3. 1967-1969 Eksperimen dwi-partai
dan dwi-group dilaku- kan di beberapa kabu-
paten di Jawa Barat, namun
dihentikan pada awal 1969.
Periode Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Sistem Partai 4. 1971
Pemilihan umum
dengan 10 Partai 5. 1973
Penggabungan partai menjadi 3 partai yaitu
Golkar, PDI, dan PPP. 6. 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997 Pemilihan
umum hanya diikuti oleh tiga
orsospol Sistem
multi-partai terbatas PPP, Golkar, dan PDI.
7. 1982 Pancasila satu-satunya
asas. 8. 1984
NU Khittah. 9. 1996
PDI pecah 1998 21 Mei ...
Reformasi; UUD 1945 yang diamandemen
1. 1999 Juni 2. 2004 April
Kembali Ke Sistem Multi-Partai.
Pemilu Dengan 48 Partai; 7
Partai Masuk DPR Yaitu Partai Golkar,
PDIP, PKB,
PPP, Partai Demokrat, PKS,
dan PAN
C. Fungsi Partai Politik dalam Organisasi Negara
Berikut ini diuraikan fungsi partai politik di negara-negara yang menganut sistem demokrasi, otoriter dan negara-negara berkembang dalam transisi ke arah
demokrasi. 1. Fungsi di Negara Demokrasi
a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Di masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak ragam pendapat aspirasi yang berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu
kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang pasir, apabila tidak di tanpung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.
Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan interest aggregation. Sesudah digabungkan, pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan dalam
bentuk yang lebih teratur. Proses ini dinamakan perumusan kepentingan interest articulation. Seandainya tidak ada yang mengagregasi dan
mengartikulasi, niscaya pendapat atau aspirasi tersebut akan simpang siur dan saling berbenturan, sedangkan dengan agregasi dan artikulasi kepentingan
kesimpangsiuran dan benturan dikurangi. Agregat dan artikulasi itulah salah satu fungsi komunikasi partai politik. Setelah itu partai politik merumuskannya
menjadi usul kebijakan. Usul kebijakan ini dimasukkan kedalam program atau platform partai goal formulation untuk diperjuangkan atau disampaikan
melalui parlement kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum public policy. Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada
pemerintah melalui partai politik.
69
b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik Dalam ilmu politik sosialisai politik diartikan sebagai suatu proses yang
melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena
69
Ibid., h. 405-406.
politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya
mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban. Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses yang melaluinya
masyarakat menyampaikan “budaya politik” yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik
merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik political culture suatu bangsa.
70
c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik
kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang lebih
berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangankan diri.
Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk
masuk kebursa kepemimpinan nasional.
71
d. Sebagai Sarana Pengatur Konflik Conflict Management Potensi konflik selalu ada disetiap masyarakat, apalagi di masyarakat
yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis suku bangsa, sosial-ekonomi,
70
Ibid., h. 407.
71
Ibid., h. 408
ataupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan potensi konflik. Apabila keanekaragaman itu terjadi di negara yang menganut paham demokrasi,
persaingan dan perbedaan dianggap hal yang wajar. Akan tetapi di dalam negara yang heterogen sifatnya, potensi pertentangan lebih besar dan dengan
mudah mengundang konflik.
72
Di sini peran partai politik diperlukan untuk membantu mengatasi-nya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat
negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin. Elit partai dapat menumbuhkan pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan
pendukungnya. Pada tataran yang lain dapat dilihat pendapat dari ahli yang lain, Arend Lijphart 1968. Menurut Lijphart: perbedaan-perbedaan atau
perpecahan di tingkat massa bawah dapat diatasi oleh kerja sama diantara elite- elite poltik. segmented or subcultural cleavages at the mass level could be
overcome by elite cooperation. Dalam konteks kepartaian, para pemimpin partai adalah elite politik.
73
2. Fungsi di Negara Otoriter Menurut paham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada
situasi apakah partai komunis berkuasa di negara di mana ia berada atau tidak. Di negara di mana partai komunis tidak berkuasa, partai-partai politik lain dianggap
sebagai mewakili kepentingan kelas tertentu yang tidak dapat bekerja untuk kepentingan umum. Dalam situasi seperti itu, partai komunis akan mempergunakan
72
Ibid., h. 409
73
Ibid.
setiap kesempatan dan fasilitas yang tersedia seperti yang banyak terdapat dinegara-negara demokrasi untuk mencari dukungan seluas-luasnya, misalnya
dengan jalan memupuk rasa tidak puas dikalangan rakyat. Partai komunis bertujuan mencapai kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna
menguasai semua partai politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis. Maka dari itu, partai ini menjadi paling efektif di negara yang
pemerintahannya lemah dan yang rakyatnya kurang bersatu.
74
Akibat karakternya yang demikian, partai komunis sering dicurigai dan di beberapa negara bahkan dilarang. Akan tetapi tindakan semacam itu juga ada
bahayanya. Sebab dalam keadaan seperti itu partai akan bergerak di bawah tanah, sehingga justru sukar diawasi. Apabila tidak menemukan jalan untuk merebut
kekuasaan, partai akan mencoba mencapai tujuan melalui kerjasama dengan partai- partai lain dengan mendirikan Front Rakyat atau Front Nasional popular front
tactics.
75
Berbeda halnya apabila partai komunis berkuasa. Disini partai komunis mempunyai kedudukan monopolistis, dan kebebasan bersaing ditiadakan. Dapat
saja ia menentukan diri sebagai partai yang paling dominan, seperti yang terjadi di Uni Soviet, China, dan negara-negara komunis Eropa Timur. Partai komunis juga
melaksanakan beberapa fungsi, tetapi pelaksanaannya sangat berbeda dengan yang ada di negara-negara demokrasi. Misalnya, dalam rangka berfungsi sebagai sarana
74
Ibid., h. 410
75
Ibid.
komunikasi politik partai menyalurkan informasi untuk mengindoktrinasikan masyarakat dengan informasi yang menunjang usaha pimpinan partai. Arus
informasi lebih bersifat dari atas kebawah, dari pada arus dua arah.
76
Fungsi sebagai sarana sosialisasi politik lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke arah kehidupan dan cara berfikir yang sesuai dengan
pola yang ditentukan oleh partai. Proses sosialisasi ini dilakukan secara ketat di sekolah, organisasi pemuda, tempat kerja seperti pabrik dan sebagainya, dan
melalui dominasi partai di hampir segala sektor kehidupan masyarakat. Sebaliknya, dinegara-negara demokrasi partai berperan untuk menyelenggarakan integrasi
warga negara kedalam masyarakat umum. Partai juga berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik. Akan tetapi dalam hal ini ia mengutamakan orang yang
mempunyai kemampuan untuk mengabdi kepada partai, yang menguasai ideologi Marxisme,-Leninisme, dan yang kelak mampu menduduki kedudukan pimpinan
untuk mengawasi kegiatan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Untuk itu si calon anggota harus menjalani masa percobaan di mana ia harus memenuhi
standar-standar ketat mengenai pengabdian dan kelakuan, baik pribadi maupun di muka umum, yang ditetapkan oleh Partai Komunis.
77
Jadi, uraian tadi jelaslah kalau dikatakan bahwa fungsi partai politik di negara komunis berbeda sekali dengan partai dalam negara yang demokratis.
Mengenai perbedaan ini Sigmund Neumann menjelaskan sebagai berikut: jika di
76
Ibid., h. 411
77
Ibid., h. 412
negara demokrasi partai mengatur keinginan dan aspirasi golongan-golongan dalam masyarakat, maka partai komunis berfungsi untuk mengendalikan semua
aspek kehidupan secara monolitik. Jika dalam masyarakat demokratis partai berusaha menyelenggarakan integrasi warga negara kedalam masyarakat umum,
peran partai komunis ialah untuk memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang sejalan dengan kepentingan partai enforcement of
conformity. Kedua fungsi ini diselenggarakan melalui propaganda dari atas ke bawah.
78
3. Fungsi di Negara-Negara Berkembang Di negara-negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama
lain; demikan pula keadaan partai politiknya menunjukkan banyak sekali variasi. Kecuali di beberapa negara yang berlandaskan komunisme. Satu peran yang sangat
diharapkan dari partai poitik adalah sebagai sarana untuk memperkembangkan integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru
sering dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya
menjadi satu bangsa. Akan tetapi pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa partai politik sering tidak mampu membina integrasi, akan tetapi malah
menimbulkan pengotakan dan pertentangan yang mengeras.
79
78
Ibid
.
79
Ibid., h. 413
Karena pengalaman tersebut diatas, banyak kritik telah dilontarkan kepada partai-partai politik, dan beberapa alternatif telah diikhtiarkan. Salah satu jalan
keluar diusahakan dengan jalan meniadakan partai sama sekali. Hal ini telah dilakukan oleh Jenderal Ayub Khan dari Pakistan pada tahun 1958; bahkan
parlemen dibubarkan. Akan tetapi sesudah beberapa waktu partai-partai muncul kembali melalui suatu UU yang diterima oleh parlemen baru, dan Presiden Ayub
Khan sendiri menggabungkan diri dengan salah satu partai politik. Pengalaman ini menunjukkan bukti bahwa sekalipun partai politik banyak segi negatifnya, pada
dasarnya kehadiran serta parannya di negara-negara berkembang masih penting dan sukar dicarikan alternatif.
80
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa di negara-negara berkembang partai politik, sekalipun memiliki banyak kelemahan, masih tetap dianggap sebagai
sarana penting dalam kehidupan politiknya. Usaha melibatkan partai politik dan golongan-golongan politik lainnya dalam proses pembangunan dalam segala aspek
dan dimensinya, merupakan hal yang amat utama dalam negara yang ingin membangun suatu masyarakat atas dasar pemerataan dan keadilan sosial. Jika
partai dan golongan-golongan politik lainnya diberi kesempatan untuk berkembang, mungkin ia dapat mencari bentuk partisipasi yang dapat menunjang
usaha untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di negara itu. Mungkin bentuk ini dalam banyak hal akan berbeda dengan partai di negara yang sudah mapan,
80
Ibid., h. 414
karena disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan dalam negeri. Setidak-tidaknya di negara-negara yang keabsahan pemerintahannya sedikit banyak diuji oleh
berjuta-juta rakyat dalam pemilihan umum berkala, partai-partai politik dan organisasi kekuatan sosial politik lainnya menduduki tempat yang krusial.
81
D. Sistem Kepartaian di Indonesia Pasca Orde Baru