Nishab perak yaitu sebanyak 5 lima uqiyah, setara dengan 460 gram perak.

Artinya: “Orang-orang yang menyimpan emas dan perak sementara mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih. Pada hari dipanaskannya emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung, dan punggung- punggung mereka diseterika dengannya, dan dikatakan kepada mereka: „Inilah apa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang ”. At-Taubah: 34-35 Demikian pula keumuman hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu: 72 Artinya: “Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, kecuali pada hari kiamat nanti dibuatkan untuknya lempeng-lempeng yang terbuat dari emas dan perak mereka sendiri bagaikan api. Kemudian lempeng-lempeng itu dipanaskan dalam neraka jahannam dan dengannya diseterikalah lambung, dahi, dan punggungnya. Setiap kali tubuhnya menjadi dingin kembali azab itu pun diulangi kembali atasnya. Demikianlah azab yang diterimanya pada hari yang lamanya sebanding dengan 50.000 tahun, hingga ada keputusan atas hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta‟ala, maka dia pun melihat jalannya menuju surga ataukah menuju neraka.” HR. Muslim: Ayat dan hadits ini menunjukkan secara umum adanya hak zakat pada emas dan perak yang wajib ditunaikan oleh pemiliknya, apapun bentuk serta sifat emas dan perak tersebut. Nash- nash yang tsabit tetap dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam yang menunjukkan secara persis wajibnya zakat pada perhiasan emas dan perak. Nash-nash tersebut adalah sebagai berikut: 72 Muhammad Nashiruddin Al-Bani Shahih Muslim. h. 234. H adits „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya yang bernama „Abdullah bin „Amr bin Al-‟Ash radhiyallahu „anhuma: 73 Artinya: “Dari Amr bin Syu‟aib berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas yang tebal di tangannya, maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?” Wanita itu menjawab: “Belum.” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah menggembirakan dirimu bahwa dengan sebab dua gelang emas itu Allah akan memakaikan atasmu dua gelang api dari neraka pada hari kiamat nanti?” Maka wanita itu pun melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam seraya berkata: “Keduanya untuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan Rasul-Nya.” HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An- Nasa‟i. Hadits ini hasan, dikuatkan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Bulughul Maram, dishahihkan oleh Ibnul Qaththan rahimahullahu sebagaimana dalam Nashbur Rayah [2380] dan dihasankan oleh Al-Albani da lam Irwa‟ Al-Ghalil [3296] Hadits „Aisyah radhiyallahu „anha: 73 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362 Artinya: “Dari Siti Aisyah Radhiyallah hu‟anha, Rasulallah saw bersabda: Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata di tanganku, maka beliau berkata: “Apa ini, wahai „Aisyah?”. Aku pun menjawab: “Wahai Rasul Allah, aku membuatnya dalam rangka berhias untukmu”. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?”. Aku berkata: “Belum”. Maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Cukuplah dia yang akan menjerumuskanmu ke dalam neraka.” HR. Abu Dawud, Ad-Daruquthni, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi Hadits Ummu Salamah radhiyallahu „anha: 74 Artinya: “Bari Ummu Salamah Radhiyallahu‟anha berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu „anha mengenakan beberapa perhiasan emas, kemudian beliau menanyakannya kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, maka beliau berkata: “Apakah perhiasan ini kanzun simpanan harta yang akan menjerumuskanku ke dal am neraka?” Maka beliau berkata: “Yang jumlahnya mencapai nishab dan dibayarkan zakatnya, maka bukan kanzun.” HR. Abu Dawud. Ini adalah madzhab Ibnu Hazm, Abu Hanifah, salah satu riwayat dari Ahmad, dan salah satu pendapat dalam madzhab Asy- Syafi‟i. Dipilih oleh Al- Albani, Al- Wadi‟i, Ibnu Baz bersama Al-Lajnah Ad-Da‟imah, dan Al-‟Utsaimin. Adapun pendapat-pendapat lain, tidak memiliki dalil yang kuat untuk dipegang. Seperti misalnya pendapat yang mengatakan tidak ada zakatnya 74 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 362 selama tidak diperuntukkan untuk nafkah atau disewakan. Mereka berdalil dengan hadits: Artinya: “Dari Jabir RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada perhiasan.” HR. Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq dari Jabir radhiyallahu „anhu Padahal hadits ini bukan hujjah dan dinyatakan sebagai hadits yang batil oleh Al- Baihaqi dalam Ma‟rifah As-Sunan wal Atsar pada Bab Zakat Al-Huliy dan Al- Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil no. 817, karena penyandaran hadits ini kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebagai ucapannya, keliru dan dalam sanadnya ada perawi yang dha‟if lemah bernama Ibrahim bin Ayyub. Riwayat yang benar adalah mauquf disandarkan kepada Jabir radhiyallahu „anhu sebagai ucapannya sendiri, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, Asy- Syafi‟i dalam Musnad Asy-Syafi‟i, dan Al-Baihaqi dalam Ma‟rifah As- Sunan dari jalannya Asy- Syafi‟i dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 3295. Emas dan perak yang baru diambil dari pertambangan dengan jumlah yang mencapai nishab, wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali sempurna haulnya. Ini adalah pendapat Ishaq bin Rahawaih, salah satu pendapat Asy- Syafi‟i, Al-Muzani sahabat Asy- Syafi‟i, Ibnu Hazm, dan Ibnul Mundzir. Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak dipersyaratkan haul pada zakat barang tambang emas dan perak, diqiyaskan disamakan dengan zakat hasil tanaman yang juga merupakan hasil bumi. Menurut pendapat ini barang tambang emas dan perak langsung dikeluarkan zakatnya pada saat diambil dari pertambangan. Namun qiyas ini gugur dengan adanya perbedaan antara keduanya. Hasil tanaman hanya sekali dikeluarkan zakatnya, yaitu pada saat dipanen dan setelah itu tidak. Artinya apabila hasil tanaman jumlahnya besar dan telah dikeluarkan zakatnya pada saat panen, lalu sisanya disimpan hingga tahun depan dan jumlahnya masih mencapai nishab, maka hasil tanaman sisa tahun lalu tersebut tidak dikeluarkan zakatnya untuk yang kedua kalinya. Sedangkan barang tambang emas dan perak zakatnya terulang-ulang zakatnya setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Jadi tepatnya disamakan dengan zakat dinar emas dan dirham perak yang memiliki persyaratan haul dan zakatnya terulang-ulang setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Karena keumuman dalil wajibnya zakat emas dan perak meliputinya. Nishab emas adalah dua puluh dinar. Dalam hal ini ada beberapa Hadits yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana kata Al- Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil 813. Di antaranya hadits „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu: 75 75 Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, h. 363 Artinya: “Dari Ali RA, berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada dinar yang jumlahnya kurang dari dua puluh dinar dan pada setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar.” HR. Abu Dawud Dinar yang dimaksud adalah dinar Islami yang beratnya satu mitsqal, berarti 20 mitsqal. Al- ‟Utsaimin menyebutkan dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan: “Satu mitsqal beratnya 4,25 gr, maka nishab emas senilai 85 gr.” Beliau juga berkata dalam Asy- Syarhul Mumti‟ 6103: “Kami telah menelitinya dan hasilnya 85 gr emas murni. Jika ada campuran logamnya sedikit untuk menguatkan dan mengeraskannya, maka ikut secara hukum dengan emasnya dan tidak berpengaruh. Sebab emas murni itu harus dicampur sedikit dengan logam untuk menguatkan dan mengeraskannya. Jika tidak, akan lunak. Jadi ulama mengatakan bahwa campuran ini sedikit dan ikut dengan emasnya secara hukum, ibaratnya seperti tambahan garam pada makanan sebagai penyedap rasa, tidak merusak.” 76 Setelah penulis kemukakan tentang nisab zakat emas, maka penulis di sini akan menganalogikan zakat rumah kontrakan dengan zakat emas. Seberapa banyakah rumah kontrakan yang terkena zakat? Kemudian penulis melakukan perhitungan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat pribumi yang terkena zakatnya yang mempunyai rumah kontrakan sebanyak 20 kamar keatas, dengan nilai harga emas Rp. 335.000,- gram. 77 Jika mempunyai rumah kontrakan 20 kamar dikalikan Rp. 300.000,- kamar maka jumlahnya Rp. 6.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 3.000.000,-, maka saldonya adalah Rp. 76 http:www.Darussalaf.or.idstories.php?=1668 77 Harga Emas pada Bulan Februari 2011 3.000.000,-. Maka Rp. 3.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 36.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x Rp. 3.000.000,- adalah Rp. 900.000,-tahun atau Rp. 75.000,-bulan. Jika mempunyai rumah kontrakan 30 kamar dikalikan Rp. 300.000,- kamar maka jumlahnya Rp. 9.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 5.000.000,-, maka saldonya adalah Rp. 4.000.000,-. Maka Rp. 4.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 48.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5 x 12 x Rp. 5.000.000,- adalah Rp. 1.500.000,-tahun atau Rp. 125.000,-bulan. BAB IV KAJIAN TEORITIS ZAKAT RUMAH KONTRAKAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kel. SUKAPURA Kec. CILINCING JAKARTA UTARA A. Profil Masyarakat Islam Kelurahan Sukapura Zakat, bagi sebagian masyarakat kita dipahami hanyalah berupa zakat fitrah yang dibayarkan pada setiap bulan suci Ramadhan yang berupa makanan pokok seperti beras atau uang yang setarasenilai yang ia konsumsi dalam jumlah tertentu. Di samping itu, masih ada zakat lain yang wajib dibayarkan umat Islam, seperti zakat maal, zakat profesi, zakat emas dan perak. Sehingga, apabila hal ini disadari oleh umat Islam, maka kondisi perekonomian akan semakin baik dan tinggkat pengangguran akan menurun. Yang dimaksud dengan pemahaman di sini adalah pengertian umat Islam tentang zakat itu, pemahaman mereka sangat terbatas kalau dibandingkan dengan pemahaman mereka tentang shalat dan puasa, itu disebabkan karena pendidikan keagamaan Islam di masa lampau kurang menjelaskan tentang pengertian masalah zakat ini. Akibatnya karena kurang paham, umat Islam kurang pula melaksanakannya. Kelurahan Sukapura merupakan Kelurahan hasil penggabungan dari Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat ke dalam wilayah DKI Jakarta, sebagai pelaksana PP No.45 tahun 1975 dan keputusan Mendagri No.151 tahun 1957 tentang penggabungan Daerah Otonomi Pembentukan, Penggabungan dan perubahan batas-batas wilayah DKI Jakarta. 78 Luas Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara setelah pemecahan adalah 561,4 Ha yang tediri dari Perumahan, Perusahaan dan Perindustrian serta sarana umum. Batas-Batas Wilayah Kelurahan Sukapura: Utara : Berbatasan dengan Kel. Semper Barat Jakarta Utara. Timur : Berbatasan dengan Kel. Rorotan Jakarta Utara. Selatan : Berbatasan dengan Kel. Cakung Barat Jakarta Timur. Barat : Berbatasan dengan Kel. Pegangsaan Dua Jakarta Utara. Status tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Tanah Milik Negara : 185,00 Ha. Tanah Milik Adat : 243,60 Ha. Tanah Wakaf : 1,45 Ha. Lain-Lain : 131,35 Ha. Peruntukan tanah di Kelurahan Sukapura Jakarta Utara sebagai berikut: Perumahan : 260,94 Ha. 78 Kel. Sukapura, Laporan Tahunan-2009. IndustriPerdagangan : 215,61 Ha. Fasilitas Umum : 13,20 Ha. Pemakaman : 1,45 Ha. Lain-Lain : 70,20 Ha. 79 Kampung Sukapura Jakarta Utara Kecamatan Cilincing memiliki warga sebanyak 26.015 jiwa. Agama F Persentase Islam 23.543 90 Kristen 1.921 7 Budha 122 1 Hindu 429 2 Jumlah 26.015 100 Sumber Data: Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Dari keseluruhan warga Kel. Sukapura adalah mayoritas Muslim sebanyak 90 berdasarkan Statistik Penduduk Kel. Sukapura Tahun 2009. Letak rumah kontrakan terbanyak dari masing-masing Rw Kel. Sukapura di atas 20 kamar. 79 Kel. Sukapura Arsip 2008. Rw Banyak Warga yang memiliki Rumah Kontrakan Presentase 01 18 orang 56 02 4 orang 12 03 5 orang 15 04 5 orang 15 05 - Perumahan Gading Gria 06 - Komplek Wali Kota 07 1 orang 3 08 - Perumahan BPP 09 - Perumahan Gading Gria 10 - Tanah Garapan Data wawancara dari masing-masing Rw. Rw yang mempunyai rumah kontrakan lebih dari 20 kamar yaitu Rw.01, yaitu sebanyak 18 orang56. Rata-rata penghasilan warga Kel. Sukapura khususnya warga pribumi adalah hasil dari rumah yang dikontrakandisewakan. Dan dapat dipersentasikan sebagai berikut: Penghasilan warga yang memiliki Rumah Kontrakan setiap bulan. Banyaknya Kontrakan F Presentase Kurang dari Rp. 500.000,- 45 orang 56,25 Lebih dari Rp.500.000,- sd 2.000.000,- 18 orang 22,5 Lebih dari Rp.2.000.000,- sd Rp. 4.000.000,- 13 Orang 16,25 Lebih dari Rp. 4.000.000,- sd Rp.7.000.000,- 4 Orang 5

A. Tehnik Penyaluran Zakar Rumah Kontrakan

Tradisi bersedekah di kalangan muslimin memang sudah terjadi berluluh- puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun yang lalu. Hingga sekarang ini, begitu banyak tumbuh yayasan sosial dan berbagai panti asuhan anak-anak yatim, orang cacat dan jompo. Di satu sisi, kegiatan ini banyak sekali dilakukan oleh masyarakat yang langsung merasakan betapa sulitnya hidup sebagai yatim, cacat, dan jompo. Sementara juga tumbuh kesadaran dari kalangan perusahaan membangun yayasan sosial untuk membantu mengatasi persoalan orang-orang miskin. Melalui yayasan itu mereka dapat bergerak langsung mengatasi sendiri, atau yayasan yang di angun perusahaan atau oleh orang-orang kaya itu, juga dapat berfungsi sebagai lembaga funding hingga memungkinkan kegiatan sosial dari organisasi masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya. Depsos sendiri dengan beragam kegiatannya, juga masih dapat memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga yang meminta bantuan. Sementara di belahan yang lain, tidak sedikit pula yayasan sosial dan berbagai panti sosial dalam kekusaman. Yayasan dan panti sosial ini, mencoba bertahan dengan mengerahkan segala daya dan upaya. 80 80 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Jakarta:Ciputat Indah Permai,2004, h. 5 Seperti sudah disebutkan, sasaran musarif zakat sudah ditentukan dalam Surat At-Taubah ayat 60, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Oleh karena itu Al-Q ur‟an lebih mengutamakan golongan ini, dan Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas. Mengingat dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menyantuni kaum fakir miskin merupakan sasaran pertama dan menjadi tujuan zakat. Dalam mencapai sasaran tersebut diperlukan penyaluran zakat yang tujuannya adalah agar harta zakat sampai kepada mustahiq. Pembayaran harta zakat tersebut oleh muzakki dapat dilakukan secara langsung kepada mustahiq atau lewat lembaga zakat yang nantinya akan disalurkan kepada mustahiq 1. Muzakki langsung memberikan zakat kepada mustahik Menurut ulama Mazhab Syafii, bahwa pemilik harta diperbolehkan membagikan atau menyalurkan hartanya secara langsung kepada mustahiq, atas harta batin, yaitu: emas, perak, harta perdagangan dan zakat fitrah terhadap zakat fitrah ada yang menyatakan bahwa ia termasuk harta zahir. Adapun pada harta zahir yaitu, hasil pertanian dan barang pertambangan, maka dalam hal kebolehan membagikan yang didahulukan oleh diri sendiri, ada dua pendapat. Pendapat yang paling zahir yaitu qaul jadid adalah boleh menyalurkan harta zahir langsung kepada mustahiq. Dan menurut qaul kadim tidak boleh, akan tetapi wajib diberikan kepada penguasa atau lembaga-lembaga zakat, karena untuk melaksanakan aturannya dan tidak menjauhinya Pemberian atau penyaluran zakat secara langsung diberikan oleh muzakki kepada mustahiq tujuannya adalah agar terjadi interaksi langsung antara muzakki dan mustahiq. Sehingga dapat memperkokoh rasa persaudaraan dan mempererat jalinan silaturrahim diantara mereka. 2. Muzakki membayar zakat lewat lembaga zakat Zakat yang paling utama sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran dan Al- Hadits melalui amil zakat yang amanah dan terpercaya. Hal ini sebagaimana terkandung dalam surat At Taubah ayat 103.                    Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui ” Distribusi zakat terkadang hanya bersirkulasi pada suatu tempat tertentu, ketika zakat tidak dikelola secara kelembagaan dan diberikan langsung oleh si pemberi zakat muzakki kepada mustahiq penerima zakat. Hal ini salah satu faktor penyebabnya adalah kurang adanya lembaga zakat yang profesional, yang menyampaikan dana zakat tersebut kepada umat yang membutuhkan juga berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Zakat tidak lagi dibayarkan langsung dari muzakki kepada mustahik. Itu tidak mengurangi fungsi dan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Di sampingitu, pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat akan lebih banyak manfaatnya, apalagi yang