Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia

(1)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI ASURANSI DALAM TRANSAKSI BISNIS MELALUI INTERNET (E-COMMERCE)

DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

OPPON SIREGAR

NIM :

030 – 200 - 278

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI ASURANSI DALAM TRANSAKSI BISNIS MELALUI INTERNET (E-COMMERCE)

DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

OPPON SIREGAR

NIM :

030 – 200 - 278

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS NIP. 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS Hermansyah, SH.M.Hum NIP.131 764 556 NIP. 131 460 767

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul :“TINJAUAN YURIDIS MENGENAI ASURANSI DALAM TRANSAKSI BISNIS MELALUI INTERNET (E-COMMERCE) DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Keperdataan.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Syafruddin, SH.MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 4. Bapak M. Husni, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

USU.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MH selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.


(4)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

6. Bapak Hermansyah, SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu para dosen dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum USU dimana penulis menimba ilmu selama ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum USU yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Semoga persahabatan kita tetap abadi.

Demikian Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas cakrawala berpikir kita semua.

Medan, Mei 2008 Penulis,


(5)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan komputer telah mendorong kehidupan manusia pada apa yang disebut dengan interkoneksitas global. Dalam proses interkoneksitas global tersebut dunia diarahkan pada upaya maksimalisasi pemanfaatan sarana tekonologi komunikasi dan telekomunikasi seperti komputer, telepon, televisi, perangkat elektronik dan internet, sehingga menjadi kekuatan global. Dalam keadaan seperti ini, jika tidak hati-hati mengaturnya, maka akan menimbulkan kekacauan1

Ethan Katsh, Guru Besar University of Massachusetts menyebutkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara waktu (time), ruang (space) dan hukum (law). Perubahan dan perkembangan yang cepat dari teknologi membawa akibat penggunaan ruang yang semakin mendesak dan dalam hal ini harus dibarengi dengan rules of conduct (aturan hukum) yang memadai. Dunia harus dapat mengantisipasi agar salah satu faktor dari ketiga faktor di atas jangan sampai tertinggal dari yang lainnya, karena akan menimbulkan ketidakseimbangan global

.

2

Perkembangan penggunaan teknologi informasi, telekomunikasi dan komputer telah mendorong pula berkembangannya berbagai transaksi melalui internet di berbagai aspek seperti E-commerce, E-banking, E-trade, E-busines, E-retailing dan sebagainya. Sebagai contoh, transaksi e-commerce antar perusahaan menurut

.

1

Amir Syamsuddin, Hukum Siber, Jurnal Keadilan, Vol. 1. No. 3, September 2001, Penerbit Pusat Kajian Hukum dan Keadilan.

2 Ibid.


(6)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

perkiraan mencapai US $ 145 milyar tahun 1999 dan naik menjai US $ 7, 29 triliun pada tahun 20043

Michael Chissik dan Alistair Kelman mengemukakan bahwa sekarang ini telah menjadi revolusi di dunia cyber khususnya e-commerce sebagaimana dikatakan : “Everybody agrees that electronic commerce is going to revolutionise spending habits and change the way business is conduct. The reasons are many and varied such as globalization and the dismantling of trade barriers, the deployment of smart cards, the internet, and the de facto emergence of English as the global language”. Pernyataan di atas mengandung makna bahwa setiap orang menyetujui bahwa komersialisme melalui elektronik merupakan suatu revolusi yang menghilangkan dan merubah sistem bisnis biasa. Alasannya adalah telah timbulnya globalisasi dan perdagangan bebas, perkembangan sistem kartu identitas dan sebagainya, internet adalah satu hal yang sangat penting juga khususnya dalam perkembangan bahasa bisnis global.

.

Jaringan komputer global (internet) pada awalnya digunakan hanya untuk saling tukar menukar informasi saja, tetapi fungsinya kemudian meningkat dari sekadar media komunikasi tetapi juga telah menjadi sarana untuk melakukan kegiatan-kegiatan komersial seperti informasi, penjualan dan pembelian produk. Sesuai dengan perkembangan bisnis global maka internet dipercaya sebagai suatu sarana yang murah, massal dan cepat untuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis lintas negara. Keberadaannya kemudian menjadi sebuah intangible asset (asset yang sangat besar) sebagaimana layaknya sebuah intellectual property (HAKI).

4

3

Ibid, hal. 5.

4


(7)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Pada awalnya “electronic commerce” (e-commerce) bergerak dalam bidang retail seperti perdagangan CD atau buku lewat situs dalam world wide web (www). Tapi saat ini e-commerce sudah melangkah jauh menjangkau aktivitas-aktivitas di bidang perbankan dan jasa asuransi yang meliputi antara lain “account inguiries/pembukaan rekening perbankan”, “loan transaction/transaksi kredit” dan sebagainya. Sampai saat ini belum ada pengertian yang tunggal mengenai E-commerce. Hal ini disebabkan karena hampir setiap saat muncul bentuk-bentuk baru dari E-commerce dan tampaknya E-commerce ini merupakan salah satu aktivitas cyberspace yang berkembang sangat pesat dan agresif.

Secara singkat E-commerce dapat dipahami sebagai jenis transaksi perdagangan baik barang maupun jasa lewat media elektronik. Dalam usaha bidang operasionalnya E-commerce ini dapat berbentuk B to B (Business to Business/Bisnis untuk Bisnis) atau B to C (Business to Consumers/Bisnis untuk Konsumen). Khusus untuk B to C pada umumnya posisi konsumen tidak sekuat perusahaan sehingga dapat menimbulkan beberapa persoalan. Oleh karena itu para konsumen harus berhati-hati dalam melakukan transaksi lewat internet. Persoalan tersebut antara lain menyangkut masalah mekanisme pembayaran (payment mechanism) dan jaminan keamanan dalam bertransaksi (security risk)5

Dengan adanya teknologi internet, aktivitas bisnis saat ini mampu terkoneksi dari pelbagai penjuru dunia secara langsung dan memungkinkan dilakukannya transaksi secara real time. Dengan demikian, sistem baru dalam dunia usaha tampak jelas di depan mata. Namun tidak hanya sistem perekonomian baru yang dijumpai, tapi juga suatu bentuk resiko baru yang sebagian besar berkaitan

5

Atif Latifulhayat, Hukum Siber, Urgensi dan Permasalanya, artikel dimuat di dalam Jurnal KEADILAN, Vol. 1 No. 3, September 2001.


(8)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

dengan masalah keamanan dan privacy. Akibatnya dari perkembangan ini, resiko usaha menjadi semakin kompleks saja.

Internet merupakan jaringan terbuka (open network) yang memungkinkan pihak lain baik yang berkepentingan maupun tidak berkepentingan ikut berpartisipasi di dalamnya. Terhubungnya jaringan komputer suatu perusahaan dengan dunia maya melalui internet membuka peluang terjadinya kerusakan, karena pihak luar saat ini sangat potensial untuk melakukan serangan maupun manipulasi database suatu perusahaan yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan. Kejahatan dalam dunia internet atau yang biasa disebut dengan cybercrime, seperti bentuk pencurian kartu kredit, hacking, cracking, penyadapan transmisi data merupakan suatu bentuk kejahatan yang sangat potensial yang mampu menimbulkan kerugian finansial. Namun, bentuk umum serangan yang terjadi dari jaringan internet adalah virus invasion, instrusi hackers, maupun upaya memacetkan website melalui serangkaian upaya membanjiri server dengan sejumlah informasi dalam skala besar. Berbagai bentuk tersebut berimplikasi pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan sasaran/obyek.

Faktor penunjang lain yang menimbulkan kerugian peusahaan tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor eksternal, namun juga bisa disebabkan faktor internal. Faktor internal ini diartikan dalam kapasitas kemampuan dan pengetahuan seputar dunia komputasi bagi orang dalam (intern perusahaan). Pengetahuan dan kemampuan ini dalam lingkup yang mengerti seluk beluk komputasi (paham tekonologi) maupun yang sama sekali tidak mengerti komputasi.

Berbagai bentuk proteksi yang diterapkan perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan internet dewasa ini, cukup memberikan perlindungan atas propertinya, yaitu terhadap sistem komputasi dan data elektronik perusahaan. Namun


(9)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

sistem keamanan yang diterapkan tersebut tidak selamanya memberi perlindungan total. Seperti yang disebutkan sebelumnya, perusakan sistem keamanan (security breaches) dapat terjadi, antara lain dikarenakan faktor unauthorized access, maupun adanya penggunaan sistem komputasi dan data perusahaan oleh pihak luar atau pihak dalam (insider or outsider).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis merasa sangat tertarik untuk membahas bagaimana proteksi atau perlindungan kegiatan bisnis yang dilakukan melalui internet. Karena bila dinilai secara nominal, kerugian yang diderita perusahaan akibat kerusakan sistem jaringan komputer dan internet sangat tinggi dan kemungkinan mencapai jutaan dollar AS. Resiko-resiko baru sebagaimana digambarkan di atas merupakan alasan-alasan yang cukup kuat sehingga orang perorangan atau perusahaan mengasuransikan transaksi bisnis mereka yang dilakukan melalui internet.

Secara teoritis disebutkan atas apapun resiko yang muncul yang mampu menimbulkan kerugian dapat dijadikan obyek asuransi atau dengan kata lain dapat diasuransikan. Adapun yang dimaksud dengan obyek asuransi berdasar pasal 1 butir (2) Undang-undang No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, adalah: "benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya" Dari batasan tersebut, resiko-resiko seputar sistem keamanan jaringan komputer dan internet dapat dijadikan sebagai obyek asuransi atau dengan kata lain dapat diasuransikan. Hal ini yang menimbulkan apa yang kita kenal sebagai cyber insurance.


(10)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan saya bahas di dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Apakah alasan-alasan dan risiko-risiko perdagangan yang mungkin terjadi sehingga perdagangan melalui internet perlu diasuransikan.

2. Bagaimana prinsip-prinsip asuransi perdagangan melalui internet.

3. Kedudukan Asuransi perdagangan melalui Internet dalam KUHPerdata dan KUHD.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara singkat, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui alasan-alasannya dan resiko-resiko perdagangan yang mungkin terjadi sehingga perdagangan melalui internet perlu diasuransikan.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi perdagangan melalui internet

3. Untuk mengetahui kedudukan Asuransi perdagangan melalui Internet dalam KUHPerdata dan KUHD

Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat secara teoretis.

Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literature dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan Asuransi perdagangan melalui Internet.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi pengetahuan tentang asuransi khususnya untuk perdagangan yang dilakukan


(11)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

melalui internet. Seperti yang diketahui bersama, Banyak kendala dan permasalahan yang terjadi sehubungan dengan transaksi bisnis melalui internet ini, salah satunya adalah dalam menjaga kerahasiaan transaksi (confidentiality). Kerahasiaan transaksi di dalam internet kurang terjamin, terutama karena Internet merupakan jaringan publik yang dapat diakses oleh setiap orang yang yang terhubung dengannya. Data atau informasi yang lalu-lalang di Internet ibarat kartu pos yang tidak ada amplopnya. Menjaga keutuhan transaksi (integrity) adalah juga permasalahan penting dalam hal ini. Dapat saja setiap orang, dengan ketrampilan yang memadai mengubah data dalam komputer tanpa menghilangkan jejak. Selain dari kedua masalah yang disebutkan di atas, terdapat juga dua masalah keamanan lainnya. Adalah sulit menentukan dan memastikan status subyek hukum, dalam hal ini keautentikan dan kewenangan (authentication and authorization) dari para pihak yang terlibat, baik pihak konsumen maupun produsen. Sekalipun masalah-masalah tersebut dapat diatasi secara teknis, namun demikian perumusan konstruksi perlindungan hukumnya tidak akan sesederhana itu. Kegiatan transaksi bisnis, interaksi antara produsen dengan konsumen, adalah fenomena yang dapat diasumsikan akan terus berlangsung dan langgeng. Inovasi teknologi, dalam hal ini pengamanan jaringan dan informasi akan terus pula berganti-ganti, sejalan dengan semakin canggihnya upaya untuk menggagalkannya.

D. Keaslian Penelitian

Pembahasan skripsi ini dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS MENGENAI ASURANSI DALAM TRANSAKSI BISNIS MELALUI INTERNET (E-COMMERCE) DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA”,


(12)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

adalah masalah yang sebenarnya sudah sering kita dengar. Namun yang dibahas dalam skripsi ini adalah khusus mengenai kemungkinan asuransi perdagangan melalui internet dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pembahasan di dalam skripsi ini difokuskan pada perdagangan yang menggunakan kunci-kunci kriptografis dan menggunakan sistem pembayaran Secure Electronic Transaction (SET). Adapun latar belakang pemilihan SET sebagai contoh kasus transaksi E-commerce barbasis tanda tangan digital adalah karena SET yang merupakan protokol transaksi perdagangan pertama yang diakui sebagai defacto oleh dunia transaksi elektronik. Salah satu sebabnya adalah karena yang mengeluarkan standar protokol SET adalah Visa dan Mastercard yang memiliki pangsa pasar kartu kredit yang sangat besar di dunia. Kecenderungan dalam E-Commerce juga mengarah pada penggunaan SET dikarenakan kelebihannya yang tahan terhadap berbagai serangan.

Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Istilah cyber space untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh William Gibson, seorang penulis fiksi ilmiah (science fiction) dalam novelnya yang berjudul


(13)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Neuromacer. Istilah yang sama kemudian diulanginya dalam novelnya yang lain yang berjudul Virtual Light.6

Menurut Gibson, cybersace : “….was a consensual hallucination that felt and looked like a physical space but actually was a computer – generated construct representing abstract data”. Pernyataan ini berarti bahwa cyberspace adalah : ……. Sebuah aplikasi halusinasi yang dirasakan dan dilihat sebagai dunia non fisik dan diaktualisasikan dalam konstruksi komputer dan data abstrak. 7

Pada perkembangan selanjutnya seiring dengan meluasnya penggunaan computer, istilah ini kemudian dipergunakan untuk menunjuk sebuah ruang elektronik (electronic space), yaitu sebuah masyarakat virtual yang terbentuk melalui komunikasi yang terjalin dalam sebuah jaringan computer (interconnected networks). Pada saat ini, cyberspace sebagaimana dikemukakan oleh Cavazos dan Morin adalah : “….represent a vast array of computer systems accessible from remote physical locations”, yang berarti bahwa sistem computer merupakan penyesuaian/konkritisasi dari alam yang bersifat fisik8

Aktivitas yang potensial untuk dilakukan di cyberspace tidak dapat diperkirakan secara pasti mengingat kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat dan mungkin sulit diprediksi. Namun, saat ini ada beberapa aktivitas utama yang sudah dilakukan di cyberspace seperti Commercial On-Line Services (pelayanan komersial on-line), Bulletin Board Systems (System Buletin/Laporan), Conferencing Systems (System Konferensi), Internet Relay Chat (Sistem Komunikasi Internet), Usenet (pengguna internet), E-mail List (Pelayanan E-mail, sistem komunikasi

.

6

Ismamulhadi, Penyelesaian sengketa dalam Perdagangan secara Elektronik, Cyberlaw : Suatu Pengantar, Pusat Studi Cyberlaw, UNPAD, Bandung, 2002, hal. 5.

7

Ibid, hal. 6.

8 Ibid.


(14)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

melalui internet), dan Entertainment (hiburan). Sejumlah aktivitas tersebut saat ini dengan mudah dapat dipahami oleh masyarakat kebanyakan sebagai aktivitas yang dilakukan lewat Internet. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut dengan “cyberspace” itu tidak lain adalah internet yang juga sering disebut sebagai “a network of networks ( sebuah jaringan dari jaringan)”. Dengan karakteristik seperti ini kemudian ada juga yang menyebut cyberspace dengan istilah “virtual community” (masyarakat maya) atau “vitual world” (dunia maya).

Dunia maya ini telah mengubah kebiasaan banyak orang, yaitu orang-orang yang dalam kehidupannya terbiasa menggunakan internet. Berbelanja, mengirim surat, mengirimkan surat lamaran kerja, berkirim photo, mencari informasi, melakukan pembicaraan jarak jauh tidak ubahnya seperti sedang bertelepon, mengambil uang dari Bank, membuat desain bangunan oleh arsitek, berkonsultasi tatap muka (yaitu masing-masing pihak muncul gambarnya pada layar komputer mereka masing-masing karena masing-masing komputer dilengkapi dengan kamera, melihat film, mendengarkan lagu-lagu CD, mendengarkan radio, dan lain-lain. Semua itu dapat mereka lakukan praktis pada saat ini hampir semua kegiatan yang dapat dilakukan di dunia nyata (real world) dapat dilakukan di dunia maya (virtual world). Bahkan di dunia maya orang telah melakukan berbagai tindak kejahatan yang justru tidak dapat dilakukan di dunia nyata. 9

Seseorang yang ingin mengakses ke internet, pertama sekali harus memiliki seperangkat alat dan sarana yang terdiri dari kompuer dengan spesifikasi dan sistem operasi tertentu (biasanya yang lazim dipergunakan adalah WINDOWS

9

Heru Soepraptomo, Kejahatan Komputer dan Siber Serta Antisipasi Pengaturan, Badan

Pencegahannya di Indonesia, Makalah dalam Seminar Antisipasi Hukum Cyber terhadap Kejahatan

E-Commerce Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Sumatera Utara, Medan, 20 Desember 2002, hal. 3-4.


(15)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

dengan program Windows Explorer, produksi dan Microsoft Corp), sebuah saluran telepon dan sebuah modem. Modem adalah alat yang biasa menggabungkan fungsi telepon dan komputer sehingga komputer dapat menerima data-data yang ada di dalam saluran telepon. Untuk mengakses internet harus mendaftarkan kepada sebuah perusahaan penyedia jasa internet yaitu Internet Service Provider (ISP).

Jasa ISP diantaranya adalah menyediakan akses tersebut kepada para pelanggannya dan setelah orang tersebut mendaftarkan dirinya dengan biaya akses tertentu, maka perusahaan ISP akan memberikan kepadanya suatu kode-kode untuk menginstall sambungan internet ke komputernya. ISP yang tekenal di Indonesia di antaranya adalah Indonet, CBN, Indosat dan lain-lain. Biasanya ISP adalah perusahaan yang mandiri terlepas dari perusahaan telekomunikasi, tetapi sekarang Telkom sebagai penyedia jasa telekomunikasi ternyata juga menyediakan jasa akses internet tersebut kepada para pelanggannya melalu jasa Telkomnet Instan. Apabila seseorang telah terdaftar di suatu ISP, biasanya ia akan diberi suatu alamat gratis dengan domain dari ISP tersebut, misalnya jika ia terdaftar di CBN maka alamatnya adalah luar (melalui sebuah “surat” yang dapat dibaca di komputer) antara sesama pengguna internet lain atau dengan ISP itu sendiri (informasi billing / informasi tagihan atau berita) atau juga dengan perusahaan/institusi lain. 10

Dalam hal seseorang (pelaku bisnis) ingin menginformasikan perusahaan dan kegiatan usahanya kepada pengguna internet lainnya maka pelaku bisnis itu akan membuat situs. Situs adalah sebuah tempat atau site di dalam dunia maya (cyber world) atau internet di mana pelaku bisnis menempatkan seluruh informasi yang

10

Ny, Tien Saefullah, Yurisdiksi sebagai Upaya Penegakan Hukum dalam Kegiatan Cyberspace, Cyberlaw : Suatu Pengantar, Pusat Studi Cyber Law, UNPAD, Bandung, 2002, hal. 10.


(16)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

diinginkan. Untuk dapat dibaca masyarakat informasi ini disediakan dalam bentuk homepage. Pembentukan situs tersebut diadakan antara pelaku bisnis dengan ISP dalam satu bentuk kontrak yang dinamakan websited design and development contract (kontrak disain dan pengembangan suatu situs/website). 11

Pola dinamika masyarakat Indonesia seakan masih bergerak tak beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua bidang kehidupannya ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu kebijakan ataupun pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun masyarakat telah banyak menggunakan produk-produk Tugas seorang web designer adalah selain ia mendesain suatu situs, ia juga akan menempatkan (tidak selalu tugas dari web designer) situs tersebut ke dalam jaringan internet yaitu biasanya terletak di jaringan “www” atau “World Wide Web”. Pendaftarannya sendiri di Indonesia dapat dilakukan oleh beberapa institusi penyedia jasa yang memiliki jatah IP Address yang biasanya adalah ISP.

Semakin konvergennya perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dewasa ini, telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas telekomunikasi yang ada, serta semakin canggihnya produk-produk teknologi informasi yang mampu mengintegrasikan semua media informasi. Ditengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global communication network) dengan semakin populernya Internet seakan telah membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan teknologi tersebut.

11


(17)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

teknologi informasi dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya, namun bangsa Indonesia secara garis besar masih meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik dalam membangun suatu infrastruktur yang handal (National Information Infrastructure) dalam menghadapi infrastruktur informasi global (Global Information Infrastructure).

Komputer sebagai alat bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam melakukan pemindahan data dan informasi. Dengan kemampuan komputer dan akses yang semakin berkembang maka transaksi perniagaan pun dilakukan di dalam jaringan komunikasi tersebut. Jaringan publik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jaringan privat dengan adanya efisiensi biaya dan waktu. Sesuai dengan sifat jaringan publik yang mudah untuk diakses oleh setiap orang menjadikan hal ini sebagai kelemahan bagi jaringan itu.12

Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi E-Commerce (Perniagaan Elektronik). Secara umum E-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulan: "E-commerce is a part of e-business”.13

12

Edmon Makarim, Kerangka Hukum Digital Signature dalam Electronic Commerce,

Makalah ini pernah dipresentasikan di hadapan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia pada bulan Juni 1999 di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, hal. 9.

13


(18)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan media internet yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu digarisbawahi, dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka kemungkinan adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam E-commerce. Jadi pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media internet belaka.

Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet, yaitu :14

14

Ibid, hal. 11.

1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.

2. Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. Telah dikemukakan di bagian awal tulisan, bahwa koneksi ke dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang tidak aman. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan dengan koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media yang tidak aman.


(19)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Kelemahan yang dimiliki oleh internet sebagai jaringan publik yang tidak aman ini telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi penyandian informasi (Crypthography). Electronic data transmission dalam E-commerce disekuritisasi dengan melakukan proses enkripsi (dengan rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya sistem sekur iti seperti SSL, Firewall, dsb.

Perlu diperhatikan bahwa, kelemahan hakiki dari open network yang telah dikemukakan tersebut semestinya dapat diantisipasi atau diminimalisasi dengan adanya sistem pengamanan jaringan yang juga menggunakan kriptografi terhadap data dengan menggunakan sistem pengamanan dengan Digital Signature.

Digital Signature adalah suatu sistem pengamanan yang menggunakan public key cryptography system, atau secara umum pengertiannya adalah : “A data value generated by public key algorithm based on the contents of a lock data and a private key, yielding so individualized crypto checksum”. 15

Tujuan dari suatu tandatangan dalam suatu dokumen adalah untuk memastikan otentisitas dari dokumen tersebut. Suatu digital signature sebenarnya adalah bukan suatu tanda tangan seperti yang kita kenal selama ini, ia menggunakan cara yang berbeda untuk menandai suatu dokumen sehingga dokumen atau data sehingga ia tidak hanya mengidentifikasi dari pengirim, namuni ia juga memastikan keutuhan dari dokumen tersebut tidak berubah selama proses transmisi. Suatu digital signature didasarkan dari isi dari pesan itu sendiri.16

15

Sjahdeini, Remy, Sutan, E- Commerce, Tinjauan dari Perspektif Hukum, Makalah yang disampikan pada Seminar “E-Commerce dan Mekanisme Penyelesaian Masalahnya Melalui Arbitrase/Alternatif Penyelesaian Sengketa”, Jakarta, 3 Oktober 2000, hal. 3.

16


(20)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Bedasarkan sejarahnya, penggunaan digital signature berawal dari penggunaan teknik kriptografi yang digunakan untuk mengamankan informasi yang hendak ditransmisikan/disampaikan kepada orang yang lain yang sudah digunakan sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam suatu kriptografi suatu pesan dienkripsi (encrypt) dengan menggunakan suatu kunci (key). Hasil dari enkripsi ini adalah berupa chipertext tersebut kemudian ditransmisikan/diserahkan kepada tujuan yang dikehendakinya. Chipertext tersebut kemudian dibuka/didekripsi (decrypt) dengan suatu kunci untuk mendapatkan informasi yang telah enkripsi tersebut. Terdapat dua macam cara dalam melakukan enkripsi yaitu dengan menggunakan kriptografi simetris (symetric crypthography/secret key crypthography) dan kriptografi simetris (asymetric crypthography) yang kemudian lebih dikenal sebagai public key crypthography. 17

Soekardono menterjemahkan verzekering itu dengan “pertanggungan”. Selanjutnya berbicara mengena asuransi dalam perdagangan melalui internet merupakan suatu hal yang baru sejalan dengan perkembangan teknologi dan hukum dalam perdagangan. Sebagaimana diketahui, Istilah asuransi dalam bahasa Belanda adalah “verzekering” dan “assurantie”. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah “insurance”.

18

Dalam hukum pertanggungan, orang yang mempertanggungkan disebut Tertanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya (Belanda) yaitu verzekerde, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah “the insured”. Sedangkan orang yang Terjemahan ini banyak dikenal dan dipakai dalam literatur hukum dagang.

17

Ibid, hal. 6.

18

Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Cetakan I, Citra Aditya, Bandung, 1994, hal. 5.


(21)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

menanggung disebut Penanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya yaitu bahasa Belanda “verzekeraar”, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai “the insurer”.

Istilah Pertanggungan dipakai dalam literature ilmu pengetahuan hukum, misalnya pertanggungan kerugian, pertanggungan jiwa, benda pertanggungan, jumlah pertanggungan. R. Subekti umumnya juga menggunakan istilah pertanggungan dalam terjemahan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan. Supaya ada keseragaman istilah dalam ilmu hukum, sebaiknya digunakan istilah pertanggungan sebagai terjemahan dari verzekering dan assurantie.19

Istilah asuransi dipakai terbatas pada nama jenis usaha dan nama perusahaan, misalnya asuransi kebakaran, asuransi jiwa, PT. Asuransi Jiwaraya, PT. Asuransi Bumiputera, PT. Asuransi Kredit Indonesia. Dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dipakai istilah “perasuransian”.

Istilah “assurantie” di-Indonesiakan menjadi asuransi. Istilah asuransi lebih banyak dikenal dan dipakai dalam praktek perusahaan pertanggungan sehari-hari. Orang yang mengasuransikan disebut dalam bahasa aslinya bahasa Belanda “geassureerde”, bahasa Inggrisnya disebut “the assured”. Penerima asuransi dalam bahasa Belanda disebut “assuradeur”, bahasa Inggris disebut “the assurer”.

20

Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah asuransi untuk Pertanggungan, Penjamin untuk Penanggung dan Terjamin untuk Tertanggung. Walaupun istilah yang dimaksud itu ada persamaan pengertiannya, istilah Penjamin dan Terjamin lebih tepat dipakai dalam hukum Perdata yang membicarakan tentang Perjanjian Penjaminan (garantie), borgtocht dan hoofdelijkheid. Dengan demikian, dapat dibedakan antara

19

Ibid. 20


(22)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

istilah khusus yang dipakai dalam hukum Dagang dan istilah umum yang dipakai dalam hukum Perdata.21

J.E. Kaihatu menjelaskan penggunaan istilah bahasa Inggris “insurance” dan “assurance” dalam praktek pertanggungan di Inggris. Menurut beliau, istilah insurance dipakai untuk pertanggungan kerugian, sedangkan istilah assurance dipakai untuk pertanggungan jumlah (sommenverzekering).22

21

Ibid. 22

Ibid, hal. 7.

Terjadinya perbedaan istilah dalam bahasa Indonesia adalah sebagai akibat dari pengalihan bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Sebagaimana telah diketahui, hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal dari bahasa Belanda. Karena itu, untuk mencapai keseragaman penggunaan istilah hukum, sebaiknya berhati-hati menterjemahkan hukum yang tertulis dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya definisi asuransi menurut ketentuan Pasal 246 KUHDagang dinyatakan bahwa : “Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana Penanggung mengikat diri kepada Tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen.

Pentingnya mengapa transaksi bisnis melalui internet ini akan dibahas dalam bab selanjutnya dalam skripsi ini.

F. Metode Penelitian 1. Sifat/Bentuk Penelitian


(23)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum skunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan analisa hukum perdata khususnya terhadap penerapan asuransi dalam perdagangan dan transaksi bisnis melalui internet (E-Commerce). Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan persoalan ini.

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait dengan masalah penerapan asuransi dalam perdagangan dan transaksi bisnis melalui internet (E-Commerce).

2. D a t a

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library Research) untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.

Sumber data kepustakaan diperoleh dari : 1. Bahan Huku m Primer, terdiri dari :

a. Norma atau kaedah dasar ; b. Peraturan dasar ;

c. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penerapan asuransi dalam perdagangan dan transaksi bisnis melalui internet (E-Commerce). beserta peraturan-peraturan terkait lainnya.

2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.


(24)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. 23

Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut di bawah ini penulis membuat sistematika penulisan/gambaran isi skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

23

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakrta 1998, hal. 195, sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), hal. 41.


(25)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Keaslian Penulisan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan dan diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN ASURANSI Pada bab ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai Perjanjian Secara Umum yang meliputi, Pengertian Perjanjian, Jenis-Jenis Perjanjian, Asas-Asas Perjanjian, Syarat-Syarat Perjanjian dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian. Selanjutnya dibahas pula mengenai Perjanjian Asuransi Secara Umum yang meliputi, Istilah dan Definisi dan Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi, Sejarah Asuransi, Peraturan dan Hukum Perasuransian, Jenis-Jenis Asuransi, Peralihan Resiko dalam Asuransi dan Polis Asuransi.

BAB III PRINSIP-PRINSIP UMUM PERDAGANGAN MELALUI INTERNET (E – COMMERCE) MENURUT HUKUM PERDATA INDONESIA

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Prinsip-Prinsip KUHPerdata tentang Kontrak Melalui E-Commerce, Pelaksanaan Kontrak Melalui E-Commerce, Perlindungan Konsumen di dalam E-Commerce, Hubungan Hukum Para Pihak di dalam E-Commerce, Pembuktian Kontrak dalam E-Commerce dan Pengakuan dan Pemberitahuan E-mail sebagai Pemberitahuan Tertulis.

BAB IV TINJAUAN YURIDIS MENGENAI ASURANSI DALAM TRANSAKSI BISNIS MELALUI INTERNET (E-COMMERCE) DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA


(26)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Pada bab ini akan dibahas mengenai Perlunya perdagangan melalui Internet diasuransikan, Kedudukan Asuransi perdagangan melalui Internet dalam KUHD, Prinsip-Prinsip dalam Asuransi Perdagangan melalui Internet dan Resiko Perdagangan Melalui Internet sebagai obyek Asuransi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN ASURANSI

A. Perjanjian Secara Umum 1. Pengertian Perjanjian

Menurut Black’s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian”.24

24

Salim ,H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal. 16.

Inti definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary adalah bahwa kontrak dilihat sebagai persetujuan dari para


(27)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara sebagian.

Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.25

Menurut Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka.26

Salim, H.S, perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan. Perlu diketahui bahwa subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.

Hubungan kedua orang yang bersangkutan mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua belah pihak atas suatu prestasi.

27

Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta beda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara lain hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara

25

Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet. 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 1.

26

Salim, H.S, Op.cit. 27


(28)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.28

2. Jenis-Jenis Perjanjian

Unsur-unsur yang tercantum dua orang dalam definisi di atas adalah : a. Adanya hubungan hukum.

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

b. Adanya subjek hukum.

Subjek hukum yang adalah pendukung hak dan kewajiban. c. Adanya prestasi.

Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu. d. Dibidang harta kekayaan.

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara. Pembedaan tersebut antara lain, adalah sebagai berikut :29

Pasal 1314 KUHPerdata menyebutkan suatu persetujuan dengan cuma-Cuma adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima manfaat bagi dirinya sendiri. Perjanjian a. Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli.

b. Perjanjian Cuma-Cuma (Pasal 1314 KUHPerdata)

28

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Alumni, Bandung, 1986, hal. 6.

29

Mariam Darus Badrulzaman, Komplikasi Hukum Perikatan, Cet I, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 66.


(29)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberi keuntungan bagi salah satu pihak saja, misalnya hibah.

c. Perjanjian atas beban

Pasal 1314 KUHPerdata menyebutkan suatu persetujuan atas beban adalah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak yang lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

d. Perjanjian Bernama (Benoemd)

Perjanjian bernama (khusus) adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya bahwa perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari . Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai Bab XVIII KUHPerdata.

e. Perjanjian Tidak Bernama (Obnenoemd Overenkomst)

Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti leasing, joint venture, production sharing, franchise. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak mengadakan perjanjian atau pertij otonomie. f. Perjanjian Obligator.

Perjanjian obligator adalah perjanjian dimana pihak-pihak sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum lagi mengakibatkan beralihnya hak milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini merupakan


(30)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kesepakatan (konsensual) dan harus diikuti dengan perjanjian penyerahan (perjanjian kebendaan).

3. Asas-Asas Perjanjian

Dalam Pasal 1338 KUHPerdata disebutkan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selama dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Beberapa asas yang terdapat dalam perjanjian yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu KUHPerdata, adalah antara lain, yaitu :30

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan di antara kedua piha kitu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa ada kepercayaan a. Asas kebebasan berkontrak.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial dari hukum perjanjian. Asas ini dinamakan juga asas otonomi konsensualisme, yang menentukan adanya perjanjian.

b. Asas Konsensualisme

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebutkan tegas, sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata ditemukan dalam istilah “semua”. Kata-kata semua menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginannya (will), yang dirasanya baik untuk menciptakan perjanjian. Asas ini sangat erat hubungan dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian.

d. Asas Kepercayaan (Vertrouwensbeginsel)

30


(31)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

itu, maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini, kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.

e. Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sunt Servanda)

Asas pacta sunt servanda (janji itu mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh. KUHPerdata juga menganut asas ini dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku seperti undang-undang bagi para pihak (Pasal 1338 KUHPerdata).

Selanjutnya dalam KUHPerdata dan menurut hukum perjanjian kita, hukum perjanjian bersifat obligatoir, maksudnya adalah setelah sahnya suatu kontrak, maka kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Tetapi pada taraf tersebut hak milik belum berpindah ke pihak lain. Untuk dapat memindahkan hak milik diperlukan perjanjian lain yang disebut dengan perjanjian kebendaan (zakelijke overeenkomst). Perjanjian kebendaan inilah yangdisebut dengan penyerahan (levering).31

4. Syarat-Syarat Perjanjian

Agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Syarat sah yang umum, yang terdiri dari : 1). Syarat sah yang umum, yang terdiri dari :

31

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Cet. II, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 31-32.


(32)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

a). Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya. b). Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. c). Suatu hal tertentu.

d). Suatu sebab yang halal.

Keempat syarat tersebut selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam :

(1) dua unsur pokok yang menyangkut subjek yang mengadakan perjanjian (unsur subjektif).

(2) dua unsur lainnya yang berhubungan langsung dengan objek perjanjian (unsur objektif).

Unsur subjektif mencakup adanya kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji dan kecakapan dari para pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur objektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan yang merupakan objek yang diperjanjikan dan causa dari objek yang berupa prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum.

2). Syarat sah umum di luar Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata, yang terdiri dari : a). Syarat itikad baik.

b). Syarat sesuai dengan kebiasaan. c). Syarat sesuai dengan kepatutan.

d). Syarat sesuai dengan kepentingan umum. b. Syarat sah yang khusus, yang terdiri dari :

1). Syarat tertulis untuk perjanjian-perjanjian tertentu. 2). Syarat akta notaries untuk perjanjian-perjanjian tertentu.


(33)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

3). Syarat akta pejabat tertentu yang bukan notaries untuk perjanjian-perjanjian tertentu.

4). Syarat izin dari yang berwenang.

Merupakan konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau lebih dari syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut bervariasi mengikuti syarat mana yang dilanggar. Konsekuensi hukum tersebut adalah sebagai berikut :

a). Batal demi hukum (nietig, null and void)

Dilanggarnya syarat objektif dalam Pasal 1320 KUHPerdata Syarat objektif tersebut adalah suatu hal tertentu dan tentu sebab yang halal.

b). Dapat dibatalkan (vernietigbaar, voidable)

Dilanggarnya syarat subjektif dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Syarat subjektif tersebut adalah kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

c). Perjanjian tidak dapat dilaksanakan (unenforceable)

Perjanjian yang tidak dapat dilaksanakan adalah perjanjian yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih mempunyai status hukum tertentu. Bedanya dengan perjanjian yang batal demi hukum adalah bahwa perjanjian yang tidak dapat dilaksanakan masih mungkin dikonversi menjadi perjanjian yang sah. Sedangkan bedanya dengan perjanjian yang dapat dibatalkan (voidable) adalah bahwa dalam perjanjian yang dapat dibatalkan, perjanjian tersebut sudah sah, mengikat dan dapat dilaksanakan sampai dengan dibatalkan kontrak tersebut, sementara perjanjian yang tidak dilaksanakan belum mempunyai kekuatan hukum sebelum dikonversi menjadi perjanjian yang sah. Contoh perjanjian yang tidak dapat dilaksanakan adalah perjanjian yang


(34)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

seharusnya dibuat secara tertulis, tetapi dibuat secara lisan, tetapi kemudian perjanjian tersebut ditulis oleh para pihak.

5. Pelaksanaan Suatu Perjanjian

Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa, dimana para pihak saling berjanjia untuk melakukan atau melaksanakan sesuatu hal. Hal yang akan dilaksanakan itu disebut prestasi.

Inti dari suatu perjanjian adalah bahwa para pihak harus melaksanakan apa yang telah disetujui atau dijanjikan dengan tepat dan sesempurna mungkin. Tindakan yang bertentangan yang dibuat oleh salah satu pihak mengakibatkan pihak yang lain berhak meminta ganti rugi.

Sedangkan yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuan. Tujuan tidak akan tercapai tanpa adanya pelaksanaan perjanjian, dimana para pihak harus melaksanakan perjanjian dengan sempurna dan tepat seperti yang telah disepakati bersama.

Abdulkadir Muhammad, menyatakan bahwa : “ jika salah satu pihak telah melanggar kewajibannya itu bukanlah kesalahannya. Ia telah berjanjian untuk melaksanakan perjanjiannya, dan ia akan bertanggung jawab jika tidak melaksanakannya. Hanya jika ada sebab dari luar yang membuat pelaksanaan itu secara fisik, hukum dan perdagangan tidak mungkin dilakukan, sehingga kepadanya dapat dimaafkan karena tidak melaksanakan perjanjian itu. Kenyataan bahwa ia telah


(35)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

melakukan pemeliharaan secara layak, tidak dapat dijadikan alasan baginya untuk membela diri”.32

Menurut Pasal 1339 KUHPerdata, bahwa : “persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala

Apa yang dikemukakan Abdulkadir Muhammad menunjukkan bahwa perjanjian antara pihak-pihak merupakan suatu hal yang tidak main-main atau dengan perkataan lain bahwa hak masing-masing pihak tetapi dijamin oleh undang-undang. Melihat macam-macam hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, maka perjanjian dibagi 3 (tiga), yaitu :

a. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang. Contoh : jual beli, hibah, sewa-menyewa.

b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu. Contoh : perjanjian perburuhan. c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Contoh : perjanjian untuk tidak mendirikan tembok.

Sebenarnya suatu perjanjian akan menjadi persoalan manakala salah satu pihak melanggar/tidak mematuhi isi dari perjanjian yang telah mereka perbuat. Tentu dilihat alasan tidak dilaksanakannya isi perjanjian, apakah karena keadaan memaksa (overmacht) atau tidak. Bila ini terjadi karena keadaan memaksa harus juga dilihat apakah keadaan itu memang betul-betul tidak dapat dielakkan atau bisa dilaksanakan namun dengan pengorbanan yang besar.

Untuk melaksanakan suatu perjanjian, lebih dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa isinya, dengan perkataan lain apakah hak dan kewajiban masing-masing pihak.

32


(36)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh keputusan, kebiasaan atau undang-undang”.

Dengan demikian, maka setiap perjanjian dilengkapi dengan aturan yang terdapat di dalam undang-undang, adat kebiasaan, sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh kepatutan harus juga diindahkan. Jadi adat istiadat (kebiasaan) juga sebagai sumber norma di samping undang-undang untuk ikut menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak-hak dalam suatu persetujuan, tetapi kebiasaan ini tidak boleh menyimpang dari undang-undang.

B. Perjanjian Asuransi Secara Umum 1. Istilah dan Definisi Asuransi

Istilah asuransi dalam bahasa Belanda adalah “verzekering” dan “assurantie”. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah “insurance”.

Soekardono menterjemahkan verzekering itu dengan “pertanggungan”. Terjemahan ini banyak dikenal dan dipakai dalam literatur hukum dagang.33

Istilah Pertanggungan dipakai dalam literature ilmu pengetahuan hukum, misalnya pertanggungan kerugian, pertanggungan jiwa, benda pertanggungan, jumlah pertanggungan. R. Subekti umumnya juga menggunakan istilah pertanggungan dalam terjemahan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan. Dalam hukum pertanggungan, orang yang mempertanggungkan disebut Tertanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya (Belanda) yaitu verzekerde, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah “the insured”. Sedangkan orang yang menanggung disebut Penanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya yaitu bahasa Belanda “verzekeraar”, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai “the insurer”.

33


(37)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Supaya ada keseragaman istilah dalam ilmu hukum, sebaiknya digunakan istilah pertanggungan sebagai terjemahan dari verzekering dan assurantie.34

Istilah asuransi dipakai terbatas pada nama jenis usaha dan nama perusahaan, misalnya asuransi kebakaran, asuransi jiwa, PT. Asuransi Jiwaraya, PT. Asuransi Bumiputera, PT. Asuransi Kredit Indonesia. Dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dipakai istilah “perasuransian”.

Istilah “assurantie” di-Indonesiakan menjadi asuransi. Istilah asuransi lebih banyak dikenal dan dipakai dalam praktek perusahaan pertanggungan sehari-hari. Orang yang mengasuransikan disebut dalam bahasa aslinya bahasa Belanda “geassureerde”, bahasa Inggrisnya disebut “the assured”. Penerima asuransi dalam bahasa Belanda disebut “assuradeur”, bahasa Inggris disebut “the assurer”.

35

Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah asuransi untuk Pertanggungan, Penjamin untuk Penanggung dan Terjamin untuk Tertanggung. Walaupun istilah yang dimaksud itu ada persamaan pengertiannya, istilah Penjamin dan Terjamin lebih tepat dipakai dalam hukum Perdata yang membicarakan tentang Perjanjian Penjaminan (garantie), borgtocht dan hoofdelijkheid. Dengan demikian, dapat dibedakan antara istilah khusus yang dipakai dalam hukum Dagang dan istilah umum yang dipakai dalam hukum Perdata.36

J.E. Kaihatu menjelaskan penggunaan istilah bahasa Inggris “insurance” dan “assurance” dalam praktek pertanggungan di Inggris. Menurut beliau, istilah insurance dipakai untuk pertanggungan kerugian, sedangkan istilah assurance dipakai untuk pertanggungan jumlah (sommenverzekering).37

34

Ibid. 35

Ibid, hal. 6,

36 Ibid. 37


(38)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Terjadinya perbedaan istilah dalam bahasa Indonesia adalah sebagai akibat dari pengalihan bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Sebagaimana telah diketahui, hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal dari bahasa Belanda. Karena itu, untuk mencapai keseragaman penggunaan istilah hukum, sebaiknya berhati-hati menterjemahkan hukum yang tertulis dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya definisi asuransi menurut ketentuan Pasal 246 KUHDagang dinyatakan bahwa : “Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana Penanggung mengikat diri kepada Tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan, sebagai berikut :38

Penanggung harus berstatus perusahaan berbadan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koperasi. Sedangkan 1). Pihak-pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi yaitu Penanggung dan Tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung atau Tertanggung adalah pendukung hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul resiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangkan Tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.

2). Status pihak-pihak

38

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 8-10.


(39)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Tertanggung dapat berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik sebagai perusahaan atau bukan perusahaan. Tertanggung berstatus sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta yang diasuransikan.

3). Objek asuransi

Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan resiko. Sedangkan Tertanggung bertujuan bebas dari resiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya.

4). Peristiwa asuransi

Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum (legal act) berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara Penanggung atau Tertanggung mengenai objek asuransi, peristiwa tidak pasti (evenemen) yang mengancam benda asuransi, dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut dibuat dalam bentuk tertulis berupa akta yang disebut polis. Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti yang dipakai untuk membuktikan telah terjadi asuransi.

5). Hubungan asuransi

Hubungan asuransi yang terjadi antara Penanggung dan Tertanggung adalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas. Keterikatakan tersebut berupa kesedian secara sukarela dari Penanggung dan Tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal balik), artinya sejak tercapai kesepakatan asuransi, Tertanggung terikat dan wajib membayar premi asuransi kepada Penanggung, dan sejak itu pula Penanggung menerima pengalihan resiko. Jika terjadi evenemen yang menimbulkan


(40)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

kerugian atas benda asuransi, Penanggung wajib membayar ganti kerugian sesuai dengan ketentuan polis asuransi. Tetapi jika tidak terjadi evenemen, premi yang sudah dibayar oleh Tertanggung tetap menjadi milik Penanggung.

Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam rumusan Pasal 246 KUHDagang adalah ganti kerugian. Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Asuransi jika (life insurance) tidak termasuk dalam rumusan Pasal 246 KUHDagang, karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketentuan Pasal 246 KUHDagang hanya mencakup bidang asuransi kerugian, tidak asuransi jiwa.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa unsur yang harus ada pada asuransi kerugian sebagai berikut :39

Selanjutnya di dalam ketentuan Pasal 1 butir (1) UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, diatur bahwa : “asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung mengikatkan a). Penanggung dan Tertanggung.

b). Persetujuan bebas antara Penanggung dan Tertanggung. c). Benda asuransi dan kepentingan Tertanggung.

d). Tujuan yang ingin dicapai. e). Risiko dan premi.

f). Evenemen dan ganti kerugian. g). Syarat-syarat yang berlaku. h). Bentuk akta polis asuransi.

39


(41)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

diri kepada Tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupunya seseorang yang dipertanggungkan”.

Rumusan Pasal 1 butir (1) UU No. 2 Tahun 1992 ternyata lebih luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHDagang karena tidak hanya melingkupi asuransi kerugian, melainkan juga asuransi jiwa. Hal ini dapat diketahui dari kata-kata bagian akhir rumusan, yaitu “untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Dengan demikian, objek asuransi tidak hanya meliputi harta kekayaan melainkan juga jiwa/raga manusia.40

Begitu pula pendapat para pakar tentang pengertian asuransi, antara lain adalah Williams, Jr dan Hens menyatakan bahwa :”Insurance is the protection agains financial loss provided by insurer” (Asuransi merupakan alat untuk melindungi kerugian yang mungkin dideritanya).41

Selanjutnya disebutkan pula bahwa :”…Insurance is a device by means of which the risk of two or more persons or firm are combined through actual or promises contribution fund out of which claimens are paid” (Asuransi sebagai alat penerima resiko dialihkan kepadanya dengan sebelumnya menerima iuran berupa premi).42

40

Ibid, hal. 11.

41

Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Cetakan I, Alumni, Bandung, 1997, hal. 10.

42 Ibid.


(42)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Selanjutnya pendapat Crawford oleh Magee dan Bickelhaupt, menyatakan : Insurance is a contract by which the one party, in consideration of price paid to him adequate to the risk, becomes security to the other that he shall not suffer loss, damage, or prejudice by the happening of the perils specified to certain things may be exposed to them” (Asuransi merupakan perjanjian antara satu pihak yang akan mendapat imbalan pembayaran sesuai dengan resikonya dari kemungkinan menderita kehilangan, kerusakan atau kerugian dari suatu peristiwa yang menimbulkan bahaya baginya). 43

Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari pemilik budak itu adalah semacam premi yang diterima dari Tertanggung. Sedangkan kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar 2. Sejarah Asuransi

1. Sebelum Masehi

Pada zaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great (356-323 SM), seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan banyak uang guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak belian supaya mendaftarkan budak-budaknya, dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalannya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka ia akan memerintahkan budak supaya budak itu ditangkap atau jika tidak dapat ditangkap dibayar dengan sejumlah uang sebagai gantinya.

43


(43)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang dipikul oleh Penanggung. Perjanjian itu mirip dengan asuransi kerugian.

Pada zaman Yunani banyak orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah kota dengan janji bahwa uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Jadi, perjanjian ini mirip dengan asuransi jiwa.

Perjanjian ini terus berkembang pada zaman Romawi sampai kira-kiran tahun 10 Masehi. Pada waktu itu dibentuk semacam perkumpulan (collegium). Setiap anggota perkumpulan harus membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang meninggal dunia, perkumpulan memberikan bantuan biaya penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya. Apabila ada anggota perkumpulan yang pindah ke tempat lain, perkumpulan memberikan bantuan biaya perjalanan. Apabila ada anggota perkumpulan yang mengadakan upacara tertentu, perkumpulan memberikan bantuan biaya upacara. Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jumlah.44

44

Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hal. 1.

2. Abad Pertengahan

Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk satu perkumpulan yang disebut gilde. Perkumpulan ini mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilda akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan mirip dengan asuransi kebakaran.


(44)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjtu berkembang di Denmark, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12. Pada abad ke-13 dan 14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Tetapi tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini mulai terpikir oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal perkembangan asuransi laut.

Untuk kepentingan perjalanan melalui laut, pemilik kapal meminjam sejumlah uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu. Sedangkan kapal dan barang muatannya dijadikan jaminan. Dengan ketentuan, apabila kapal dan barang muatannya rusak dan tenggelam, uang dan bunganya susah dibayar kembali. Tetapi apabila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang dipinjam itu dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu seolah-olah berfungsi sebagai premi sedangkan pemilik uang berfungsi sebagai pihak yang menanggung risiko kehilangan uang dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi, uang hilang itu dianggap seolah-oleh sebagai ganti kerugian kepada pemilik kapal dan barang muatannya.45

Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Prancis pada abad ke-18, dan terus ke negeri Belanda. Perkembangan asuransi laut di negara-negara tersebut dapat dimaklumi karena negara-negara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke

3. Sesudah Abad Pertengahan

45


(45)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

negara-negara sebeerang laut (overeas countries) terutama daerah-daerah jajahan mereka.

Pada waktu pembentukan Code de Commerce Prancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, di samping asuransi laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut (Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Stb. No. 23 Tahun 1847.

4. Abad Ilmu dan Teknologi

Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak hanya bidang asuransi melainkan juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan bidang prasarana tranportasi sampai daerah pelosok mendorong perkembangan sarana transportasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas juga makin meningkat sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat. Dengan demikian, mendorong perkembangan perusahaan asuransi jiwa dan asuransi social (social securityh insurance).

Pembangunan di bidang ekonomi ditandai oleh munculnya perusahaan-perusahaan besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor, tenaga kerja yang membutuhkan jaminan perlindungan dari ancaman bahaya kemacetan, kebakaran dan kecelakaan kerja.

Hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit, asuransi kebakaran, dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit komunikasi juga


(1)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

cyber insurance di Indonesia akan meningkat dan terdapat kecenderungan akan semakin berkembang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut :

1. Alasan-alasan dan risiko-risiko perdagangan yang mungkin terjadi sehingga perdagangan melalui internet perlu diasuransikan, adalah : transaksi melalui Internet memiliki banyak resiko. Resiko-resiko tersebut adalah: penyadapan, penipuan, penggandaan informasi transaksi, pencurian informasi rahasia, dan sebagainya. Dalam transaksi bisnis melalui internet yang memanfaatkan kriptografi, kejahatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah pembobolan kunci dan pencurian kunci.

Pembobolan kunci yaitu dimana si pembobol memakai berbagai cara untuk menemukan kunci yang sama dengan yang asli. Cara pembobolan yang paling umum digunakan adalah yang dikenal dengan istilah brute force attack, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, si pelaku mencoba berbagai kemungkinan hingga akhirnya ia menemukan kunci yang cocok. Pencurian kunci, adalah dimana si pelaku menemukan kunci yang asli dan menggunakannya, sehingga ia dapat bertindak sebagai pemilik yang asli. Pencurian seperti ini dikenal dengan istilah man in the middle attack.

Transaksi melalui Internet merupakan salah satu kegiatan ekonomi. Para pelakunya tentu tidak ingin mengalami resiko kerugian di kemudian hari. Jika ia tidak ingin menanggung resiko tersebut, ia harus mengalihkannya kepada orang


(2)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

lain. Lembaga yang paling cocok dalam hal ini adalah asuransi sebagai alat pemindahan resiko. Karena itu jika para pelaku tidak ingin menanggung kerugian ia akan mengalihkan resiko tersebut kepada lembaga asuransi. Hal yang sama sebaiknya diterapkan pula dalam transaksi bisnis melalui internet.

Dari hasil survey terlihat animo masyarakat untuk melakukan transaksi bisnis melalui internet meningkat dengan pesat dari waktu ke waktu. Kecenderungan masyarakat ini tentunya akan lebih tinggi apabila transaksi bisnis melalui internet didukung protokol-protokol transaksi elektronik yang aman. SET (Secure Electronic Transaction) yang menggunakan kriptografi dalam pengamanannya adalah sistem perdagangan Internet yang relatif paling aman dari serangan-serangan yang mungkin dilakukan dalam Internet, antara lain pembobolan kunci dan pencurian kunci. Pembobolan kunci mungkin saja terjadi. Besar kecilnya kemungkinan ini ditentukan oleh panjangnya kunci. Semakin panjang kunci makin semakin sulit pula untuk membobolnya.

2. Prinsip-prinsip asuransi perdagangan melalui internet, adalah : a). Prinsip Indemnitas

Ganti rugi yang dapat diterima oleh tertanggung hanya sebesar kerugian yang diderita. Artinya apabila tertanggung mengalami kebobolan kunci, maka yang diperhitungkan dan dibayarkan hanya sebesar kerugian yang diderita akibat kebobolan itu. Hal ini sesuai dengan tujuan asuransi untuk mendapatkan ganti kerugian, akibat suatu musibah yang tidak dapat ia tanggung sendiri, dan bukan untuk mendapat keuntungan darinya.

b). Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan

Si Tertanggung harus memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan. Seseorang hanya boleh dan berhak untuk mengasuransikan suatu obyek


(3)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

apabila ia mempunyai kepentingan terhadap barang termaksud. Dalam hal ini obyek yang dimaksud adalah kunci-kunci kriptografis, baik kunci simetrik atau kunci asimetrik dari kemungkinan dibobol.

c). Prinsip Utmost Good Faith

Bahwa adanya itikad baik dari pihak tertangung dalam mengasuransikan obyeknya. Maksud dari itikad baik dalam hal ini adalah kejujuran dari pihak Tertanggung dalam mengasuransikan obyeknya dan tidak menyembunyikan suatu hal yang sepatutnya diberitahukan pada Penanggung. Misalnya, kunci yang diasuransikan oleh tertanggung tidak diketahui sebelumnya bahwa kunci tersebut telah dibobol.

d). Prinsip subrogasi.

Bahwa tertanggung yang telah menerima ganti rugi dari Penanggung tidak bisa menuntut pada pihak ketiga. Karena hak tersebut telah beralih pada Penanggung. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip indemnitas yang diterangkan di atas. Misalnya Tertanggung yang kebobolan kuncinya sudah menerima pembayaran dari Penanggung, ia tidak bisa menuntut ganti rugi lagi dari orang yang membobol. karena yang berhak menuntut setelah itu adalah Penanggung.

3. Kedudukan Asuransi perdagangan melalui Internet dalam KUHPerdata dan KUHD, bahwa menurut pasal 246 KUHD asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.


(4)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Dari ketentuan pasal ini terlihat bahwa para pihak yang terlibat adalah Penanggung dan Tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menjamin. Tertanggung adalah pihak yang mengalihkan resikonya dan membayar premi. Yang menjadi pertanyaan, adalah siapa yang akan menjadi pihak tertanggung dan bagaimana bentuk darui asuransinya.

Dalam kaitannya dengan SET (Secure Electronic Transaction), maka para pihak yang berkepentingan dan membayar premi akan disebut sebagai Tertanggung dan pihak asuransi sebagai Penanggung. Dalam hal ini pula yang dikaji adalah pihak Penanggung dan Tertanggung, dengan kunci-kunci kriptografis sebagai obyek asuransi. Artinya tidak dikaji kedudukan para pihak apakah sebagai Penjual, Pembeli, Acquirer, dan sabagainya. Jika yang menjadi tertanggung adalah pihak-pihak yang tertera pada poin 1-5 tentunya asuransi yang terjadi bisa menjadi tumpang tindih, dan melanggar prinsip indemnitas asuransi.

Jadi pihak yang menjadi tertanggung adalah CA (certificate authority/otoritas sertifikat) sebagai lembaga yang dipercaya. Dan bentuk asuransi yang dilakukan bisa berbentuk seperti asuransi sosial yang ditetapkan pemerintah. Sehingga tiap pihak yang menggunakan kunci-kunci kriptografis sudah diasuransikan kepentingannya tersebut.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penulisan skripsi ini, adalah :

1. Dalam dunia perindustrian, sebagaimana yang telah diketahui bersama manajemen resiko cukup penting untuk dipertimbangkan dalam menjalankan sebuah usaha (bisnis). Resiko merupakan aspek mendasar dalam dunia usaha.


(5)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Resiko usaha dan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian dapat terjadi tanpa dapat diprediksikan sebelumnya. Inilah alasan yang mendorong entrepeneur dan orang-orang yang bergerak dalam dunia usaha untuk mengasuransikan aset-aset yang berhubungan dengan kegiatan usahanya. Selain itu pula dengan tujuan mencegah kerugian yang terlalu besar bila resiko dan berbagai bentuk ketidakpastian yang merugikan menimpanya. Dengan kebutuhan-kebutuhan di atas dan juga untuk menghindari resiko kerugian yang mungkin terjadi maka hendaknya pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengansuransikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan transaksi bisnis mereka. berbagai produk asuransi kerugian saat ini telah banyak tersedia di pasaran guna mengurangi berbagai resiko seperti kebakaran, pencurian, gempa bumi, maupun banjir dan segala bentuk resiko lain.

2. Pertumbuhan e-commerce nampaknya akan berkembang terus seiring dengan makin memasyarakatnya jaringan global Internet. Bahkan beberapa pakar teknologi informasi memprediksi bahwa Internet akan menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat modern pada masa mendatang. Ini artinya mereka akan demikian kental berurusan dengan Internet dalam segala hal termasuk membeli atau menjual barang dan jasa. Begitu pula perusahaan-perusahaan akan mengupayakan pelebaran pangsa pasarnya melalui jaringan Internet sebagai strategi baru yang sangat global. Dengan kata lain, e-commerce akan menjelma menjadi infrastruktur bisnis alternatif yang mumpuni pada era informasi kini dan mendatang. Oleh karena itu pemerintah hendaknya merumuskan hukum yang mengatur mengenai e-commerce ini dengan tegas termasuk didalamnya pengaturan tentang asuransi untuk menghindari kerugian agar para pihak yang


(6)

Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009