waktu. Yang dimaksud unit produksi adalah tenaga kerja, mesin, unit stasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi.
Manfaat dari perhitungan kapasitas produksi ini adalah :
- Dapat meminimumkan keterlambatan pengiriman produk karena kesalahan perhitungan kapasitas produksi
- Menjembatani ketidak harmonisan antara kapasitas yang ada sekarang dengan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar.
- Sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan dalam penempatan investasi mesin, operator dan perubahan waktu kerja (shift).
- Dapat meminimalkan biaya produksi dan harga pokok penjualan / unit produk.
Kapasitas harus dihubungkan dengan suatu peralatan yang digunakan. Sebagai contoh, bias saja ditetapkan sebgagai kebijakan untuk bekerja hanya 5 hari seminggu, satu shift dalam sehari, dan produksinya 1000 satuan per minggu. Dengan dasar ini kita dapat mengatakan bahwa kapasitas normal adalah 1000 satuan output per minggu, tetapi batas ini dapat ditingkatkan dengan kerja lembur menjadi 1150 satuan. Dengan menambah shift kedua, kapasitas dapat ditingkatkan lebih lanjut menjadi 1800 satuan per minggu.
(51)
3.2. Program Linier
Program linier adalah metode atau teknik matematik yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara umum, masalah dalam program linier adalah pengalokasian sumber daya yang terbatas seperti tenaga kerja, bahan baku, jam kerja mesin, dan modal dengan cara sebaik-baiknya sehingga diperoleh maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya produksi. Cara terbaik yang dimaksudkan adalah keputusan terbaik yang diambil berdasarkan pilihan dari berbagai alternatif. Suatu penyelesaian program linier perlu dibentuk formulasi secara matematik dari masalah yang sedang dihadapi dengan syarat sebagai berikut :
1. Adanya variabel keputusan yang dinyatakan dalam simbol matemaik dan variabel keputusan ini tidak negatif.
2. Adanya fungsi tujuan dari variabel keputusan yang menggambarkan criteria pilihan terbaik. Fungsi tujuan ini harus dapat dibuat dalam suatu sel fungsi linier yang dapat berupa maksimum atau minimum.
3. Adanya kendala sumber daya yang dapat dibuat dalam satu set fungsi linier. Bentuk umum pemrograman linier adalah sebagai berikut :
Fungsi tujuan :
Maksimumkan atau minimumkan Z = C1X1 + C2X2 + ... + CnXn Sumber daya yang membatasi :
a11x1 + a12x2 + ... + a1nxn = /≤ / ≥ b1 a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = /≤ / ≥ b2 …
(52)
am1x1 + am2x2 + … + amnxn = /≤ / ≥ bm
knya sumber daya ya
odelan. Mengg
kan tujuan, koefisien fungsi tujuan, batasan dan koefisien pada fungsi pembatas.
x1, x2, …, xn≥ 0
Simbol x1, x2, ..., xn (xi) menunjukkan variabel keputusan. Jumlah variabel keputusan (xi) oleh karenanya tergantung dari jumlah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Simbol c1,c2,...,cn merupakan kontribusi masing-masing variabel keputusan terhadap tujuan, disebut juga koefisien fungsi tujuan pada model matematiknya.Simbol a11, ...,a1n,...,amn merupakan penggunaan per unit variabel keputusan akan sumber daya yang membatasi, atau disebut juga sebagai koefisien fungsi kendala pada model matematiknya. Simbol b1,b2,...,bm menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada. Jumlah fungsi kendala akan tergantung dari banya
ng terbatas.
Pertidaksamaan terakhir (x1, x2, …, xn ≥ 0) menunjukkan batasan non negatif. Membuat model matematik dari suatu permasalahan bukan hanya menuntut kemampuan matematik tapi juga menuntut seni perm
unakan seni akan membuat permodelan lebih mudah dan menarik.
Kasus pemrograman linier sangat beragam. Dalam setiap kasus, hal yang penting adalah memahami setiap kasus dan memahami konsep permodelannya. Meskipun fungsi tujuan misalnya hanya mempunyai kemungkinan bentuk maksimisasi atau minimisasi, keputusan untuk memilih salah satunya bukan pekerjaan mudah. Tujuan pada suatu kasus bisa menjadi batasan pada kasus yang lain. Harus hati-hati dalam menentu
(53)
Model program linier diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai masalah diantaranya adalah :
a. Masalah kombinasi produk, yaitu menentukan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat agar diperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki.
b. Masalah perencanaan investasi, yaitu berapa banyak dana yang akan ditanamkan dalam setiap alternatif investasi, agar memaksimumkan return in investment atau net present value dengan memperhatikan sumber daya yang dimilki.
c. Masalah perencanaan produksi dan persediaan, yaitu menentukan berapa banyak produk yang akan diproduksi setiap periode, agar meminimumkan biaya persediaan, sewa, lembur, dan biaya sub kontrak.
d. Masalah perencanaan promosi, yaitu berapa banyak dana yang akan dikeluarkan untuk kegiatan promosi agar diperoleh efektivitas penggunaan media promosi.
e. Masalah distribusi, yaitu jumlah produk yang akan dialokasikan ke setiap lokasi pemasaran.
Untuk membuat formulasi model program linier, terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan, yaitu :
1. Tentukan variabel keputusan atau variabel yang ingin diketahui dan gambarkan dalam simbol matematik.
2. Tentukan tujuan dan gambarkan dalam satu sel fungsi linier dari variabel keputusan yang dapat berbentuk maksimum atau minimum.
(54)
3. Tentukan kendala dan gambarkan dalam bentuk persamaan linier atau ketidaksamaan linier dari variabel keputusan.
3.2.1. Metode Grafik
Setelah formulasi model program linier, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan model untuk mendapatkan keputusan terbaik. Salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan formulasi model program linier adalah metode grafik. Metode grafik terbatas pada penyelesaian model yang memiliki dua variabel keputusan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Gambarkan semua kendala daerah kelayakan yaitu daerah yang diliputi oleh semua kendala. Dalam menggambarkan grafik, kendala yang bertanda lebih kecil sama dengan, arah grafik yang membentuk daerah layak adalah menuju titik nol. Kendala berbentuk lebih besar sama dengan, arah grafik yang membentuk daerah layak adalah menjauhi titik nol. Sedangkan kendala berbentuk sama dengan (=), daerah layak adalah sepanjang garis tujuan.
2. Gambarkan grafik tujuan.
3. Tentukan daerah layak yang optimum dengan cara menggeser fungsi tujuan ke kanan atas hingga memotong salah satu atau lebih titik elstrim yang terdapat dalam daerah layak.
3.2.2. Metode Simpleks
Metode simpleks merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model formulasi program linier dangan cara iterasi tabel.
(55)
Metode simpleks dapat digunakan untuk menyelesaikan model model formulasi program linier yang memiliki dua atau lebih variabel keputusan. Penyelesaian model program linier dengan metode simpleks diperlukan pengubahan model formulasi ke dalam bentuk standar dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Semua kendala berbentuk persamaan, jika menghadapi kendala berbentuk lebih kecil sama dengan ( ≤ ), dapat diubah ke dalam bentuk persamaan dengan cara menambahkan slack variabel yang bernilai satu. Jika menghadapi kendala berbentuk lebih besar sama dengan ( ≥ ), dapat diubah ke dalam bentuk persamaan dengan cara mengurangkan dengan surplus variabel yang bernilai minus satu.
2. Nilai ruas kanan setiap kendala bertanda positif, jika menghadapi kendala yang memiliki nilai ruas kanan bertanda negatif, maka harus diubah menjadi positif dengan cara mengalikannya dengan minus satu.
3. Semua nilai variabel keputusan non negatif.
Langkah-langkah metode simpleks adalah sebagai berikut :
1. Membuat tabel simpleks awal dengan memasukkan semua nilai yang terdapat pada kendala dan fungsi tujuan ke dalam tabel simpleks.
2. Tentukan kolom kunci, yaitu kolom yang memiliki negatif terbesar pada baris Zj-Cj.
3. Tentukan baris kunci, yaitu baris yang memiliki angka indeks (nilai bj/nilai kolom kunci) terkecil tetapi bukan negatif.
4. Cari angka baru yang terdapat pada kolom kunci dengan cara membagi semua angka pada kolom kunci dengan baris kunci.
(56)
5. Mencari angka baru pada baris yang lain dimana nilai pada baris lama dikurangi dengan perkalian antara angka baru baris kunci dengan koefisien kolom kunci.
6. Apabila pada tabel baru solusi optimum belum ditemukan, ulangi kembali langkah 2 sampai langkah 5. Solusi optimum tercapai apabila nilai pada baris Zj-Cj berharga lebih kecil sama dengan nol untuk maksimisasi dan berharga lebih besar sama dengan nol untuk minimisasi.
3.3. Goal Programming
3.3.1. Pengertian dan Konsep Dasar Goal Programming
Goal Programming adalah salah satu model matematis yang dipakai sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan yang melibatkan banyak tujuan sehingga diperoleh alternatifpemecahan masalah yang optimal.
Model Goal Programming merupakan perluasan dari model pemrograman linier yang dikembangkan oleh A. Charles dan W. M. Cooper pada tahun 1956. Pemrograman linier adalah sebuah metode matematis yang berkaraktristik linier untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu kendala susunan. Model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama, yaitu variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala.
(57)
2
Beberapa asumsi dasar yang diperlukan dalam goal programming adalah: 1. Linieritas
Asumsi ini menunjukkan perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain atau untuk suatu input dengan output besarnya tetap dan terlepas pada tingkat produksi. Hubungannya bersifat linier.
2. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambilan keputusan berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sebanding dengan fungsi tujuan dan juga fungsi kendalanya. Jadi tidak berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.
3. Aditivitas
Asumsi ini menyatakan nilai parameter suatu kriteria optimasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu. Dampak total terhadap kendala ke-I merupakan jumlah dampak individu terhadap peubah pengambilan keputusan. 4. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah pengambilan keputusan, jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan.
5. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua parameter tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam Goal Programming, yaitu : a. Variabel keputusan (decision variabels), adalah seperangkat variabel yang
(58)
berpengaruh terhadap solusi permasalahan dan keputusan yang akan diambil. Biasanya dilambangkan dengan Xj (j = 1, 2, 3, …, n)
b. Nilai sisi kanan (right hand sides values), merupakan nilai-nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan dengan bi) yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan penggunaannya
c. Koefisien teknologi (technology coefficient), merupakan nilai-nilai numerik yang dilambangkan dengan aij yang akan dikombinasikan dengan variabel keputusan, dimana akan menunjukkan penggunaan terhadap pemenuhan nilai kanan.
d. Variabel deviasional (penyimpangan), adalah variabel yang menunjukkan kemungkinan penyimpangan –penyimpangan negatif dan positif dari nilai sisi kanan fungsi tujuan. Variabel penyimpangan negatif berfungsi untuk menampung penyimpangan yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki, sedangkan variabel penyimpangan positif berfungsi untuk menampung penyimpangan yang berada di atas sasaran. Dalam model Goal Programming dilambangkan dengan di- untuk penyimpangan negatif dan di+ untuk penyimpangan positif dari nilai sisi kanan tujuan.
e. Fungsi tujuan, adalah fungsi matematis dari variabel-variabel keputusan yang menunjukkan hubungan dengan nilai sisi kanannya. Dalam Goal Programming, fungsi tujuan adalah meminimumkan variabel deviasional. f. Fungsi pencapaian, adalah fungsi matematis dari variabel-variabel simpangan
(59)
g. Fungsi tujuan mutlak, merupakan tujuan yang tidak boleh dilanggar dengan pengertian mempunyai penyimpangan positif dan atau negatif bernilai nol. Prioritas pencapaian dari fungsi tujuan ini berada pada urutan pertama, solusi yang dapat dihasilkan adalah terpenuhi atau tidak terpenuhi.
h. Prioritas, adalah suatu sistem urutan dari banyaknya tujuan pada model yang meungkinkan tujuan-tujuan tersebut disusun secara ordinal dalam Goal Programming. Sistem urutan tersebut menempatkan tujuan-tujuan tersebut dalam susunan dengan hubungan seri.
i. Pembobotan, merupakan timbangan matematis yang dinyatakan dengan angka ordinal yang digunakan untuk membedakan variabel simpangan I dalam suatu tingkat prioritas k.
3.3.2. Model Umum Goal Programming
Misalnya dalam perusahaan terdapat keadaan, Z = C1X1 + C2X2 + C3 X3 + ... + Cn Xn
n n ST : a1X1 + a2X2 + a3X3 + ...+ biXn ≤ Y
b1X1 + b2X2 + b3X3 + ...+ biXn ≤ D X1, X2, X3,..., Xn≤ Dn
dimana : Z : Fungsi Tujuan ST : Fungsi Pembatas
Xn : Jumlah produk i yang diproduksi Yn : Jumlah tenaga kerja yang tersedia Dn : Jumlah bahan baku yang tersedia
(60)
Maka, hal ini dapat diselesaikan dengan model Goal Programming sebagai
berikut :
Min Z = P1(d1+ + d1-) + P2(d2+ + d2-) + ... + Pn(dn+ + dn-) ST :
∑anXn+dn++dn ≤ Yn ∑bnXn+dn++dn ≤ Dn
Dimana : Pn = Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dn- = Penyimpangan negatif
dn+ = Penyimpangan positif
3.3.3. Perumusan Masalah Goal Programming.
Beberapa langkah perumusan permasalahan Goal Programming adalah sebagai berikut :
1. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari. Makin tepat penentuan variabel keputusan akan mempermudah pengambilan keputusan yang dicari. 2. Penentuan fungsi tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan.
3. Perumusan fungsi sasaran, dimana setiap tujuan pada sisi kirinya ditambahkan dengan variabel simpangan, baik simpangan positif maupun simpangan negatif. Dengan ditambahkannya variabel simpangan, maka bentuk dari fungsi sasaran menjadi fn(xn) + dn- - dn+ = bn
(61)
4. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan. Penentuan tujuan ini tergantung pada hal-hal berikut :
a. Keinginan dari pengambil keputusan b. Keterbatasan sumber-sumber yang ada
5. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.
6. Penentuan fungsi pencapaian. Dalam hal ini, yang menjadi kuncinya adalah memilih variabel simpangan yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi pencapaian Dalam memformulasikan fungsi pencapaian adalah menggabungkan setiap tujuan yang berbentuk minimasi variabel penyimpangan sesuai dengan prioritasnya.
7. Penyelesaian model Goal Programming dengan metodologi solusi.
3.3.4. Metode Pemecahan Masalah
Ada dua macam metode yang digunakan untuk menyelesaikan model Goal Programming, yaitu metode grafis dan metode algoritma simpleks.
1. Metode Grafis
Metode grafis digunakan untuk menyelesaikan masalah Goal Programming dengan dua variabel
Langkah-langkah penyelesaian dengan metode grafis adalah :
a. Menggambar fungsi kendala pada bidang kerja sehingga diperoleh daerah yang memenuhi kendala.
(62)
b. Meminimumkan variabel deviasional agar sasaran-sasaran yang diinginkan tercapai dengan cara menggeser fungsi atau garis yang dibentuk oleh variabel deviasional terhadap daerah yang memenuhi kendala.
Contoh :
PT.Ayu membuat dua jenis produk yaitu A dan B. Produk A membutuhkan waktu penyelesaian 5 jam di mesin 1 dan 2 jam di mesin 2. Sedangkan produk B membutuhkan waktu penyelesaian 2 jam di mesin 1 dan 4 jam di mesin 2. Kapasitas jam kerja mesin 1 sebesar 50 jam per minggu dan mesin 2 sebesar 48 jam per minggu. Manajemen mempunyai kebijakan tentang prioritas Goal sebagai berikut:
1.. Minimum target total produksi produk A dan B sebesar 10 unit per minggu. 2. Minimum target produksi produk A sebesar 8 unit per minggu
3. Minimum target produksi produk B sebesar 13 unit per minggu. Tentukan kombinasi produksi A dan B untuk mencapai goal tersebut. Penyelesaian
Minimum Z = p1d1- + p2d2- + p3d3
-d.k [1] 5x1 + 2 x2 ≤ 50 [2] 2 x1 + 4 x2 ≤ 48 [3] x1 + x2 - d1+ + d1- = 10 [4] x1 - d2 + d2- = 8 [5] x2 - d3+ + d3- = 13 [6] x1, x2, di+, di- ≥ 0
(63)
x2
25 d2- d2+
20
d3+ 15
13
12 10 d3 d1+
5
d1-
5 8 10 15 20 25 x1 2
5 1
3
4
Gambar 3.1.Grafik Goal Program
Proses penyelesaian formulasi goal programming di atas adalah sebagai berikut: Buatlah grafik kendala dan tentukan daerah kelayakan berdasarkan
kendala (1) dan (2).
Gunakan kendala (3) untuk goal 1, dan kurangkan dengan daerah kelayakan semua. Mengapa kendala (3) yang diutamakan? Karena kita memprioritaskan goal pertama yaitu minimum produksi A dan B sebesar 10 unit.
Variabel deviasi d2- adalah prioritas kedua dalam fungsi tujuan. Gunakan kendala (4) dan kurangkan dengan daerah kelayakan pada garis x1 = 8
Variabel deviasi d3- adalah prioritas ketiga. Gunkan kendala (5) dan kurangkan dengan daerah kelayakan pada garis x2 = 13
(64)
2. Metode algoritma simpleks
Algoritma simpleks digunakan untuk menyelesaikan masalah Goal Programming dengan menggunakan variabel keputusan lebih dari dua.
Langkah-langkah penyelesaian Goal Programming dengan metode algoritma simpleks adalah :
a. Membentuk tabel simpleks awal
b. Pilih kolom kunci dimana Cj-Zj memiliki nilai negatif terbesar. Kolom kunci ini disebut kolom pivot.
c. Pilih baris kunci yang berpedoman pada bi/aij dengan rasio terkecil dimana bi adalah nilai sisi kanan dari setiap persamaan. Baris kunci ini disebut baris pivot.
d. Mencari sistem kanonikal yaitu sistem dimana nilai elemen pivot bernilai 1 dan elemen lain bernilai nol dengan cara mengalikan baris pivot dengan -1 lalu menambahkannya dengan semua elemen dibaris pertama. Dengan demikian, diperoleh tabel simpleks iterasi I.
e. Pemeriksaaan optimalitas, yaitu melihat apakah solusi sudah layak atau tidak. Solusi dikatakan layak bila variabel adalah positif atau nol
Contoh :
PT Bima sedang merencanakan program Advertensi untuk satu tahun mendatang guna memproduksikan produk barunya Terdapat tiga media yang sedang dipertimbangkan. Biaya setiap media advertensa dan jangkauannya dapat dilihatpada tabel 3.1 berikut ini.
(65)
Tabel 3.1. Tabel Soal
Jangkauan Media Jenis
Media Biaya per Media Dibawah 25
Tahun 25 Tahun Keatas 1 Rp.15.000 700 orang 400 orang 2 Rp.11.000 400 orang 250 orang 3 Rp.18.000 600 orang 1.000 orang
Informasi lain adalah sebagai berikut
1. Anggaran biaya advertensi Rp.300.000,00
2. Goal 1 untuk menjangkau 25.000 orang per minggu
3. Goal 2 minimum target yang dicapai 20.00 orang perminggu untuk dibawah umur 25 tahun
4. Goal 3 minimum jumlah dana untuk media 2 dan 3 tidak boleh melebihi Rp.250.000,00
5. Perusahaan menyatakan bahwa untuk Goal 1 tiga kali lebih penting dari goal 3 dan 2 kali lebih penting dari goal 2
Formulasikan Goal Program masalah diatas untuk menentukan media advertensi yang terbaik.
Penyelesaian
Minimum Z = 3 d1+ + 3d1- + 2 d2- + d3 +
d.k [1] 15.000 x1 + 11.000 x2 + 18.000 x3 ≤ 300.000 [2] 1.100 x1 + 650 x2 + 1.600 x3 – d1+ + d1- = 25.000 [3] 700 x1 + 400 x2 + 600 x3 – d2+ + d 2- = 20.000 [4] 11.000 x2 + 18.000 x3 – d3+ + d3- = 250.000 [5] x1, x2, x3, di+, di- ≥ 0
(66)
Dengan menggunakan linear programming metode simplek diperoleh hasil sebagai berikut :
X 1 = 7,143 X2 = 0 X 3 = 10,714 d 1+ = 0 dan d1- = 0 d2+ = 0 dan d2- = 857,143 d3+ = 0 dan d3- = 57,143
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Target goal 1 untuk menjangkau 25.000 orang tercapai.
2. Target goal 2 untuk menjangkau minimum 20.000 orang di bawah umur 25 tahun hanya tercapai 19.143 orang (20.000 – 857).
3. Target goal 3 dapat dipenuhi, karena media 2 dan 3 hanya menggunakan dana Rp192.857,00 (Rp57.143,00 di bawah Rp250.000,00).
4. Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar:
7,143(15.000) + 0(11.000) + 10,714(18.000) = Rp300.000,00 sesuai dengan besarnya anggaran biaya advertensi.
(67)
3.3.5. Penyelesaian Model Goal Programming Dengan Software LINDO. Lindo, singkatan dari Linear Interactive Discrete Optimizer, adalah sebuah program yang dirancang untuk menyelesaikan kasus-kasus pemrograman linear. Sebuah kasus harus diubah dahulu ke dalam sebuah model matematis pemrograman linear yang menggunakan format tertentu agar bisa diolah oleh program LINDO.
1. Input LINDO
Program ini menghendaki input sebuah program matematika dengan struktur tertentu.
Misalnya, contoh di atas bentuk input di program LINDO adalah : MIN DA1 + DB1 + DA2 + DB2 + DB3 + DB4
SUBJECT TO
2) -DA1 + DB1 +5X1 + 6X2 = 60
3) -DA2 + DB2 + X1 + 2X2 = 16
4) DB3 + X1 = 10
5) DB4 + X2 = 6
END
2. Output LINDO
Setelah data dimasukkan, segera perintahkan program untuk mengolah datatersebut melalui fasilitas perintah “GO“. Sesaat kemudian program menayangkan hasil olahannya.
Output atau hasil olahan program LINDO pada dasarnya bisa dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Optimal Solution atau penyelesaian optimal b. Sensitivity Analysis atau analisis sensitivitas
(68)
Hasil olahan LINDO memuat lima macam informasi yaitu : a. Nilai fungsi tujuan dibawah label Objective Function Value.
Informasi ini ditandai dengan notasi “1)” untuk menunjukkan bahwa didalam struktur input LINDO, fungsi tujuan ditempatkan pada baris ke-1 dan fungsi kendala mulai dari urutan baris ke-2.
b. Nilai optimal variabel keputusan di bawah label value.
Variabel keputusan pada output LINDO ditandai dengan label variabel. Misalnya variabel keputusan X1 dan X2, maka bilangan dibawah nilai dan berada pada baris dimana X1 berada menunjukkan nilai optimal variabel keputusan.
c. Sensitivitas Cj jika Xj = 0 di bawah kolom reduced cost.
Memberikan informasi mengenai sampai sejauh mana nilai Cj harus diturunkan agar nilai variabel keputusan menjadi positif. Ini berarti bahwa reduced cost akan selalu nol bernilai variabel keputusan positif dan sebaliknya.
d. Slack Variabel atau surplus variabel di bawah label slack or surplus. Informasi ini menunjukkan nilai slack dan surplus masing-masing kendala ketika nilai fungsi tujuan mencapai nilai ekstrim.
e. Dual Price
Informasi ini menunjukkan tentang perubahan yang akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala berubah satu unit. Hasil olahan LINDO juga memberikan informasi mengenai jumlah iterasi yang diperlukan untuk menemukan penyelesaian optimal.
(69)
Misalnya, output untuk contoh di atas adalah : LP OPTIMUM FOUND AT STEP 5
OBJECTIVE FUNCTION VALUE
1) 5.000000
VARIABEL VALUE REDUCED COST
DA1 0.000000 0.750000
DB1 0.000000 1.250000
DA2 0.000000 1.250000
DB2 0.000000 0.750000
DB3 4.000000 0.000000
DB4 1.000000 0.000000
X1 6.000000 0.000000
X2 5.000000 0.000000
ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES
2) 0.000000 0.250000
3) 0.000000 -0.250000
4) 0.000000 -1.000000
5) 0.000000 -1.000000
NO. ITERATIONS= 5
3.4. Peramalan.
Peramalan merupakan pemikiran terhadap suatu besaran untuk mendapatkan perancanaan produksi untuk periode yang akan datang. Oleh karena itu kegiatan produksi peramalan dilakukan untuk menetukan jumlah permintaan terhadapa suatu produk.
(1)
Seluruhnya sludge dari pabrik dialirkan ke fat-fit untuk mengutip minyak yang masih ada, sisanya berupa limbah yang dialirkan ke sistem penanganan limbah.
2. Pengolahan Inti Sawit
Proses pengolahan inti sawit terdiri dari beberapa tahap proses, yaitu : a. Pemisahan Sabuk dari Biji
Pengepresan masa adukan menghasilkan 2 bagian besar, yaitu minyak dan press cake (bungkil). Press cake adalah terdiri dari sabut (fiber) dan inti (Nnut). Bungkil yang sudah terurai ke separating coloum, oleh fan diisap dan masuk ke conveyor bahan bakar ketel uap melalui fibre cyclone, sedangkan biji jatuh dan masuk ke polishing drum, proses pemisahan sabut disebut depericarper.
b. Pemisahan Inti dan Cangkang
Selama biji berada di dalam nut silo diberi panas untuk menurunkan kadar air biji dengan tujuan agar inti lepas dari cangkangnya. Setelah keluar biji dari nut silo, dipecahkan melalui mesin pemecah biji (cracker mixer), misalnya sludge grading nut cracker, ripple mill dan sejenisnya. Pecahan biji (cracker mixer) diteruskan ke pneumatic system menggunakan conveyor dan elevator.
Pneumatic sistem berfungsi untuk memisahkan inti (kernel) dari cracker mixer. Alat pemisah inti ini ada juga yang menggunakan hydrocyclone.
c. Pengeringan Inti Sawit
Inti sawit yang sudah terpisah, oleh conveyor dan elevator dibawa dan dimasukkan ke dalam kernel silo, cangkang dan kotoran lainnya diisap oleh fan dan masuk ke konveyor bahan bakar ketel uap melalui shell cyclone dan shell
(2)
transport fan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan janjangan yang dibuang dengan truck dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit.
Secara ringkas akan ditunjukkan pada blok diagram alir proses produksi dipabrik kelapa sawit berikut ini.
(3)
(4)
Lampiran III :
Biaya Pokok Produksi Tiap Triwulan
Tabel Biaya Produksi Triwulan I Tahun 2010 Deskripsi Biaya
Karyawan Pabrik Rp
Karyawan Shift 1288413640
Karyawan Harian 390418740
Laboratorium 548741596
Office 296470857
Bengkel 409278431
Total Biaya Karyawan Pabrik 2933323264
Perawatan Dan Penyusutan Peralatan Rp
Penyusutan Peralatan Bag.Laboratorium 27717149 Penyusutan Peralatan Bag.Pengolahan 45257136
Perawatan Stasiun Penerimaan 29032534 Perawatan Stasiun Perebusan 27776889 Perawatan Stasiun Perebahan 35827771 Perawatan Stasiun Klarifikasi 67726565
Perawatan Boiler 94424798
Penyusutan Pembangkit Listrik 8056871 Perawatan Water Treatment 92547498
Penyusutan Bangunan 10578928
Penyusutan Peralatan Bag Bengkel 15479872 Total Biaya Perawatan dan Penyusutan 454426011
Biaya Umum (General Expenses) Rp
Kendaraan 75678025 Bahan Bakar dan Minyak Pelumas 954872369
Pengeluaran Untuk Tempat Tinggal Karyawan 40265789 Listrik dan Air Bersih Untuk Karyawan 65872136 Gaji Karyawan Administrasi 54806992 Gaji Hari Tidak Bekerja 42574569 Biaya Listrik Pabrik 125477954
(5)
Tabel Biaya Perkebunan TBS Kebun Inti Triwulan I Tahun 2010 Dekripsi Biaya Perkebunan
Pekerjaan Umum Lapangan Rp
Penyerbukan/Pengawinan 756087421 Hama dan Penyakit 718948540
Jalan dan Jembatan 151063575
Pruning 216135726
Pemupukan 5857748301 Sensus 184571239 Pengairan 269872597 Total Biaya Pekerjaan Umum 8154427399
Pemanenan Rp
Mandor 874789254
Petani Pemanen 2365478921
Peralatan 584759987 Pengangkutan 525698714
Total Biaya Pemanenan 4350726876
Biaya lainnya 1847415672
Total Biaya Perkebunan 14352569947
- Hasil produksi TBS kebun inti = 20.689,22 ton
Jumlah pembelian TBS dari kebun plasma = 8.866.81 ton sebesar Rp.10.058.261.384
Total biaya pembelian bahan baku = 14.352.569.947 + 10.058.261.384 = 24.410.831.332
Jumlah produksi CPO = 6.857 ton Biaya produksi CPO per ton
= Rp.(24.410.831.332 + 5.167.654.151)/20.689,22 ton = Rp.4.313.619 /ton
(6)
I-171
- Untuk Triwulan II – IV dengan perhitungan yang sama maka diperoleh hasil berikut ini.
Tabel Perhitungan Biaya Produksi CPO Triwulan II, III dan IV Triwulan Biaya Produksi
CPO (Rp)
Jumlah Produksi CPO
(ton)
Produksi CPO rp/ton
II 40.761.810.661 9.427 4.323.943 III 54.982.660.356 12.636 4.351.271 IV 49.618.851.406 11.507 4.312.058