Analisis Hukum Kontrak Dalam Transaksi E-Commerce Di Indonesia

(1)

ANALISIS HUKUM KONTRAK DALAM

TRANSAKSI E-COMMERCE DI INDONESIA

TESIS

Oleh

REVONDY K M R BRAHMANA

077005104/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS HUKUM KONTRAK DALAM

TRANSAKSI E-COMMERCE DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

REVONDY K M R BRAHMANA

077005104/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM KONTRAK DALAM TRANSAKSI

E-COMMERCE DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : REVONDY K M R BRAHMANA Nomor Pokok : 077005104

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, S.H. M.Hum) Ketua

(Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, C.N, M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Hukum

(Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H) (Prof. Dr. Runtung S.H., M.Hum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 08 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, S.H. M.Hum

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, C.N, M.Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum 3. Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H


(5)

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah membawa umat manusia pada era teknologi informasi dan komputerisasi. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Sebagai contoh yaitu dalam dunia perdagangan, di dalam melakukan transaksi bisnis seorang pembeli tidak mesti bertatapan langsung dengan penjual seperti layaknya dalam pasar tradisional melainkan hanya melalui suatu media elektronik yang terhubung secara online, yang dikenal dengan internet. Bisnis teknologi informasi seperti ini dikenal dengan istilah Electronic commerce atau electronic business yaitu segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik.

Metode penelitian dilakukan secara deskriptif-analitis. Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif. Data pokok dalam penelitian adalah data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data terhadap data sekunder dilakukan secara kualitatif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa didalam sebuah komunikasi elektronik, kata ’sepakat’ adalah tergantung dari prosedur telekomunikasi yang akan dijalankan. Jika prosedur tersebut dipenuhi dan communication system itu berjalan sebagaimana mestinya, maka kesepakatan tersebut adalah sudah terjadi oleh karena dalam KUHPerdata tidak disebutkan suatu formalitas tertentu di samping kesepakatan yang telah tercapai itu, maka disimpulkan bahwa setiap perjanjian itu sudah sah (dalam arti mempunyai kekuatan ”mengikat” kepada para pihak yang membuatnya) apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian tersebut. Kemudian menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), khususnya Pasal 34 dikatakan bahwa masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak yang menggunakan teknologi informasi yang berakibat merugikan masyarakat.

Disarankan agar dengan adanya suatu peraturan perundang-undangan mengenai hal ini akan memberikan kepastian hukum dam ketenangan bagi para pelaku bisnis. Kemudian disarankan agar perbuatan melawan hukum yang timbul dalam transaksi jual beli secara elektronik/melalui internet dapat diselesaikan baik secara litigasi ataupun secara non litigasi, sesuai kesepakatan para pihak, sehingga tidak ada kekosongan hukum yang dapat berakibat menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.


(6)

ABSTRACT

Science and technology development nowadays has brought the human beings to the information technology and computerization era. The usage of the technology has given so many advantages for human beings in doing their daily needs. For instance in trading world a buyer who does a business transaction is no need to meet the seller directly just like what he does traditional market, he only needs to connect to a electronics medium that is online connected is well know as internet. This

information technology business is well known as electronics commerce or electronic business that defined as every kind of trading or business transaction of goods or service by using electronics media.

The research is done by using analysis descriptive method. The approaching method that is used in this research is a juridical norm approach. The primary data of this research is the secondary data. The collecting data process is done by doing library research and field research. The data analysis of this secondary data is done by using qualitative method.

From the research result, we know that in an electronic communication, the word “deal” depends on the telecommunication procedures that are ruled. If the procedure is fulfilled and the communication system run as usual, the agreement is done because in Private Code accomplished there is no written rule about the existence of certain formality besides the agreement so that it can be conclude that every agreement is legal (it has a “bound” power to the people who made it) if there is an accomplishment about the primary points of the agreement. Then, according to Act No.11 in 2008 about Information and Electronic Transaction (ITE) especially Section 34 that says that the society can make claim representatively to the side that use harmful information technology that give disadvantages for society.

It is suggested to give a legal security and comfort ability for the businessmen. Then it is also suggested for every law violation that comes out in selling and buying transaction through electronics or internet should be solved by court or outside of court, depends on the agreement of parties, so that there is no vacuity of law that can cause more disadvantages.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul proposal penelitian ini adalah: “ Analisis Hukum Kontrak

Dalam Transaksi E-Commerce di Indonesia”. Di dalam menyelesaikan Tesis ini,

penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Prof. Dr. Runtung, S.H. M.Hum., Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, C.N, M.Hum., dan Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Perkenankanlah juga, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis DTM&H, SpA(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada


(8)

2. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, atas kesempatan

menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. H. Bismar Nasution, S.H., M.H., sebagai Ketua Program studi

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Runtung, S.H. M.Hum, sebagai Pembimbing Utama penulis, yang

telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan, saran kepada penulis.

5. Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, C.N, M.Hum, sebagai Komisi Pembimbing

yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan, saran kepada penulis.

6. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., sebagai Komisi Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan, saran dan masukan yang sangat penting kepada penulis. 7. Orang Tua tercinta Prof. Hemat R. Brahmana, M.sc, Phd (Alm.) dan

Nurdiana R. Lila Sinaga, S.KOM, yang mendidik dengan penuh rasa kasih

sayang dan senantiasa memberi semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

8. Kepada Kakak Ritzky Karina Megah Roza Brahmana S.E., M.A, MIRM, Abang Rayenda Khresna Mitra Riza Brahmana S.E., M.Sc dan Adik Rendy Karsandra Michael Reza Brahmana, yang Penulis sayangi, atas

kesabaran dan pengertiannya serta memberikan Doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.


(9)

9. Kepada Vera Patricia Madanna Purba S.H., yang Penulis sayangi, atas

motivasi serta memberikan Doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

10.Teman-Teman Organisasi saya Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Medan, Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia, atas masukkan serta

memberikan Doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

11. Kepada Rekan-rekan di Sekolah pascasarjana, dan rekan-rekan kerja saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat memberi manfaat dan menyampaikan permintaan yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang bertujuan serta bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan Tesis ini.

Medan, Maret 2010 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Revondy Khristy Mada Reza Brahmana

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Juli 1985

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Prof. Dr. Picauly No.17, Kampus USU Medan

Pendidikan : SD St. Antonius Medan Tamat Tahun 1997

SLTP St. Thomas 1 Medan Tamat Tahun 2000 SMU Bopkri 1 Jogjakarta Tamat Tahun 2003 Strata Satu (S1) Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2007

Strata Dua (S2) Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2010


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian ... 29

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian ... 30

2. Sumber Data Penelitian ... 31

3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

4. Analisis Data ... 32

BAB II KEABSAHAN TRANSAKSI BISNIS E-COMMERCE DARI SUDUT PANDANG HUKUM KONTRAK DI INDONESIA ... 33

A. Konsepsi E-commerce Pengertian dan Ruang Lingkup ... 33

1. Pengertian E-commerce ... 33

2. Jenis-Jenis Transaksi E-commerce ... 36

3. Mekanisme Penawaran dan Penerimaan On-Line ... 38

4. Bentuk-Bentuk Kontrak Dalam Transaksi E-commerce ... 41

5. Metode Pembayaran Dalam Transaksi E-commerce ... 43

6. Pengiriman ... 44

7. Metode Pengamanan Dalam Transaksi E-commerce ... 45

8. Digital Signature ... 49

B. Keabsahan Transaksi Bisnis E-commerce Dari Sudut Pandang Hukum Kontrak ... 55

1. Pengertian Hukum Kontrak atau Perjanjian di Indonesia ... 55

2. Konsep Kontrak Dalam Sistem Hukum Perdata Internasional ... 68

3. Dasar Hukum dan Transaksi E-commerce ... 72

4. Lahirnya Kesepakatan Dalam Transaksi E-commerce ... 76

5. Syarat Sahnya Transaski E-commerce ... 80

BAB III PERMASALAHAN HUKUM YANG TIMBUL DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE


(12)

DAN UPAYA HUKUMNYA ... 84

A. Masalah-Masalah Hukum Dalam Transaksi E-commerece ... 84 1. Masalah Pilihan Hukum yang Ditetapkan

Didalam Transaksi E-commerece ... 84 2. Digital Signature Sebagai Alat Bukti ... 92 B. Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli

Melalui Internet (E-commerce) ... 100 C. Tindakan Hukum Atas Perbuatan Melawan Hukum

Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet (E-commerce) ... 107

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 113


(13)

DAFTAR ISTILAH

Internet : Interconnection Networking adalah jaringan komputer luas

yang menghubungkan pemakai komputer satu dengan komputer lainnya dan dapat berhubungan dengan komputer dari suatu Negara ke Negara di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai aneka ragam informasi

Website : Kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks,

data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).

Merchant : Pedagang atau perusahaan dalam Internet yang memberikan

komisi, yaitu suatu strategi penjualan secara online.

E-Commerce : Electronic Commerce adalah proses pembelian dan penjualan

produk, jasa dan informasi yang dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan jaringan komputer.

Milis : Mailing List adalah sebuah alamat email yang digunakan oleh

sekelompok pengguna internet untuk melakukan kegiatan tukar menukar informasi.

Email : Electronic Mail adalah suatu pesan, atau surat secara

elektronik, baik berupa teks maupun gabungan dengan gambar, yang dikirimkan dari satu alamat ke alamat lain di jaringan internet.

Chatting : Percakapan interaktif antar sesama pengguna komputer yang

terhubung dalam suatu jaringan.

Video Conference : Konferensi atau pertemuan melalui video.

Encrypt : Merupakan proses untuk mengubah sebuah pesan (informasi)

sehingga tidak dapat dilihat tanpa menggunakan kunci pembuka.

Account : Data tentang seseorang atau objek. Account ini menyimpan


(14)

dimaksud. Misalnya account anda dalam suatu komputer jaringan, atau pada suatu webserver.

Secure Socket Layer : Mekanisme yang digunakan oleh web server untuk mengacak atau meng-enkripsi data supaya tidak dapat dibajak oleh user Internet lain. SSL merupakan mekanisme untuk mengamankan jaringan pada layer (level) socket. SSL dapat digunakan untuk Web server, POP, IMAP, dan SMTP.

Data Encryption Key : Kunci yang dipakai dalam proses penyandian data yang sekaligus digunakan dalam pengujian penerimaan data.


(15)

ABSTRAK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah membawa umat manusia pada era teknologi informasi dan komputerisasi. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Sebagai contoh yaitu dalam dunia perdagangan, di dalam melakukan transaksi bisnis seorang pembeli tidak mesti bertatapan langsung dengan penjual seperti layaknya dalam pasar tradisional melainkan hanya melalui suatu media elektronik yang terhubung secara online, yang dikenal dengan internet. Bisnis teknologi informasi seperti ini dikenal dengan istilah Electronic commerce atau electronic business yaitu segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik.

Metode penelitian dilakukan secara deskriptif-analitis. Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif. Data pokok dalam penelitian adalah data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data terhadap data sekunder dilakukan secara kualitatif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa didalam sebuah komunikasi elektronik, kata ’sepakat’ adalah tergantung dari prosedur telekomunikasi yang akan dijalankan. Jika prosedur tersebut dipenuhi dan communication system itu berjalan sebagaimana mestinya, maka kesepakatan tersebut adalah sudah terjadi oleh karena dalam KUHPerdata tidak disebutkan suatu formalitas tertentu di samping kesepakatan yang telah tercapai itu, maka disimpulkan bahwa setiap perjanjian itu sudah sah (dalam arti mempunyai kekuatan ”mengikat” kepada para pihak yang membuatnya) apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian tersebut. Kemudian menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), khususnya Pasal 34 dikatakan bahwa masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan terhadap pihak yang menggunakan teknologi informasi yang berakibat merugikan masyarakat.

Disarankan agar dengan adanya suatu peraturan perundang-undangan mengenai hal ini akan memberikan kepastian hukum dam ketenangan bagi para pelaku bisnis. Kemudian disarankan agar perbuatan melawan hukum yang timbul dalam transaksi jual beli secara elektronik/melalui internet dapat diselesaikan baik secara litigasi ataupun secara non litigasi, sesuai kesepakatan para pihak, sehingga tidak ada kekosongan hukum yang dapat berakibat menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.


(16)

ABSTRACT

Science and technology development nowadays has brought the human beings to the information technology and computerization era. The usage of the technology has given so many advantages for human beings in doing their daily needs. For instance in trading world a buyer who does a business transaction is no need to meet the seller directly just like what he does traditional market, he only needs to connect to a electronics medium that is online connected is well know as internet. This

information technology business is well known as electronics commerce or electronic business that defined as every kind of trading or business transaction of goods or service by using electronics media.

The research is done by using analysis descriptive method. The approaching method that is used in this research is a juridical norm approach. The primary data of this research is the secondary data. The collecting data process is done by doing library research and field research. The data analysis of this secondary data is done by using qualitative method.

From the research result, we know that in an electronic communication, the word “deal” depends on the telecommunication procedures that are ruled. If the procedure is fulfilled and the communication system run as usual, the agreement is done because in Private Code accomplished there is no written rule about the existence of certain formality besides the agreement so that it can be conclude that every agreement is legal (it has a “bound” power to the people who made it) if there is an accomplishment about the primary points of the agreement. Then, according to Act No.11 in 2008 about Information and Electronic Transaction (ITE) especially Section 34 that says that the society can make claim representatively to the side that use harmful information technology that give disadvantages for society.

It is suggested to give a legal security and comfort ability for the businessmen. Then it is also suggested for every law violation that comes out in selling and buying transaction through electronics or internet should be solved by court or outside of court, depends on the agreement of parties, so that there is no vacuity of law that can cause more disadvantages.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah membawa umat manusia pada era teknologi informasi dan komputerisasi. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Sebagai contoh yaitu dalam dunia perdagangan, di dalam melakukan transaksi bisnis seorang pembeli tidak mesti bertatapan langsung dengan penjual seperti layaknya dalam pasar tradisional melainkan hanya melalui suatu media elektronik yang terhubung secara online, yang dikenal dengan internet.

Sekarang ini di dunia bisnis dikenal ada dua model utama, yaitu bisnis konvensional yang merujuk kepada nilai dan tata cara yang tradisional, yang lazim dikenal dengan bisnis klasik atau konvensional, dan bisnis modern yang bersifat

kontemporer.1 Masing-masing model bisnis memiliki cara, permasalahan,

konsekuensi yuridis, dan solusi yang berbeda.

Istilah “sistem hukum konvensional” penulis gunakan untuk menunjuk kepada sistem hukum yang berlaku saat ini yang belum mempertimbangkan pengaruh-pengaruh dari pemanfaatan internet. Sedangkan bisnis modern yang bersifat kontemporer sudah dipengaruhi oleh pemanfaatan dari internet.

1

Kontemporer dalam hal ini diartikan bahwa bisnis modern pada masa sekarang ini sering berubah-ubah dan bersifat sementara dimana perkembangannya sangat berkaitan dengan perkembangan teknologi.


(18)

Perkembangan yang paling mutakhir muncul sebuah model atau sistem transaksi bisnis yang sangat inovatif dan kreatif mengikuti high tehc improvement (kemajuan teknologi tinggi) di bidang komunikasi dan informasi. Canggihnya teknologi modern saat ini dan terbukannya jaringan informasi global yang serba transparan. Hal ini ditandai dengan kemunculan internet, cybernet, atau word wide web (www) yakni sebuah teknologi yang memungkinkan adanya transformasi

informasi secara cepat keseluruh dunia maya.2

Dengan teknologi internet semacam ini, human cation (prilaku manusia), human interaction (interaksi antar manusia) dan human relation (hubungan manusia mengalami perubahan yang cukup signifikan khususnya di dalam hubungan dagang atau bisnis).

Bisnis teknologi informasi seperti ini dikenal dengan istilah Electronic commerce atau electronic bussiness. E-commerce (perniagaan teknologi), sebagai bagian dari e-business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi e-commerce (perniagaan elektronik). Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau

jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik.3

2

M. Arsyad Sanusi, Transaksi Bisnis dalam E-comerce: Studi Tentang Permasalahan

Hukum dan Solusinya, dalam Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No. 16 Vol. 8 Maret 2001: 10-29,

(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2001), hlm. 11.

3


(19)

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan

internet sebagai media perdagangan, yaitu4:

1. Keuntungan bagi pembeli:

a. menurunkan harga jual produk;

b. meningkatkan daya kompetisi penjual; c. meningkatkan produktivitas pembeli; d. manajemen informasi yang lebih baik;

e. mengurangi biaya dan waktu pengadaan barang; f. kendali inventory yang lebih baik.

2. Keuntungan bagi penjual:

a. identifikasi target pelanggan dan definisi pasar yang lebih baik; b. manajemen cash flow yang lebih baik;

c. meningkatkan kesempatan berpartisipasi dalam pengadaan barang atau jasa

(tender);

d. meningkatkan efisiensi;

e. kesempatan untuk melancarkan proses pembayaran pesanan barang; f. mengurangi biaya pemasaran.

Dengan sistem e-commerce ini seorang penjual (seller) tidak harus bertemu langsung (face to face) dengan pembeli (buyers/consumers), dalam suatu transaksi dagang. Transaksi bisa tejadi hanya lewat surat menyurat melalui e-mail, telekopi dan lain-lain. Pembayaran (payment) bisa dilakukan juga melalui internet. Data message (pesan data) yang berisi aggrement (perjanjian dan kesepakatan kontrak) bisa disampaikan oleh salah seorang diantara pihak yang terkait (sebagai originator) kepada pihak lain (si penerima, addressee) secara langsung atau melewati mediator

(intermediary) melalui jasa elektronik seperti internet, ekstranet, email dan lainnya.5

Menurut Bajjaj dalam bukunya yang berjudul E-commerce: The cutting edge of business menyebutkan sejumlah keuntungan (advantage) yang bisa diperoleh dari e-commerce ini, antara lain :

4

Riyeke Ustadiyanto, Framework E-Commerce, (Yogyakarta: Andi, 2001), hlm. 138.

5


(20)

1) Penghematan waktu

Transaksi bisnis antar negara yang biasanya menghabiskan waktu beberapa hari dalam bisnis konvensional dapat dipersingkat menjadi beberapa menit saja dengan menggunakan jasa internet.

2) Mengurangi kemungkinan melakukan kesalahan dalam pengetikan dan

sebagainya karena sudah disiapkan model standar yang tidak pernah diketik ulang.

3) Karena waktu bisnis dapat digunakan seefisien mungkin, maka sangat

memungkinkan untuk mendapat lebih banyak informasi mengenai bisnisnya

sehingga menunjang efektivitas dan efesiensi suatu perusahaan atau bisnis.6

Terlepas dari keuntungan yang ditawarkan oleh e-commerce tersebut di atas, terdapat pula permasalahan-permasalahan hukum yang sangat krusial. Kalau dilihat dari proses dan mekanisme terjadinya transaksi dapat dikemukakan beberapa permasalahan hukum sehubungan dengan masalah kontrak atau perjanjian antara lain sebagai berikut :

a) Masalah kapan terjadinya atau lahirnya kesepakatan dalam transaksi e-commerce

Permasalahan ini erat kaitannya dengan saat bertemunya permintaan dan penawaran melalui media maya tersebut. Kapankah dikatakan sebagai lahirnya perjanjian, apakah pada saat mengklik simbol-simbol yang ada di internet atau pada saat lain yang bisa dikualifikasikan secara yuridis sebagai saat lahirnya

6

Nindya Pramono, Revolusi Dunia Bisnis Indonesia Melalui E-commerce dan E-Bussines: Bagaimana solusi hukumnya, Artikel Dalam Jurnal Hukum No. 16 Vol. 8/2001, Jakarta: Universitas Islam Indonesia, 2001, hlm 2. Lihat juga Kamlesh, K. Bajjaj dan Nebjani Nag, Electronic Commerce

The Cutting of Bussines, (New Delhi: Tata Mc-Graw Hill Publishing Company Limited, 2000), hlm


(21)

perjanjian. Secara konvensional, perjanjian lahir, terjadi, timbul, dan bahkan berlaku segera setelah terjadi kesepakatan antara para pihak. Demikian menurut Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata Indonesia. Kemudian apabila salah satu pihak dalam transaksi e-commerce berada di negara lain. Apakah Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata itu dengan sendirinya berlaku.

b) Masalah pilihan hukum dan masalah pembuktian

Transaksi bisnis melalui media internet atau e-commerce tidak menjelaskan tempat dimana transaksi itu terjadi. Hal ini sangat penting secara yuridis karena berkaitan dengan yurisdiksi pengadilan yang berwenang jika timbul sengketa. Kebanyakan transaksi e-commerce dilakukan oleh pihak yang berada pada yurisdiksi hukum negara yang berbeda, sementara dalam terms on condition pada saat kesekapatan secara online dibuat tidak dengan secara tegas dan jelas menunjukkan atau memuat klausul choise of law, maka menjadi persoalan hukum negara atau hakim manakah yang berwenang mengadili, jika kemudian hari menjadi sengketa. Masalah ini dapat dikaji melalui Hukum Perdata Internasional (HPI). Namun demikian, tidak semua hakim Indonesia paham benar dengan seluk beluk HPI dan penyelesaian melalui HPI sendiri tidak sepenuhnya dapat memuaskan justisiabelen dari kalangan bisnis.

c) Masalah keabsahan digital signature dan data message

Apakah tanda tangan digital dapat diakui secara yuridis sebagai alat bukti yang sah atau dapat dikatakan sebagai data asli atau sebagai tulisan asli. Masalah digital signature dan data message erat kaitannya dengan kerahasiaan


(22)

(confidentiality), keutuhan (integrity) dan keabsahan atau keotentikan (authencity)

dari pihak pemesan.7

Bagaimanakah memastikan bahwa data pesan yang sangat erat kaitannya dengan privacy pemesan, confidentiality pemesan dan pesanan, integrity dan authencity, benar-benar data asli yang disepakati dan diakui menjadi pihak pemesan.

Permasalahan di atas menunjukkan bahwa dalam beberapa segi, transaksi dalam e-commerce sangat riskan, penuh resiko, terlebih karena pihak konsumen memiliki kewajiban melakukan pembayaran terlebih dahulu (advance payment) sementara ia tidak bisa melihat kebenaran adanya barang yang dipesan ataupun kualitasnya.

Pembayaran yang dilakukan secara elektronik baik melalui transfer bank atau, lewat pengisian nomor kartu kredit di dalam internet sangat membuka peluang terjadinya kecurangan perdata dan pidana, sementara belum ada jaminan pasti (exact guaranteed) bahwa barang yang dipesan telah dikirimkan sesuai dengan pesanan. Apakah yang menjadi alat bukti ketika nantinya terdapat gugatan hukum, dasar apakah yang digunakan untuk menilai keotentikan sebuah dokumen elektronik dalam

e-commerce yang rata-rata tidak memiliki tanda-tangan (signature).8

Kemudian, berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara

7

Nindyo Pramano, Op.Cit., hlm. 3-4.

8


(23)

elektronik merupakan salah satu perwujudan ketentuan di atas. Pada transaksi jual beli secara elektronik ini, para pihak yang terkait didalamnya, melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai ketentuan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya.

Pada transaksi jual beli secara elektronik, sama halnya dengan transaksi jual beli biasa yang dilakukan di dunia nyata, dilakukan oleh para pihak yang terkait, walaupun dalam jual beli secara elektronik ini pihak-pihaknya tidak bertemu secara langsung satu sama lain, tetapi berhubungan melalui internet. Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihak-pihak yang terkait antara lain9:

1. Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk melalui

internet sebagai pelaku usaha;

2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap orang yang tidak dilarang oleh

undang-undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh penjual/pelaku usaha/merchant.

3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual

atau pelaku usaha/merchant, karena pada transaksi jual beli secara elektronik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka berada pada lokasi

9

Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2000), hlm. 65.


(24)

yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal ini bank;

4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.

Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik tersebut diatas, masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Penjual/pelaku usaha/merchant merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh karena itu, seorang penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur atas produk yang ditawarkannya kepada pembeli atau konsumen. Disamping itu, penjual juga harus menawarkan produk yang diperkenankan oleh undang-undang, maksudnya barang yang ditawarkan tersebut bukan barang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak rusak ataupun mengandung cacat tersebunyi, sehingga barang yang ditawarkan adalah barang yang layak untuk diperjualbelikan. Dengan demikian transaksi jual beli termaksud tidak menimbulkan kerugian bagi siapapun yang menjadi pembelinya. Di sisi lain, seorang penjual atau pelaku usaha memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli/konsumen atas harga barang yang dijualnya, juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas tindakan pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli secara elektronik ini.

Atas ketertarikan dengan permasalahan di atas penulis mencoba melakukan penelitian yang diberi judul, Analisis Hukum Kontrak Dalam Transaksi E-Commerce Di Indonesia.


(25)

Berkaitan dengan latar belakang di atas maka permasalahan yang perlu dibahas dan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keabsahan transaksi bisnis e-commerce dari sudut pandang hukum

kontrak di Indonesia ?

2. Permasalahan hukum apa saja yang timbul di dalam transaksi e-commerce dan

bagaimana solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keabsahan transaksi bisnis e-commerce dari sudut pandang

hukum kontrak di Indonesia.

2. Untuk melihat apa-apa saja permasalahan hukum yang timbul di dalam transaksi

e-commerce dan bagaimana solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat/faedah bagi pihak-pihak baik secara teoritis maupun praktis, antara lain:

1. Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran berupa solusi-solusi hukum transaksi

e-commerce dan hal-hal yang terkait didalamnya sehingga dapat dijadikan rujukan untuk membahas lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut.

b. Merupakan bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan dasar maupun


(26)

2. Praktis

a. Memberikan sumbangan bagi penegak hukum terutama dalam menyelesaikan

masalah hukum yang berkenaan dengan transaksi e-commerce.

b. Memberikan masukan kepada pemerintah akan pentingnya mengkaji lebih

dalam mengenai e-commerce dan menetapkan aturan-aturan hukumnya sehingga sangketa yang berkaitan dengan transaksi tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya payung hukum yang jelas.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang dan ruang lingkup penelitian penulis ini, yaitu mengenai Analisis Hukum Kontrak Dalam Transaski E-Commerce di Indonesia.

Oleh karena itu penulis berkeyakinan bahwa penelitian yang penulis lakukan ini jelas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi bagi peneliti atau akademisi.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori


(27)

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan (problem), yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pasangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi

pembaca.10 Menurut Kaelan M.S. Landasan teori pada suatu penelitian adalah

merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian

adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.11

Sejalan dengan hal tersebut diketahui bahwa transaksi e-commerce pada dasarnya merupakan suatu online contract, jadi dalam hal ini transaksi e-commerce tidak lagi dibatasi oleh batas teritorial hukum suatu negara.

Di dalam Hukum Perdata Internasional jika telah ditentukan di dalam klausula perjanjian tersebut mengenai pilihan hukum, maka pilihan hukum itulah yang akan menyelesaikannya. Tetapi jika ternyata tidak dicantumkan mengenai pilihan hukum tersebut maka hukum yang berlaku dapat ditentukan berdasarkan teori-teori yang ada12:

a) Teori kotak pos (mail box theory)

Menurut teori ini, suatu kontrak atau perjanjian terjadi pada saat jawaban yang berisikan penerimaan tersebut dimasukkan ke dalam kotak pos. Dalam hal transaksi e-commerce maka hukum yang berlaku adalah hukum dimana pembeli mengirimkan pesanan melalui komputernya. Teori ini mempunyai kelemahan,

10

Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hlm. 80.

11

Kaelan M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma bagi

Pengembangan Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni), (Yogyakarta : Paradigma, 2005), hlm. 239.

12


(28)

sebab ada kemungkinan pihak lawan tidak menerima pesannya atau terlambat menerima pesan tersebut. Oleh karena itu diperlukan konfirmasi pihak penjual.

b) Acceptance Theory (teori penerimaan)

Menurut teori ini, hukum yang berlaku adalah hukum dimana pesan dari pihak yang menerima tawaran tersebut disampaikan. Dalam transaksi e-commerce maka hukum yang berlaku menurut teori ini adalah hukum si penjual.

c) Proper Law of The Contract

Menurut teori ini hukum yang berlaku adalah hukum yang mempunyai titik-titik pertalian yang paling banyak, atau hukum yang paling sering dipergunakan pada saat pembuatan perjanjian. Misalnya bahasa yang dipergunakan bahasa Jepang, mata uang yang dipakai dalam transaksi yen, arbitrase yang dipergunakan arbitrase Jepang, maka yang menjadi pilihan hukumnya adalah hukum Jepang.

d) The Most Characteristic Connection

Di lihat dari teori ini, hukum yang berlaku adalah hukum pihak mana yang melakukan prestasi yang paling karakteristik atau paling banyak. Dengan demikian teori-teori tersebut dapat dipakai untuk menentukan hukum mana yang berlaku jika terjadi sangketa di kemudian hari.

Teori tentang lahirnya suatu kontrak/perjanjian dikemukakan oleh Mariam Darus Badrulzaman, diantaranya yaitu :

1) Teori kehendak (wilstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi saat


(29)

2) Teori pengiriman (verzendtheorie), mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran.

3) Teori kepercayaan (vertromenstheorie), mengajarkan bahwa kesepakatan itu

terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima.13

Secara konvesional yang dapat dijadikan teori maupun rujukan untuk

menangani kasus e-commerce yang mungkin terjadi di Indonesia adalah14:

KUHPerdata pada Pasal 1313 tentang pengertian perjanjian, Pasal 1320 tentang syarat-syarat perjanjian, Pasal 1338 tentang asas-asas pokok dalam perjanjian, Pasal 163 HIR (283 RBG) dan Pasal 164 HIR (284 RBG) tentang pembuktian. Undang-undang lain yang berkaitan dengan transaksi e-commerce seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan.

Disamping teori-teori dikemukakan di atas penulis juga melampirkan beberapa teori yang dijadikan teori pendukung, diantaranya yaitu :

1) Teori Kepentingan15

Tujuan adalah pencipta dari seluruh hukum, tidak ada suatu peraturan hukum yang tidak memiliki asal-usulnya pada tujuan ini, yaitu pada motif praktis. Hukum itu dibuat dengan sengaja oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Hukum itu mengalami suatu perkembangan sejarah dan hukum bukan merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan histories murni yang tidak direncanakan oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu. Tujuan hukum

13

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994), hlm. 24.

14

Nindyo Pramono, Op.Cit., hlm. 5, Lihat juga HP Pangabean, Pembentukan Hukum dalam

Transaksi E-commerce, Artikel dalam Newsletter No. 42/IX/September/2000, Jakarta.

15

Teori ini dikemukakan oleh Roscoue Pound (1870-1964), seorang ahli hukum berkebangsaan Amerika melihat Social Engineering sebagai persoalan pokok dari hukum.


(30)

adalah untuk melindungi kepentingan sebagai pengajaran kesenangan dan menghindari penderitaan.

2) Teori Berlakunya Hukum16

Hukum merupakan hasil interaksi sosial dalam kehidupan di masyarakat, hukum adalah gejala masyarakat, karenanya perkembangan hukum (timbul, berubah, dan lenyapnya) sesuai dengan perkembangan masyarakat. Hukum itu bukan suatu himpunan norma-norma, bukan himpunan peraturan-peraturan yang memaksa orang berkelakuan menurut tata tertib masyarakat, tetapi suatu himpunan peraturan-peraturan yang menunjuk “kebiasaan” orang dalam pergaulan dengan orang lain di dalam masyarakat itu. Hukum yang hidup tidak bisa ditemukan dalam bahan-bahan hukum formal, melainkan diluarnya yaitu di dalam masyarakat.

2. Konsepsi

Dalam penelitian hukum kerangka konsepsional diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di

dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data.17

16

Teori ini dilahirkan oleh Eugen Erlich, salah seorang pendasar sosiologi hukum di Jerman.

17


(31)

Kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan definisi-definisi operasional di luar peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, konsep

merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.18

Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca rencana penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep-konsep dibawah ini :

1. Pengertian E-Commerce

Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan / perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik yang terhubung secara online yang dikenal dengan internet, kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.

Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki jaringan internet :

a. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar, layaknya yang dimiliki

suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.

18

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 24.


(32)

b. Menggunakan data elektronik sebagai media penyimpanan pesan atau data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah

dan singkat, baik dalam bentuk data elektronik, analog, maupun digital. 19

Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteri khusus yakni :

a. Transaksi tanpa batas : Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi

penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan mencegah dapat memasarkan produknya secara international dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut.

b. Transaksi anonim : para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet

tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Perjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran ditentukan, yang biasanya dengan kartu kredit.

c. Produk digital dan non digital : produk-produk digital seperti software

komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam

19

Ridwan Khairandy, Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi Transaksi

Electronic Commerce, Artikel dalam Jurnal Hukum No. 16 Vol. 8, Maret 2001, Jakarta, Universitas


(33)

perkembangan obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.

d. Produk yang tak berwujud : banyak perusahaan yang bergerak di bidang

e-commerce dengan menawarkan barang yang tak berwujud seperti data,

sofware dan ide-ide yang dijual melalui internet. 20

Sebagaimana yang terjadi dalam perdagangan di dunia nyata, basis hukum utama untuk transaksi e-commerce adalah kontrak. Kontrak di sini menyangkut bisnis ke bisnis dan bisnis ke konsumen. Kontrak online di dalam transaksi internet memiliki beberapa variasi diantaranya adalah :

a. Kontrak pengembangan dan pengaturan jaringan elektronik (website desig and

development contract)

b. Kontrak melalui chatting dan video conference

c. Kontrak pengadaan pembayaran dengan kartu kredit

d. Kontrak melalui email. 21

Mekanisme transaksi elektronik dengan e-commerce dimulai dengan penawaran suatu produk tertentu oleh penjual (misalnya berkedudukan di USA) di suatu website melalui server yang berada di Indonesia (misalnya detik.com), apabila konsumen Indonesia melakukan pembelian, maka konsumen tersebut akan mengisi order mail yang telah disediakan oleh pihak penjual.

20

http://www.nofieiman.com, diakses pada tanggal 12 Juli 2009, pukul 10.30.

21

Nandang Sutrisni, Cyberlaw: Problem dan Prospek Pengaturan Aktifitas Internet,dalam

Jurnal Hukum Ius Quies Justum, No. 16 Vol. 8 Maret 2001: 10-29, Jakarta : Fakultas Hukum


(34)

Selanjutnya klasifikasi mekanisme pembayaran di dalam transaksi e-commerce dapat dibagi menjadi lima mekanisme utama, yaitu :

a. Transaksi model ATM. Transaksi ini hanya melibatkan institusi financial dan

pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau mendeposit uangnya dari account masing-masing.

b. Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan langsung antara

dua pihak tanpa perantara menggunakan uang nasionalnya.

c. Pembayaran dengan perantara pihak ketiga, umumnya pembayaran yang

menyangkut debit, kredit maupun cek masuk dalam kategori ini. Salah

satunya yaitu sistem pembayaran kartu kredit online. 22

Setelah terjadi kesepakatan antara pihak penjual dengan pembeli maka mengenai proses pengiriman barang dilakukan sesuai dengan perjanjian. Pengiriman dapat dilakukan dengan cara dikirim sendiri atau menggunakan jasa pengiriman lainnya. Biaya pengiriman biasanya dihitung dalam pembayaran, atau bahkan seringkali dikatakan pelayanan gratis terhadap pengiriman karena sudah termasuk dalam biaya penyelenggaraan pada sistem tersebut.

Praktek e-commerce yang berkembang begitu cepat seperti yang kita rasakan sekarang ini sayangnya tidak disertai dengan pembangunan landasan hukum yang secara khusus mengatur e-commerce sehingga bisa dijadikan pegangan demi terciptanya suatu kepastian hukum. Umumnya hal tersebut terjadi di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia.

22


(35)

Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa absennya legislasi khusus itu membuka peluang pada pelaku bisnis untuk serta merta melanggar etika dan prinsip kontrak yang sudah ada. Prinsip, syarat-syarat dan etika kontrak yang telah diatur dalam BW dan undang-undang serta peraturan lainnya masih tetap

berlaku untuk kontrak e-commerce.23

Sistem transaksi e-commerce tersebut haruslah layak dipercaya. Suatu sistem e-commerce layak dipercaya apabila sistem elektronik tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban, handal, aman dan beroperasi sebagaimana mestinya.

Yang dimaksud dengan dapat dimintakan pertanggungjawaban artinya ada subjek hukum yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. Handal artinya sistem e-commerce tersebut memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Aman artinya sistem e-commerce tersebut terlindungi baik secara fisik maupun non fisik.

Beroperasi sebagaimana mestinya artinya sistem e-commerce tersebut memiliki kemampuan sesuai spesifikasinya. Diharapkan dengan adanya kewajiban-kewajiban tersebut maka suatu sistem informasi tersebut menjadi layak dpercaya yang pada akhirnya akan melindungi kepentingan masyarakat.

Terlepas dari hal di atas terdapat beberapa keuntungan e-commerce bagi kepentingan organisasi, individu dan masyarakat. Keuntungan untuk organisasi diantaranya yaitu dengan adanya e-commerce dapat memperluas tempat pemasaran untuk pasar nasional dan internasional. Dengan minimnya modal

23


(36)

sebuah perusahaan dapat dengan mudah dan cepat menemukan lebih banyak costumer, pemasok terbaik, dan mitra bisnis yang pantas (suitable). Keuntungan bagi konsumen dengan adanya e-commerce adalah : a) melalui e-commerce konsumen dapat bertransaksi selama 24 jam dan dapat dilakukan dimanapun juga, b) e-commerce menyediakan banyak pilihan bagi konsumen. Mereka dapat memiliki banyak vendor dari produk lainnya. Keuntungan bagi masyarakat, e-commerce dapat memfasilitasi kepentingan-kepentingan publik.

2. Pengertian Hukum Kontrak/Perjanjian

Apabila dilihat pada prinsipnya kontrak adalah serangkaian janji yang dibuat para pihak dalam kontrak. Kontrak adalah janji (promises). Atas dasar itu, Subekti mendefenisikan kontrak sebagai peristiwa dimana seseorang berjanji kepada

orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melakanakan sesuatu.24

Janji sendiri merupakan pernyataan yang dibuat oleh seseorang kepada orang lain yang menyatakan sesuatu keadaan tertentu dari affair exit, atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu. Orang terikat pada janjinya sendiri, yakni janji yang diberikan kepada pihak lain dalam perjanjian. Janji itu mengikat dan

janji itu menimbulkan utang yang harus dipenuhi.25

Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal tersebut

24

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intremasa, 1984), hlm. 36.

25

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 146.


(37)

secara jelas terlihat dalam judul Bab II buku III KUH Perdata, yakni “Perikatan yang lahir dari Kontrak Persetujuan”.

Apabila kita melihat di dalam pasal 1320 KUH Perdata juga mensyaratkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian atau kontrak harus memenuhi empat syarat :

a. Sepakat bagi mereka mengikat diri

Kata sepakat di dalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya dan kesepakatannya jika ia memang

menghendaki apa yang disepakati.26 Mariam Darus Badrulzaman melukiskan

pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antara pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan (offerte). Pernyataan pihak yang menerima

penawaran dinamakan akseptasi.27

Dengan demikian, penawaran dan akseptasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menentukan lahirnya perjanjian. KUH Perdata Indonesia dan bahkan KUH Perdata Negara Belanda (baru) sendiri tidak menjelaskan atau tidak memberikan patokan sejauh mana suatu penawaran dan/atau akseptasi itu mengikat.

Mengingat tidak adanya defenisi penawaran tersebut, Rutten mendefenisikan penawaran sebagai suatu usul untuk menutup perjanjian yang ditujukan kepada pihak lawan janjinya, usul mana telah dirumuskan sedemikian rupa,

26

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 164.

27


(38)

sehingga penerimaan usul itu langsung menimbulkan perjanjian.28 Pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan bahwa ia menghendaki timbulnya hubungan hukum kesesuaian kehendak antara dua saja belum melahirkan perjanjian, karena kehendak itu harus dinyatakan, harus nyata bagi pihak yang lain. Apabila pihak yang lain tersebut telah menyatakan menerima atau menyetujuinya maka timbullah kata sepakat.

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan

Pasal 1329 KUHPerdata, menyatakan bahwa setiap orang cakap untuk membuat suatu perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang

dinyatakan tidak cakap.29 Dalam perkembangan Mahkamah Agung melalui

putusan No. 447/Sip 1976 tanggal 13 Oktober 1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No. 1 tahun 1974, maka batas seseorang berada di bawah kekuasaan perwalian adalah 18 tahun, bukan 21 tahun.

Jadi KUH Perdata telah memberikan kebebasan berkontrak kepada pihak-pihak membuat kontrak secara tertulis maupun secara lisan, asalkan memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Oleh karena itu kontrak tidak harus dibuat secara tertulis.

Hukum kontrak menganut beberapa prinsip: pertama, prinsip konsesualisme, bahwa kontrak dinyatakan telah lahir apabila telah ada

28

J. Satrio, Op.Cit, hlm. 166.

29

Dalam pasal 1330 KUH Perdata dinyatakan bahwa ada beberapa orang tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni : 1. Orang-orang belum dewasa, 2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan, dan 3. Orang-orang yang perempuan.


(39)

kesepakatan diantara para pihak.30 Kedua, kebebasan berkontrak, artinya para pihak di beri kebebasan untuk bentuk dan isi suatu kontrak itu. Ketiga, azas kekuatan mengingatnya kontrak. Dengan adanya kata sepakat tersebut

menimbulkan kekuatan mengikatnya kontrak.31 Dalam prinsip ini terkandung

bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak secara sah mengikat kedua belah pihak layaknya undang-undang. Dengan perkataan lain apa yang disepakati kedua belah pihak menjadi undang-undang bagi para pihak. Kebebasan berkontrak dan

kekuatan mengikatnya kontrak antara lain dibatasi oleh itikad baik.32

Asas itikad baik ini menghendaki bahwa suatu perjanjian dilaksanakan secara jujur, yakni dengan mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Asas ini adalah salah satu sendi terpenting dari hukum perjanjian.

Itikad baik tersebut tidak hanya mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari masyarakat. Itikad baik ini akhirnya mencerminkan standar keadilan atau kepatuhan masyarakat. Dengan makna yang demikian itu menjadikan itikad baik sebagai suatu universal social force yang mengatur hubungan sosial antar mereka, yakni setiap warga negara harus memiliki kewajiban untuk bertindak dengan itikad baik terhadap semua warga negara.33

30

Ridwan Khairandy, Kewenangan Hukum untuk Melakukan Intervensi terhadap

Kewajiban Kontraktual Berdasarkan Itikad Baik, Jurnal Hukum, No. 15 Vol. 7-2000, hlm. 94.

31

Ibid., hlm. 96.

32

Ibid., hlm. 98.

33

Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Pasca Sarjana, 2003), hlm. 138.


(40)

Selanjutnya untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman terhadap pengertian dari konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan batasan-batasan defenisi operasional sebagai berikut :

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi

tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya.34

2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.35

3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.36

4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,

34

Pasal 1 Angka 1, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

35

Pasal 1 Angka 2, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

36

Pasal 1 Angka 3, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang


(41)

tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.37

5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang

berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.38

6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh

penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.39

7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau

lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.40

8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk

melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara

otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.41

9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat

Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.42

37

Pasal 1 Angka 4, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

38

Pasal 1 Angka 5, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

39

Pasal 1 Angka 6, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

40

Pasal 1 Angka 7, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

41

Pasal 1 Angka 8, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

42

Pasal 1 Angka 9, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang


(42)

10.Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik.43

11.Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh

profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik.44

12.Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi

Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik

lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.45

13.Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan

Tanda Tangan Elektronik.46

14.Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau

sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.47

15.Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang berdiri

sendiri atau dalam jaringan.48

43

Pasal 1 Angka 10, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

44

Pasal 1 Angka 11, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

45

Pasal 1 Angka 12, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

46

Pasal 1 Angka 13, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

47

Pasal 1 Angka 14, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

48

Pasal 1 Angka 15, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang


(43)

16.Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau

Sistem Elektronik lainnya.49

17.Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem

Elektronik.50

18.Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik.51

19.Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik dari Pengirim.52

20.Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan

Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk

menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.53

G. Metode Penelitian

Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat

49

Pasal 1 Angka 16, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

50

Pasal 1 Angka 17, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

51

Pasal 1 Angka 18, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

52

Pasal 1 Angka 19, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

53

Pasal 1 Angka 20, Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang


(44)

ditentukan oleh metode yang digunakan dalam penelitian. Dapat dikutip pendapat Soeryono Soekanto mengenai penelitian hukum, sebagai berikut :

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan

di dalam gejala yang bersangkutan.54

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitis, deskriptif maksudnya menggambarkan atau menelaah permasalahan hukum kontrak dalam transaksi e-commerce di Indonesia. Secara normatif hukum kontrak/perjanjian yang berdasarkan KUHPerdata ternyata masih menimbulkan berbagai permasalahan dari segi aturan-aturan hukumnya apabila diterapkan dalam transaksi e-commerce. Penelitian penulis nantinya akan mencakup azas-azas hukum, perbandingan hukum, dan sinkornisasi aturan hukum baik secara formil maupun materil. Sedangkan analitis maksudnya data hasil penelitian diolah lebih dahulu, lalu dianalisis dan kemudian baru diuraikan secara cermat mengenai Analisis Hukum Kontrak dalam Transaksi E-Commerce di Indonesia berdasarkan ketentuan hukum dan yang dilakukan dalam praktek. Seperti dikemukakan oleh Soeryono Soekanto, “penelitian deskriptif analitis adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematik,

54


(45)

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki”.55

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Mengambil istilah Ronald Dworkin, penelitian semacam

ini juga disebut dengan istilah penelitian doktrinal56 (doctrinal research), yaitu

penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses

pengadilan (law as it decided by the judge through judicial process).57

2. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder,58 yang meliputi:

a. Bahan hukum primer, yaitu Peraturan Perundang-undangan di bidang Hukum

Kontrak dan E-commerce yaitu Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP), dan Uncitral Model Law and Electronic Commerce Tahun 2001.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan pakar

55

Soerjono Soekanto, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1998), hal. 3.

56

Penelitian sejenis ini disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder, Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 10.

57

Bismar Nasution, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”,

Makalah, disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum

pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003, hal. 1.

58

Penelitian Normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Bambang Waluyo, Penelitian


(46)

hukum serta bahan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan analisis hukum kontrak dalam transaksi E-commerce di Indonesia.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan

penjelesan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah/jurnal atau surat kabar sepanjang memuat

informasi yang relevan dengan materi penelitian ini.59

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data, yakni: Penelitian Kepustakaan (library research). Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini maka pengumpulan data akan dilakukan melalui Penelitian Kepustakaan, dikumpulkan melalui penelitian literatur, yakni dengan mempelajari ketentuan Perundang-undangan tentang Transaksi E-commerce dan Peraturan Perundang-undangan lain yang relevan dengan materi penelitian.

4. Analisa Data

Setelah bahan hukum yang terdiri dari bahan-bahan hukum primer dan sekunder diperoleh kemudian penulis melakukan analisis data secara kualitatif, yaitu dengan melakukan analisis secara exploratif terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan masalah transaksi e-commerce. Kemudian penulis menghubungkan dengan pendapat-pendapat ahli, azas-azas hukum, perbandingan hukum, dan

59

Soeryono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1985), hlm. 23.


(47)

sinkronisasi aturan hukum. Lalu penulis mencoba merumuskan dalam bentuk uraian dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan.


(48)

BAB II

KEABSAHAN TRANSAKSI BISNIS E-COMMERCE

DARI SUDUT PANDANG HUKUM KONTRAK DI INDONESIA

A. Konsepsi E-commerce, Pengertian dan Ruang Lingkup 1. Pengertian E-commerce

Semakin berkembangnya teknologi informasi telah membuat berbagai perubahan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat sekarang telah dimanjakan oleh berbagai macam bentuk teknologi yang memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Khususnya di dalam transaksi perdagangan dikenal suatu model yang lagi populer dan menjadi trend dikalangan masyarakat termasuk di Indonesia. Bentuk perdagangan ini dikenal dengan istilah e-commerce. Transaksi e-commerce tersebut difasilitasi oleh suatu sistem elektronik yang dikenal dengan istilah internet.

Internet sebagai suatu jaringan komputer mempunyai beberapa keunikan yang tidak dipunyai oleh suatu jaringan komputer yang lain yang ada saat ini. Internet terdiri dari suatu kelompok jaringan (yang terus tumbuh) yang terdiri dari jaringan publik maupun jaringan privat. Adanya interkoneksi dengan berbagai jaringan inilah yang menyebabkan internet berbeda dengan jaringan yang ada lainnya. Interkoneksi inilah yang menghubungkan setiap orang dimanapun ia berada di dunia ini dapat mengakses internet, baik melalui jaringan lokal, regional maupun international sehingga ia dapat berkomunikasi dengan orang lain dimanapun ia berada.


(49)

Internet bukan merupakan objek yang kasat mata yang dapat disentuh dan dapat dirasakan. Internet merupakan lapisan kompleksitas teknologi dan jasa yang perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat dinikmati oleh semua orang. Internet merupakan jaringan komputer terbesar yang ada di dunia, di mana sarana tersebut dapat menghubungkan jutaan umat manusia, tumbuh secara virtual/maya. Jaringan yang terhubung ini menjadi antar jaringan (internetwork) karena memiliki faktor penggabung yang sama yang memungkinkan berbagai jaringan untuk bekerja sama.

Dalam era globalisasi, efisiensi dalam berbagai bidang kehidupan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan untuk mencapai tingkat perekenomian yang lebih baik dan lebih kompetitif. Suatu bangsa akan tertinggal jauh dan tidak akan dapat bersaing dalam dunia usaha yang bergerak sangat cepat, apabila tidak dapat dengan cepat mengikuti dan mengaplikasikan perkembangan bidang perdagangan yang memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi informasi.

Awal mulanya manusia mengenal internet yaitu pada tahun 1969 ketika sebuah kelompok peneliti di Depatermen Pertahanan Amerika berhubungan dengan empat komputer di UCLA, Stamford Research Institute, Universitas Utah, dan Universitas California di Santa Barbara. Hubungan ini dilakukan untuk menciptkan sebuah jaringan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain mengenai proyek-proyek pemerintah. Jaringan ini dikenal dengan istilah


(50)

ARPAnet-ARPA merupakan singkatan dari Advanced Research Project Agency

yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan AS.60

Tiga tahun kemudian, lebih dari lima puluh universitas dan agensi-agensi militer telah terhubung bersama-sama dalam jaringan (network), dan jaringan komputer yang lain mulai muncul di sekitar negara bagian (country) dan dunia. Seiring dengan perkembangan ARPAnet, yang diikuti pula dengan kerjasama jaringan antara militer dan kaum pendidik, dan eksperimen NASA mengenai jaringan komputer, jaringan ini mulai terhubungkan satu dengan yang lain (interconnected) inilah awal mula dipakai istilah ”Internet”.

Dalam waktu bersamaan, infrastruktur internet terus berkembang. Pada pertengahan tahun 1980-an, National Science Foundation (NSF) membangun jaringan yang memiliki kecepatan tinggi, line yang berusia panjang, dan terhubungkan dengan pusat komputer di seluruh Amerika Serikat. NSFnet menggantikan jaringan ARPAnet. NSFnet kemudian bekerjasama dengan jaringan lain yang terdapat di lusinan univesitas, laboratorium penelitian dan perusahaan-perusahaan teknologi tinggi.

Sekarang jutaan konsumen telah mengakses internet. Internet dengan cepat menjadi pusat perbelanjaan, sebuah cybermall yang praktis. Hari ini buku, butik, games, permata, tiket konser, dan lain-lain telah ditawarkan oleh toko-toko di internet dengan harapan puluhan juta pembeli potensial siap membeli produk yang ditawarkan.

60


(51)

Perdagangan melalui media internet yang sering disebut oleh masyarakat ekonomi dunia sebagai e-commerce, telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi daya kerja dan menumbuhkan aktivitas bisnis baru yang merangsang tingkat pertumbuhan bidang perekonomian.

Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi E-Commerce (Perniagaan Elektronik). Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan

perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.61

2. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce

Jenis e-commerce yang secara umum dan yang paling banyak di kenal adalah jenis bussines to bussines dan bussines to customer. Tetapi selain kedua jenis e-commerce tersebut, juga terdapat beberapa jenis lainnya, yaitu costumer to customer, customer to governmet dan customer to bussiness. Selanjutnya

jenis-jenis e-commerce tersebut akan diuraikan di bawah ini:62

a. Bussiness to Bussiness

61

http://www.minerynews.com/opinion/sony.shtm,dikunjungi terakhir kali tanggal 5 Mei 2009 Pukul. 10.00 WIB

62


(52)

Transaksi bussines to bussiness atau yang sering disebut b to b adalah transaksi antar perusahaan (baik pembeli maupun penjual adalah perusahaan). Biasanya antara mereka telah saling mengetahui satu sama lain dan sudah terjalin hubungan yang cukup lama. Pertukaran informasi hanya berlangsung diantara mereka dan pertukaran informasi itu didasarkan pada kebutuhan dan kepercayaan. Perkembangan b to b lebih pesat jika dibandingkan dengan perkembangan jenis e-commerce yang lainnya.

b. Bussiness to Customer

Bussiness to customer atau yang dikenal dengan b to c adalah transaksi antara perusahaan dengan konsumen/individu. Contohnya adalah amazon.com sebuah situs e-commerce yang besar dan terkenal. Pada jenis ini, transaksi disebarkan secara umum, dan konsumen yang berinisiatif melakukan transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari konsumen tersebut. Biasanya sistem yang digunakan adalah website karena sistem ini yang sudah umum dipakai di kalangan masyarakat.

c. Customer to Customer

Customer to customer ini adalah transaksi dimana individu saling menjaul barang pada satu sama lain. Contohnya adalah individu menjual sesuatu yang diklasifikasikan antara lain kepemilikan kediaman (residential property), mobil dan lain-lain. Pengiklanan jasa personal di internet dan menjual ilmu pengetahuan dan keahlian merupakan contoh lain dari C to C beberapa situs pelelangan (action) membolehkan individu untuk meletakkan barang. Pada


(53)

akhirnya banyak individu menggunakan internet dan jaringan organisasi internal lainnya ke pelelangan barang untuk penjual atau pelayanan.

d. Customer to Business

Customer to bussines yaitu transaksi yang memungkinkan individu menjaul barang pada perusahaan.

e. Customer to Government

Customer to government adalah transaksi dimana individu dapat melakukan transaksi dengan pihak pemerintah, seperti membayar pajak.

3. Mekanisme Penawaran dan Penerimaan Online

Transaksi jual beli e-commerce juga merupakan suatu perjanjian jual beli sama dengan jual beli konvensional yang bisa dilakukan masyarakat hanya saja terletak perbedaan pada media yang digunakan. Pada transaksi e-commerce yang dipergunakan adalah media elektronik yaitu internet. Sehingga kesepakatan

ataupun perjanjian yang tercipta adalah melalui online.63

Hampir sama dengan perjanjian jual beli pada umumnya, perjanjian jual beli online tersebut juga terdiri dari penawaran dan penerimaan. Sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain.

a. Penawaran

63


(54)

Penawaran merupakan suatu “invitation to enter into a binding agreement”64 Tawaran merupakan sebuah tawaran jika pihak lain memandangnya sebagai tawaran. Suatu perbuatan seseorang beralasan bahwa perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk ke dalam suatu ikatan perjanjian dapat dianggap sebagai tawaran.65

Yang melakukan penawaran di dalam transaksi e-commerce khususnya jenis b to c adalah merchant atau produsen/penjual. Di dalam menjajakan produk dan jasa para merchant tersebut memanfaatkan website dengan menyediakan semacam storefront yang berisikan katolog produk dan layanan yang diberikan. Sama halnya dengan pembeli yang berjalan-jalan didepan toko-toko dan melihat barang-barang di dalam etalase.

Keuntungannya jika melakukan belanja di toko online adalah kita dapat melihat dan berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh jam buka toko dan kita juga tidak akan risih dengan pandangan penjaga toko yang mengawasi kegiatan kita.

Dalam website tersebut biasanya ditampilkan barang-barang yang ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis tentang barang itu yang diiisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi tentang barang tersebut, dan produk lain yang berhubungan.

64

Mariam Darus Badrulzaman, E-commerce Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia,

Majalah Hukum Bisnis XII Tahun 2001, hlm. 33.

65


(55)

Penawaran ini terbuka bagi semua orang. Semua orang yang tertarik dapat melakukan windows shopping di toko-toko online ini. Dan jika ada barang-barang yang menarik perhatian maka dapatlah transaksi dilakukan.

b. Penerimaan

Penawaran dan penerimaan saling terkait untuk menghasilkan suatu kesepakatan. Dalam menentukan suatu penawaran dan penerimaan dalam eybersystem ini digantung pada keadaan dari cybersystem tersebut. Penerimaan dapat dinyatakan melalui website, electronic mail (surat

elektronik), atau juga melalui Electronic Data Interchange.66 “EDI” adalah

suatu transfer informasi secara elektronis dari suatu komputer ke komputer yang lainnya dengan menggunakan suatu standar yang telah ditetapkan sebelumnya dalam menyusun atau mempertukarkan informasi tersebut.

Di dalam menentukan suatu cara penerimaan penjual diberi kebebasan. Misalnya dengan menentukan bahwa dalam hal penjualan melalui website atas barang dagangannya maka penawaran dapat ditujukan dapat halaman dari e-mail adress calon pembelinya. Jadi dalam hal ini penerimaan melalui e-mail adalah cukup. Karena penawaran ini dikirimkan pada e-mai tertentu maka sudah jelas hanya pemegang e-mail itulah yang dituju. Tetapi jika penawaran dilakukan melalui website atau news group maka dapat dianggap penawaran tersebut ditujukan untuk khalayak ramai. Dan dengan demikian maka setiap orang yang berminat dapat membuat kesepakatan dengan penjual yang menawarkan.

66


(1)

mempunyai kekuatan hukum dan dapat diterima sebagai alat bukti kemudian hukum di Indonesia khususnya hukum kontrak perlu diperbaharui dengan mengadopsi ketentuan hukum International yang mengatur masalah e-commerce seperti UNCITRAL Model Law on Electronic.

B. Saran-saran

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Keberadaan internet dan kegiatan bisnis e-commerce yang dilakukan di dalamnya harus dicermati oleh pihak yang berwenang. Dengan adanya suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur transaksi bisnis e-commerce diharapkan dapat memacu pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia. Bisnis e-commerce melalui internet ini selain mengandung berbagai kemungkinan bisnis yang baru, juga memunculkan berbagai permasalahan hukum yang baru. Adanya suatu peraturan perundang-undangan mengenai hal ini akan memberikan kepastian hukum dam ketenangan bagi para pelaku bisnis.

2. Perbuatan melawan hukum yang timbul dalam transaksi jual beli secara elektronik/melalui internet dapat diselesaikan baik secara litigasi ataupun secara non litigasi, sesuai kesepakatan para pihak, sehingga tidak ada kekosongan hukum yang dapat berakibat menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik lahir akibat dari begitu banyaknya orang yang sering menyalah


(2)

gunakan penggunaan informasi dan bertransaksi secara elektonik , oleh karena itu dibutuhkan sesuatu aturan perundang-undangan untuk melindunginya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994.

Gautama, Sudargo, Hukum Perdata Internastional Indonesia, Cetakan Kedua. (Bandung: Alumni, 1987).

Hanitijo, Ronny, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Hassanah, Hetty, Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa, Materi Perkuliahan, Bandung : Unikom, 2005.

Kaelan, M.S, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni), Yogyakarta: Paradigma, 2005.

Khairandy, Ridwan, Hukum Perdata International, Yogyakarta: Gama Media, 2001. Khairandy, Ridwan, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Universitas

Indonesia Fakultas Hukum Pasca Sarjana, 2003.

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997

Lubis, Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994.

Makarim, Edmon, Komplikasi Hukum Telematika, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

________, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2002.

Satrio, J., Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.


(4)

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intremasa, 1984.

Syahrani, Riduan, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata. Bandung. Alumni. 1992 hlm. 273.

Ustadiyanto, Riyeke, Framework E-Commerce, Yogyakarta: Andi, 2001.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998).

B. Jurnal, Artikel dan Makalah

Badrulzaman, Mariam Darus, E-commerce Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia, Majalah Hukum Bisnis XII Tahun 2001.

Kamlesh, K. Bajjaj dan Nebjani Nag, Electronic Commerce The Cutting of Bussines, New Delhi: Tata Mc-Graw Hill Publishing Company Limited, 2000.

Khairandy, Ridwan, Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi Transaksi Electronic Commerce, Artikel dalam Jurnal Hukum No. 16 Vol. 8, Maret 2001, Jakarta, Universitas Islam Indonesia.

________________, Kewenangan Hukum untuk Melakukan Intervensi terhadap Kewajiban Kontraktual Berdasarkan Itikad Baik, Jurnal Hukum, No. 15 Vol. 7-2000.

Kompas, 11 Agustus 2002, E-commerce Cara Berbisnis di Internet.

Nasution, Bismar, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”, Makalah, disampaikan pada Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003.

Pangabean, HP., Pembentukan Hukum dalam Transaksi E-commerce, Artikel dalam Newsletter No. 42/IX/September/2000, Jakarta.

Pramono, Nindya, Revolusi Dunia Bisnis Indonesia Melalui commerce dan E-Bussines: Bagaimana solusi hukumnya, Artikel Dalam Jurnal Hukum No. 16 Vol. 8/2001, Jakarta: Universitas Islam Indonesia, 2001.


(5)

Riswandi, Budi Agus, Aspek Perlindungan Nasabah dalam Sistem Pembayaran Internet, Jurnal Hukum Lus Wuila Iustu, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2002.

Sanusi, M. Arsyad, Transaksi Bisnis dalam E-comerce: Studi Tentang Permasalahan Hukum dan Solusinya, dalam Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No. 16 Vol. 8 Maret 2001: 10-29, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2001.

Setiawan, Elektronic Commerce: Tinjauan dari Segi Hukum Kontrak, makalah disampaikan pada Seminar Legal Aspect of E-commerce. Jakarta: Agustus, 2000.

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oerip, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Bandung :Alumni, 2000.

Sutrisni, Nandang, Cyberlaw: Problem dan Prospek Pengaturan Aktifitas Internet,dalam Jurnal Hukum Ius Quies Justum, No. 16 Vol. 8 Maret 2001: 10-29, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2001.

Wibowo, Arianto Muki, Kerangka Hukum Digital Signature dalam Elekctronic Commerce, Makalah disampaikan pada masyarakat telekomunikasi Indonesia, diselenggaran oleh UI, Depok Jawa Barat, Juni 1999.

C. Internet

http://www.nofieiman.com

http://www.minerynews.com/opinion/sony.shtm http://www.citraditya.com.

http://www.minergynews.com. http://www.indocybeenlawnet. http://www.fh.iu.ac.id

http://www.Uncitral

D. Perundang-undangan


(6)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN No. 58, TLN No. 4843.

Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 1998 Tentang Pendirian Perusahaan Perseroan dibidang Perbankan.