Prinsip-Prinsip dalam Asuransi Perdagangan melalui Internet

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 tertera pada poin 1-5 tentunya asuransi yang terjadi bisa menjadi tumpang tindih, dan melanggar prinsip indemnitas asuransi. Penulis berpendapat bahwa pihak yang menjadi tertanggung adalah CA certificate authority otoritas sertifikat sebagai lembaga yang dipercaya. Dan bentuk asuransi yang dilakukan bisa berbentuk seperti asuransi sosial yang ditetapkan pemerintah. Sehingga tiap pihak yang menggunakan kunci-kunci kriptografis sudah diasuransikan kepentingannya tersebut.

C. Prinsip-Prinsip dalam Asuransi Perdagangan melalui Internet

Pada umumnya prinsip-prinsip asuransi perdagangan melalui internet sama dengan prinsip-prinsip asuransi secara umum. Prinsip-prinsip dalam asuransi tersebut antara lain, adalah : 91 Si Tertanggung harus memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan. Seseorang hanya boleh dan berhak untuk mengasuransikan suatu obyek apabila ia mempunyai kepentingan terhadap barang termaksud. Dalam hal ini obyek yang dimaksud adalah kunci-kunci kriptografis, baik kunci simetrik atau kunci asimetrik dari kemungkinan dibobol. 1. Prinsip Indemnitas Ganti rugi yang dapat diterima oleh tertanggung hanya sebesar kerugian yang diderita. Artinya apabila tertanggung mengalami kebobolan kunci, maka yang diperhitungkan dan dibayarkan hanya sebesar kerugian yang diderita akibat kebobolan itu. Hal ini sesuai dengan tujuan asuransi untuk mendapatkan ganti kerugian, akibat suatu musibah yang tidak dapat ia tanggung sendiri, dan bukan untuk mendapat keuntungan darinya. 2. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan 91 Ibid, hal. 27. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 3. Prinsip Utmost Good Faith Bahwa adanya itikad baik dari pihak tertangung dalam mengasuransikan obyeknya. Maksud dari itikad baik dalam hal ini adalah kejujuran dari pihak Tertanggung dalam mengasuransikan obyeknya dan tidak menyembunyikan suatu hal yang sepatutnya diberitahukan pada Penanggung. Misalnya, kunci yang diasuransikan oleh tertanggung tidak diketahui sebelumnya bahwa kunci tersebut telah dibobol. 4. Prinsip subrogasi. Bahwa tertanggung yang telah menerima ganti rugi dari Penanggung tidak bisa menuntut pada pihak ketiga. Karena hak tersebut telah beralih pada Penanggung. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip indemnitas yang diterangkan di atas. Misalnya Tertanggung yang kebobolan kuncinya sudah menerima pembayaran dari Penanggung, ia tidak bisa menuntut ganti rugi lagi dari orang yang membobol. karena yang berhak menuntut setelah itu adalah Penanggung.

D. Risiko Perdagangan Melalui Internet sebagai obyek Asuransi