Perbedaan Rumah Kontrakan dengan Rumah sewaan lainnya Analisis Data

. Artinya: “Dari Abi Thalib RA berkata, telah bersabda Rasulallah saw: Apabila kamu memiliki 200 gram perak dan telah cukup masa setahun, maka zakatnya 5 dirham. Dan tidaklah kamu harus mengeluarkan zakat, pada emas, sehingga kamu memiliki 20 dinar. Maka apabila kamu telah memiliki 20 dinar dan telah cukup setahun, maka wajib dikeluarkan zakarnya ½ dinar. 62 HR. Abu Daud 63 Nisan emas adalah 20 misqaldinar. Dua puluh misqal itu menurut al- Qardawi adalah 85 gram emas atau 94 gram emas murni menurut BAZIS. Adapun kadar emas dan perak itu adalah 140nya atau 2,5 persen. Dan kewajiban zakat tersebut setelah cukup masa setahun. Jadi seseorang yang mempunyai emas sebanyak 94 gram setelah cukup masa setahun ia harus mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,4 gram. Abu Hurairah mengatakan, bahwa Nabi SAW bersabda. 64 62 Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat. Jakarta Pustaka Firdaus 2007, h. 87 63 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, Damaskus: Darul Fikr, 2002. h. 363 64 Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam. 2002. h. 234. Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Jika pemilik emas dan perak tidak membayarkan zakat yang diwajibkan padanya, maka pada hari kebangkitan lempengan-lempengan api akan dipikulkan kepadanya, dan ia akan dipanggang di neraka.Di samping, depan, dan belakangnya akan dinyalakan api untuk membakarnya. Setiap kali api itu menjadi dingin, maka diganti dengan yang lebih panas. Pada suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun hingga keadilan diputuskan di tengah para hamba, lalu ia melihat jalannya apakah jalannya ke surga atau keneraka”. 65 Zakat dikenakan pada perhiasan dan perak yang diperuntukan mata uang, lempengan atau serbuk sepanjang jumlahnya mencapai nisab dan sesuai dengan aturan-aturan yang diterangkan, yaitu Nisab untuk zakat emas dan perak, Emas 20 misqal 85 gram, Perak 200 dirham 595 gram Rata-rata zakat yang ditetapkan Nabi adalah 2,5 dari nilai emas atau perak yang harus dibayarkan sebagai zakat. Gabungan emas dan perak, jika emas yang dimiliki tidak sampai 85 gram atau peraknya tidak sampai 595 gram, tetapi nilai gabungan keduanya setara dengan nilai emas sajaperak saja, maka wajib dikeluarkan zakatnya. 66 Tidak ada kewajiban zakat pada emas, sehingga emas tersebut mencapai 20 dinar. Jika telah mencapai 20 dinar dan genap 1 tahun dimiliki, maka emas tersebut wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 atau sebanyak setengan dinar. Jika lebih dari 20 dinar, maka diambil sebanyak 2,5 dari totak emas yang dimiliki. Diriwayatkan dari Zuraiq, Maula budak yang dimerdekakan bani Fazzarah, bahwa Umar bin „Abdul Aziz menulis surat kepadanya ketika beliau menjadi khalifa yang isinya „‟ambilah dari setiap pedagang kaum muslimin 65 Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus 2007, h. 112. 66 As-Syaikh Yasin Ibrahim, Kitab Zakat, Hukum, tata cara, dan sejarah. Bandung penerbit Marja. 2008. h. 57-58. yang melewatimu dari transaksi harta mereka satu dinar dari setiap empat puluh dinar, jika kurang, maka perhitungkanlah kurangnya, sampai harta tesebut mencapai dua puluh dinar. Jika kurang sepertiga dinar saja dari dua puluh dinar, maka tinggalkanlah, jangan engkau ambil sedikitpun darinya. Tulislah pembebasan atas apa yang engkau ambil dari mereka sampai tahun depan.”Diriwayatkan oleh ibnu Abi Syaibah. Imam Malik berkata dalam al-Muwattha : “Sunnah yang tidak diperselisihkan di antara kami, bahwa zakat tidak wajib dikeluarkan kecuali telah sampai 20 dinar, sebagaimana zakat perak itu diwajibkan ketika telah mencapai dua ratus dirham”. 67 Nishab atau ukuran minimal dikenai zakat pada emas dan perak serta berapa persen zakat yang ditarik diterangkan dalam hadits berikut ini. Dari „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, 68 Artinya:Dari Abi Thalib RA berkata, bahwa Rasulallah saw bersabda : Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun sejak memilikinya, maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima 67 Sayyid as-Sabiq. Panduan Zakat menurut al- Qur‟an dan as-Sunnah. Penerj, Beri Surbani. Bogor : Muraja‟ah 2005. h. 42-43 68 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 363 dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun –maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan telah berlalu satu tahun sejak memilikinya, maka padanya engkau dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari nishab itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu. HR. Abu Daud Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, 69 Artinya: Dari Abi Sa‟id al-Khudri berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima uqiyah . HR. Bukhari dan Muslim Dan pada hadits riwayat Abu Bakar radhiyallahu „anhu dinyatakan, 70 Artinya:Dari Abi Bakar RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperdua puluh 2,5 . HR. Bukhari Hadits-hadits di atas adalah sebagi dalil tentang penentuan nishab zakat emas dan perak, maka dapat disimpulkan beberapa hal: 1. Nishab adalah batas minimal dari harta zakat yang bila seseorang telah memiliki harta sebesar itu, maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian, batasan nishab hanya diperlukan oleh orang yang hartanya sedikit, untuk mengetahui apakah dirinya telah berkewajiban membayar zakat atau belum. Adapun orang yang memiliki emas dan perak dalam jumlah besar, maka ia tidak lagi perlu untuk mengetahui batasan nishab, karena sudah dapat 69 Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, h. 234. 70 Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, h. 234. dipastikan bahwa ia telah berkewajiban membayar zakat. Oleh karena itu pada hadits riwayat Ali radhiyallahu „anhu di atas, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam menyatakan, Dan setiap kelebihan dari nishab itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu. 2. Harta emas dan perak yang telah mencapai nisab harus telah mencapai haul masa satu tahun hijriyah. 3. Kadar zakat yang harus dikeluarkan dari emas dan perak bila telah mencapai nishab adalah 140 atau 2,5 . 4. Nishab emas adalah 20 dua puluh dinar, setara dengan 70 gram emas.

5. Nishab perak yaitu sebanyak 5 lima uqiyah, setara dengan 460 gram perak.

Bahwa yang dijadikan batasan nishab emas dan perak di atas adalah emas dan perak murni 24 karat. Dengan demikian, bila seseorang memiliki emas yang tidak murni, misalnya emas 18 karat, maka nisabnya harus disesuaikan dengan nishab emas yang murni 24 karat, yaitu dengan cara membandingkan harga jualnya, atau dengan bertanya kepada toko emas atau ahli emas, tentang kadar emas yang ia miliki. Bila kadar emas yang ia miliki telah mencapai nishab, maka ia wajib membayar zakatnya, dan bila belum, maka ia belum berkewajiban untuk membayar zakat. Emas berwarna kuning atau kemerah-merahan dan perak berwarna putih. Jadi tidak ada emas putih, sebagaimana kata Al- ‟Utsaimin dalam Majmu‟ Ar- Rasail 18108: “Kami tidak mengetahui ada emas yang berwarna putih.” 71 71 Htt:Rumaysho.comHukum IslamZakat3135-Panduan Zakat-Emas-Perak dan Mata Uang. html Zakat hukumnya wajib pada emas dan perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya tanpa kecuali, jika mencapai nishab dan telah sempurna haulnya. Baik dalam bentuk sebagai mata uang dinar emas dan dirham perak seperti halnya pada masa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, potongan emas batangan yang belum diolahdibentuk, sudah diolahdibentuk menjadi perhiasan atau peralatan makan dan minum, seperti gelas dan piring, atau dalam bentuk yang lainnya, semuanya dikenai zakat. Emas dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, demikian pula halnya perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat. Adapun emas dan perak keduanya merupakan dua jenis yang berbeda, sehingga keduanya tidak disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, sebagaimana akan diterangkan. Sebenarnya dalam permasalahan zakat perhiasan emas dan perak ada khilaf di kalangan ulama, namun yang rajih adalah pendapat yang berpendapat ada zakatnya. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini: Keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala:                                 Artinya: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak sementara mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih. Pada hari dipanaskannya emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung, dan punggung- punggung mereka diseterika dengannya, dan dikatakan kepada mereka: „Inilah apa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang ”. At-Taubah: 34-35 Demikian pula keumuman hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu: 72 Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, kecuali pada hari kiamat nanti dibuatkan untuknya lempeng-lempeng yang terbuat dari emas dan perak mereka sendiri bagaikan api. Kemudian lempeng-lempeng itu dipanaskan dalam neraka jahannam dan dengannya diseterikalah lambung, dahi, dan punggungnya. Setiap kali tubuhnya menjadi dingin kembali azab itu pun diulangi kembali atasnya. Demikianlah azab yang diterimanya pada hari yang lamanya sebanding dengan 50.000 tahun, hingga ada keputusan atas hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta‟ala, maka dia pun melihat jalannya menuju surga ataukah menuju neraka.” HR. Muslim: Ayat dan hadits ini menunjukkan secara umum adanya hak zakat pada emas dan perak yang wajib ditunaikan oleh pemiliknya, apapun bentuk serta sifat emas dan perak tersebut. Nash- nash yang tsabit tetap dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam yang menunjukkan secara persis wajibnya zakat pada perhiasan emas dan perak. Nash-nash tersebut adalah sebagai berikut: 72 Muhammad Nashiruddin Al-Bani Shahih Muslim. h. 234. H adits „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya yang bernama „Abdullah bin „Amr bin Al-‟Ash radhiyallahu „anhuma: 73 Artinya: “Dari Amr bin Syu‟aib berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas yang tebal di tangannya, maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?” Wanita itu menjawab: “Belum.” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah menggembirakan dirimu bahwa dengan sebab dua gelang emas itu Allah akan memakaikan atasmu dua gelang api dari neraka pada hari kiamat nanti?” Maka wanita itu pun melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam seraya berkata: “Keduanya untuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan Rasul-Nya.” HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An- Nasa‟i. Hadits ini hasan, dikuatkan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Bulughul Maram, dishahihkan oleh Ibnul Qaththan rahimahullahu sebagaimana dalam Nashbur Rayah [2380] dan dihasankan oleh Al-Albani da lam Irwa‟ Al-Ghalil [3296] Hadits „Aisyah radhiyallahu „anha: 73 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362 Artinya: “Dari Siti Aisyah Radhiyallah hu‟anha, Rasulallah saw bersabda: Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata di tanganku, maka beliau berkata: “Apa ini, wahai „Aisyah?”. Aku pun menjawab: “Wahai Rasul Allah, aku membuatnya dalam rangka berhias untukmu”. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?”. Aku berkata: “Belum”. Maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Cukuplah dia yang akan menjerumuskanmu ke dalam neraka.” HR. Abu Dawud, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi Hadits Ummu Salamah radhiyallahu „anha: 74 Artinya: “Bari Ummu Salamah Radhiyallahu‟anha berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu „anha mengenakan beberapa perhiasan emas, kemudian beliau menanyakannya kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, maka beliau berkata: “Apakah perhiasan ini kanzun simpanan harta yang akan menjerumuskanku ke dal am neraka?” Maka beliau berkata: “Yang jumlahnya mencapai nishab dan dibayarkan zakatnya, maka bukan kanzun.” HR. Abu Dawud. Ini adalah madzhab Ibnu Hazm, Abu Hanifah, salah satu riwayat dari Ahmad, dan salah satu pendapat dalam madzhab Asy- Syafi‟i. Dipilih oleh Al- Albani, Al- Wadi‟i, Ibnu Baz bersama Al-Lajnah Ad-Da‟imah, dan Al-‟Utsaimin. Adapun pendapat-pendapat lain, tidak memiliki dalil yang kuat untuk dipegang. Seperti misalnya pendapat yang mengatakan tidak ada zakatnya 74 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362 selama tidak diperuntukkan untuk nafkah atau disewakan. Mereka berdalil dengan hadits: Artinya: “Dari Jabir RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada perhiasan.” HR. Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq dari Jabir radhiyallahu „anhu Padahal hadits ini bukan hujjah dan dinyatakan sebagai hadits yang batil oleh Al- Baihaqi dalam Ma‟rifah As-Sunan wal Atsar pada Bab Zakat Al-Huliy dan Al- Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil no. 817, karena penyandaran hadits ini kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebagai ucapannya, keliru dan dalam sanadnya ada perawi yang dha‟if lemah bernama Ibrahim bin Ayyub. Riwayat yang benar adalah mauquf disandarkan kepada Jabir radhiyallahu „anhu sebagai ucapannya sendiri, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, Asy- Syafi‟i dalam Musnad Asy-Syafi‟i, dan Al-Baihaqi dalam Ma‟rifah As- Sunan dari jalannya Asy- Syafi‟i dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 3295. Emas dan perak yang baru diambil dari pertambangan dengan jumlah yang mencapai nishab, wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali sempurna haulnya. Ini adalah pendapat Ishaq bin Rahawaih, salah satu pendapat Asy- Syafi‟i, Al-Muzani sahabat Asy- Syafi‟i, Ibnu Hazm, dan Ibnul Mundzir. Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak dipersyaratkan haul pada zakat barang tambang emas dan perak, diqiyaskan disamakan dengan zakat hasil tanaman yang juga merupakan hasil bumi. Menurut pendapat ini barang tambang emas dan perak langsung dikeluarkan zakatnya pada saat diambil dari pertambangan. Namun qiyas ini gugur dengan adanya perbedaan antara keduanya. Hasil tanaman hanya sekali dikeluarkan zakatnya, yaitu pada saat dipanen dan setelah itu tidak. Artinya apabila hasil tanaman jumlahnya besar dan telah dikeluarkan zakatnya pada saat panen, lalu sisanya disimpan hingga tahun depan dan jumlahnya masih mencapai nishab, maka hasil tanaman sisa tahun lalu tersebut tidak dikeluarkan zakatnya untuk yang kedua kalinya. Sedangkan barang tambang emas dan perak zakatnya terulang-ulang zakatnya setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Jadi tepatnya disamakan dengan zakat dinar emas dan dirham perak yang memiliki persyaratan haul dan zakatnya terulang-ulang setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Karena keumuman dalil wajibnya zakat emas dan perak meliputinya. Nishab emas adalah dua puluh dinar. Dalam hal ini ada beberapa Hadits yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana kata Al- Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 813. Di antaranya hadits „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu: 75 75 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 363 Artinya: “Dari Ali RA, berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada dinar yang jumlahnya kurang dari dua puluh dinar dan pada setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar.” HR. Abu Dawud Dinar yang dimaksud adalah dinar Islami yang beratnya satu mitsqal, berarti 20 mitsqal. Al- ‟Utsaimin menyebutkan dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan: “Satu mitsqal beratnya 4,25 gr, maka nishab emas senilai 85 gr.” Beliau juga berkata dalam Asy- Syarhul Mumti‟ 6103: “Kami telah menelitinya dan hasilnya 85 gr emas murni. Jika ada campuran logamnya sedikit untuk menguatkan dan mengeraskannya, maka ikut secara hukum dengan emasnya dan tidak berpengaruh. Sebab emas murni itu harus dicampur sedikit dengan logam untuk menguatkan dan mengeraskannya. Jika tidak, akan lunak. Jadi ulama mengatakan bahwa campuran ini sedikit dan ikut dengan emasnya secara hukum, ibaratnya seperti tambahan garam pada makanan sebagai penyedap rasa, tidak merusak.” 76 Setelah penulis kemukakan tentang nisab zakat emas, maka penulis di sini akan menganalogikan zakat rumah kontrakan dengan zakat emas. Seberapa banyakah rumah kontrakan yang terkena zakat? Kemudian penulis melakukan perhitungan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat pribumi yang terkena zakatnya yang mempunyai rumah kontrakan sebanyak 20 kamar keatas, dengan nilai harga emas Rp. 335.000,- gram. 77 Jika mempunyai rumah kontrakan 20 kamar dikalikan Rp. 300.000,- kamar maka jumlahnya Rp. 6.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 3.000.000,-, maka saldonya adalah Rp. 76 http:www.Darussalaf.or.idstories.php?=1668 77 Harga Emas pada Bulan Februari 2011 3.000.000,-. Maka Rp. 3.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 36.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x Rp. 3.000.000,- adalah Rp. 900.000,-tahun atau Rp. 75.000,-bulan. Jika mempunyai rumah kontrakan 30 kamar dikalikan Rp. 300.000,- kamar maka jumlahnya Rp. 9.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 5.000.000,-, maka saldonya adalah Rp. 4.000.000,-. Maka Rp. 4.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 48.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x Rp. 5.000.000,- adalah Rp. 1.500.000,-tahun atau Rp. 125.000,-bulan. BAB IV KAJIAN TEORITIS ZAKAT RUMAH KONTRAKAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kel. SUKAPURA Kec. CILINCING JAKARTA UTARA A. Profil Masyarakat Islam Kelurahan Sukapura Zakat, bagi sebagian masyarakat kita dipahami hanyalah berupa zakat fitrah yang dibayarkan pada setiap bulan suci Ramadhan yang berupa makanan pokok seperti beras atau uang yang setarasenilai yang ia konsumsi dalam jumlah tertentu. Di samping itu, masih ada zakat lain yang wajib dibayarkan umat Islam, seperti zakat maal, zakat profesi, zakat emas dan perak. Sehingga, apabila hal ini disadari oleh umat Islam, maka kondisi perekonomian akan semakin baik dan tinggkat pengangguran akan menurun. Yang dimaksud dengan pemahaman di sini adalah pengertian umat Islam tentang zakat itu, pemahaman mereka sangat terbatas kalau dibandingkan dengan pemahaman mereka tentang shalat dan puasa, itu disebabkan karena pendidikan keagamaan Islam di masa lampau kurang menjelaskan tentang pengertian masalah zakat ini. Akibatnya karena kurang paham, umat Islam kurang pula melaksanakannya. Kelurahan Sukapura merupakan Kelurahan hasil penggabungan dari Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat ke dalam wilayah DKI Jakarta, sebagai pelaksana PP No.45 tahun 1975 dan keputusan Mendagri No.151 tahun 1957 tentang penggabungan Daerah Otonomi Pembentukan, Penggabungan dan perubahan batas-batas wilayah DKI Jakarta. 78 Luas Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara setelah pemecahan adalah 561,4 Ha yang tediri dari Perumahan, Perusahaan dan Perindustrian serta sarana umum. Batas-Batas Wilayah Kelurahan Sukapura: Utara : Berbatasan dengan Kel. Semper Barat Jakarta Utara. Timur : Berbatasan dengan Kel. Rorotan Jakarta Utara. Selatan : Berbatasan dengan Kel. Cakung Barat Jakarta Timur. Barat : Berbatasan dengan Kel. Pegangsaan Dua Jakarta Utara. Status tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Tanah Milik Negara : 185,00 Ha. Tanah Milik Adat : 243,60 Ha. Tanah Wakaf : 1,45 Ha. Lain-Lain : 131,35 Ha. Peruntukan tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Perumahan : 260,94 Ha. 78 Kel. Sukapura, Laporan Tahunan-2009. IndustriPerdagangan : 215,61 Ha. Fasilitas Umum : 13,20 Ha. Pemakaman : 1,45 Ha. Lain-Lain : 70,20 Ha. 79 Kampung Sukapura Jakarta Utara Kecamatan Cilincing memiliki warga sebanyak 26.015 jiwa. Agama F Persentase Islam 23.543 90 Kristen 1.921 7 Budha 122 1 Hindu 429 2 Jumlah 26.015 100 Sumber Data: Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Dari keseluruhan warga Kel. Sukapura adalah mayoritas Muslim sebanyak 90 berdasarkan Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Letak rumah kontrakan terbanyak dari masing-masing Rw Kel. Sukapura di atas 20 kamar. 79 Kel. Sukapura Arsip 2008. Rw Banyak Warga yang memiliki Rumah Kontrakan Presentase 01 18 orang 56 02 4 orang 12 03 5 orang 15 04 5 orang 15 05 - Perumahan Gading Gria 06 - Komplek Wali Kota 07 1 orang 3 08 - Perumahan BPP 09 - Perumahan Gading Gria 10 - Tanah Garapan Data wawancara dari masing-masing Rw. Rw yang mempunyai rumah kontrakan lebih dari 20 kamar yaitu Rw.01, yaitu sebanyak 18 orang56. Rata-rata penghasilan warga Kel. Sukapura khususnya warga pribumi adalah hasil dari rumah yang dikontrakandisewakan. Dan dapat dipersentasikan sebagai berikut: Penghasilan warga yang memiliki Rumah Kontrakan setiap bulan. Banyaknya Kontrakan F Presentase Kurang dari Rp. 500.000,- 45 orang 56,25 Lebih dari Rp.500.000,- sd 2.000.000,- 18 orang 22,5 Lebih dari Rp.2.000.000,- sd Rp. 4.000.000,- 13 Orang 16,25 Lebih dari Rp. 4.000.000,- sd Rp.7.000.000,- 4 Orang 5

A. Tehnik Penyaluran Zakar Rumah Kontrakan

Tradisi bersedekah di kalangan muslimin memang sudah terjadi berluluh- puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun yang lalu. Hingga sekarang ini, begitu banyak tumbuh yayasan sosial dan berbagai panti asuhan anak-anak yatim, orang cacat dan jompo. Di satu sisi, kegiatan ini banyak sekali dilakukan oleh masyarakat yang langsung merasakan betapa sulitnya hidup sebagai yatim, cacat, dan jompo. Sementara juga tumbuh kesadaran dari kalangan perusahaan membangun yayasan sosial untuk membantu mengatasi persoalan orang-orang miskin. Melalui yayasan itu mereka dapat bergerak langsung mengatasi sendiri, atau yayasan yang di angun perusahaan atau oleh orang-orang kaya itu, juga dapat berfungsi sebagai lembaga funding hingga memungkinkan kegiatan sosial dari organisasi masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya. Depsos sendiri dengan beragam kegiatannya, juga masih dapat memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga yang meminta bantuan. Sementara di belahan yang lain, tidak sedikit pula yayasan sosial dan berbagai panti sosial dalam kekusaman. Yayasan dan panti sosial ini, mencoba bertahan dengan mengerahkan segala daya dan upaya. 80 80 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta:Ciputat Indah Permai,2004, h. 5 Seperti sudah disebutkan, sasaran musarif zakat sudah ditentukan dalam Surat At-Taubah ayat 60, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Oleh karena itu Al-Q ur‟an lebih mengutamakan golongan ini, dan Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Mengingat dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menyantuni kaum fakir miskin merupakan sasaran pertama dan menjadi tujuan zakat. Dalam mencapai sasaran tersebut diperlukan penyaluran zakat yang tujuannya adalah agar harta zakat sampai kepada mustahiq. Pembayaran harta zakat tersebut oleh muzakki dapat dilakukan secara langsung kepada mustahiq atau lewat lembaga zakat yang nantinya akan disalurkan kepada mustahiq 1. Muzakki langsung memberikan zakat kepada mustahik Menurut ulama Mazhab Syafii, bahwa pemilik harta diperbolehkan membagikan atau menyalurkan hartanya secara langsung kepada mustahiq, atas harta batin, yaitu: emas, perak, harta perdagangan dan zakat fitrah terhadap zakat fitrah ada yang menyatakan bahwa ia termasuk harta zahir. Adapun pada harta zahir yaitu, hasil pertanian dan barang pertambangan, maka dalam hal kebolehan membagikan yang didahulukan oleh diri sendiri, ada dua pendapat. Pendapat yang paling zahir yaitu qaul jadid adalah boleh menyalurkan harta zahir langsung kepada mustahiq. Dan menurut qaul kadim tidak boleh, akan tetapi wajib diberikan kepada penguasa atau lembaga-lembaga zakat, karena untuk melaksanakan aturannya dan tidak menjauhinya Pemberian atau penyaluran zakat secara langsung diberikan oleh muzakki kepada mustahiq tujuannya adalah agar terjadi interaksi langsung antara muzakki dan mustahiq. Sehingga dapat memperkokoh rasa persaudaraan dan mempererat jalinan silaturrahim diantara mereka. 2. Muzakki membayar zakat lewat lembaga zakat Zakat yang paling utama sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran dan Al- Hadits melalui amil zakat yang amanah dan terpercaya. Hal ini sebagaimana terkandung dalam surat At Taubah ayat 103.                    Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui ” Distribusi zakat terkadang hanya bersirkulasi pada suatu tempat tertentu, ketika zakat tidak dikelola secara kelembagaan dan diberikan langsung oleh si pemberi zakat muzakki kepada mustahiq penerima zakat. Hal ini salah satu faktor penyebabnya adalah kurang adanya lembaga zakat yang profesional, yang menyampaikan dana zakat tersebut kepada umat yang membutuhkan juga berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Zakat tidak lagi dibayarkan langsung dari muzakki kepada mustahik. Itu tidak mengurangi fungsi dan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Di sampingitu, pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat akan lebih banyak manfaatnya, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : a. Untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan pembayar zakat. b. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dan para muzakki. c. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. d. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syari‟ah adalah sah, di samping akan terabaikan hal-hal tersebut diatas juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit terwujud. Zakat sebetulnya dapat menjadi salah satu alternatif pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang selama ini timpang. Hal ini bisa terlaksana apabila pengelolaan zakat dilakukan secara efektif dalam hal pengumpulan dan pendistribusiannya. Sementara itu pada kenyataanya, beberapa problem zakat yang selama ini ada menjadi penghambat optimalisasi peranan lembaga zakat. Selain kurangnya respon masyarakat terhadap zakat, baik pembayarannya, maupun pengelolaannya. Ternyata keterlibatan semua pihak terhadap lembaga zakat pun sangat minim. Padahal dengan keterlibatan dari semua pihak, maka optimalisasi peran lembaga zakat untuk menciptakan keadilan sosial sebagaimana esensi dari zakat itu sendiri secara ideal dapat memberikan pemerataan ekonomi. 81 Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Termasuk zakat rumah kontrakan yang sedang dijalankan oleh Kelurahan Sukapura Jakarta Utara. Mereka mengacu kapada delapan Asnaf. Sebagaimana firman Allah swt.                         Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Jika pemilik emas dan perak tidak membayarkan zakat yang diwajibkan padanya, maka pada hari kebangkitan lempengan-lempengan api akan dipikulkan kepadanya, dan ia akan dipanggang di neraka.Di samping, depan, dan belakangnya akan dinyalakan api untuk membakarnya. Setiap kali api itu menjadi dingin, maka diganti dengan yang lebih panas. Pada suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun hingga keadilan diputuskan di tengah para hamba, lalu ia melihat jalannya apakah jalannya ke surga atau keneraka”. 82 Dengan memperhatikan surat at-Taubah ayat 60, bahwa harta zakat ditentukan pembagiannya kepada delapan golongan yang dinilai berhak menerimanya, antara lain: 81 Farudin Ansori, Analisis Penyaluran Dana Zakat pada Laziz Sabilillah Malang Skripsi 2010. 82 Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus 2007, h. 112 1 Fakir Fakir adalah segolongan yang memiliki harta, namun kebutuhan mereka lebih banyak dibandingkan harta yang mereka miliki, atau orang yang sehat dan jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan. Selaras dengan definisi ini, Taqyuddin Abu Bakar menyatakan fakir adalah orang yang tidak memiliki harta maupun pekerjaan, atau ada harta dan pekerjaan tetapi tidak mencukupi kebutuhannya, misalnya, seseorang membutuhkan Rp.25.000,-hari, tetapi ia hanya memiliki Rp.2.500,-hari. 83 2 Miskin Golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun tidak memenuhi standar, atau orang tang lemah dan tidak berdaya cacat karena telah berusia lanjut, sakit, atau karena akibat peperangan, baik yang mampu bekerja atau tidak, tetapi tidak memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan keluarganya. 3 Mu’allaf Orang yang memilih kekharismatikkan tinggi di dalam keluarga atau kaumnya dan bisa diharapkan masuk Islam, atau dikwatirkan perbuatan jahatnya atau bila diberi zakat orang tersebut bisa diharapkan keimanannya akan semakin mantap. Dengan dana zakat, diharapkan orang seperti ini memiliki keteguhan keimanan dan keyakinannya. 4 Gharimin 83 Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre For Enterprencurship Development, 2005, Cet I, h.12 Gharimin adalah orang yang berhutang bukan untuk tujuan maksiat, seperti berhutang untuk menafkahi dirinya, anak-anaknya, istrinya, serta hamba sahaya miliknya. Termasuk juga berhutang untuk menjalankan perintah Allah swt, seperi haji, umrah, dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti, membayar diyat denda atau pembiayaan perkawinan. Menurut Taqiyuddin Abu Bakar golongan yang berhutang dan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya, terbagi kepada tiga macam bentuk gharim. Pertama, hutang yang menjadi kewajiban seseorang untuk kemaslahatan dirinya dan hutangnya tidak untuk maksiat. Kedua, hutang yang wajib dibayar karena mendamaikan dua orang yang berselisih. Ketiga, hutang yang wajib dibayar karena menanggung orang lain. 5 Rikab Rikab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk memerdekakan budak. Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan lain. 6 Fi Sabilillah Sabilillah adalah saran untuk menuju keridhaan Allah dalam semua kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan Negara, bukan untuk keperluan pribadi. Sedangan untuk kata fisabilillah, memiliki arti luas, meliputi bidanf perjuangan dan amal ibadah, baik segi agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, da‟I dan lain sebagainya. Semua usaha kebaikan untuk kemaslahatan umum. 7 Ibnu Sabil Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang kehabisab bekal. Pada saat itu ia sangat membutuhkan belanja bagi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat Ibnu Sabil dapat disalurkan antara lain untuk keperluan: beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang kurang mampu, mereka belajar jauh dari kampong halaman, mereka yang kekurangan dan kehabisan belanja, penyediaan sarana pemondokan yang murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa. 8 Amil Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat muzakki, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badanlembaga atau penitia yang mengurus dan pengelola zakat, terdiri dari orang-orang, yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. Menurut Imam Syafi‟I, amil mendapat bagian seperdelapan 18 dari seluruh zakat yang terkumpul, untuk digunakan sebagai biaya operasional, administrasi, dan honorgaji bagi anggota team. Setiap amil boleh menerima bagian zakatnya sebagai petugas sesuai dengan kedudukan dan prestasi kerjanya, kendatipun ia orang yang kaya. Pendistribusian hasil dana zakat rumah kontrakan yang dikumpulkan oleh kantor Kelurahan Sukapura didistribusikan kepada delapan asnaf yang digolongkan dalam 2 dua kelompok:

1. Fakir Miskin

Berupa bantuan dana untuk biaya pengobatan atau untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh kantor Kelurahan Sukapura, seperti: mengisi formulir, yang dilengkapi dengan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, photo copy Kartu Keluarga, photo copy identitas KTP, daftar gajipenghasilan. Kemudian pihak Kelurahan mensurvei tempat. Apabila dinyatakan lulus seleksi, maka akan dipanggil oleh pihak Kelurahan untuk diberikan bantuan.

2. Ibnu Sabil Pelajarmahasiswa

Berupa bantuan dana untuk biaya pendidikan baik untuk pelajarmahasiswa. Dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh kantor Kelurahan Sukapura, seperti: mengisi formulir, surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, photo copy Kartu Keluarga, photo copy identitas KTP, surat keterangan dari Kepala Sekolah atau universitas, photo copy rapor atau Indeks Prestasi Kumulatif IPK, kemudian pihak kantor Kelurahan Sukapura menyeleksi berkas-berkas yang telah diajukan. Apabila dinyatakan lulus seleksi maka pihak Kelurahan Sukapura akan memanggil dan memberikan bantuan. Sedangkan muallaf, gharimn, rikab amil di dalam al-Quran mempunyai hak untuk mendapatkan zakat, akan tetapi, Kantor Kelurahan Sukapura tidak memberikan haknya kepada rikab, karena kondisi zaman sekarang ini rikab sudah tidak ada keberadaannya, amil, Kantor Kel. Sukapura tidak memberikan haknya untuk mendapatkan upah yang diambil dari pemerintah yang berupa APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, itu semua disesuaiikan dengan keadaan dan kondisi pada saat sekarang . Sedangkan, Gharimin, Muallah, belum menjadi prioritas untuk pendistribusian zakat rumah kontrakan Kantor Kel. Sukapura. 84 Dalam hal ini, Kantor Kel. Sukapura sebagai Lembaga Perintis Pengelolaan zakat rumah kontrakan yang melaksanakan tugasnya dalam mengelola zakat, sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah, namun ada hal yang tidak dilakukan dalam pembagiannya kepada delapan golongan akan tetapi dibagikan kepada dua kelompok, dikarenakan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi pada saat sekarang ini. Untuk memudahkan lembaga ini dalam mengumpulkan dan mendistribusikan zakat tersebut, dan dalam sistemnya Kantor Kel. Sukapura mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat teratur dalam pengaturannya. Dan sistem tersebut dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya: 1. Organisasi dan Manajemen 2. Manajemen Keuangan 84 Ruhayati, Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kantor Kel. Sukapura, Wawancara Pribadi, 8 April 2011 3. Manajemen Informasi Walaupun pengelolaan zakat rumah kontrakan sudah melakukan dengan sebaik-baiknya dan sudah dan sudah semaksimal mungkin berusaha agar pengelolaan zakat rumah kontrakan lebih baik, namun masih ada kekurangan. Namun kekurangan diharapkan menjadi pemicu Kantor Kel. Sukapura dapat lebih baik meningkatkan pengelolaannya menjadi yang lebih baik dan teratur.

B. Analisis Data

Mengenai analisis data yaitu bahwa, mayoritas masyarakat pribumi Kampung Sukapura membangun rumah kontrakan yaitu: Pertama, untuk menambah pendapatan rumah tangga, dan yang kedua, yaitu untuk memberi kemudahan kepada para pendatang perantau dari luar Jakarta yang bekerja di Jakarta agar lebih mudah dan dekat serta cepat mencapai tempat kerja. Proporsi Keluarga Pra Sejahtera Kel. Sukapura Tahun 2009 Rw Keluarga Pra Sejahtera 01 191 17 02 246 23 03 151 14 04 149 14 05 127 12 06 57 5 07 14 1 10 157 14 1.102 100 Sumber Data: Hasil pendataan keluarga tingkat Kelurahan. Kat: Persentasi tertinggi keluarga Pra Sejahtera yaitu Rw. 02 23. Persentasi terendah keluarga Pra Sejahtera yaitu Rw. 07 1 Proporsi Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kel. Sukapura Tahun 2009. Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan Tamat SD 2.897 2.602 5.499 Tdk Tamat SD 2.109 2.813 4.922 Tamat SMP 2.709 1.898 4.607 Tamat SMA 2.268 2.025 4.293 Tamat Akademik 343 811 1.154 Tidak Sekolah 2.144 231 2.375 Sumber Data: Statistik Penduduk Kel Tahun 2009.

BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari kajian dan pembahasan tentang zakat kontrakan, sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Islam adalah agama yang mengatur bukan hanya hubungan manusia dengan tuhannya hablum minallah, akan tetapi Islam mengatur juga hubungan antar sesama manusia hablum minannas. Salah satu hubungan antar sesama manusia adalah Islam menganjurkan atau bahkan mewajibkan kepada manusia untuk mengeluarkan zakat apabila telah mencapai nisab. Zakat Rumah kontrakan adalah zakat yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisab haul satu tahun, dan zakat rumah kontrakan nisabnya sama besar dengan zakat emas yaitu sebesar 2,5. 2. Sejauh ini masyarakat Kp. Sukapura baru sedikit yang mengluarkan zakat dari hasil rumah kontrakannya kepada kantor Kelurahan Sukapura karena mereka belum mengetahui secara pasti tentang sistemcara penyalurannya, da kurangnya sosialisasi dari pihak Kelurahan itu sendiri. 3. Zakat yang telah dikumpulkan oleh pihak Kelurahan khususnya Kasi Kesejahteraan masyarakat telah mendistribusikan kepada para yang berhak menerimanya, fakir, miski dan ibnu sabil pelajar. Dan mereka yang telah merasa terbantu dengan dana zakat tersbut.

B. Saran

1. Kepada pimpinan Kelurahan khususnya Kasi Kesejahteraan Masyarakat agar mensosialisasi kan dan bekerjasama dengan para ustadz, da‟I serta majlis-majlis ta‟lim, melalui khutbah jumat, audio visual, brosur, surat kabar, dan majalah mengenai zakat secara komprehensif yang berkaitan dengan hukum, hikmah, tujuan, dan sumber-sumber zakat secara rinci serta tata cara perhitungannya, harus terus menerus dilakukan. 2. Kepada pihak Kelurahan Sukapura khususnya Kasi Kesjahteraa Masyarakat agar menganjurkan kepada masyarakat agar mengeluarkan zakatnya kepada kantor Kelurahan khususnya kepada Kasi Kesejanteraan Masyarakat. 3. Masyarakat harus mengawasi dalam penyaluran zakat yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan, dan tepat sasaran dalam mengeluarkannya. DAFTAR PUSTAKA Al- Qur‟an Al-Karim Abbas Ahmad Sudirman, Dr., M.A. Konsep Ekonomi Islam, dan Upaya Pencegahan Penyimpangan, Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia. Cet I Abbas Anwar. Bung Hatta dan Ekonomi Islam, LP3M STIE Ahmad Dahlan Jakarta: Gema Insani Press. 2008. al Asqalani, Ibnu Hajar, Al-Imam Al-Hafizh, Fathul Baari Syara: Shahih Bukhari; Penerjemah, Amiruddin, LC. Jakarta: Pustaka Azzam, 2004. A Karim, Adiwarman “Penerapan Syariah Islam di Bidang Ekonomi”, Paper yang disampaikan pada seminar nasional ekonomi islam, secoND, 2001 Aripin, Jenal dan Lathif, Ah. Azharuddin, Filsafat Hukum Islam, Tarikh dan Tasyri. Jakarta: UIN Press, 2007. Dawam Rahardjo, Muhammad, Perspektif Deklarasi Mekkah Menuju Ekonomi Islam, Bandung:Mizan, 1989. __________, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat LSAF, 1999, cet. I,