Masalah Verifikasi Partai Politik Menurut UU No. 2 Tahun 2008.

dihasilkan menjadi UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 135 Ditegas lagi dari penulis bahwa partai politik Islam dalam hal lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 khususnya partai PKS tidak memberikan batasan bagi eksistensinya untuk meraih suara mayoritas dalam pemilu lanjutan yaitu pemilu 2009 tergantung dari kerja keras PKS dan penilaian masyarakat terhadap kinerja yang dilakukan selama ini bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Jadi, paradigma UU No. 2 Tahun 2008 berbeda dengan UU Parpol sebelumnya, yakni UU No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4251 , yang berdasarkan UU No. 2 Tahun 2008 kemudian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Menurut penulis undang-undang baru ini lahir karena dirasakan belum mampu mengakomodasi dinamika dan perkembangan masyarakat. yang menuntut peran Partai Politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta tuntutan mewujudkan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern. Hal mendasar dalam UU No. 2 Tahun 2008, adalah salah satunya yang telah diuraikan dalam poin 1 dibawah ini yaitu:

1. Masalah Verifikasi Partai Politik Menurut UU No. 2 Tahun 2008.

135 Lihat pendapat akhir fraksi PKS terhadap RUU tentang partai politik untuk disahkan menjadi undang-undang tentang partai politik 6 Desember 2007. PSHK, h. 2. paripurna yang dimaksud dilakukan pada 6 Desember 2007. Salah satu tahapan yang menyedot perhatian sepanjang triwulan pertama tahun 2008 adalah verifikasi partai politik peserta pemilu sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Konsentrasi awal calon peserta pemilu adalah bagian pertama rangkaian verifikasi, yaitu seleksi partai politik untuk badan hukum sebelum masuk ke tahap verifikasi lanjut di komisi Pemilihan Umum untuk bisa menjadi peserta pemilu. 136 Konsentrasi awal tertuju kepada calon peserta pemilu karena terjadi perubahan-perubahan dalam aturan baru UU No. 2 Tahun 2008 yaitu Perubahan yang paling signifikan tentang pembentukan partai politik dalam Pasal 2 ayat 2 adalah penyertaan klausul yang menyatakan bahwa pembentukan partai politik menyertakan 30 keterwakilan perempuan. Selain itu, kepengurusan partai politik di tingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30 keterwakilan perempuan . 137 Perubahan lainnya terjadi pada syarat kepengurusan partai politik yang ditambah. Kepengurusan harus tersebar paling sedikit 60 jumlah provinsi, 50 jumlah kabupatenkota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan 25 jumlah kecamatan pada setiap kabupatenkota pada daerah yang bersangkutan. 138 Sebelumnya, kepengurusan diharuskan tersebar hanya paling sedikit 50 jumlah 136 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 UU No 2 Tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan dalam Parpol, h. 6 137 Lihat Pasal 2 ayat 2 UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 138 Lihat Pasal 3 ayat 2 poin d UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik provinsi, 50 jumlah kabupatenkota pada setiap provinsi yang bersangkutan dan 25 jumlah kecamatan pada setiap kabupatenkota pada daerah yang bersangkutan. 139 Sehingga partai politik baru yang ikut serta dalam pemilu 2009 penuh dengan perjuangan karena lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 memberikan peningkatan jumlah kepengurusan Parpol ditingkat pusat 10 sehingga total keseluruhan 60 Pasal 3 ayat 2 poin d UU No. 2 Tahun 2008. Harus menyertakan juga sekurang-kurangnya 30 keterwakilan perempuan Pasal 2 ayat 2 UU No. 2 Tahun 2008. Berikut ini perbandingan materi pengaturan Parpol peserta Pemilu dalam UU No. 31 Tahun 2002 dan UU No. 2 Tahun 2008: 140 UU NO. 31 TAHUN 2002 UU NO. 2 TAHUN 2008 • Pasal 2 ayat 1 “Partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 orang warga negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 tahun dengan akta notaris”. • Pasal 2 ayat 1 “Partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50 orang warganegara Indonesia yang telah berusia 21 tahun dengan akta notaris” • Pasal 2 ayat 2 “Pendirian dan pembentukan partai politik menyertakan 30 keterwakilan perempuan”. • Pasal 2 ayat 5 “Kepengurusan partai politik tingkat pusat disusun dengan menyertakan sekurang-kurangnya 30 keterwakilan perempuan”. 139 Lihat Pasal 2 ayat 3 poin b UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik Lama 140 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 UU No 2 Tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan dalam Parpol, h. 7-8 • Pasal 20 “Kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan kabupatenkota disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang- kurangnya 30 yang diatur dalam ADART partai politik masing-masing”. • Pasal 2 ayat 3 poin b Untuk menjadikan badan hukum: Memiliki kepengurusan paling sedikit 50 dari jumlah provinsi, 50 dari jumlah kabupatenkota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25 dari jumlah kecamatan pada setiap kabupatenkota pada daerah yang bersangkutan. • Pasal 3 ayat 2 poin d. “Untuk menjadikan badan hukum: Memiliki kepengurusan paling sedikit 60 dari jumlah provinsi, 50 dari jumlah kabupatenkota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25 dari jumlah kecamatan pada setiap kabupatenkota pada daerah yang bersangkutan”. • Pasal 3 ayat 2 “Pengesahan partai politik sebagai badan hukum dilakukan menteri kehakiman selambat- lambatnya 30 hari setelah penerimaan pendaftaran”. • Pasal 4 ayat 2 “Penelitian danatau verifikasi oleh departemen dilakukan paling lama 45 hari sejak diterimanya dokumen persyaratan secara lengkap”. • Pasal 4 ayat 3 “Pengesahan partai politik menjadi badan hukum dilakukan dengan keputusan menteri paling lama 15 hari sejak berakhirnya proses penelitian danatau verifikasi” Sumber: UU Parpol 2008 UU No. 2 tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan.

2. Perbandingan Persyaratan Parpol Sebagai Badan Hukum Menurut