Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce
Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut
diperjanjikan demikian.
58
6. Peralihan Resiko
Perjanjian asuransi berakhir, karena : 1. Asuransi dianggap gugur, apabila :
a. seluruh barang tak diangkut, maka asuransi seluruhnya gugur. b. Bila hanya sebagian barang-barang yang diangkut, maka hanya sebagian
asuransi saja yang gugur. 2. Asuransi dianggap batal, apabila :
a. tertanggung tidak memberi tahu hal yang sebenarnya kepada penanggung tentang barang yang diasuransikan.
b. terjadi dubble verzekering atau a double insurance atau asuransi ganda. c. tertanggung mengetahui ada kerugian terhadap mana asuransi diadakan.
3. Asuransi dianggap berakhir, apabila : a. asuransi telah selesai dengan tibanya waktu yang telah diperjanjikan.
b. terjadi pemusnahan keseluruhan atau terjadi kerugian yang mencapai jumlah yang dipertanggungkan.
c. penanggung dibebaskan oleh tertanggung. d. objek bahaya tidak lagi terancam bahaya tertanggung tidak lagi memiliki
kepentingan yang diasuransikan dan penambahan bahaya. e. perjanjian asuransi diputuskan, sebab salah satu pihak telah melakukan
wanprestasi.
58
Man Suparman Sastrawidjaja, Op.cit, hal. 20-23.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce
Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Secara umum arti risiko dalam pengertian hukum adalah beban kerugian yang diakibatkan karena suatu peristiwa di luar kesalahannya. Dalam pengertian lain, bisa
juga dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan risiko adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang. Jadi
dalam pengertian ini asuransi atau pertanggungan adalah menjadikan suatu ketidakpastian menjadi kepastian, yaitu dalam hal terjadinya suatu kerugian, maka
akan memperolah suatu ganti rugi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan risiko risk
dalam hukum asuransi atau pertanggungan adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung, risiko
mana merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan sehingga pihak terakhir ini penanggung akan memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang apabila risiko
dimaksud menjadi kenyataan. Sebagai kontra prestasinya, pihak yang menanggung risiko tersebut akan menerima premi dari pihak pertama.
Mengenai risiko dalam asuransi beraneka ragam, antara lain, adalah :
59
59
Abdul R. Saliman, dkk, Op.cit, hal. 189-191.
a. Risiko murni Risiko murni pure risk adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa
suatu kerugian akan timbul, dimana jika kejadian tersebut terjadi, maka keadaan sama sekali seperti sediakala tidak untung atau tidak rugi. Melihat kepada objek yang
terkena risiko murni tersebut terdiri dari 3 tiga jenis, yaitu : 1. Risiko perorangan personal risk merupakan suatu risiko yang tertuju langsung
kepada orang yang bersangkutan, yakni yang akan mempengaruhi secara langsung terhadap penghasilannya.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce
Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2. Risiko harta benda property risk adalah suatu risiko yang tertuju kepada harta benda milik orang tersebut, yakni risiko atas kemungkinan hilang atau rusaknya
harta benda tersebut. 3. Risiko tanggung jawab liability risk adalah risiko yang mungkin akan timbul
karena seseorang harus bertanggung jawab karena melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain.
b. Risiko spekulasi Risiko spekulasi merupakan kejadian yang akan terjadi yang menimbulkan
dua kemungkinan, dimana kemungkinan pertama adalah akan memperoleh keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah akan menderia kerugian.
c. Risiko khusus Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak
hanya terhadap seseorang tertentu saja. Misalnya risiko berupa kebakaran pada mobil seseorang yang tidak menyebabkan kebakaran pada mobil orang lain.
G. Polis Asuransi
Menurut ketentuan Pasal 255 KUH Dagang, perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis policy. Polis ini berfungsi
sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara tertanggung dan penanggung. Dalam polis dicantumkan semua ketentuan dan syarat mengenai
pertanggungan yang telah dibuat. Menurut ketentuan Pasal 256 KUH Dagang, dalam setiap polis, kecuali
mengenai pertanggungan jiwa, harus memuat hal-hal sebagai berikut : a. hari pembuatan perjanjian pertanggungan.
b. nama tertanggung, untuk diri sendiri atau untuk orang ketiga.