Prospek Partai Keadilan Sejahtera Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 2

dari jumlah propinsi. Pada Undang-Undang No. 31 Tahun 2002, hanya disyaratkan sedikitnya memiliki 50 dari jumlah propinsi. 143 Menurut penulis lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Semakin Memberikan kesulitan bagi para elit masyarakat yang ingin membentuk partai politik baru. Konsekuensi logisnya adalah bahwa UU Partai Politik yang baru semakin mencegah membludaknya partai politik. dilihat dari segi manfaatnya, UU baru diharapkan mampu mencegah terjadinya fragmentasi dikalangan umat Islam, karena meminimalisir pembentukan partai politik Islam baru bagi penduduk mayoritas Islam di Indonesia. Artinya partai politik Islam yang banyak akan menciptakan fragmentasi dikalangan Islam. Sebagaimana dikutip dalam bukunya A.M. Fatwa dengan judul “Satu Islam Multipartai” 144

B. Prospek Partai Keadilan Sejahtera Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 Terhadap prospek partai berasas Islam, sebagaimana munculnya tesis never ending ideology oleh Aiken 1964 dan dalam konteks politik Indonesia, Bahtiar Effendi menyebutnya sebagai repolitisasi Islam’. Bahtiar dalam bukunya Repolitisasi Islam tersebut, melanjutkan judul bukunya dengan menanyakan: 143 Ibid., h. 5 144 A.M. Fatwa, Satu Islam Multipartai: Membangun Integritas di Tengah Pluralitas, Bandung: Mizan, 2000, Cet. Pertama, h. 16 “pernahkah Islam berhenti berpolitik ? 145 . Bahwa hubungan antar satu ideologi dengan ideologi lain sangat erat dalam aktivitas politik. Apabila ideologi telah mati, maka berakhir pula dunia politik. Ideologi politik merupakan determinasi falsafah politik karena adanya agenda dan kepentingan politik. Sifat pragmatisme dan kecenderungan koruptif pada perilaku politik masyarakat modern, semakin mempertegas arti penting Ideologi politik. 146 Sementata Terkait dengan perumusan asas Parpol, Fraksi PKS menimbang secara seksama draf pemerintah yang kembali pada rumusan di dalam Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2002, yaitu Asas Parpol tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan dua alasan, pertama, rumusan tersebut telah terbukti mampu mewujudkan stabilitas dan keharmonisan dalam kehidupan politik berbangsa selama dua periode pemilu sejak reformasi. Kedua, adanya upaya untuk mewacanakan aspirasi asas tunggal misalnya, justru menimbulkan polemik dan ketegangan yang kontraproduktif bagi upaya membangun persatuan dan kesatuan bangsa. 147 Perdebatan alot atau pembahasan yang memakan waktu cukup panjang terjadi ketika membahas tentang Pasal 9 yang mengatur tentang asas dan ciri partai politik. Semula ada keinginan dari beberapa fraksi untuk menetapkan Pancasila dan 145 Lihat selengkapnya dalam, H. D. Aiken, The Revolt Against Ideology, Commentary 1964 dan Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, Bandung : Mizan Pustaka, 2000, Cet. Pertama, h. 198 146 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di Era Demokras, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008, Cet. Pertama, h. xi 147 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Partai Politik untuk disahkan menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 3 UUD 1945 menjadi semacam asas bersama bagi partai politik. Tapi melalui beberapa kali lobi, akhirnya disepakati untuk mengacu pada draft RUU dari Pemerintah dengan mencantumkan 1 ayat tambahan Pasal 9 ayat 3 yang akan disempurnakan setelah paripurna. 148 Enam fraksi dari partai berasas Islam menyampaikan nota keberatan atas disahkannya UU Parpol 2008 ini. Mereka menolak Islam menjadi subordinasi dari Pancasila dan UUD 1945. 149 Karena itu, sebelum pimpinan Sidang Paripurna mengetok palu sebagai tanda pengesahan RUU Parpol menjadi UU, wakil-wakil dari fraksi PPP, PKS, PAN, PKB, PBR dan PBPD Partai Bintang Pelopor Demokrasi menyempaikan nota keberatan. Keenam partai tersebut tetap setuju RUU ini disahkan menjadi UU tetapi keberatan dengan rumusan Pasal 9 ayat 3. 150 Berdasarkan pertimbangan dan catatan tersebut, dengan mengucap “Bismillahirrahmanir-rahimi seraya memohon perlindungan kepada Allah SWT Fraksi PKS DPR RI menyatakan Setuju untuk mengesahkan RUU tentang Partai Politik menjadi Undang-Undang, dengan terikat kepada kesepakatan Fraksi-fraksi untuk menyempurnakan redaksi pada Pasal 9 ayat 3”. 151 148 Pendapat akhir Fraksi PBR terhadap RUU tentang Partai Politik untuk disahkan menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 1. paripurna yang dimaksud dilakukan pada 6 Desember 2007. Lihat Pendapat akhir Fraksi PKS. 149 “Asas Parpol Masih Jadi Ganjalan, Pengesahan UU Parpol” , artikel ini diakses pada 15 Mei 2008 dari http:cms.sip.co.idhukumonlinedetail.asp?id=18130cl=Berita 150 Ibid. 151 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 3 Mengenai RUU Parpol, perwakilan pemerintah, yaitu Menteri Dalam Negeri, dalam hal menanggapi nota keberatan dari beberapa fraksi, menegaskan bahwa RUU Parpol telah sah menjadi UU dan keberatan beberapa partai akan menjadi masukan dikemudian hari. 152 Menurut penulis, meskipun beberapa nota keberatan dari wakil-wakil fraksi PPP, PKS, PAN, PKB, PBR dan PBPD Partai Bintang Pelopor Demokrasi tidak ada perubahan rumusan dalam Pasal 9 ayat 3 sampai disahkan menjadi Undang-Undang No.2 Tahun 2008, bukan salah satu faktor penghambat bagi partai PKS untuk memperoleh target sekitar 20 persen suara di Pemilu 2009. Masyarakat pemilih sekarang sudah jauh lebih cerdas dan cendrung memilih Parpol dengan kompetensi dan program kerja yang bagus terkait aspek sosial-ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia pada tahun 2005 PKS termasuk sebagai partai yang bersih dan anti-KKN, bahkan kalangan non-Muslim Greg Fealy, pengamat Islam dan Indonesia dari Australian National University ANU, termasuk yang memujinya, bahwa dengan melihat contoh PKS di Indonesia, Barat dalam hal ini Australia harus menanggalkan pandangan stereotype tentang Islam dan partai berbasis Islam. 153 Prof. William Liddle juga mengungkapkan hal yang sama bahwa partai Islam yang meningkat perolehan suaranya pada pemilu 2009 nanti adalah partai 152 Ibid. 153 Dalam artikelnya di koran The Australian 29 Maret 2005 berjudul Why West should come to Islamist party, dan diakses pada 15 Mei 2008 dari http:madrasahduat.blogspot.com 200804eksistensi-partai-dakwah-dalam.html PKS dengan melihat setiap peningkatan suara pada Pemilu 1999 dengan 1 dan pada pemilu 2004 meningkat dengan perolehan 7 suara. 154 Terbukti juga dari beberapa hasil Pilkada, dari 138 Pilkada, PKS memenangkan 81 Pilkada 155 dan setiap Pemilihan Umum PKS selalu mengalami dukungan yang terus meningkat sebagaimana hasil survei yang dilakukan oleh LSI pada 8-20 September 2008 156 dipaparkan juga beberapa hasil wawancara langsung dari PKS dan tim pemenangan pemilu 2009 bahwa : “PKS kedepannya mempunyai eksistensi ketahanan dan daya tahan yang cukup baik. PKS sudah jauh-jauh hari mempersiapkan beberapa persen suara yang nantinya akan diraih untuk pemilu 2009. Misalnya dengan kegiatan- kegiatan bakti sosial yang selama ini cukup membantu para konstituennya dan masyarakat luas”. 157 Munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, 158 dalam konteks agama dalam politik Amerika, ikatan kelompok keagamaan dan tradisi keagamaan menjadi penting secara politik. 159 Sehingga Banyak kalangan Parpol mungkin agak nervous dengan Partai Keadilan Sejahtera PKS belakangan ini. Khususnya setelah dua pasang Cagub dan Cawagub yang didukung PKS memenangkan 154 Pengamat Politik Indonesia dari USA disampaikan pada acara West East Conection pada siaran televisi swasta Metro TV Jumat 7 Nopember 2008. 155 Hilmi Aminuddin, Menghilangkan Trauma Persepsi, cet. III, Jakarta: Sekretariat Jenderal Bidang Arsip dan Sejarah DPP PKS dan Arah Press, 2008 h. 7 156 Parpol Islam Harus Garap Sumber Alternatif”, Kompas, 26 September 2008, h. 8 157 Wawancara langsung Heri Purnomo. Jakarta, 31 Oktober 2008 158 Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam, h. 195 159 David C. Leege dan Lyman A. Kellstedt, Agama dalam Politik Amerika, penerjemah Debbie A. Lubis dan A.Zaim Rofiqi, Jakarta: Kerjasama Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Freedom Institute, dan Yayasan Obor Indonesia, 2006 , h. 425 Pilkada di Jawa Barat dan Sumatra Utara. Bukan hanya kalangan Parpol lain, pengamat dalam dan luar negeri mengambil kasus di kedua daerah tersebut sebagai pertanda awal dari peningkatan suara PKS dalam Pemilu 2009. 160 Maka tidak terlalu salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah munculnya kembali kekuatan politik Islam. Hal yang demikian itu, di dalam perjalanannya selalu terbuka kemungkinan untuk mempolitikkan bagian-bagian yang menjadi dasar ideologi partai-partai tersebut. 161 Termasuk telah dibuka keran kebebasan dalam mencantumkan asas partai sebagaimana dalam UU No. 2 Tahun 2008 sesuai dengan pasal 9 kecuali ayat 3. 162 Inilah salah satu keuntungan dari keberadaan partai Islam yang ada di Indonesia khususnya Partai Keadilan Sejahtera dalam peluangnya untuk meraih peningkatan target suara pemilu 2009. Pendekatan politik Islam dewasa ini, seperti yang belakangan dikembangkan oleh generasi baru kaum intektual dan aktivis Muslim, cenderung bersifat inklusif atau integratif. Watak inklusif atau integratif pendekatan tersebut khususnya tampak dalam 1 bagaimana para pemikir dan aktivis Islam politk sekarang mengeksperisikan gagasan sosial-politik mereka; dan 2 bagaimana mereka berupaya merealisasikan tujuan-tujuan sosial-politik Islam. 163 160 Lihat, tulisan Prof. Azumardi Azra di Rubrik Resonansi Republika, Kamis, 24 April 2008, h. 12 161 Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam, h. 195-196 162 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 9 ayat 1, 2, dan 3. 163 Bachtiar Effendi, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesi , Jakarta: Paramadina, 1998, Cet. Pertama, h. 212 Sehubungan dengan itu, aspirasi-aspirasi politik Islam dirancang sedemikian rupa sehingga mereka tidak harus berbenturan dengan masyarakat pribumi Indonesia. Pada gilirannnya, hal ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang relatif harmonis antara keislaman dan keindonesiaan. 164 Mereka percaya bahwa ekspresi tujuan-tujuan politik Islam tidak akan lagi di pandang sebagai pinggiran. Dan yang lebih penting, mereka juga berkeyakinan bahwa pemikiran dan praktik politik semacam itu tidak akan dipandang sebagai ancaman terhadap persatuan bangsa. 165 Hidayat Nur Wahid sebagai anggota Majelis Syuro PKS juga menyampaikan tidak ada lagi dikotomi bahwa partai yang berasaskan Islam akan membahayakan NKRI. 166 Demikian halnya mengenai sumber pendanaan political finance bagi partai politik menjadi sangat penting untuk diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2008, karena seringkali perilaku koruptif terjadi, sehingga potret buram bangsa Indonesia sebagai negara korup kembali dipertegas oleh Transparency International Indonesia TII yang meluncurkan hasil survey Indeks Persepsi Korupsi IPK tahun 2007 pada tanggal 6 Desember 2007, bahwa dari 180 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 143 bersama Rusia, Togo, dan Gambia. Nilai IPK itu juga memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang dipersepsikan terkorup di dunia, bersama 71 negara berindeks di bawah 3. Aktor 164 Ibid. 165 Ibid., h. 214 166 Lihat Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalis, Republika, 24 September 2008, h. 1 ”Keberhasilan” Indonesia dalam mempertahankan prestasi sebagai negara korup masih didominasi oleh Lembaga Parlemen. 167 Contoh kasus temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK tentang adanya pencairan lebih dari 400 lembar cek yang terdistribusikan secara mencurigakan. Temuan ini menguatkan adannya benang merah dengan nyanyian politikus PDI Perjuangan, Agus Condro, dengan pengakuannya menerima cek perjalanan senilai 500 juta melalui Fraksi PDI Perjuangan DPR usai voting Komisi IX DPR yang memenangkan Miranda Swaray Goeltom untuk menjabat gubernur senior Bank Indonesia BI pada 2004. Ketika itu, Miranda meraih 41 suara dari 54 anggota Komisi IX yang hadir. 168 Alasan penulis mengutip ulasan diatas ialah disebabkan perlunya lembaga partai pilitik yang bersih dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Inilah salah satu konsekuensi pentingnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 mengatur masalah sumber pendanaan partai sesuai dengan pasal 34 pasal 1 yang berbunyi keuangan partai politik bersumber dari: a. iuran anggota; b. sumbangan yang sah menurut hukum; dan c. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 169 . Kondisi Parlemen saat ini juga tidak ideal untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat. Pasalnya, 167 Zamrony, Pemberantasan Korupsi: Topik Out Of Date, artikel diakses pada 15 September 2008 dari http:www.google.co.idsearch?hl=idclient=firefox-achannel=srls=org .mozilla3AenUS3Aofficialhs=0Igq=laporan+ICW+mengenai+lembaga+terkorup+di+Indon esiabtnG=Telusurimeta= 168 KPK Telusuri 400 Cek Suap ke DPR, Republika, 11 September 2008, h. 12. 169 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 1. posisi anggota Dewan secara perorangan sangat lemah. Selain itu, parlemen pun tak bisa membuat anggotanya menjadi kuat dan tidak mempunyai agenda kerja kerakyatan. Otokritik ini disampaikan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR, Fahry Hamzah, dalam diskusi Membangun Parlemen Pro Rakyat di Jakarta kamis 119. Sebelumnya, Bvitri Susanti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia mengatakan, ketidakpuasan masyarakat terhadap lembaga legislatif memang besar. Masyarakat juga banyak yang tidak tahu siapa wakilnya di DPR. Untuk memperbaiki ini, tidak ada jalan lain kecuali partai harus berbenah diri. Memperbaiki mekanisme kaderisasi dan penentuan calon anggota legislatif yang berkualitas. 170 Sehingga Fraksi PKS sejak awal menyerukan dan memperjuangkan pentingnya perwujudan partai kader di negeri ini guna mengimplementasi fungsi Parpol dalam hal pendidikan politik, rekrutmen pemimpin, manajemen konflik, dan agregasi kepentingan. Fungsi-fungsi itu harus dijalankan sepanjang waktu sehingga Parpol tidak hanya sibuk dari pemilu ke pemilu lalu abai pada kepentingan masyarakat. Parpol harus hadir sepanjang waktu melakukan pendidikan politik, menyerap aspirasi, melakukan rekrutmen pemimpin dan yang tak kalah penting, tentu saja, turut mengentaskan pelbagai persoalan yang menghimpit masyarakat. Fraksi PKS sebelumnya menyambut gembira rumusan RUU Parpol yang menegaskan tujuan dan fungsi Parpol secara eksplisit di dalamnya, yaitu di Bab V 170 Parlemen Tak Ideal untuk Akomodasi Rakyat, Kompas, 13 september 2008, h. 4 serta menjabarkannya di dalam Bab XI tentang Rekrutmen Politik dan Bab XIII tentang Pendidikan Politik. 171 Dalam proses kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera, sumber keuangan dari iuran anggota dan simpatisan cukup signifikan nilainya terhadap pendanaan partai, hal ini juga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga PKS oleh struktur Dewan Pengurus Pusat. 172 Padahal dalam budaya masyarakat yang opportunis dan perilaku money politics kecenderungannya adalah sebaliknya, yaitu kader yang berusaha mendapatkan keuntungan materi dari partai. Praktik pendanaan Partai Politik lain sangat jarang menerapkan sumber pendanaan dari iuran anggotanya, lebih banyak bersumber dari para kader anggota DPR, pejabat negara, pengusaha, dan bantuan pihak lain. Political finance atau sumber pendanaan Parpol diatur dalam Pasal 35, 36, 37, 38, dan 39 UU No. 2 Tahun 2008. PKS sebenarnya lebih mudah dalam masalah transparansi. Karena selain sudah ada penggalangan dana dari kader, potongan dana terhadap pendapatan anggota legislatif untuk partai pun tidak terlalu memberatkan dan bersifat progressif. Artinya potongan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Tujuan dilakukan penggalangan dana yang trasparan seperti di atas adalah kebaikan para kader agar tidak ada pihak yang dirugikan atau membuat 171 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik untuk disahkan menjadi Undang-Undang Tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 2 172 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 19 miskin legislator PKS sehingga mencegah terjadinya sumber alternatif praktek KKN. PKS juga adalah partai kader sehingga dalam setiap pengkaderan ada istilah tingkatan yang terbagi beberapa bagian kader, yaitu; anggota pemula, anggota muda anggota pendukung, anggota madya, anggota dewasa, anggota ahli dan anggota purna anggota inti 173 anggota yang sudah masuk dalam tingkatan level kader inti adalah anggota madya, anggota dewasa, anggota ahli dan anggota purna sudah diwajibkan membayar iuran kader, standar 5000 per orang dan bahkan kebanyakan kader yang memiliki banyak dana, mereka menyumbang lebih dari itu dengan dasar keikhlasan dan sedekah lillâhi taâla untuk dakwah. 174 mengenai syarat lolosnya peserta pemilu, dalam bentuk rancangannya Pemerintah berpendapat bahwa syarat jumlah pendiri partai politik perlu ditingkatkan dari 50 menjadi 250 orang, untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan legitimasi partai politik sebagai representasi aspirasi politik masyarakat yang bertujuan juga sebagai upaya membangun system kepartaian yang ideal, dan tidak dimaksudkan untuk memperberat syarat pendirian partai politik sebagaimana dalam pandangan F-PBR. Pemerintah setuju dengan F-BPD Bintang Pelopor Demokrasi mengusulkan adanya peningkatan jumlah pendiri partai politik. 175 173 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 5 ayat 1. 174 Wawancara Pribadi dengan Lili Nur Aulia. Jakarta, 24 Oktober 2008 175 Lihat Kartu Pemantauan Legislasi, dalam agenda Jawaban Pemerintah atas Pandangan Fraksi-Fraksi terhadap RUU Parpol dan Susduk, 5 September 2007, PSHK, h. 2 Mengingat sentralnya peran Parpol dalam kehidupan politik yang demokratis dan menilai pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi Parpol dalam kehidupan bermasyarakat, Fraksi PKS dapat memahami dan akhirnya turut memperjuangkan proses pendirian Parpol yang ringan, paling tidak sama dengan ketentuan UU Parpol sebelumnya. Harus diakui, saat ini kita membutuhkan partisipasi luas dari seluruh elemen bangsa untuk mewujudkan perubahan dan demokratisasi yang lebih ekstensif. 176 Ini menunjukkan bahwa pasca lahirnya Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2008 partai Islam yang lolos verifikasi lebih rumit bandingkan dalam undang-undang. Lihat uraian diatas mengenai Perbandingan persyaratan Parpol sebagai badan hukum menurut undang-undang No. 31 Tahun 2002 dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2008. Tetapi, kondisi ini tidak membuat praktisi politik Islam patah semangat untuk tetap optimis dalam verifikasi misalnya PKS dan partai Islam lainnya yang bertambah dua partai politik yaitu PKNU dan PMB 177 dibandingkan dengan peserta pemilu 2004, yang hanya ada 5 partai Islam yaitu: PKS, PPP, PBB, PBR, dan PPNUI 178 artinya sebagai partai ideologis pada pemilu 2009 hanya bersaing dengan 7 Parpol yang berasaskan Islam peluang mendapatkan jumlah suara pada pemilu 2009 lebih besar. 176 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 2 177 Poros Islam Menyongsong 2009, Suara Islam, edisi 49, Tanggal 1-14 Agustus 2008 , h. 5 178 Lihat Profil Partai, diakses pada 15 Mei 2008 dari http: www.tempo.co.id hgpartaiindex.html Mengenai kadar keterwakilan peremepuan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 pasal 20 menegaskan ”Kepengurusan Partai Politik tingkat provinsi dan kabupatenkota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat 2 dan ayat 3 disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30 tiga puluh perseratus yang diatur dalam AD dan ART Partai Politik masing-masing. 179 Sementara itu, Koordinator Gerakan Perempuan Peduli Indonesia GPPI dan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Revisi UU Politik ANSIPOL Sri Budi Eko Wardani mengatakan, UU Politik yang baru disahkan akan memberikan terobosan penting bagi partisipasi perempuan di dalam Parpol. Menurutnya, keterlibatan perempuan di dalam Parpol –sebagai anggota dan pengurus—merupakan “hulu” dari perjuangan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Aturan yang merupakan hulu tersebut terletak pada dua hal yaitu pembentukan Parpol yang diatur dalam Pasal 2 ayat 2 dan ayat 5. Lainnya, soal kepengurusan Parpol, yakni di Pasal 20. 180 Terobosan baru dalam UU partai politik merupakan langkah awal dari proses “feminisasi” negara melalui Parpol. Feminisasi politik ini menjelaskan bagaimana proses politik akan lebih memperhatikan persoalan mendasar yang dialami masyarakat, termasuk perempuan. Bagi perempuan hal ini dapat ditunjukkan melalui lebih peduli pada kesehatan, peningkatan pendidikan, 179 Lihat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pasal 20. 180 “Asas Parpol Masih Jadi Ganjalan, Pengesahan UU Parpol”, artikel ini diakses pada 15 Mei 2008 dari http:cms.sip.co.idhukumonlinedetail.asp?id=18130cl=Berita penghapusan kekerasan terhadap perempuan, serta mendorong perempuan terlibat dalam proses politik dalam kehidupan publik. 181 Dalam kerangka partisipasi demokratis, Fraksi PKS juga dapat memahami dan turut mendukung afirmasi politik 30 perempuan dalam pendirian dan kepengurusan Parpol dengan rumusan yang dihasilkan: Menyertakan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan di tingkat propinsi serta di KabupatenKota. Gelombang afirmasi ini diharapkan tidak hanya menimbulkan tuntutan yang berlebihan untuk tampilnya kaum perempuan pada lembaga publik. Tetapi, menjadi pendorong untuk peningkatan kebijakan negara yang berpihak pada pemuliaan kaum perempuan. Antara lain, lebih banyak mendengarkan, meringankan beban fisik, meminimalisasi pelecehan, dan, segala bentuk yang merendahkan kaum perempuan. 182 Partai Keadilan Sejahtera dalam hal ini sudah menetapkannya dalam Anggaran Rumah Tangga PKS bab IX tentang Struktur Partai di Tingkat Provinsi. Ada beberapa anggota untuk komisi-komisinya misalnya poin 2 komisi yang bertugas sebagai pengkaderan dan kewanitaan dan begitu juga terhadap Struktur Partai di Tingkat Kabupaten. 183 181 Astrid Anugrah, UU Parpol 2008 UU No 2 Tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan dalam Parpol, h. 27 182 Pendapat akhir Fraksi PKS terhadap RUU tentang Partai Politik, 6 Desember 2007. PSHK, h. 3 183 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 27dan 40. Sementara hambatan Parpol lain adalah alasan tidak adanya kader perempuan dalam Parpol. Kader perempuan memang menjadi masalah ketika Parpol tidak melakukan kaderisasi pada perempuan. Parpol hanya menjadikan perempuan sebagai pemasok suara vote getter dalam pemilu, tetapi bukan kader potensial Parpol. 184 Partai Keadilan Sejahtera PKS juga terbukti misalnya dalam pengajuan 573 anggota calon anggota legislatif, menempatkan 373 atau 65 pria dan 200 atau 35 perempuan. Hampir 100 dari 45 anggota DPR saat ini, menurut Sekjen PKS, Anis Matta, kembali maju dalam pencalonan. 185 Ketua Bidang Kewanitaan DPP Partai Keadilan Sejahtera PKS, Ledia Hanifah, mengungkapkan ”kalau berbicara realita, banyak dari kami yang justru bagus dan meraih suara lebih banyak daripada lelaki,” 186 Ini menandakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera PKS merupakan partai yang selalu siap dalam menghadapi pemilu 2009. Bandingkan dengan jumlah partai calon pemilu yang mendaftar tapi tidak lolos verifikasi administraif dan partai yang tidak memenuhi keterwakilan 30 perempuan: 11 Parpol yang tidak lolos verifikasi yaitu: 184 Anugrah, UU Parpol 2008 UU No 2 Tahun 2008 dan Keterwakilan Perempuan dalam Parpol, h. 28. bandingkan dengan Pengumumam Daftar Calon Sementara Anggota DPR RI Pemilu 2009, Republika, 7 Oktober 2008, ada beberapa partai yang tidak memenuhi kuota 30 keterwakilan perempuan diantaranya: PPRN Partai Peduli Rakyat Nasional , GERINRA Partai Gerakan Indonesia Raya, PPP Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Patriot. 185 Berlomba Mencalonkan Perempuan ke DPR, Republika, 20 Agustus 2008 , h. 1 186 “Tergerus oleh Penetapan Suara Terbanyak”, Republika, 1 September 2008 , h. 9 Partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Demokrasi Indonesia, Partai Tenaga Kerja Indonesia, Partai Masyarakat Madani, Partai Pemersatu Nasional Indonesia, Partai Republik, Partai Bela Negara, Partai Islam, Partai Persatuan Perjuangan Rakyat, Partai Kerakyatan Nasional, Partai Reformasi Demokrasi. Sedangkan yang mengundurkan diri karena tidak terdaftar memiliki badan hukum di Depkum HAM yaitu: 187 1. Partai Islam Indonesia Masyumi 2. Partai Kemakmuran Rakyat. Sedangkan dalam Rekapitulasi Daftar Calon Sementara DPR RI yang tidak memenuhi keterwakilan 30 perempuan yaitu: 188 No Partai Jumlah Caleg Perempuan Perempuan 4 Partai Peduli Rakyat Nasional 288 77 27 5 Partai Gerakan Indonesia Raya 397 106 27 24 Partai Persatuan Pembangunan 452 124 27 30 Partai Patriot 118 23 19 Mengenai proses Islamisasi kebijakan ideologi ditingkat nasional lebih mudah untuk direalisasikan dengan budaya politik koalisi PKS dengan partai Islam lain. lebih tepatnya apa yang disampaikan oleh Ketua Umum partai nasionalis Hanura, Wiranto mengingatkan, koalisi lebih tepat bicara tentang kesamaan 187 Artikel diakses pada 15 Oktober 2008 dari http:hariansib.com20080601kpu- umumkan-51-Parpol-lolos-peserta-pemilu 188 Komisi Pemilihan Umum KPU, Pengumumam Daftar Calon Sementara Anggota DPR RI Pemilu 2009, Republika, 7 Oktober 2008, h. 26 program, bukan bagi-bagi kekuasaan. “Bagaimana program, visi, misi, dalam membangun pemerintahan yang sama.” 189 Tetapi dalam kehidupan politik dewasa ini tak ada lagi dikotomi antara partai politik Parpol aliran nasionalis dan Islam. Koalisi yang dibangun antar Parpol kini lebih cair. Partai berideologi Islam tanpa ragu merangkul partai-partai nasionalis seperti terlihat dalam beberapa ajang Pilkada. 190 Namun, nuansa pragmatis justru terasa lebih kental. Kalla mencontohkan beberapa koalisi yang dibangun PKS disejumlah Pilkada. Sebagai partai berasaskan Islam, PKS dapat berkoalisi dengan PDIP di Pilkada Sumsel. Di Sulsel, PKS berkoalisi dengan partai Golkar. Bahkan partai yang sama-sama religius, tapi dengan latar belakang agama yang berbeda, bisa bersatu di Pilkada. “Contohnya di Papua, PKS berkoalisi dengan PDS”. Tidak ada rumusan baku menjalin koalisi. sebab, tujuan koalisi antarpartai tak hanya sekedar kesamaan program, visi, dan misi, tapi juga untuk mengisi kekurangan kemampuan maupun perolehan suara, sehingga peluang mencapai kemenangan semakin besar. 191 Sementara, bila ditilik dari sejarah, Taufiq Kiemas mengungkapkan bahwa partai-partai nasionalis pun tak bisa dipisahkan dari umat Islam. Kalau sekarang PDIP punya Baitul Muslimin, Taufiq menyatakan dahulu PNI juga memiliki Jamiatul Muslimin. Hidayat Nur Wahid, menambahkan, sesuai undang-undang, 189 Tak Ada Dikotomi Islam dan Nasionalis, Republika, 24 September 2008, h. 1 190 Ibid., seperti juga dikatakan M. Yusuf Kalla bahwa tidak ada lagi pertentangan antara partai Islam dan Nasionalis. 191 Ibid. semua Parpol memperoleh perlakuan sama. Tak ada pembedaan berdasarkan ideologi partai, baik untuk Parpol Islam maupun Nasionalis. “sekarang bukan waktunya lagi mempertentangkan partai berdasarkan asas Pancasila atau Islam. Platform Parpol, sebenarnya banyak yang ber-singgungan. Hanya ada penekanan tertentu, misalnya, di bidang ekonomi, umat, dan lainnya. “tidak lagi dikotomi antara yang membahayakan dan tidak membahayakan NKRI”. 192 Menurut penulis, mengutip salah satu paparan tokoh PKS yang juga ketua MPR Hidayat Nur Wahid, bahwa dalam UU No.2 Tahun 2008 tidak ada diskriminasi atau pembedaan berdasarkan ideologi partai, baik untuk Parpol Islam maupun Nasionalis. Tidak lagi dikotomi bahwa partai yang berasaskan Islam akan membahayakan NKRI. Disini dapat dilihat juga peluang bagi partai PKS untuk berkoalisi dengan partai apapun demi mencapai kekuatan politik, mendapatkan simpatisan dan dukungan publik. dimana didalam dunia politik. PKS mengartikan politik sebagai “aktivitas yang mendekatkan manusia kepada kemaslahatan dan menjauhkan dari kerusakan serta mengantarkan kepada keadilan”. 193 Dalam hal terjadi perselisihan, sebagaimana diatur dalam pasal 32 dan 33 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 yang selama ini marak terjadi dualisme kepengurusan problem internal partai misal kasus PKB yang berujung di Mahkama Agung dan berlanjut menjadi konflik pada akar rumput atau grass 192 Ibid. 193 Majelis Pertimbangan Pusat PK Sejahtera, Memperjuangkan Masyarakat Madani, Jakarta: MPP PKS, 2008, Cet. Pertama, h. 84 root, 194 PKS cukup solid dengan berfungsinya struktur kelembagaan partai diantaranya: Majelis Syura adalah lembaga tertinggi partai. Kebijakan-kebijakan yang di keluarkan oleh lembaga ini terdiri atas keputusan tatsbit, beschikking dan peraturan taqnin, regeling 195 adalah kebijakan yang sangat substansial. Misalnya penetapan mengenai platform, visi dan misi partai, serta Capres dan Cawapres atas rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Pusat, mengevaluasi kinerja Dewan Pimpinan Tingkat Pusat, menerima pengunduran diri pimpinan danatau anggota dari kepengurusan Partai yang diangkat berdasarkan putusan Majelis Syura dan lain-lain. 196 Dewan Pimpinan Tingkat Pusat lembaga tinggi adalah Pimpinan Tingkat Pusat diantaranya: Ketua Majelis Syura, Ketua Dewan Syariah Pusat, Ketua Majelis Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan PusatPresiden Partai, Sekjen dan Bendahara Umum. 197 Agar tidak terjadi konflik internal pada PKS ialah dengan melaksanakan ADART sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing- masing lembaga. 198 Misalnya didalam partai lain yang banyak terjadi konflik internal karena terjadi dualisme kepengurusan karena ada keputusan orang lain yang dituruti disegani atau ada dikotomi keputusan individu yang dikultuskan. 194 Admin. “Konflik PKB” artikel diakses pada 15 Oktober 2008 dari http:agusromli . comportal?pilih=newsmod=yesaksi=lihatid=30 195 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 13 ayat 2. 196 Lihat, Anggaran Dasar PKS Pasal 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. 197 Lihat, Anggaran Rumah Tangga PKS Pasal 5 ayat 2. 198 Wawancara langsung Nur Arif Hidayat. Jakarta, 31 Oktober 2008 Ketua Majelis Pertimbangan Pusat lembaga tinggi PKS dalam hal mencegah terjadinya konflik internal selalu mengacu kepada ADART atau sesuai dengan struktur kelembagaan yang ada. 199 Struktur Kelembagaan Dewan Pimpinan Tingkat Pusat PKS

C. Tantangan Partai Keadilan Sejahtera dalam Pemilu 2009.