.
Artinya: “Dari Abi Thalib RA berkata, telah bersabda Rasulallah saw:
Apabila kamu memiliki 200 gram perak dan telah cukup masa setahun, maka zakatnya 5 dirham. Dan tidaklah kamu harus
mengeluarkan zakat, pada emas, sehingga kamu memiliki 20 dinar. Maka apabila kamu telah memiliki 20 dinar dan telah
cukup setahun, maka wajib dikeluarkan zakarnya ½ dinar.
62
HR. Abu Daud
63
Nisan emas adalah 20 misqaldinar. Dua puluh misqal itu menurut al- Qardawi adalah 85 gram emas atau 94 gram emas murni menurut BAZIS.
Adapun kadar emas dan perak itu adalah 140nya atau 2,5 persen. Dan kewajiban zakat tersebut setelah cukup masa setahun. Jadi seseorang yang
mempunyai emas sebanyak 94 gram setelah cukup masa setahun ia harus mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,4 gram.
Abu Hurairah mengatakan, bahwa Nabi SAW bersabda.
64
62
Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat. Jakarta Pustaka Firdaus 2007, h. 87
63
Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, Damaskus: Darul Fikr, 2002. h. 363
64
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam. 2002. h. 234.
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Jika pemilik
emas dan perak tidak membayarkan zakat yang diwajibkan padanya, maka pada hari kebangkitan lempengan-lempengan api akan dipikulkan
kepadanya, dan ia akan dipanggang di neraka.Di samping, depan, dan belakangnya akan dinyalakan api untuk membakarnya. Setiap kali api
itu menjadi dingin, maka diganti dengan yang lebih panas. Pada suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun hingga keadilan diputuskan di
tengah para hamba, lalu ia melihat jalannya apakah jalannya ke surga
atau keneraka”.
65
Zakat dikenakan pada perhiasan dan perak yang diperuntukan mata uang, lempengan atau serbuk sepanjang jumlahnya mencapai nisab dan sesuai dengan
aturan-aturan yang diterangkan, yaitu Nisab untuk zakat emas dan perak, Emas 20 misqal 85 gram, Perak 200 dirham 595 gram
Rata-rata zakat yang ditetapkan Nabi adalah 2,5 dari nilai emas atau perak yang harus dibayarkan sebagai zakat. Gabungan emas dan perak, jika emas
yang dimiliki tidak sampai 85 gram atau peraknya tidak sampai 595 gram, tetapi nilai gabungan keduanya setara dengan nilai emas sajaperak saja, maka wajib
dikeluarkan zakatnya.
66
Tidak ada kewajiban zakat pada emas, sehingga emas tersebut mencapai 20 dinar. Jika telah mencapai 20 dinar dan genap 1 tahun dimiliki, maka emas
tersebut wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 atau sebanyak setengan dinar. Jika lebih dari 20 dinar, maka diambil sebanyak 2,5 dari totak emas yang dimiliki.
Diriwayatkan dari Zuraiq, Maula budak yang dimerdekakan bani Fazzarah, bahwa Umar bin „Abdul Aziz menulis surat kepadanya ketika beliau
menjadi khalifa yang isinya „‟ambilah dari setiap pedagang kaum muslimin
65
Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus 2007, h. 112.
66
As-Syaikh Yasin Ibrahim, Kitab Zakat, Hukum, tata cara, dan sejarah. Bandung penerbit Marja. 2008. h. 57-58.
yang melewatimu dari transaksi harta mereka satu dinar dari setiap empat puluh dinar, jika kurang, maka perhitungkanlah kurangnya, sampai harta tesebut
mencapai dua puluh dinar. Jika kurang sepertiga dinar saja dari dua puluh dinar, maka tinggalkanlah, jangan engkau ambil sedikitpun darinya. Tulislah
pembebasan atas apa yang engkau ambil dari mereka sampai tahun depan.”Diriwayatkan oleh ibnu Abi Syaibah.
Imam Malik berkata dalam al-Muwattha : “Sunnah yang tidak
diperselisihkan di antara kami, bahwa zakat tidak wajib dikeluarkan kecuali telah sampai 20 dinar, sebagaimana zakat perak itu diwajibkan ketika telah mencapai
dua ratus dirham”.
67
Nishab atau ukuran minimal dikenai zakat pada emas dan perak serta berapa persen zakat yang ditarik diterangkan dalam hadits berikut ini.
Dari „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
68
Artinya:Dari Abi Thalib RA berkata, bahwa Rasulallah saw bersabda : Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun sejak
memilikinya, maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima
67
Sayyid as-Sabiq. Panduan Zakat menurut al- Qur‟an dan as-Sunnah. Penerj, Beri
Surbani. Bogor : Muraja‟ah 2005. h. 42-43
68
Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 363
dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun –maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua puluh dinar.
Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan telah berlalu satu tahun sejak memilikinya, maka padanya engkau dikenai zakat
setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari nishab itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu. HR. Abu Daud
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
69
Artinya: Dari Abi Sa‟id al-Khudri berkata, Rasulallah saw bersabda:
Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah . HR. Bukhari dan Muslim
Dan pada hadits riwayat Abu Bakar radhiyallahu „anhu dinyatakan,
70
Artinya:Dari Abi Bakar RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperdua puluh 2,5 . HR. Bukhari
Hadits-hadits di atas adalah sebagi dalil tentang penentuan nishab zakat emas dan perak, maka dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Nishab adalah batas minimal dari harta zakat yang bila seseorang telah memiliki harta sebesar itu, maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat. Dengan
demikian, batasan nishab hanya diperlukan oleh orang yang hartanya sedikit, untuk mengetahui apakah dirinya telah berkewajiban membayar zakat atau
belum. Adapun orang yang memiliki emas dan perak dalam jumlah besar, maka ia tidak lagi perlu untuk mengetahui batasan nishab, karena sudah dapat
69
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, h. 234.
70
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, h. 234.
dipastikan bahwa ia telah berkewajiban membayar zakat. Oleh karena itu pada hadits riwayat Ali
radhiyallahu „anhu di atas, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menyatakan, Dan setiap kelebihan dari nishab itu, maka zakatnya
disesuaikan dengan hitungan itu. 2. Harta emas dan perak yang telah mencapai nisab harus telah mencapai haul
masa satu tahun hijriyah. 3. Kadar zakat yang harus dikeluarkan dari emas dan perak bila telah mencapai
nishab adalah 140 atau 2,5 . 4. Nishab emas adalah 20 dua puluh dinar, setara dengan 70 gram emas.
5. Nishab perak yaitu sebanyak 5 lima uqiyah, setara dengan 460 gram perak.
Bahwa yang dijadikan batasan nishab emas dan perak di atas adalah emas dan perak murni 24 karat. Dengan demikian, bila seseorang memiliki emas yang
tidak murni, misalnya emas 18 karat, maka nisabnya harus disesuaikan dengan nishab emas yang murni 24 karat, yaitu dengan cara membandingkan harga
jualnya, atau dengan bertanya kepada toko emas atau ahli emas, tentang kadar emas yang ia miliki. Bila kadar emas yang ia miliki telah mencapai nishab, maka
ia wajib membayar zakatnya, dan bila belum, maka ia belum berkewajiban untuk membayar zakat.
Emas berwarna kuning atau kemerah-merahan dan perak berwarna putih. Jadi tidak ada emas putih, sebagaimana kata Al-
‟Utsaimin dalam Majmu‟ Ar- Rasail 18108: “Kami tidak mengetahui ada emas yang berwarna putih.”
71
71
Htt:Rumaysho.comHukum IslamZakat3135-Panduan Zakat-Emas-Perak dan Mata Uang. html
Zakat hukumnya wajib pada emas dan perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya tanpa kecuali, jika mencapai nishab dan telah sempurna
haulnya. Baik dalam bentuk sebagai mata uang dinar emas dan dirham perak seperti halnya pada masa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, potongan emas
batangan yang belum diolahdibentuk, sudah diolahdibentuk menjadi perhiasan atau peralatan makan dan minum, seperti gelas dan piring, atau dalam bentuk
yang lainnya, semuanya dikenai zakat. Emas dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan
disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, demikian pula halnya perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan disatukan
dalam perhitungan nishab dan zakat. Adapun emas dan perak keduanya merupakan dua jenis yang berbeda,
sehingga keduanya tidak disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, sebagaimana akan diterangkan.
Sebenarnya dalam permasalahan zakat perhiasan emas dan perak ada khilaf di kalangan ulama, namun yang rajih adalah pendapat yang berpendapat
ada zakatnya. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini: Keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala:
Artinya: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak sementara mereka tidak
menafkahkannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih. Pada hari dipanaskannya emas dan perak itu dalam
neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung, dan punggung- punggung mereka diseterika dengannya, dan dikatakan kepada mereka:
„Inilah apa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang
”. At-Taubah: 34-35 Demikian pula keumuman hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu:
72
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada
seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, kecuali pada hari kiamat nanti dibuatkan untuknya lempeng-lempeng
yang terbuat dari emas dan perak mereka sendiri bagaikan api. Kemudian lempeng-lempeng itu dipanaskan dalam neraka jahannam dan
dengannya diseterikalah lambung, dahi, dan punggungnya. Setiap kali tubuhnya menjadi dingin kembali azab itu pun diulangi kembali atasnya.
Demikianlah azab yang diterimanya pada hari yang lamanya sebanding dengan 50.000 tahun, hingga ada keputusan atas hamba-hamba Allah
Subhanahu wa Ta‟ala, maka dia pun melihat jalannya menuju surga ataukah menuju neraka.” HR. Muslim:
Ayat dan hadits ini menunjukkan secara umum adanya hak zakat pada emas dan perak yang wajib ditunaikan oleh pemiliknya, apapun bentuk serta
sifat emas dan perak tersebut. Nash-
nash yang tsabit tetap dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam yang menunjukkan secara persis wajibnya zakat pada perhiasan emas
dan perak. Nash-nash tersebut adalah sebagai berikut:
72
Muhammad Nashiruddin Al-Bani Shahih Muslim. h. 234.
H adits „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya yang bernama „Abdullah
bin „Amr bin Al-‟Ash radhiyallahu „anhuma:
73
Artinya: “Dari Amr bin Syu‟aib berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya
seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas yang tebal di
tangannya, maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata kepadanya:
“Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?” Wanita itu menjawab: “Belum.” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata:
“Apakah menggembirakan dirimu bahwa dengan sebab dua gelang emas itu Allah akan memakaikan atasmu dua gelang api dari neraka pada hari
kiamat nanti?” Maka wanita itu pun melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam seraya
berkata: “Keduanya untuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan Rasul-Nya.” HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-
Nasa‟i. Hadits ini hasan, dikuatkan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullahu dalam Bulughul Maram, dishahihkan oleh Ibnul Qaththan rahimahullahu sebagaimana dalam Nashbur Rayah [2380] dan dihasankan
oleh Al-Albani da lam Irwa‟ Al-Ghalil [3296]
Hadits „Aisyah radhiyallahu „anha:
73
Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362
Artinya: “Dari Siti Aisyah Radhiyallah hu‟anha, Rasulallah saw bersabda:
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata di tanganku, maka beliau berkata:
“Apa ini, wahai „Aisyah?”. Aku pun menjawab: “Wahai Rasul Allah, aku membuatnya dalam rangka berhias untukmu”. Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?”. Aku berkata: “Belum”. Maka Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Cukuplah dia yang akan menjerumuskanmu ke dalam neraka.” HR. Abu Dawud, Ad-Daruquthni,
Al-Hakim, dan Al-Baihaqi
Hadits Ummu Salamah radhiyallahu „anha:
74
Artinya: “Bari Ummu Salamah Radhiyallahu‟anha berkata, Rasulallah saw
bersabda: Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu „anha mengenakan
beberapa perhiasan emas, kemudian beliau menanyakannya kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, maka beliau berkata: “Apakah
perhiasan ini kanzun simpanan harta yang akan menjerumuskanku ke dal
am neraka?” Maka beliau berkata: “Yang jumlahnya mencapai nishab dan dibayarkan zakatnya, maka bukan kanzun.” HR. Abu
Dawud.
Ini adalah madzhab Ibnu Hazm, Abu Hanifah, salah satu riwayat dari Ahmad, dan salah satu pendapat dalam madzhab Asy-
Syafi‟i. Dipilih oleh Al- Albani, Al-
Wadi‟i, Ibnu Baz bersama Al-Lajnah Ad-Da‟imah, dan Al-‟Utsaimin. Adapun pendapat-pendapat lain, tidak memiliki dalil yang kuat untuk
dipegang. Seperti misalnya pendapat yang mengatakan tidak ada zakatnya
74
Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362
selama tidak diperuntukkan untuk nafkah atau disewakan. Mereka berdalil dengan hadits:
Artinya: “Dari Jabir RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada
perhiasan.” HR. Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq dari Jabir radhiyallahu „anhu
Padahal hadits ini bukan hujjah dan dinyatakan sebagai hadits yang batil oleh Al-
Baihaqi dalam Ma‟rifah As-Sunan wal Atsar pada Bab Zakat Al-Huliy dan Al-
Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil no. 817, karena penyandaran hadits ini kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebagai ucapannya, keliru dan
dalam sanadnya ada perawi yang dha‟if lemah bernama Ibrahim bin Ayyub. Riwayat yang benar adalah mauquf disandarkan kepada Jabir radhiyallahu „anhu
sebagai ucapannya sendiri, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, Asy-
Syafi‟i dalam Musnad Asy-Syafi‟i, dan Al-Baihaqi dalam Ma‟rifah As- Sunan dari jalannya Asy-
Syafi‟i dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 3295.
Emas dan perak yang baru diambil dari pertambangan dengan jumlah yang mencapai nishab, wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali sempurna haulnya. Ini
adalah pendapat Ishaq bin Rahawaih, salah satu pendapat Asy- Syafi‟i, Al-Muzani
sahabat Asy- Syafi‟i, Ibnu Hazm, dan Ibnul Mundzir.
Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak dipersyaratkan haul pada zakat barang tambang emas dan perak, diqiyaskan disamakan dengan zakat hasil
tanaman yang juga merupakan hasil bumi. Menurut pendapat ini barang tambang emas dan perak langsung dikeluarkan zakatnya pada saat diambil dari
pertambangan. Namun qiyas ini gugur dengan adanya perbedaan antara keduanya. Hasil
tanaman hanya sekali dikeluarkan zakatnya, yaitu pada saat dipanen dan setelah itu tidak. Artinya apabila hasil tanaman jumlahnya besar dan telah dikeluarkan
zakatnya pada saat panen, lalu sisanya disimpan hingga tahun depan dan jumlahnya masih mencapai nishab, maka hasil tanaman sisa tahun lalu tersebut
tidak dikeluarkan zakatnya untuk yang kedua kalinya. Sedangkan barang tambang emas dan perak zakatnya terulang-ulang zakatnya setiap tahun, selama jumlahnya
mencapai nishab. Jadi tepatnya disamakan dengan zakat dinar emas dan dirham perak yang memiliki persyaratan haul dan zakatnya terulang-ulang setiap tahun,
selama jumlahnya mencapai nishab. Karena keumuman dalil wajibnya zakat emas dan perak meliputinya.
Nishab emas adalah dua puluh dinar. Dalam hal ini ada beberapa Hadits yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana kata Al-
Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 813. Di antaranya hadits „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu:
75
75
Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 363
Artinya: “Dari Ali RA, berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada
dinar yang jumlahnya kurang dari dua puluh dinar dan pada setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar.” HR. Abu Dawud
Dinar yang dimaksud adalah dinar Islami yang beratnya satu mitsqal, berarti 20 mitsqal. Al-
‟Utsaimin menyebutkan dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan: “Satu mitsqal beratnya 4,25 gr, maka nishab emas senilai 85 gr.”
Beliau juga berkata dalam Asy- Syarhul Mumti‟ 6103: “Kami telah
menelitinya dan hasilnya 85 gr emas murni. Jika ada campuran logamnya sedikit untuk menguatkan dan mengeraskannya, maka ikut secara hukum dengan
emasnya dan tidak berpengaruh. Sebab emas murni itu harus dicampur sedikit dengan logam untuk menguatkan dan mengeraskannya. Jika tidak, akan lunak.
Jadi ulama mengatakan bahwa campuran ini sedikit dan ikut dengan emasnya secara hukum, ibaratnya seperti tambahan garam pada makanan sebagai
penyedap rasa, tidak merusak.”
76
Setelah penulis kemukakan tentang nisab zakat emas, maka penulis di sini akan menganalogikan zakat rumah kontrakan dengan zakat emas. Seberapa
banyakah rumah kontrakan yang terkena zakat? Kemudian penulis melakukan perhitungan, maka dapat diketahui bahwa
masyarakat pribumi yang terkena zakatnya yang mempunyai rumah kontrakan sebanyak 20 kamar keatas, dengan nilai harga emas Rp. 335.000,- gram.
77
Jika mempunyai rumah kontrakan 20 kamar dikalikan Rp. 300.000,- kamar maka jumlahnya Rp. 6.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening
listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 3.000.000,-, maka saldonya adalah Rp.
76
http:www.Darussalaf.or.idstories.php?=1668
77
Harga Emas pada Bulan Februari 2011
3.000.000,-. Maka Rp. 3.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 36.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x
Rp. 3.000.000,- adalah Rp. 900.000,-tahun atau Rp. 75.000,-bulan. Jika mempunyai rumah kontrakan 30 kamar dikalikan Rp. 300.000,-
kamar maka jumlahnya Rp. 9.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 5.000.000,-, maka saldonya adalah Rp.
4.000.000,-. Maka Rp. 4.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 48.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x
Rp. 5.000.000,- adalah Rp. 1.500.000,-tahun atau Rp. 125.000,-bulan.
BAB IV
KAJIAN TEORITIS ZAKAT RUMAH KONTRAKAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kel. SUKAPURA Kec. CILINCING
JAKARTA UTARA A. Profil Masyarakat Islam Kelurahan Sukapura
Zakat, bagi sebagian masyarakat kita dipahami hanyalah berupa zakat fitrah yang dibayarkan pada setiap bulan suci Ramadhan yang berupa makanan pokok
seperti beras atau uang yang setarasenilai yang ia konsumsi dalam jumlah tertentu. Di samping itu, masih ada zakat lain yang wajib dibayarkan umat Islam, seperti
zakat maal, zakat profesi, zakat emas dan perak. Sehingga, apabila hal ini disadari oleh umat Islam, maka kondisi perekonomian akan semakin baik dan tinggkat
pengangguran akan menurun. Yang dimaksud dengan pemahaman di sini adalah pengertian umat Islam
tentang zakat itu, pemahaman mereka sangat terbatas kalau dibandingkan dengan pemahaman mereka tentang shalat dan puasa, itu disebabkan karena pendidikan
keagamaan Islam di masa lampau kurang menjelaskan tentang pengertian masalah zakat ini. Akibatnya karena kurang paham, umat Islam kurang pula
melaksanakannya. Kelurahan Sukapura merupakan Kelurahan hasil penggabungan dari
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat ke dalam wilayah DKI Jakarta, sebagai pelaksana PP No.45 tahun 1975 dan keputusan Mendagri No.151 tahun 1957
tentang penggabungan Daerah Otonomi Pembentukan, Penggabungan dan perubahan batas-batas wilayah DKI Jakarta.
78
Luas Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara setelah pemecahan adalah 561,4 Ha yang tediri dari Perumahan, Perusahaan
dan Perindustrian serta sarana umum. Batas-Batas Wilayah Kelurahan Sukapura:
Utara : Berbatasan dengan Kel. Semper Barat Jakarta Utara.
Timur : Berbatasan dengan Kel. Rorotan Jakarta Utara.
Selatan : Berbatasan dengan Kel. Cakung Barat Jakarta Timur.
Barat : Berbatasan dengan Kel. Pegangsaan Dua Jakarta Utara.
Status tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Tanah Milik Negara : 185,00 Ha.
Tanah Milik Adat : 243,60 Ha.
Tanah Wakaf : 1,45 Ha.
Lain-Lain : 131,35 Ha.
Peruntukan tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Perumahan
: 260,94 Ha.
78
Kel. Sukapura, Laporan Tahunan-2009.
IndustriPerdagangan : 215,61 Ha.
Fasilitas Umum : 13,20 Ha.
Pemakaman : 1,45 Ha.
Lain-Lain : 70,20 Ha.
79
Kampung Sukapura Jakarta Utara Kecamatan Cilincing memiliki warga sebanyak 26.015 jiwa.
Agama F
Persentase
Islam 23.543
90 Kristen
1.921 7
Budha 122
1 Hindu
429 2
Jumlah 26.015
100
Sumber Data: Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Dari keseluruhan warga Kel. Sukapura adalah mayoritas Muslim sebanyak
90 berdasarkan Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Letak rumah kontrakan terbanyak dari masing-masing Rw Kel. Sukapura di
atas 20 kamar.
79
Kel. Sukapura Arsip 2008.
Rw Banyak Warga yang
memiliki Rumah Kontrakan
Presentase
01 18 orang
56 02
4 orang 12
03 5 orang
15 04
5 orang 15
05 -
Perumahan Gading Gria 06
- Komplek Wali Kota
07 1 orang
3 08
- Perumahan BPP
09 -
Perumahan Gading Gria 10
- Tanah Garapan
Data wawancara dari masing-masing Rw. Rw yang mempunyai rumah kontrakan lebih dari 20 kamar yaitu Rw.01, yaitu
sebanyak 18 orang56. Rata-rata penghasilan warga Kel. Sukapura khususnya warga pribumi adalah
hasil dari rumah yang dikontrakandisewakan. Dan dapat dipersentasikan sebagai berikut:
Penghasilan warga yang memiliki Rumah Kontrakan setiap bulan.
Banyaknya Kontrakan F
Presentase
Kurang dari
Rp. 500.000,-
45 orang 56,25
Lebih dari Rp.500.000,- sd 2.000.000,-
18 orang 22,5
Lebih dari Rp.2.000.000,- sd Rp. 4.000.000,-
13 Orang 16,25
Lebih dari
Rp. 4.000.000,-
sd Rp.7.000.000,-
4 Orang 5
A. Tehnik Penyaluran Zakar Rumah Kontrakan
Tradisi bersedekah di kalangan muslimin memang sudah terjadi berluluh- puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun yang lalu. Hingga sekarang ini, begitu
banyak tumbuh yayasan sosial dan berbagai panti asuhan anak-anak yatim, orang cacat dan jompo. Di satu sisi, kegiatan ini banyak sekali dilakukan oleh
masyarakat yang langsung merasakan betapa sulitnya hidup sebagai yatim, cacat, dan jompo. Sementara juga tumbuh kesadaran dari kalangan perusahaan
membangun yayasan sosial untuk membantu mengatasi persoalan orang-orang miskin. Melalui yayasan itu mereka dapat bergerak langsung mengatasi sendiri,
atau yayasan yang di angun perusahaan atau oleh orang-orang kaya itu, juga dapat berfungsi sebagai lembaga funding hingga memungkinkan kegiatan sosial dari
organisasi masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya. Depsos sendiri dengan beragam kegiatannya, juga masih dapat memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga
yang meminta bantuan. Sementara di belahan yang lain, tidak sedikit pula yayasan sosial dan berbagai panti sosial dalam kekusaman. Yayasan dan panti sosial ini,
mencoba bertahan dengan mengerahkan segala daya dan upaya.
80
80
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta:Ciputat Indah Permai,2004, h. 5
Seperti sudah disebutkan, sasaran musarif zakat sudah ditentukan dalam Surat At-Taubah ayat 60, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua,
fakir dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan
kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Oleh karena itu Al-Q
ur‟an lebih mengutamakan golongan ini, dan Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Mengingat dalam mengatasi masalah
kemiskinan dan menyantuni kaum fakir miskin merupakan sasaran pertama dan menjadi tujuan zakat.
Dalam mencapai sasaran tersebut diperlukan penyaluran zakat yang tujuannya adalah agar harta zakat sampai kepada mustahiq. Pembayaran harta
zakat tersebut oleh muzakki dapat dilakukan secara langsung kepada mustahiq atau lewat lembaga zakat yang nantinya akan disalurkan kepada mustahiq
1. Muzakki langsung memberikan zakat kepada mustahik Menurut ulama Mazhab Syafii, bahwa pemilik harta diperbolehkan
membagikan atau menyalurkan hartanya secara langsung kepada mustahiq, atas harta batin, yaitu: emas, perak, harta perdagangan dan zakat fitrah terhadap zakat
fitrah ada yang menyatakan bahwa ia termasuk harta zahir. Adapun pada harta zahir yaitu, hasil pertanian dan barang pertambangan, maka dalam hal kebolehan
membagikan yang didahulukan oleh diri sendiri, ada dua pendapat. Pendapat yang paling zahir yaitu qaul jadid adalah boleh menyalurkan harta zahir langsung kepada
mustahiq. Dan menurut qaul kadim tidak boleh, akan tetapi wajib diberikan kepada
penguasa atau lembaga-lembaga zakat, karena untuk melaksanakan aturannya dan tidak menjauhinya Pemberian atau penyaluran zakat secara langsung diberikan oleh
muzakki kepada mustahiq tujuannya adalah agar terjadi interaksi langsung antara muzakki dan mustahiq. Sehingga dapat memperkokoh rasa persaudaraan dan
mempererat jalinan silaturrahim diantara mereka. 2. Muzakki membayar zakat lewat lembaga zakat
Zakat yang paling utama sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran dan Al- Hadits melalui amil zakat yang amanah dan terpercaya.
Hal ini sebagaimana terkandung dalam surat At Taubah ayat 103.
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui ”
Distribusi zakat terkadang hanya bersirkulasi pada suatu tempat tertentu, ketika zakat tidak dikelola secara kelembagaan dan diberikan langsung oleh si pemberi
zakat muzakki kepada mustahiq penerima zakat. Hal ini salah satu faktor penyebabnya adalah kurang adanya lembaga zakat yang profesional, yang
menyampaikan dana zakat tersebut kepada umat yang membutuhkan juga berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Zakat tidak lagi
dibayarkan langsung dari muzakki kepada mustahik. Itu tidak mengurangi fungsi dan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Di sampingitu, pengelolaan
zakat oleh lembaga pengelola zakat akan lebih banyak manfaatnya, apalagi yang
memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. Untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat. b. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila
berhadapan langsung untuk menerima zakat dan para muzakki. c. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.
d. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami.
Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum
syari‟ah adalah sah, di samping akan terabaikan hal-hal tersebut diatas juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan
kesejahteraan umat akan sulit terwujud. Zakat sebetulnya dapat menjadi salah satu alternatif pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang selama ini timpang. Hal ini
bisa terlaksana apabila pengelolaan zakat dilakukan secara efektif dalam hal pengumpulan dan pendistribusiannya.
Sementara itu pada kenyataanya, beberapa problem zakat yang selama ini ada menjadi penghambat optimalisasi peranan lembaga zakat. Selain kurangnya respon
masyarakat terhadap zakat, baik pembayarannya, maupun pengelolaannya. Ternyata keterlibatan semua pihak terhadap lembaga zakat pun sangat minim.
Padahal dengan keterlibatan dari semua pihak, maka optimalisasi peran lembaga
zakat untuk menciptakan keadilan sosial sebagaimana esensi dari zakat itu sendiri secara ideal dapat memberikan pemerataan ekonomi.
81
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun
dalam program kerja. Termasuk zakat rumah kontrakan yang sedang dijalankan oleh Kelurahan Sukapura Jakarta Utara. Mereka mengacu kapada delapan Asnaf.
Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Jika
pemilik emas dan perak tidak membayarkan zakat yang diwajibkan padanya, maka pada hari kebangkitan lempengan-lempengan api
akan dipikulkan kepadanya, dan ia akan dipanggang di neraka.Di samping, depan, dan belakangnya akan dinyalakan api untuk
membakarnya. Setiap kali api itu menjadi dingin, maka diganti dengan yang lebih panas. Pada suatu hari yang lamanya lima puluh
ribu tahun hingga keadilan diputuskan di tengah para hamba, lalu ia
melihat jalannya apakah jalannya ke surga atau keneraka”.
82
Dengan memperhatikan surat at-Taubah ayat 60, bahwa harta zakat ditentukan pembagiannya kepada delapan golongan yang dinilai berhak menerimanya, antara
lain:
81
Farudin Ansori, Analisis Penyaluran Dana Zakat pada Laziz Sabilillah Malang Skripsi 2010.
82
Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus 2007, h. 112
1 Fakir
Fakir adalah segolongan yang memiliki harta, namun kebutuhan mereka lebih banyak dibandingkan harta yang mereka miliki, atau orang yang sehat dan
jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan. Selaras dengan definisi ini, Taqyuddin Abu Bakar menyatakan
fakir adalah orang yang tidak memiliki harta maupun pekerjaan, atau ada harta dan pekerjaan tetapi tidak mencukupi kebutuhannya, misalnya, seseorang
membutuhkan Rp.25.000,-hari, tetapi ia hanya memiliki Rp.2.500,-hari.
83
2 Miskin
Golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun tidak memenuhi standar, atau orang tang lemah dan tidak berdaya
cacat karena telah berusia lanjut, sakit, atau karena akibat peperangan, baik yang mampu bekerja atau tidak, tetapi tidak memperoleh penghasilan yang
memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan keluarganya.
3 Mu’allaf
Orang yang memilih kekharismatikkan tinggi di dalam keluarga atau kaumnya dan bisa diharapkan masuk Islam, atau dikwatirkan perbuatan
jahatnya atau bila diberi zakat orang tersebut bisa diharapkan keimanannya akan semakin mantap. Dengan dana zakat, diharapkan orang seperti ini
memiliki keteguhan keimanan dan keyakinannya.
4 Gharimin
83
Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre For Enterprencurship Development, 2005, Cet I, h.12
Gharimin adalah orang yang berhutang bukan untuk tujuan maksiat, seperti berhutang untuk menafkahi dirinya, anak-anaknya, istrinya, serta
hamba sahaya miliknya. Termasuk juga berhutang untuk menjalankan perintah Allah swt, seperi haji, umrah, dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti,
membayar diyat denda atau pembiayaan perkawinan. Menurut Taqiyuddin Abu Bakar golongan yang berhutang dan tidak
mampu melunasi hutang-hutangnya, terbagi kepada tiga macam bentuk gharim. Pertama, hutang yang menjadi kewajiban seseorang untuk
kemaslahatan dirinya dan hutangnya tidak untuk maksiat. Kedua, hutang yang wajib dibayar karena mendamaikan dua orang yang berselisih. Ketiga, hutang
yang wajib dibayar karena menanggung orang lain.
5 Rikab
Rikab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk
memerdekakan budak. Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi
perbudakan dalam bentuk lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan lain.
6 Fi Sabilillah
Sabilillah adalah saran untuk menuju keridhaan Allah dalam semua kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan
Negara, bukan untuk keperluan pribadi. Sedangan untuk kata fisabilillah, memiliki arti luas, meliputi bidanf perjuangan dan amal ibadah, baik segi
agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, da‟I dan lain sebagainya. Semua usaha kebaikan untuk kemaslahatan umum.
7 Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang kehabisab bekal. Pada saat itu ia sangat membutuhkan belanja bagi kebutuhan hidupnya.
Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat Ibnu Sabil dapat disalurkan antara lain untuk keperluan: beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang kurang
mampu, mereka belajar jauh dari kampong halaman, mereka yang kekurangan dan kehabisan belanja, penyediaan sarana pemondokan yang murah bagi
musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.
8 Amil
Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat muzakki,
mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badanlembaga atau penitia yang mengurus dan pengelola zakat, terdiri dari
orang-orang, yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. Menurut Imam Syafi‟I, amil mendapat bagian seperdelapan 18 dari seluruh
zakat yang terkumpul, untuk digunakan sebagai biaya operasional, administrasi, dan honorgaji bagi anggota team. Setiap amil boleh menerima bagian zakatnya
sebagai petugas sesuai dengan kedudukan dan prestasi kerjanya, kendatipun ia orang yang kaya.
Pendistribusian hasil dana zakat rumah kontrakan yang dikumpulkan oleh kantor Kelurahan Sukapura didistribusikan kepada delapan asnaf yang digolongkan
dalam 2 dua kelompok:
1. Fakir Miskin
Berupa bantuan dana untuk biaya pengobatan atau untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan melengkapi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh kantor Kelurahan Sukapura, seperti: mengisi formulir, yang dilengkapi dengan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan,
photo copy Kartu Keluarga, photo copy identitas KTP, daftar gajipenghasilan. Kemudian pihak Kelurahan mensurvei tempat. Apabila
dinyatakan lulus seleksi, maka akan dipanggil oleh pihak Kelurahan untuk diberikan bantuan.
2. Ibnu Sabil Pelajarmahasiswa
Berupa bantuan
dana untuk
biaya pendidikan
baik untuk
pelajarmahasiswa. Dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh kantor Kelurahan Sukapura, seperti: mengisi formulir, surat keterangan tidak
mampu dari kelurahan, photo copy Kartu Keluarga, photo copy identitas KTP, surat keterangan dari Kepala Sekolah atau universitas, photo copy
rapor atau Indeks Prestasi Kumulatif IPK, kemudian pihak kantor Kelurahan Sukapura menyeleksi berkas-berkas yang telah diajukan.
Apabila dinyatakan lulus seleksi maka pihak Kelurahan Sukapura akan memanggil dan memberikan bantuan.
Sedangkan muallaf, gharimn, rikab amil di dalam al-Quran mempunyai hak untuk mendapatkan zakat, akan tetapi, Kantor Kelurahan Sukapura
tidak memberikan haknya kepada rikab, karena kondisi zaman sekarang ini rikab sudah tidak ada keberadaannya, amil, Kantor Kel. Sukapura
tidak memberikan haknya untuk mendapatkan upah yang diambil dari pemerintah yang berupa APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah,
itu semua disesuaiikan dengan keadaan dan kondisi pada saat sekarang . Sedangkan, Gharimin, Muallah, belum menjadi prioritas untuk
pendistribusian zakat rumah kontrakan Kantor Kel. Sukapura.
84
Dalam hal ini, Kantor Kel. Sukapura sebagai Lembaga Perintis Pengelolaan zakat rumah kontrakan yang melaksanakan tugasnya dalam mengelola zakat, sesuai
dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah, namun ada hal yang tidak dilakukan dalam pembagiannya kepada delapan golongan akan tetapi dibagikan kepada dua
kelompok, dikarenakan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pada saat sekarang ini.
Untuk memudahkan lembaga ini dalam mengumpulkan dan mendistribusikan zakat tersebut, dan dalam sistemnya Kantor Kel. Sukapura mengikuti
perkembangan zaman sehingga dapat teratur dalam pengaturannya. Dan sistem tersebut dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya:
1. Organisasi dan Manajemen 2. Manajemen Keuangan
84
Ruhayati, Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kantor Kel. Sukapura, Wawancara Pribadi, 8 April 2011
3. Manajemen Informasi Walaupun pengelolaan zakat rumah kontrakan sudah melakukan dengan
sebaik-baiknya dan sudah dan sudah semaksimal mungkin berusaha agar pengelolaan zakat rumah kontrakan lebih baik, namun masih ada kekurangan.
Namun kekurangan diharapkan menjadi pemicu Kantor Kel. Sukapura dapat lebih baik meningkatkan pengelolaannya menjadi yang lebih baik dan teratur.
B. Analisis Data
Mengenai analisis data yaitu bahwa, mayoritas masyarakat pribumi Kampung Sukapura membangun rumah kontrakan yaitu: Pertama, untuk menambah
pendapatan rumah tangga, dan yang kedua, yaitu untuk memberi kemudahan kepada para pendatang perantau dari luar Jakarta yang bekerja di Jakarta agar
lebih mudah dan dekat serta cepat mencapai tempat kerja. Proporsi Keluarga Pra Sejahtera Kel. Sukapura Tahun 2009
Rw Keluarga
Pra Sejahtera
01 191
17 02
246 23
03 151
14 04
149 14
05 127
12 06
57 5
07 14
1
10 157
14 1.102
100
Sumber Data: Hasil pendataan keluarga tingkat Kelurahan. Kat: Persentasi tertinggi keluarga Pra Sejahtera yaitu Rw. 02 23.
Persentasi terendah keluarga Pra Sejahtera yaitu Rw. 07 1 Proporsi Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kel. Sukapura Tahun 2009.
Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki
Perempuan
Tamat SD 2.897
2.602 5.499
Tdk Tamat
SD 2.109
2.813 4.922
Tamat SMP 2.709
1.898 4.607
Tamat SMA 2.268
2.025 4.293
Tamat Akademik
343 811
1.154 Tidak Sekolah 2.144
231 2.375
Sumber Data: Statistik Penduduk Kel Tahun 2009.
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Dari kajian dan pembahasan tentang zakat kontrakan, sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Islam adalah agama yang mengatur bukan hanya hubungan manusia dengan tuhannya hablum minallah, akan tetapi Islam mengatur juga hubungan antar
sesama manusia hablum minannas. Salah satu hubungan antar sesama manusia adalah Islam menganjurkan atau bahkan mewajibkan kepada manusia
untuk mengeluarkan zakat apabila telah mencapai nisab. Zakat Rumah kontrakan adalah zakat yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisab haul
satu tahun, dan zakat rumah kontrakan nisabnya sama besar dengan zakat emas yaitu sebesar 2,5.
2. Sejauh ini masyarakat Kp. Sukapura baru sedikit yang mengluarkan zakat dari hasil rumah kontrakannya kepada kantor Kelurahan Sukapura karena mereka
belum mengetahui secara pasti tentang sistemcara penyalurannya, da kurangnya sosialisasi dari pihak Kelurahan itu sendiri.
3. Zakat yang telah dikumpulkan oleh pihak Kelurahan khususnya Kasi Kesejahteraan masyarakat telah mendistribusikan kepada para yang berhak
menerimanya, fakir, miski dan ibnu sabil pelajar. Dan mereka yang telah merasa terbantu dengan dana zakat tersbut.
B. Saran
1. Kepada pimpinan Kelurahan khususnya Kasi Kesejahteraan Masyarakat agar mensosialisasi
kan dan bekerjasama dengan para ustadz, da‟I serta majlis-majlis ta‟lim, melalui khutbah jumat, audio visual, brosur, surat kabar, dan majalah
mengenai zakat secara komprehensif yang berkaitan dengan hukum, hikmah, tujuan, dan sumber-sumber zakat secara rinci serta tata cara perhitungannya,
harus terus menerus dilakukan. 2. Kepada pihak Kelurahan Sukapura khususnya Kasi Kesjahteraa Masyarakat agar
menganjurkan kepada masyarakat agar mengeluarkan zakatnya kepada kantor Kelurahan khususnya kepada Kasi Kesejanteraan Masyarakat.
3. Masyarakat harus mengawasi dalam penyaluran zakat yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan, dan tepat
sasaran dalam mengeluarkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur‟an Al-Karim
Abbas Ahmad Sudirman, Dr., M.A. Konsep Ekonomi Islam, dan Upaya Pencegahan Penyimpangan, Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia. Cet I
Abbas Anwar. Bung Hatta dan Ekonomi Islam, LP3M STIE Ahmad Dahlan Jakarta: Gema Insani Press. 2008.
al Asqalani, Ibnu Hajar, Al-Imam Al-Hafizh, Fathul Baari Syara: Shahih Bukhari; Penerjemah, Amiruddin, LC. Jakarta: Pustaka Azzam, 2004.
A Karim, Adiwarman “Penerapan Syariah Islam di Bidang Ekonomi”, Paper yang
disampaikan pada seminar nasional ekonomi islam, secoND, 2001 Aripin, Jenal dan Lathif, Ah. Azharuddin, Filsafat Hukum Islam, Tarikh dan
Tasyri. Jakarta: UIN Press, 2007. Dawam Rahardjo, Muhammad, Perspektif Deklarasi Mekkah Menuju Ekonomi Islam,
Bandung:Mizan, 1989. __________, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga Studi
Agama dan Filsafat LSAF, 1999, cet. I,