Perjanjian Asuransi Perjanjian Asuransi Secara Umum 1. Istilah dan Definisi Asuransi

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009

5. Perjanjian Asuransi

Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Hubungan hukum adalah suatu hubungan yang akibatnya diatur oleh hukum. Setiap perjanjian asuransi harus mengandung unsur-unsur essensial seperti kata sepakat, pihak yang kompeten, objek yang sah dan imbalan. Prinsip-prinsip perjanjian asuransi : 56 Prinsip ini terkandung dalam Pasal 253 KUH Dagang. Menurut prinisp Indemnity bahwa yang menjadi dasar penggantian kerugian dari penanggung kepada tertanggung adalah sebesar kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan Insurable Interest Prinsip ini terkandung dalam Pasal 250 KUH Dagang yang pada intinya menentukan bahwa agar suatu perjanjian asuransi dapat dilaksanakan, maka objek yang diasuransikan haruslah merupakan suatu kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest yakni kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Dengan kata lain, seseorang boleh mengasuransikan barang-barang apabila yang bersangkutan mempunyai kepentingan atas barang yang dipertanggungkan. b. Prinsip Keterbukaan Prinsip keterbukaan ulmost good faith terkandung dalam ketentuan Pasal 253 KUH Dagang yang pada intinya menyatakan bahwa penutupan asuransi baru sah apabila penutupannya didasari itikad baik. c. Prinsip Indemnity 56 Abdul R. Saliman dkk, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Cetakan I, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 186-187. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 dalam arti tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi atau pertanggungan. Inti dari prinsip ini adalah seimbang yakni seimbang antara kerugian yang betul-betul diderita oleh tertanggung dengan jumlah ganti kerugiannya. d. Prinsip Subrogasi untuk kepentingan penanggung Prinsip ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 KUH Dagang yang pada intinya menentukan bahwa apabila tertanggung sudah mendapatkan penggantian atas dasar prinsip indemnity, maka si tertanggung tak berhak lagi memperoleh penggantian dari pihak lain, walaupun jelas ada pihak lain yang bertanggung jawab pula atas kerugian yang dideritanya. Penggantian dari pihak lian harus diserahkan pada penanggung yang telah memberikan ganti rugi dimaksud. Di samping prinsip-prinsip, terdapat beberapa asas-asas lainnya yang memberikan ciri kepada perjanjian asuransi, yaitu : 57 57 Agus Prawoto, Op.cit, hal. 45. 1. Asas konsensual Perjanjian asuransi itu ada segera setelah tercapainya persesuaian kehendak antara kedua belah pihak, bahkan sebelum polis ditandatangani. 2. Asas conditional perjanjian bersyarat Perwujudan prestasi penanggung itu digantungkan kepada suatu peristiwa yang tidak pasti. Terjadinya peristiwa yang tidak pasti itu merupakan syarat perwujudan dari prestasi penanggung. 2. Asas Kepercayaan Dengan mengalihkan resiko kepada penanggung melalui pembayaran premi, maka si tertanggung percaya bahwa apabila resiko itu ternyata menjadi kenyataan, maka penanggung akan membayar kerugian yang dideritanya itu. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Karena asuransi sebagai perjanjian untuk mengalihkan risiko, maka di dalam mengadakan perjanjian asuransi ada pihak-pihak yang berkaitan langsung yang disebut sebagai subjek perjanjian yaitu pihak tertanggung dan penanggung yang mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sedangkan objek asuransi adalah jiwa dan harta benda. a. Hak tertanggung 1. Menuntut agar polis ditandatangi oleh penanggung 2. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung 3. Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena pihak yang disebut terakhir ini lalai menandatangi dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung. 4. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang. 5. Mengadakan “solvabiliteit verzekering” karena tertanggung ragu akan kemampuan penanggungnya. 6. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur. 7. Menuntut ganti rugi kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjian dalam polis terjadi. b. Kewajiban tertanggung 1. Membayar premi kepada penangung. 2. Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai objek yang diasuransikan. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 3. Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap objek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari. 4. Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa objek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya. c. Hak penanggung 1. Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian. 2. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan dengan objek yang diasuransikan kepadanya. 3. Memiliki premi, bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri. 4. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. 5. Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. d. Kewajiban penanggung 1. Memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapt hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut. 2. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung. 3. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau seluruhnya. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian. 58

6. Peralihan Resiko