Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi telah membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan politik di Indonesia, masyarakat sendiri masih mempunyai kapasitas yang relatif rendah untuk bisa melayani segala perubahan tersebut. Masyarakat yang secara minimal memperoleh kesempatan untuk mengenal berbagai sistem politik di dunia ini dan mencoba mengurus diri sendiri dengan mempraktekkan salah satu atau kombinasi dari berbagai sistem politik yang dikenalnya, demikian halnya dengan partai politik. Jauh sebelum proklamasi kemerdekaan, masalah yang menyangkut partai politik serta kehidupannya sudah menjadi salah satu pembicaraan utama di kalangan para politisi Indonesia, terutama para perintis kemerdekaan telah memikirkan sistem kepartaian yang sesuai untuk dikembangkan kelak di Indonesia. 1 Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, apakah dia bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiah ataukah 1 Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan, cet. V, Jakarta: CV. Rajawali, 1987, h. 21. terang-terangan menganut azas politikagama. 2 Pada tahun 1918 pihak Belanda mendirikan Volksraad yang berfungsi sebagai badan perwakilan. Ada beberapa partai serta organisasi yang memamfaatkan kesempatan untuk bergerak melalui badan ini yang dinamakan ko, namun ada pula yang menolak masuk didalamnya yang dinamakan non-ko. Pada awalnya partisipasi organisasi Indonesia sangat terbatas. Dari 38 anggota, disamping ketua seorang Belanda, hanya 15 orang Indonesia, diantaranya 6 anggota Budi Utomo dan Sarekat Islam. Komposisi baru berubah pada tahun 1931 waktu diterima prinsip “mayoritas pribumi”, sehingga dari 60 orang anggota ada 30 orang pribumi. Pada tahun 1939 Fraksi Pribumi terpenting dalam volksraad antara lain. Fraksi Nasional Indonesai.FRANI yang merupakan gabungan dari beberapa fraksi, diantaranya Parindra dan perhimpunan Pegawai Bestuur Bumiputra PPBB. Ketua Volksraad tetap orang Belanda. 3 Kehadiran partai politik dalam sejarah politik Indonesia modern dimulai pada abad ke-20. Sejalan dengan berbagai kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda yang banyak dipengaruhi oleh politik etis, berbagai asosiasi yang bercorak etnis, kebudayaan, dan keagamaan bermunculan sejak tahun 1905. Partai-partai politik bermunculan setelah Gubernur Jenderal Indenburg memberikan keleluasaan kepada Sarekat Islam bergerak secara lokal, karena ia mengira organisasi ini tidak akan terlibat dalam aktivitas politik. Partai-partai lain juga bermunculan dalam 2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet.VI, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 171. 3 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, cet. Pertama, h. 423 kurun 1910-1930, seperti Indesche Partij, ISDV yang kemudian berubah menjadi Partij Kominis Hindia, dan Partai Nasional Indonesia PNI yang didirikan oleh Soekarno pada tahun 1927. Sepanjang empat dasawarsa abad ke-20, partai-partai politik memberikan kontribusi yang besar dalam menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia, kendatipun partai-partai itu tumbuh dan berkembang berdasarkan ideologi politik yang berbeda-beda. 4 Model demokrasi sebenarnya pernah dikemukakan pada tahun 1945-an dan bahkan sebelumnya oleh Bung Karno yang menganjurkan agar partai-partai Islam dapat menempatkan ahli-ahlinya dalam parlemen dan mengisi proses legislasi dengan hukum-hukum Islam. Dengan demikian Bung Karno dan juga Bung Hatta pun tidak menolak perjuangan penerapan syariat Islam. 5 Terkait dengan hal ini perlu ditegaskan sebagaimana dipaparkan Deliar Noer, dalam bukunya “Partai Islam di Pentas Nasional; Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965” mengatakan bahwa: “Berdirinya partai-partai Islam pada masa kemerdekaan perlu dilihat dengan latar belakang perkembangan politik Indonesia pada masa bersangkutan. Ini akan memungkinkan kita untuk melakukan penilaian tentang kedudukan partai, kekuatan dan kelemahannya. Disamping tentunya melihat kemampuan para pemimpinya serta struktur partai itu sendiri”. 6 4 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tatanegara Indonesia: Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet. Pertama, h. 17 7-172. 5 Lihat, M. Dawam Rahardjo, ”Pulangnya Si Anak Hilang” dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF ed Islam Negara dan Civil Society, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer, Jakarta : Paramadina, 2005, Cet. Pertama, h. 8. 6 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1965, cet.II, Bandung: Mizan, 2000 , h. 47. Bagaimanakah sekarang dengan eksistensi partai-partai Islam khususnya Partai Keadilan Sejahtera PKS yang pada pemilu 1999, ditempatkan sebagai tujuh partai besar the big seven. Bersama dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 apakah partai tersebut dibatasi ruang geraknya atau justru memberikan ruang gerak yang luas untuk meraih suara mayoritas dalam pemilihan berikutnya? Jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 bukan saja telah membuka peluang kebebasan bagi kehidupan politik bangsa Indonesia, tetapi juga menum- buhkan hasrat para tokoh politik, agamawan, pengusaha dan kalangan intelektual untuk bangkit menggapai kekuasaan lewat partai politik. 7 Salah satunya adalah PKS yang merupakan partai politik berasaskan Islam, 8 memiliki visi khusus, yaitu partai yang berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dengan bekal visi itu, partai mendasarkan prinsip kebijakannya sebagai partai dakwah. Artinya, dakwah menjadi poros utama seluruh gerak partai, sekaligus menjadi karakteristik perilaku para aktivis-nya dalam berpolitik. Dalam verifikasi faktual oleh KPU, partai ini lolos di semua provinsi yang diajukan 27 provinsi. Menghadapi pemilu 2004, PKS memenuhi kuota perempuan dalam daftar calon anggota legislatif usulannya, dengan mengusulkan calon anggota legislatif perempuan sebanyak 37,4 persen. 7 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 , Cet. Pertama, h. Vii. 8 Lihat, Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera Bab I pasal 2 Salah satu sasaran PKS untuk mencapai tujuan adalah terwujudnya pemerintahan yang jujur, bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta tegaknya masyarakat Islam yang memiliki kemandirian berdasarkan sebuah konstitusi yang menjamin hak-hak rakyat dan bangsa Indonesia. 9 Pada umumnya perkembangan partai sejalan dengan perkembangan demokrasi, dalam hal perluasan hak pilih dari rakyat dan perluasan hak-hak parlemen. Semakin luas pertumbuhan fungsi-fungsi dan kebebasan majelis politik, maka semakin tumbuh kesadaran para anggotanya untuk membentuk kelompok antar-mereka dan bersaing dalam pentas politik. Semakin meluas hak individu untuk memberikan suaranya, semakin mendesak pula keperluan pembentukan komite untuk mengorganisasi dan menyalurkan suara para pemilih, serta penyedian calon-calon untuk mereka pilih. 10 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki kedudukan status dan peranan role yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai politik biasa disebut sebagai pilar demokrasi, karena mereka memainkan peran yang penting sebagai penghubung antara pemerintahan negara the state dengan warga negaranya the citizens. Bahkan menurut Schattscheider 1942, dalam “Political Parties Created Democracy”, 9 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004- 2009, h. 304-305 10 Maurice Duverger, Asal Mula Partai Politik, dalam Ichlasul Amal ed. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, cet. II, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1996, h. 2. partai politiklah yang membentuk demokrasi, bukan sebaliknya. Oleh sebab itu, partai politik merupakan pilar yang perlu dan bahkan sangat penting untuk diperkuat derajat perlembagaannya the degree of institutionalization dalam setiap sistem demokratis. Derajat perlembagaan partai politik itu sangat menentukan kualitas demokratisasi kehidupan politik suatu negara. 11 Undang-undang partai politik adalah undang-undang yang pertama disahkan dari empat undang-undang bidang politik lainnya seperti: undang-undang Pemilu Legislatif, SusunanKedudukan MPR, DPR, dan DPRD, dan undang- undang yang baru UU Pilpres 12 . Hal ini dapat dimengerti karena ketentuan- ketentuan dan pengaturan tentang partai politik memang harus dibuat pertama kali sebagai awal persiapan pemilu. 13 Oleh karena itu, Kaidah demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, dan tanggung jawab, dan perlakuan yang tidak diskriminatif dalam NKRI perlu berlandaskan hukum, sebagaimana dalam Undan-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang partai politik diperbaharui sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat yaitu kedalam UU No. 2 Tahun 2008. 14 11 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007 , h. 710. 12 Maswadi Rauf, Perkembangan Undang-Undang Bidang Politik Pasca Amandemen UUD 1945. Dalam “Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Bali, 14-18 Juli 2003,” buku II Jakarta: PNRI, 2003, Cet. Pertama, h. 56. 13 Ibid., h. 63. 14 Konsideran Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Penelitian mengenai partai politik merupakan kegiatan ilmiah yang relatif baru. Sekalipun bermacam-macam penelitian telah diadakan untuk mempelajari- nya, akan tetapi hingga sekarang belum tersusun suatu teori yang mantap mengenai partai sebagai lembaga politik. 15 Karena itu perlu dikaji bagaimana kedudukan partai-partai politik Islam khususnya PKS pasca lahirnya UU No. 2 Tahun 2008. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh kedudu-kan parpol Islam dalam UU No. 2 Tahun 2008 dengan PKS sebagai studi kasus, alasan penulis memilih PKS karena merupakan salah satu partai Islam yang fenomenal, dengan melihat setiap peningkatan suara pada Pemilu 1999 dengan 1 dan pada pemilu 2004 meningkat dengan perolehan 7 suara. 16

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah