Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Perjanjian Asuransi Secara Umum 1. Istilah dan Definisi Asuransi

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 a. Asuransi kebakaran Pasal 287-298 KUHDagang. b. Asuransi hasil pertanian Pasal 299-301 KUHDagang. c. Asuransi jiwa Pasal 302-308 KUHDagang. d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592-685 KUHDagang. e. Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686-695 KUHDagang. Pengaturan asuransi dalam KUHDagang mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara Tertanggung dan Penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak Tertanggung dan Penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHDagang meliputi : a. Asas-asas asuransi. b. Perjanjian asuransi c. Unsur-unsur asuransi. d. Syarat-syarat klausula asuransi. e. Jenis-jenis asuransi.

2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992

Jika KUHDagang mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan, maka UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian LN. No. 13 Tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administrasi, yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administrative artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administrative menurut Undang-Undang Perasuransian. Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian LN. No. 120 Tahun 1992. Pengaturan usaha perasuransian dalam UU No. 2 Tahun 1992 terdiri dari 13 bab dan 28 pasal dengan rincian substansi sebagai berikut : 48 a. Perusahaan Perseroan Persero. 1. Bidang usaha perasuransian meliputi : a. Usaha asuransi b. Usaha penunjang asuransi. 2. Jenis usaha perasuransian meliput : a. Usaha asuransi terdiri dari asuransi kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi. b. Usaha penunjang asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria dan agen asuransi. 3. Perusahaan perasuransian meliputi : a. Perusahaan asuransi kerugian. b. Perusahaan asuransi jiwa. c. Perusahaan reasuransi. d. Perusahaan pialang asuransi. e. Perusahaan pialang reasuransi. f. Perusahaan penilai kerugian asuransi. g. Perusahaan konsultan aktuaria h. Perusahaan agen asuransi. 4. Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari : 48 Ibid, hal. 19. Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet E-Commerce Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 b. Koperasi c. Perseroan Terbatas PT. d. Usaha Bersama mutual 5. Kepemilikan Perusahaan Perasuransian oleh : a. Warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing. 6. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan. 7. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan mengenai : a. Kesehatan keuangan perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransi. b. Penyelenggaraan usaha perusahaan dan modal usaha. 8. Kepailitan dan likuidasi perusahaan asuransi melalui keputusan Pengadilan Negeri. 9. Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administrasi meliputi : a. Sanksi pidana karena kejahatan : menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi, menerimamenadahmembeli kekayaan perusahaan hasil penggelapan, pemalsuan dokumen perusahaan asuransi dan reasuransi. b. Sanksi administratif berupa ganti kerugian, denda administratif, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perusahaan.

3. Undang-Undang Asuransi Sosial