Sistem Kepartaian di Indonesia Pasca Orde Baru

karena disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan dalam negeri. Setidak-tidaknya di negara-negara yang keabsahan pemerintahannya sedikit banyak diuji oleh berjuta-juta rakyat dalam pemilihan umum berkala, partai-partai politik dan organisasi kekuatan sosial politik lainnya menduduki tempat yang krusial. 81

D. Sistem Kepartaian di Indonesia Pasca Orde Baru

Sistem kepartaian adalah suatu mekanisme interaksi antarpartai politik dalam sebuah sistem politik berjalan. Maksudnya, karena tujuan utama dari partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program- program yang disusun berdasar ideologi tertentu, maka untuk merealisasikan program-program tersebut partai-partai politik yang ada berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem kepartaian. Secara klasik, setidaknya merujuk pada teori Maurica Duverger 1967:207, terdapat beberapa sistem kepartaian yang dapat digunakan dalam merealisasikan interaksi antarpartai dalam suatu sistem politik, yakni: one-party system sistem satu partai, two-party system sistem dua partai, serta multy-party system, sistem banyak partai. 82 Orde Baru selalu perlu disebut dan diingatkan kembali dalam setiap penulisan siapa pun tentang partai dan sistem kepartaian di Indonesia karena Orde Baru membentuk dan memaksakan suatu sistem mono-partai terselubung -terlepas dari kenyataan bahwa ada tiga partai yang hidup saat itu- yang berlang-sung 81 Ibid., h. 414-415 82 Leo Agustina, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, Cet. Pertama, h.112-113. puluhan tahun. 83 Ketika Orde Baru jatuh pada tahun 1998, mulainya masa reformasi, Indonesia kembali pada sistem multi-partai tanpa dominasi satu partai. 84 Pemilu 1999 ketika PDIP yang memiliki sisilah politik ke PNI hasil lebur pada pemilu 1977 kembali memuncaki perpolitikan Indonesia, setelah hampir 20 tahun “tiarap” dengan dikooptasi rezim Orde Baru. Kemenangan PNI pada masa Orde Lama, bila dilihat dari kiprah dan peran politik pada saat itu, bisa juga dikategorikan mirip dengan sitem partai tunggal dominan totaliter, yang partainya sangat mendominasi pemerintahan dan militer, masa ini selama enam kali melaksanakan pemilu, lebih mirip menggunakan sistem partai tunggal otoriter satu sisi, dan di sisi lain menggunakan sistem banyak partai dominan. Hal itu terbukti dengan secara berturut-turut Golkar memuncaki setiap penye-lenggara pemilu. Bahkan, pada pemilu 1997 Golkar hampir mencapai 78, 2. 85 Pada era reformasi, jarak ideologi yang menjadi parameter sistem kepartaian yang digunakan, kembali muncul dengan adanya dua kutub kekuatan di sisi lain pada partai-partai politik peserta pemilu 1999. Melihat pluralisme ekstrem kembali menjadi kecendrungan sistem kepartaian saat itu. Dua kutub kekuatan dimaksud ialah ideologi nasional dan ideologi agama, kemudian yang dimaksud tiga kutub kekuatan ialah nasionalis sekuler, nasionalis radikal, dan Islam. Nasionalis sekuler diwakili PDIP dan Golkar, nasionalis radikal ditunjukkan oleh 83 Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004- 2009, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2004 , Cet. Pertama, h. 3. 84 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, h. 422. 85 Said Gatara dan Dzulkiah Said, Sosiologi Politik: Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007, Cet. Pertama, h. 234. perilaku PRD, sedangkan Islam lebih banyak melekat pada PPP, PBB dan PK Sejahtera. Yang menarik di sini ialah benturan kepentingan dan ideologi yang sangat kontras tersebut tidak serta merta mengarah pada perilaku melepaskan diri dari bumi pertiwi sentrifugal, melainkan mereka tetap pada komitmen kuat untuk merapat pada integritas nasional sentripetal. Dengan demikian, tidak menjadi rumusan baku ketika pluralisme ekstrem memiliki kecendrungan sentrifugal. 86 Sebuah gejala yang menarik sedang terjadi di Indonesia. Banyak yang mengatakan sebagai eforia politik, ada juga yang menyebutnya ‘aji mumpung’ atau anggapan- anggapan lainnya. Yang pasti, faktanya memperlihatkan bahwa sejak gerakan reformasi berhasil mengguling-kan Orde Baru dan perpolitikkan di Indonesia beralih kembali menganut sistem multi partai, banyak sekali partai baru yang bermunculan. 87 86 Ibid., h. 235 87 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology Politik di Era Demokrasi, h. xxv

BAB III SEKILAS TENTANG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PKS