Prinsip dari ayat di atas adalah: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, apapun jenis kelaminnya, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia
adalah mukmin, yakni amal yang dilakukannya lahir atas dorongan keimanan yang shahih, maka sesungguhnya pasti akan kami berikan kepadanya masing-
masing kehidupan yang baik di dunia ini dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka semua di dunia dan di akhirat dengan pahala yang lebih
baik dan berlipat ganda dari apa yang mereka kerjakan. Kata
حل اص
saleh dipahami dalam arti baik, serasi, atau bermanfaat dan tidak rusak. Seseorang dinilai beramal shaleh, apabila dia dapat memelihara nilai-
nilai sesuatu sehingga kondisinya tetap tidak berubah sebagaimana adanya, dan dengan demikian sesuatu itu tetap berfungsi dengan baik dan bermanfaat. Yang
lebih baik dari itu adalah siapa yang menemukan sesuatu yang telah bermanfaat dan berfungsi dengan baik, lalu ia melakukan aktifitas yang melahikan nilai
tambah bagi sesuatu itu, sehingga kualitas dan manfaatnya lebih tinggi dan mulia.
36
Al-Qur-an tidak menjelaskan tolak ukur pemenuhan nilai-nilai atau kemanfaatan dan ketidakrusakan itu. Para ulama pun berbeda pendapat. Syekh
Muhammad Abduh misalnya mendefinisikan amal saleh sebagai. Segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, dan manusia secara keseluruhan.
36
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an.
Jakarta: Lentera Hati. 2000, h. 346
Az-Zamkhsyari, seorang ahli tafsir yang beraliran rasional sebelum Abduh, berpendapat bahwa amal saleh adalah segala perbuatan yang sesuai
dengan dalil akal, al-Quran dan atau sunnah Nabi Muhammad SAW.
37
Kata
يط
thayyibah telah dijelaskan maknanya pada penafsiran ayat 33 surat ini. Kehidupan yang baik di sini mengisyaratkan bahwa yang bersangkutan
memperoleh kehidupan yang berbeda dengan kehidupan orang kebanyakan. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah
يط ايح
hayatan thayyibankehidupan yang baik itu bukan berarti kehidupan mewah, yang luput dari ujian, tetapi ia adalah
kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah.
Seseorang yang durhaka, walau kaya, dia tidak pernah merasa puas, selalu ingin menambah hartanya sehingga selalu merasa miskin dan selalu diliputi oleh
kegelisahan, rasa takut tentang masa depan lari dari lingkungannya. Dari sini ia tidak menikmati kehidupan yang baik. Masih ada sekian pendapat lain tentang
makna kehidupan yang baik dimaksud, misalnya, kehidupan di surga kelak, atau di alam barzah, atau kehidupan yang diwarnai oleh qanaah rasa puas oleh
perolehan atau rizki yang halal.
38
C. Pandangan Islam Tentang Kesejahteraan Masyarakat
Pada awalnya ekonomi dan agama itu menyatu, tidak terpisah. Sampai pada akhir tahun 1700-an di Barat pun ekonomi berkaitan dengan agama. Ahli
ekonomi Eropa adalah seorang pendeta dan ahli agama. Para ekonom
37
M. Quraisy Shihab, Jakarta: Lentera Hati. 2000, h. 347
38
M. Quraisy Shihab, Jakarta: Lentera Hati. 2000, h. 348
kontemporer mulai mencari-cari sampai mereka menyadari kembali betapa pentingnya kajian kerangka aksi ekonomi yang berakhlak dan religius, bermoral
dan humanis. Para ekonom menyadari sepenuhnya, bahwa meniadakan hubungan kajian ekonomi dengan nilai-nilai moral humanis merupakan suatu kekeliruan
besar dan tidak bertanggungjawab dalam menjaga keselamatan manusia dan alam semesta.
39
Islam sebagai pedoman tinggkah laku manusia. Dan tinggakah laku ekonomi merupakan satu bagian saja dari ilmu agama Islam saja. Dan sistem
ekonomi dengan sendirinya tidak mungkin dapat dipisahkan dari suprasistemnya, yaitu Islam. Karena pemikiran Islam berdasarkan konsep segitiga Trianggle
Arrangement, yaitu Allah SWT di sudut puncak, manusia dan kekayaan alam masing-masing di dua sudut bahwa yang keduanya tunduk dan taat kepadaNya.
40
Islam menyuruh semua orang yang mampu bekerja dan berusaha untuk mencari rizki dan menutupi kebutuhan diri dan keluarganya. Hal itu dilakukan
dengan niat fi sabilillah. Orang yang tidak kuat untuk bekerja, tidak mempunyai harta warisan, atau tidak mempunayai simpanan untuk memenuhi kebutuhannya,
berada dalam tanggungan kerabatnya yang berkecukupan. Islam tidak perna melupakan mereka orang lemah, anak kecil, anak yatim, wanita janda ibu tua
renta, dan ayah yang sudah uzur. Allah telah menentukan hak meraka dalam harta orang yang berada secara tegas dan pasti, yaitu zakat. Jadi, tujuan zakat
adalah menghapuskan kemiskinan.
41
39
Dr.Yusuf Qardhawi, Kiat Islam mengentaskan Kemiskinan, Maktabah Wahbah, Penerjemah: Syafril Halim, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. I, h. 3
40
Dr.Yusuf Qardhawi Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. I, h. 4
41
Dr.Yusuf Qardhawi Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. I, h. 87
Islam memaklumat perang melawan kemiskinan, dan meharuskan umatnya untuk hidup sejahtera, demi keselamatan aqidah, moral dan akhlak umat
manusia. Langkah ini diambil untuk melindungi keluarga dan masyarakat serta menjamin keharmonisan dan persaudaraan di antara anggotanya. Islam
menghendaki setiap individu di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia. Sekurang-kurangnya, ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan
pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal yang cukup. Tegasnya, bagi setiap orang harus tersedia
tingkat kehidupan yang sesuai dengan kondisinya. Dalam masyarakat Islam, semua orang dituntut untuk bekerja, menyebar di
bumi, dan memanfaatkan rizki pemberian Allah SWT.
D. Kontribusu Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Zakat yang diwajibkan oleh Islam meskipun ada kesamaan dengan zakat yang disyari‟atkan pada agama-agama terdahulu dalam prinsip dan nama, tetapi
dalam kenyataannya zakat Islam merupakan satu siatem sosial baru yang unik, suatu sistem yang belum perna dipelopori oleh satu agama samawi pun dan oleh
satu hukum konvensional dunia pun.
42
Kita tidak heran jika sejarah otentik telah menceritakan kepada kita, bahwa Khalifa pertama pengganti Rasulallah saw, Abu Bakar ash-Shiddiq,
mempersipkan bala tentara untuk mengirimkan pasukan serta mengumumkan perang terhadap beberapa kelompok dari orang-orang Arab yang menolak untuk
42
Dr.Yusuf Qardhawi, Anatomi Masyarakat Islam Malamih Al- Mujtami‟ Al-Muslim
Alladzi Nan Syyuduhu, Maktabah Wahbah, Penerjemah: Dr. Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993, Cet. I, h. 50