Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Sebagai bahan pangan, minyak sawit memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui
berfungsi sebagai zat anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E. Di samping itu kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang
terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor heat stability yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng
bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan minyak sawit tidak cepat tengik.
2.8.2. Minyak sawit untuk industri nonpangan
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri- industri nonpangan, industri farmasi dan industri oleokimia fatty acids, fatty alcohol,
dan glycerine. Produk non-pangan yabg dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis splitting untuk menghasilkan asam lemak
dan gliserin. a.
Bahan baku untuk industri farmasi Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1, antara lain
terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri
farmasi. Di antara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan defisiensi vitamin A dan pemusnahan
radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
Karoten Karoten dikenal juga sebagai pigmen warna jingga. Kandungannya dalam
minyak sawit mencapai 0,005-0,18. Dari setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 gram karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat
dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten
terdiri dari 36 alfakaroten dan 54 betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit.
Betakaroten merupakan bahan pembentuk vitamin A provitamin A dalam proses metabolisme dalam tubuh. Betakaroten dimanfaatkan sebagai obat anti kanker.
Beberapa bentuk dari obat yang berasal dari betakaroten adalah kapsul dan sirup. Untuk menghasikan betakaroten dilakukan proses fraksinasi dan ekstraksi betakaroten
sehingga terpisah dari minyak sawit.
b. Bahan baku oleokimia
Tokoferol Unsur ini dikenal sebagai antioksidan alam dan juga sebagai sumber vitamin
E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1.000 ppm, dalam olein 800-1.000 ppm, dan dalam stesrin hanya 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik
mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm.
Oleokimia adalah bahan baku industriyang diperoleh dari minyak nabati, termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Proses utama minyak yang
digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester dan glserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunan
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen.
Asam lemak Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara
kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dan jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu
10-25 C. Selain itu, Proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis
enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang belangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya
difraksinasi sehingga dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener pelunak untuk industri
makanan, tinta, tekstil, aspal dan perekat. Lemak alkohol
Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak.Lemak alkohol merupakan bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari
metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya akan laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol.
Lemak amina Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai bahan
pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain-lain.
Metil ester Metil ester dihasilkan melalui proses waterfikasi pada lemak yang diberi
metanol atau etanol, dengan katalisator Nametoksi. Unsur ini merupakan hasil antara
Khairuni Ulfa Sitompul : Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap Kualitas CPO Yang Dihasilkan Pada Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit Di PTPN III Rambutan, 2008.
USU Repository © 2009
asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metil ester dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun.
Gliserin Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak . Gliserin terutama digunakan
dalam industri kosmetik, antara lain sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampoo, pomade, obat kumur dan pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai
hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelicin, cat, adesif, plester dan sabun.
2.8.3. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif palm biodiesel