Islam memaklumat perang melawan kemiskinan, dan meharuskan umatnya untuk hidup sejahtera, demi keselamatan aqidah, moral dan akhlak umat
manusia. Langkah ini diambil untuk melindungi keluarga dan masyarakat serta menjamin keharmonisan dan persaudaraan di antara anggotanya. Islam
menghendaki setiap individu di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia. Sekurang-kurangnya, ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan
pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal yang cukup. Tegasnya, bagi setiap orang harus tersedia
tingkat kehidupan yang sesuai dengan kondisinya. Dalam masyarakat Islam, semua orang dituntut untuk bekerja, menyebar di
bumi, dan memanfaatkan rizki pemberian Allah SWT.
D. Kontribusu Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Zakat yang diwajibkan oleh Islam meskipun ada kesamaan dengan zakat yang disyari‟atkan pada agama-agama terdahulu dalam prinsip dan nama, tetapi
dalam kenyataannya zakat Islam merupakan satu siatem sosial baru yang unik, suatu sistem yang belum perna dipelopori oleh satu agama samawi pun dan oleh
satu hukum konvensional dunia pun.
42
Kita tidak heran jika sejarah otentik telah menceritakan kepada kita, bahwa Khalifa pertama pengganti Rasulallah saw, Abu Bakar ash-Shiddiq,
mempersipkan bala tentara untuk mengirimkan pasukan serta mengumumkan perang terhadap beberapa kelompok dari orang-orang Arab yang menolak untuk
42
Dr.Yusuf Qardhawi, Anatomi Masyarakat Islam Malamih Al- Mujtami‟ Al-Muslim
Alladzi Nan Syyuduhu, Maktabah Wahbah, Penerjemah: Dr. Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993, Cet. I, h. 50
menunaikan zakat. Seraya meng atakan,”kita mendirikan shalat, namun kita tidak
menunaikan zakat.”Maka dari itu Abu Bakar tidak mau kompromi dengan mereka dalam hal yang memang telah diwajibkan Allah.
Abu Bakar tidak membedakan antara kaum murtad dan kaum yang menolak untuk memberikan zakat, dan beliau memerangi mereka semua.
Karena zakat merupakan pajak yang mana negara Islam berwenang untuk memungutnya dari orang-orang yang berkewajiban mengeluarkannya dan
berwenang untuk mendistribusikannya kepada para mustahik, maka Islam menentukan kadar dan ukuran, nisab, proporsi rasio nisab yang wajib
dikeluarkan dari padanya dan alokasi penyaluran dana yang ditetapkan kepadanya mashonif zakat, dan Islam tidak membiarkannya begitu saja kepada hati nurani
kaum muslimin sendiri dalam menentukan kadar, ukuran, rasio sumber dana zakat dan alokasi penyalurannya.
43
Penuaian terhadap perintah-perintah Allah selalu membawa efek ganda, yang pertama adalah wujud kepatuhan dan penghambaan diri kepada
Allahvertikal, sedangkan yang kedua adalah bentuk dari solidaritas sosial horizontal yang memuat misi humanis, emansipatoris, dan bahkan
memerdekakan. Dengan kata lain, iman harus selalu dikaitkan, disejalankan atau diikuti
dengan amal. Adalah naif mengklaim sebagai orang beriman tetapi perbuatannya jauh menyimpang dari ciri-ciri orang beriman, adalah bohong besar mengaku
43
Dr.Yusuf Qardhawi, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1993, cet. I, h. 51
sebagai orang yang percaya kepada Allah dan kitab suciNya jika amal perbuatan kesehariannya justru menyimpang dari subtansi kitab suci, pusat dari perintah
zakat misalnya, adalah iman bahwa perintah itu datang dari Tuhan dan bahwa Dia itu ada; tetapi ujung dan muara dari perintah itu adalah kesejahteraan sosial
social welfore yang dinikmati tidak hanya bagi pelakunya muzakki, tetapi orang yang diberi zakat mustahik.
44
Jelasnya bahwa, harta yang berada di tangan kelompok elit, atau perorangan harus di-share melalui mekasisme zakat. Patut pula disebutkan di sini,
dalam harta yang mereka simpan sejatinya ada hak-hak orang lain yang harus diberikan. Penuaian kewajiban ini sebenarnya dapat memberikan dampak positif
bagi si kaya, yaitu mereka tidak memakan apa yang bukan menjadi haknya, dan bagi si miskin, zakat merupakan hak yang harus mereka terima. Yang kaya tidak
dhalim dan yang miskin tidak terdhalomi.
45
Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada kita dalam surat adh-Dhuha ayat 8: “dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang yang kekurangan, lalu Dia
memberik an kecukupan.” Ini merupakan sifat Allah yang harus kita tiru melalui
prinsip zakat di mana seorang yang kaya harus memandang bahwa banyak orang yang yang dalam kekurangan, maka sisikanlah sebagian hartanya untuk menutupi
kekurangan materi orang lain.
46
44
Alie Yafie, Menjawab Seputar Zakat, Infak dan Sedekah, Jakarta: PT Raja Grafindo,2000 Cet. I, h. XVI
45
Alie Yafie Jakarta: PT RajaGrafindo,2000 h. XVIII
46
Alie Yafie Jakarta: PT RajaGrafindo,2000 h. 172