PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
266
Tampak dengan jelas bahwa gangguan ru¥±niah sebagaimana tersebut di atas adalah menjadi sebab utama dari berbagai penyakit jasmaniah, termasuk di
dalamnya adalah gangguan psikologis, pikiran, gangguan fungsi organ tubuh, sakit fisik dan lainnya, sehingga menuntut adanya berbagai upaya untuk
membersihkannya dalam mencapai kesembuhan dan kesehatan.
399
C. Jenis Syif± dan Karakteristiknya
1. Al-Quran dan Sifat-sifatnya Syif± yang dinyatakan oleh al-R±zi sebagai nama lain dari surah al-
F±ti¥ah, maupun Al-Qur±n mengandung empat sifat yang secara berurutan di dasarkan pada firman Allah swt dalam QS Y- nus [1051]: 57.
400
398
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 12, Jus 24, h. 146
نأ حاورﻷا
اذإ ﺖﻠﻤﻛ
ﻲﻓ مﻮﻠﻌﻟ ا
قﻼﺧﻷا و نﺎﻛ
ﻘﺑ ﺎﮭﺋﺎ
ﻲﻓ هﺬھ
دﺎﺴﺟﻷا ﻦﯿﻋ
،رﺮﻀﻟا ﺎﮭﺘﺻﻼﺧو
ﺎﮭﻨﻋ ﻦﯿﻋ
ةدﺎﻌﺴﻟا فﻼﺨﺑ
ضﺮﻤﻟ ا .
- apabila totalitas r- htelah mencapai tingkat kesempurnaan ilmu dan akhlak, maka keberadaannya dalam jasad itu
merupakan esensi penderitaan. Sebaliknya, terlepasnya totalitas r- h tersebut dengan jasadnya adalah merupakan esensi kebahagiaan mati sebagai lawan dari sakit al-mara«.
399
Lihat Tafsir al-R±z³, Jilid 9, Jus 17, h. 121. Pada bagian ini al-R±z³ menjelaskan: apabila totalitas r- h berkaitan dengan badan yang keterkaitannya itu merupakan tuntutan
psikologis
ﺔﯿﻌﯿ ﺒط
yang mengharuskan keterkaitan r- hdengan fisik, kemudian substansi r- hdapat merasakan kesenangan pada bentuk dan keindahan fisiknya melalui perantaraan panca indra,
bahkan telah berulang-ulang sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kebiasaan. Hal demikian itu, sebagaimana telah diketahui, bahwa pencerahan akal hanya diperoleh pada tingkat terakhir, yakni:
ketika terjadi hubungan yang kuat antara indra ¥issiyah dengan hal-hal baru yang bersifat material, maka peleburan hubungannya itu bisa menjadi sebab tercapainya suatu akidah yang salah
dan akhlak yang tercela pada substansi jati diri hakekat r- h. Keadaan demikianini sama halnya dengan kondisi sakit parah yang bertempat pada substansi r- h
ﻲﻓ ﺮھﻮﺟ
حوﺮﻟا
. Hal demikian sudah barang tentu sangat membutuhkan seorang dokter yang cerdas, karena seseorang yang
penyakitnya sudah berat, kemudian tidak ada seorang dokter yang cerdas untuk menyembuhkannya, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kematian. Akan tetapi, apabila
dijumpai suatu dokter yang cerdas dalam menanganinya, kemudian fisiknya juga dapat menerima pengobatan, maka besar kemungkinan dapat memperoleh kesehatan dan menghilangkan penyakit.
400
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9 tertulis Jus 9, Jus 17, h.119
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
267
ﺎَﮭﱡﯾَأﺎَﯾ ُس
ﺎﱠ ﻨﻟا ْﺪَﻗ
ْﻢُﻜْﺗَءﺎَﺟ ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ
ْﻦ ِﻣ
ْﻢُﻜﱢﺑَر ٌءﺎَﻔِﺷَو
ﺎَﻤِﻟ ﻲِﻓ
ِروُ ﺪﱡ ﺼ ﻟا
ىًﺪُھَو ٌﺔَﻤْﺣَرَو
َﻦ ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ
57 Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman QS Y- nus [1051]: 57.
ﻢﻠﻋا ﮫﻧا
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻒﺻو
نأﺮﻘﻟا ﻲﻓ
هﺬھ ﺔﯾﻷا
تﺎﻔﺼﺑ ﺔﻌﺑرأ
: ﺎﮭﻟوأ
ﮫﻧﻮﻛ ﺔﻈﻋﻮﻣ
ﻦﻣ ﷲﺪﻨﻋ
. ﺎﮭﯿﻧﺎﺛو
ﮫﻧﻮﻛ ءﺎﻔﺷ
ﺎﻤﻟ ﻲﻓ
روﺪﺼﻟا .
ﺎﮭﺜﻟﺎﺛو ﮫﻧﻮﻛ
،ىﺪھ ﺎﮭﻌﺑارو
: ﮫﻧﻮﻛ
ﺔﻤﺣر ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ
ﻻو ﺪﺑ
ﻞﻜﻟ ﺪﺣاو
ﻦﻣ هﺬھ
تﺎﻔﺼﻟا ﻦﻣ
ةﺪﺋﺎﻓ ﺔﯿﺻﻮﺼﺨﻣ
.
401
Ketahuilah bahwa Allah swt menberikan sifat Al-Quran dengan empat macam: Pertama, keberadaan Al-Quran sebagai mau`i§ah
dari Allah. Kedua, Al-Quran sebagai syif± terhadap penyakit hati. Ketiga, Al-Quran sebagai hudan, dan Ke-empat, Al-Quran
sebagai ra¥mat bagi orang-orang yang beriman. Setiap masing- masing dari sifat-sifat tersebut mempunyai faedah tertentu.
Sifat-sifat Al-Quran dengan empat pembagiannya di atas, tampaknya tidak ada masalah, namun ketika beranjak pada persoalan penyakit yang bersarang
pada subsatansi r- h yang dikatakan oleh al-R±z³ sebagai penyakit yang terberat dan membutuhkan seorang dokter khusus adalah merupakan permasalahan yang
patut dikaji dan dicermati secara mendalam. Berikut ini kutipan dari tafsir al- R±z³.
لﻮﻘﻨﻓ :
نإ حاورﻷا
ﺎﻤﻟ ﺖﻘﻠﻌﺗ
دﺎﺴﺟﻻﺎﺑ نﺎﻛ
ﻚﻟذ ﻖﻠﻌﺘﻟا
ﺐﺒﺴﺑ ﻖﺸﻋ
ﻲﻌﯿ ﺒط ﺐﺟو
حوﺮﻠﻟ ﻰﻠﻋ
،ﺪﺴﺠﻟ ا ﻢﺛ
نإ ﺮھﻮﺟ
حوﺮﻟا ﺬﺘﻟا
تﺎﯿﮭﺘﺸﻤﺑ ﺬھ
ﻢﻟﺎﻌﻟا ﻲﻧاﺪﺴﺠﻟ ا
ﮫﺗﺎﺒﯿطو ﺔﻄﺳاﻮﺑ
ساﻮﺤﻟ ا ،ﺲﻤﺨﻟ ا
نﺮﻤﺗو ﻰﻠﻋ
ﻚﻟذ ﻒﻟأو
هﺬھ ﺔﻘﯾﺮﻄﻟ ا
ﺎھدﺎﺘﻋا و .
ﻦﻣو مﻮﻠﻌﻤﻟ ا
نأ رﻮﻧ
ﻞﻘﻌﻟا ﺎﻤﻧإ
ﻞﺼ ﺤﯾ
ﻲﻓ ﺮﺧأ
،ﺔﺟرﺪ ﻟ ا ﺚﯿﺣ
ﺖﯾﻮﻗ ﻖﺋﻼﻌﻟ ا
ﺔﯿﺴﺤﻟ ا ثداﻮﺤﻟا و
،ﺔﯿﻧاﺪﺴﺠﻟ ا رﺎﺼﻓ
ﻚﻟذ ﻻا
قاﺮﻐﺘﺳ ﺎﺒﺒﺳ
لﻮﺼﺤﻟ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا
ﺔﻠطﺎﺒﻟا قﻼﺧﻷاو
ﺔﻤﯿ ﻣﺬﻟ ا ﻲﻓ
ﺮھﻮﺟ ،حوﺮﻟا
401
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 121
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
268
هﺬھو لاﻮﺣﻷا
يﺮﺠﺗ ىﺮﺠﻣ
ضاﺮﻣﻷا ةﺪﯾﺪﺸﻟا
ﺮھﻮﺠﻟ ،حوﺮﻟا
ﻼﻓ ﺪﺑ
ﺎﮭﻟ ﻦﻣ
ﺐﯿﺒط ،قذﺎﺣ
نﺎﻓ ﻦﻣ
ﻊﻗو ﻲﻓ
ضﺮﻤﻟا ،ﺪﯾﺪﺸﻟا
نﺎﻓ ﻢﻟ
ﻖﻔﺘﯾ ﮫﻟ
ﺐﯿﺒط قذﺎﺣ
ﮫﺠﻟ ﺎﻌﯾ تﺎﺟﻼﻌ ﻟ ﺎﺑ
ﺔﺒﺋﺎﺼ ﻟ ا
تﺎﻣ ،ﺔﻟﺎﺤﻣﻻ
ناو ﻖﻔﺗا
نأ ﮫﻓدﺎﺻ
ﻞﺜﻣ اﺬھ
،ﺐﯿﺒﻄﻟا نﺎﻛو
اﺬھ نﺪﺒﻟا
ﻼﺑﺎﻗ تﺎﺟﻼﻌﻠ ﻟ
ﺔﺒﺋﺎﺼﻟا ﺎﻤﺑﺮﻓ
ﺖﻠﺼﺣ ،ﺔﺤﺼﻟا
لازو ﻢﻘﺴﻟا
.
402
Kami menyatakan: apabila totalitas r-h berkaitan dengan badan yang keterkaitannya itu merupakan tuntutan psikologis
ﺒط ﯿ
ﻲﻌ yang
mengharuskan keterkaitan r-h dengan fisik, kemudian substansi r-h ﺮھﻮﺟ
حوﺮﻟا dapat merasakan kesenangan pada bentuk dan
keindahan fisiknya melalui perantaraan panca indra ساﻮﺤﻟ ا
ﺲﻤﺨﻟ ا ,
bahkan telah berulang-ulang sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kebiasaan. Hal demikian ini sebagaimana telah diketahui,
bahwa pencerahan akal رﻮﻧ
ﻞﻘﻌﻟا hanya diperoleh pada tingkat
terakhir, yakni: ketika terjadi hubungan yang kuat antara perasaan dengan hal-hal baru yang bersifat material, maka peleburan
hubungannya itu bisa menjadi sebab tercapainya suatu akidah yang salah dan akhlak yang tercela pada substansi r-h
ﻲﻓ ﺮھﻮﺟ
حوﺮﻟا .
Keadaan demikian ini sama halnya dengan kondisi sakit parah yang bertempat pada subsatnsi r-h. Hal demikian sudah barang tentu
sangat membutuhkan seorang dokter yang cerdas, karena seseorang yang penyakitnya sudah berat, kemudian tidak ada seorang dokter
yang cerdas untuk menyembuhkannya, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kematian. Akan tetapi, apabila dijumpai
suatu dokter yang cerdas dalam menanganinya, kemudian fisiknya juga dapat menerima pengobatan, maka besar kemungkinan dapat
memperoleh kesehatan dan menghilangkan penyakit.
Penjelasan al-R±z³ tersebut menggambarkan keterkaitan arw±¥ r- ¥-r- ¥ dengan ajs±d jasad-jasad beserta proses terjadinya penyakit yang bersarang pada
subsatansi r-¥. Menurutnya, arw±¥ itu pada hakekatnya bermacam-macam. Di antaranya ada yang suci bersinar, ada yang jelek menyesatkan, ada yang terang,
402
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 121
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
269
ada yang rusak, ada yang baik dan ada yang hina.
403
Dalam hal ini, subsatnsi r- ¥ berarti menjadi sumber dari arw±¥, atau merupakan substansi yang diciptakan
dalam bentuk tunggal dan sangat sederhana.
404
Sedangkan ajs±d dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang bersifat jasadiah maupun badaniah. Hubungan di
antara keduanya itu, digambarkan sebagai bentuk keterkaitan yang lebih mengarah pada nilai-nilai jasadiah, mulai dari dorongan psikologis yang menekan
pada r- ¥untuk berada pada posisi jasad, sehingga substansi r- ¥dapat merasakan bentuk kenikmatan dan keindahannya melalui perantaraan panca indra.
Kecondongan demikian ini terjadi secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Sehingga sangat wajar kalau sekiranya al-R±z³ menyatakan hal ini
sebagai bentuk penyakit yang sangat berat, demikian pula yang terjadi pada Akal. Di mana akal itu sendiri pada substansinya adalah dapat digunakan untuk
mengetahui hakekat r- ¥.
405
Namun apabila akal memiliki kecenderungan yang terus-meneur pada nilai-nilai yang bersifat jasadiah, berarti akal juga terseret pada
penyakit yang sangat berat. Dengan jalinan hubungan kemesraan jasadiah ini, maka dapat menjadi sebab tercapainya suatu akidah yang salah dan akhlak tercela
pada substansi r- h ﻲﻓ
ﺮھﻮﺟ حوﺮﻟا
. Oleh karenanya, sudah barang tentu sangat
403
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 6, Jus, 12, h. 133. Penjelasan tersebut dikutip dari teks aslinya sebagai berikut.
نأ حاورﻷا
ﺔﻔﻠﺘﺨﻣ ﺔﯿھﺎ ﻤﻟ ﺎﺑ
ﺎﮭﻨ ﻤﻓ ةﺮھﺎط
ﺔﯿﻧارﻮﻧ ﺎﮭﻨ ﻣو
ﺔﺜﯿﺒﺧ ،ﺔﯿﻧﺎﻤﻠ ظ
ﺎﮭﻨ ﻣو ،ﺔﻗﺮﺸﻣ
ﺎﮭﻨﻣو ،ةرﺪﻛ
ﺎﮭﻨﻣو ،ةﺮﯿﺧ
ﺎﮭﻨ ﻣو ﺔﻟﺬﻧ
. اﺬﮭﻟ و
لﺎﻗ ﮫﯿﻠﻋ
مﻼﺴﻟ ا :
حاورﻷا دﻮﻨﺟ
ﺠﻣ ةﺪﻨ
. ﺎ ﻓ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺺﺧ
ﻰﺴﯿﻋ حوﺮﻟﺎﺑ
ةﺮھﺎﻄﻟا ﺔﯿﻧارﻮﻨﻟا
ﺔﻗﺮﺸﻤﻟا ﺔﯾﻮﻠﻌﻟا
ةﺮﯿﺨﻟا .
404
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 29. Dalam tek aslinya dikatakan:
ﺎﻣأ حوﺮﻟا
ﻮھ ﺮھﻮﺟ
ﻂﯿﺴﺑ ثﺪﺤﯾﻻ
ﻻإ ثﺪﺤﻤﺑ
405
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus, 21, h. 38. Pada teks aslinya dikatakan:
نأ لﻮﻘﻋ
ﻖﻠﺨﻟا ةردﺎﻗ
ﻦﻋ ﺔﻓﺮﻌﻣ
ﺔﻘﯿﻘﺣ حوﺮﻟا
– sesungguhnya akal makluk memiliki kemampuan untuk mengetahui hakekat r- ¥.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
270
membutuhkan seorang dokter yang cerdas, karena seseorang yang penyakitnya sudah berat, kemudia tidak ada seorang dokter yang cerdas untuk
menyembuhkannya, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kematian. Akan tetapi, apabila dijumpai suatu dokter yang cerdas dalam menanganinya,
kemudian fisiknya juga dapat menerima pengobatan, maka besar kemungkinan dapat memperoleh kesehatan dan menghilangkan penyakit, sebagaimana
digambarkan oleh al-R±z³ sebagai berikut. اذإ
ﺖﻓﺮﻋ اﺬھ
لﻮﻘﻨﻓ :
نا اﺪﻤﺤﻣ
ﻰﻠﺻ ﷲ
ﮫﯿﻠﻋ ،ﻢﻠﺳو
نﺎﻛ ﺐﯿﺒﻄﻟﺎﻛ
،قذﺎﺤﻟ ا اﺬھو
نأﺮﻘﻟا ﻦﻋ
عﻮﻤﺠﻣ ﮫﺘﯾودأ
ﻲﺘﻟا ﺎﮭﺒﯿ ﻛﺮﺘ ﺑ
ﺗ ﺞﻟﺎﻌ
بﻮﻠﻘﻟا ﺔﻀ
ﯾﺮ ﻤﻟ ا .
ﻢﺛ نا
ﺐﯿﺒﻄﻟا اذإ
ﻞﺻ و
ﻰﻟإ ﺾﯾﺮﻤﻟا
ﮫﻠﻓ ﮫﻌﻣ
ﺐﺗاﺮﻣ ﺔﻌﺑرأ
.
406
Jika anda telah mengetahui hal tersebut, maka kami berpendapat: bahwa Nabi Muhammad saw adalah bagaikan seorang dokter yang
cerdas, sedangkan Al-Quran bagaikan kumpulan obat yang tersusun rapi untuk menyembuhkan penyakit hati. Jika seorang dokter
mendatangi seorang pasiennya, maka ia melewati empat langkah sebagai berikut:
a. Tahap Mau`i§ah -Tahap Pencegahan dan Anjuran. Term al-mau`i§ah mengisyaratkan tindakan penyucian hal ihwal yang
bersifat lahiriyah dan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan, yang lazim disebut dengan al-syar³`ah.
407
نأ ﻈﻋﻮ ﻤ ﻟ ا
ﺔ ةرﺎﺷإ
ﻰﻟإ ﺮﯿﮭﻄﺗ
ﺮھاﻮظ ﻖﻠﺨﻟا
ﺎﻤﻋ ﻻ
ﻲﻐﺒﻨ ﯾ ﻮھو
ﺔﻌﯾﺮﺸﻟا .
Penjelasan selengkapanya mengenai tahap pembersihan ini dapat dipahami dari kutipan berikut:
406
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 121
407
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
271
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﻰﻟوﻷا
: نأ
هﺎﮭﻨﯾ ﻦﻋ
لوﺎﻨﺗ ﺎﻣ
ﻻ ﻲﻐﺒ ﻨﯾ
. هﺮﻣﺄﯾو
زاﺮﺘﺣﻹﺎﺑ ﻦﻋ
ﻚﻠﺗ ءﺎﯿﺷﻷا
ﻲﺘﻟا ﺎﮭﺒﺒﺴﺑ
ﻊﻗو ﻲﻓ
ﻚﻟذ ضﺮﻤﻟا
، اﺬھو
ﻮھ ،ﺔﻈﻋﻮﻤﻟا
ﮫﻧﺎﻓ ﻻ
ﻰﻨﻌﻣ ﻆﻋﻮﻤﻠﻟ
ﻻإ ﺮﺟﺰﻟا
ﻦﻋ ﻞﻛ
ﺎﻣ ﺪﻌﺒﯾ
ﻦﻋ ناﻮﺿر
ﷲ ،ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻊﻨﻤﻟاو ﻦﻋ
ﻞﻛ ﺎﻣ
ﻞﻐﺸﯾ ﺐﻠﻘﻟا
ﷲﺮﯿﻐﺑ .
408
Tahap awal: Mencegahnya dari hal-hal yang tidak patut dikonsumsi. Menganjurkan agar menjaga dari segala sesuatu yang menimbukan
sakit. Demikian ini yang dikatakan al-mau`i§ah, karena mau`i§ah tidak akan berarti kecuali melarang hal-hal yang menjauhkan diri
dari ri«a Allah swt, dan mencegah apa saja yang menyibukkan hati selain Allah swt.
Pada kesempatan lain, al-Razi menegaskan bahwa seseorang tidak akan bisa membersihkan suatu penyakit, atau dapat menyelesaikan berbagai
permaslahan, manakala mereka itu tidak mengetahui secara benar tentang penyakit atau masalah yang akan diselesaikan.
Oleh karena itu, mengetahui bebagai penyakit dan penyebab utamanya adalah merupakan suatu keharusan bagi
seorang dokter.
409
Sedangkan tugas utama pada tahap mau`§ah ini dapat dijabarkan menjadi tiga tahap.
a Mengetahui permasalahan secara konprehensip yang lazim disebut dengan istilah identifikasi masalah.
b Mengetahui berbagai penyebab yang dapat mengganggu seseorang dalam kehidupannya yang lazim dikenal dengan proses diagnosis.
408
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 121
409
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 1, Jus 1, h. 15 dan 12. Dalam teks aslinya antara lain dinyatakan.
ﻢﻠﻋﺎﻓ نأ
ﺔﻤﺤﻟا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ﺺﯿﻠﺨﺗا
ﻦﻣ عاﻮﻧأ
،تﺎﻓﻵا ﻦﻋو
لﺎﺼ ﯾإ
تاﺮﯿﺨﻟا ﻰﻟإ
بﺎﺤﺻ أ
،تﺎﺟﺎﺤﻟا ﺎﻣأ
ﺺﯿﻠﺨﺘﻟ ا ﻦﻋ
مﺎﺴﻗأ تﺎﻓﻷا
ﻼﻓ ﻦﻜﻤﯾ
ﮫﺘﻓﺮﻌﻣ ﻻإ
ﺪﻌﺑ ﺔﻓﺮﻌﻣ
مﺎﺴﻗأ تﺎﻓﻷا
ص 15
: ...
ةذﺎﻌﺘﺳﻹاو ﻦﻣ
ﺊﯿﺸﻟا ﻦﻜﻤﺗﻻ
ﻻإ ﺪﻌﺑ
ﺔﻓﺮﻌﻣ ذﺎﻌﺘﺴﻤﻟا
ﮫﻨﻣ ص
: 12
.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
272
c Melakukan tindakan pencegahan dari hal-hal yang tidak patut dikonsumsi, mencegah apa saja yang menyibukkan hati selain Allah swt., serta
menghindari apa saja yang dapat menjauhkan diri dari ri«a-Nya yang lazim disebut dengan pendekatan preventif.
d Menganjurkan agar menjaga dari hal-hal yang dapat menimbulkan dan memperparah sakit, yang lazim disebut dengan tindakan antisipatif.
e Menganjurkan agar sedapat mungkin melakukan hal-hal yang dapat mempercepat tercapainya kesembuhan fisik, akidah dan akhlak terpuji yang
lazim disebut dengan prognosis.
b. Tahap Syif±’ - Tindakan Penyembuhan Term al-syif±, mengisyaratkan adanya tindakan penyucian r- ¥ dari
berbagai kerusakan akidah dan akhlak tercela, yang lazim disebut dengan istilah al-¯ ar³qah, sebagaimana yang disimpulkan oleh al-R±z³ dalam tafsirnya, yaitu.
ءﺎﻔﺸﻟاو ةرﺎﺷإ
ﻰﻟإ ﺮﯿﮭﻄﺗ
حاورﻷا ﻦﻋ
ﺪﺋﺎﻘﻋ ةﺪﺳﺎﻔﻟا
قﻼﺧﻷاو ﺔﻤﯿﻣﺬﻟا
ﻮھو ،ﺔﻘﯾﺮﻄﻟا
410
Kesimpulan al-R±z³ tersebut antara lain direduksi dari pernyataannya mengenai tata urutan tahap kedua dalam proses penyembuhan yang disebut
dengan al- syif±. Dalam hal ini al-R±z³ menyatakan. ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا
ﺔﯿﻧﺎﺜﻟا :
ءﺎﻔﺸﻟا ﻮھو
نأ ﮫﯿﻘﺴﯾ
ﺔﯾودأ ﻞﯾﺰﺗ
ﻦﻋ ﮫﻨطﺎ ﺑ
ﻚﻠﺗ طﻼﺧﻷا
ةﺪﺳﺎ ﻔﻟا ﺔﺒﺟﻮﻤﻟ ا
،ضﺮﻤﻠﻟ ﻚﻟﺬﻜﻓ
ءﺎﯿﺒﻧﻷا ﻢﮭﯿﻠﻋ
مﻼﺴﻟا اذا
ﻖﻠﺨﻟا اﻮﻌﻨ ﻣ ﻦﻋ
ﻞﻌﻓ تارﻮﻈﺤﻤ ﻟ ا
ترﺎﺻ ﻢھﺮھاﻮظ
ةﺮﮭﻄﻣ ﻦﻋ
ﻞﻌﻓ ﺎﻣ
ﻻ ﻲﻐﺒﻨﯾ
. ﺬﺌﻨﯿﺤﻓ
ﻢﮭﻧوﺮﻣﺄﯾ ةرﺎﮭﻄﺑ
ﻦطﺎﺒﻟا ﻚﻟذو
ةﺪھﺎ ﺠﻤ ﻟ ﺎﺑ ﻲﻓ
ﺔﻟازإ قﻼﺧﻷا
ﺔﻤﯿﻣﺬﻟا ﻞﯿﺼﺤﺗو
قﻼﺧﻷا ،ةﺪﯿﻤﺤﻟا
ﺎﮭﻠﺋاوأو ﺎﻣ
هﺮﻛذ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻲﻓ
ﮫﻟﻮﻗ
410
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 123.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
273
نإ ﷲ
ﺮﻣﺄﯾ لﺪﻌﻟﺎ ﺑ
نﺎﺴﺣﻹا و ءﺎﺘﯾإو
يذ ﻰﺑﺮﻘﻟ ا
ﻰﮭﻨﯾ و ﻦﻋ
ءﺎﺸﺤﻔ ﻟ ا ﺮﻜﻨﻤﻟا و
ﻲﻐﺒﻟ او -
ﻞﺤﻨﻟا :
90 .
ﻚﻟذو ﺎﻧﻷ
ﺎﻧﺮﻛذ نأ
ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا ةﺪﺳﺎﻔﻟ ا
قﻼﺧﻷاو ﺔﻤﯿﻣﺬﻟا
ﺔﯾرﺎﺟ ىﺮﺠﻣ
،ضاﺮﻣﻷا اذﺎﻓ
ﺖﻟاز ﺪﻘﻓ
ﻞﺼ ﺣ
ءﺎﻔﺸﻟا ﺐﻠﻘﻠﻟ
رﺎﺻ و
ﺮھﻮﺟ حوﺮﻟا
ﺮﮭﻄﻣ ﻦﻋ
ﻊﯿﻤﺟ شﻮﻘﻨﻟا
ﺔﻌﻧﺎﻤﻟا ﻦﻋ
ﺔﻌﻟﺎﻄﻣ ﻢﻟﺎﻋ
تﻮﻜﻠﻤﻟا .
411
Tahap Kedua: al-syif±, yaitu dengan jalan memberikan obat untuk membersihkan batin fungsi organ dalam dari berbagai komposisi
yang mendatangkan sakit. Demikian pula halnya tindakan para Nabi a.s. yang apabila mencegah makhluk dari perbuatan yang terlarang,
maka lahirnya bersih dari perbuatan yang tidak patut dilakukan, lalu mereka menganjurkan makhluk untuk membersihkan batin yang
dilakukan dengan mujahadah penuh kesungguhan dalam rangka menghilangkan akhlak tercela dan mencapai akhlak terpuji. Di
antara tahapan-tahapan terpenting ialah sebagaimana tersebut dalam QS al-Na¥l: 90 yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Oleh sebab itu, kami telah menegaskan bahwa akidah yang salah dan akhlak tercela berkedudukan sebagai penyakit.
Apabila kerusakan akidah dan akhlak tercela dapat dibersihkan, itu berarti telah mencapai kesembuhan hati, sehingga substansi r-h
benar-benar terbebas dari berbagai kendala yang dapat menghalangi pandangan menuju alam malakut.
Tahap kedua di atas, tampak dengan jelas bahwa syif± merupakan
tindakan dalam memberikan obat untuk membersihkan berbagai komposisi yang mendatangkan sakit pada bagian fungsi faal organ dalam hinga menembus pada
aspek-aspek terdalam, yaitu penyucian totalitas r- ¥ ﺮﯿﮭﻄﺗ
حاورﻷا , dengan jalan
mujahadah, yaitu usaha-usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan terhadap beberapa langkah sebagai berikut:
411
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 121-122
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
274
1 Melakukan tindakan penyembuhan terhadap penyakit yang terpusat pada fungsi faal organ dalam, sebagaimana telah dijelaskan oleh al-R±z³ ketika
menafsirkan QS al-Syu`ar±: 80. 2 Membersihkan kerusakan akidah dan akhlak tercela untuk mencapai akidah
yang benar dan akhlak terpuji yang terpusat pada fungsi ruhaniah dalam hati, sebagaimana tindakan yang diisyaratkan dalam QS al-Na¥l: 90, yaitu: berlaku
adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan meninggalkan perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
3 Menampakkan kebersihan hati, sehingga substansi r- hbenar-benar terbebas dari berbagai kendala yang dapat menghalangi pandangan menuju alam
malakut.
c. Tahap Hudan –Tahap Pencerahan. Tahap ketiga dalam proses penyembuhan adalah pencapaian hidayah yang
dikenal juga sebagai tahap hakikat, sebagaimana yang disimpulkan oleh al-R±z³ dalam tafsirnya: yaitu:
ىﺪﮭﻟا و ﻮھو
ﺎﺷا ةر
ﻰﻟإ رﻮﮭظ
رﻮﻧ ﻖﺤﻟا
ﻲﻓ بﻮﻠﻗ
ﻦﯿﻘﯾﺪﺼ ﻟا
ﻮھو ،ﺔﻘﯿﻘﺤﻟ ا
412
Term al-hud±, adalah mengisyaratkan adanya realitas cahaya Tuhan pada hati orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam penghambaan, yang lazim
disebut dengan istilah al-¥aq³qah- hakekat. Rasionalisasi tahapan ini, dapat disajikan berikut:
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟاو ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا
: لﻮﺼﺣ
،ىﺪﮭﻟا هﺬھو
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﻦﻜﻤﯾﻻ
ﺎﮭﻟﻮﺼﺣ ﻻا
ﺪﻌﺑ ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا
،ﺔﯿﻧﺎﺜﻟا نﻷ
ﺮھﻮﺟ حوﺮﻟا
ﺔﻘطﺎﻨﻟا ﻞﺑﺎﻗ
تﺎﯿّﻠﺠﺘﻠﻟ ﺔﯿﺳﺪ ﻘﻟا
ءاﻮﺿ ﻷ ا و
ﺔﯿﮭﻟ ﻻا .
ﺾﯿﻓو ﺔﻤﺣﺮﻟ ا
مﺎﻋ ﺮﯿﻏ
412
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 123.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
275
ﻄﻘﻨ ﻣ ﻊ
ﻰﻠﻋ ﺎﻣ
لﺎﻗ ﮫﯿﻠﻋ
ةﻼﺼ ﻟا
مﻼﺴﻟا و نإ
ﻢﻜﺑﺮﻟ ﻲﻓ
مﺎﯾا ﻢﻛﺮھد
تﺎﺤﻔﻧ ﻻأ
اﻮﺿﺮﻌﺘﻓ ﺎﮭﻟ
ﺎﻀﯾاو ﻊﻨﻤﻟﺎﻓ
ﺎﻤﻧإ نﻮﻜﯾ
ﺎﻣإ ﺰﺠﻌﻠﻟ
وأ ﻞﮭﺠﻠﻟ
،ﻞﺨﺒﻠﻟوأ ﻞﻜﻟاو
ﻲﻓ ﻖﺣ
ﻖﺤﻟ ا ،ﻊﻨﺘﻤﻣ
ﻊﻨﻤﻟﺎﻓ ﻲﻓ
ﮫﻘﺣ ،ﻊﻨﺘﻤﻣ
ﻰﻠﻌﻓ اﺬھ
مﺪﻋ لﻮﺼ
ﺣ هﺬھ
ءاﻮﺿ ﻷ ا
،ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟ ا ﺎﻤﻧ إ
نﺎﻛ ﻞﺟﻷ
نأ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟ ا
ةﺪﺳﺎﻔ ﻟا و
قﻼﺧﻷا ﺔﻤﯿ ﻣﺬﻟ ا
ﺎﮭﻌﺒ ط ﻊﺒط
،ﺔﻤﻠ ﻈﻟ ا ﺪﻨﻋو
مﺎﯿﻗ ﺔﻤﻠ ﻈﻟ ا
ﻊﻨﺘﻤﯾ لﻮﺼﺣ
،رﻮﻨﻟا اذﺎﻓ
ﺖﻟاز ﻚﻠﺗ
،لاﻮﺣﻷا ﺪﻘﻓ
لاز ﻖﺋﺎﻌﻟا
ﻼﻓ ﺪﺑ
نأو ﻊﻘﯾ
ءﻮﺿ ﻢﻟﺎﻋ
سﺪﻘﻟا ﻲﻓ
ﺮھﻮﺟ ﺲﻔﻨﻟا
،ﺔﯿﺳﺪﻘﻟا ﻻو
ﻰﻨﻌﻣ ﻚﻟﺬﻟ
ءﻮﻀ ﻟ ا
ﻻإ ،ىﺪﮭﻟ ا
ﺪﻨﻌﻓ هﺬھ
ﺔﻟﺎﺤﻟ ا ﺮﯿﺼ
ﺗ هﺬھ
ﺲﻔﻨﻟا ﺚﯿﺤﺑ
ﺪﻗ ﻊﺒﻄﻧا
ﮫﯿﻓ ﺶﻘﻧ
تﻮﻜﻠﻤﻟا ﻠﺠﺗو
ﻰ ﺎﮭﻟ
سﺪﻗ تﻮھﻼﻟا
.
413
Tahap Ketiga: Tercapainya hudan petunjuk. Tahap ini tidak bisa diperoleh, kecuali setelah melewati tahapan yang kedua syif±.
Karena substansi r-h potensial itu bisa menerima realitas yang suci dan cahaya il±hiyah, sementara itu pemberian kasih sayang
menyebar luas tanpa henti, sesuai dengan sabda Nabi a.s.: Sesungguhnya, Tuhanmu menaburkan rahmat di sepanjang masa
Mengapa kalian tidak mepersiapkan diri untuk menerimanya. Di sisi lain, penolakan untuk memberikan hidayah itu hanya terjadi karena
disebabkan oleh ketidak mampuan, kebodohan atau kikir. Ketiga sifat ini tidak mungkin dimiliki Allah, Bahkan penolakan terhadap
ha-hak Allah juga merupakan sesuatu yang mustahil. Atas dasar ini, maka tidak tercapainya cahaya ruh±niyah itu hanya disebabkan oleh
adanya akidah yang rusak dan akhlak tercela yang telah mengkristal menjadi gelap, dan ketika kegelapan itu terwujud, maka dapat
menghalangi tercapainya
cahaya il±hiyah. Apabila keadaan demikian ini telah terkikis, maka terkikis pula segala rintangan,
yang sudah barang tentu pancaran sinar alam yang suci dapat menerangi substansi jiwa yang suci. Cahaya ini tidak akan punya
arti kecuali adanya hudan. Dalam posisi demikian, maka nafs jiwa kemabli pada hakekatnya, kalau sekiranya di dalam jiwa itu terjadi
pengkristalan alam malak-t dan penampakan baginya kesucian lah-t.
Proses pencapaian hudan tersebut, menurut al-R±z³ dapat dijangkau melalui tiga tingkatan sebagai berikut:
413
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
276
لوأو هﺬھ
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﻮھ
ﮫﻟﻮﻗ ﺎﮭﺘﯾأﺎﯾ
ﺲﻔﻨﻟا ،ﺔﻨﺌﻤﻄﻤﻟا
ﻲﻌﺟرا ﻰﻟإ
ﻚﺑر -
ﺮﺠﻔ ﻟا :
27 -
28 ﺎﮭﻄﺳوأو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
اوﺮﻔﻓ ﻰﻟإ
ﷲ –
تﺎﯾراﺬﻟا :
50 ﺎھﺮﺧأو
ﮫﻟﻮﻗ ﻞﻗ
ﷲ ﻢﺛ
ﻢھرذ ﻲﻓ
ﻢﮭﺿﻮﺧ نﻮﺒﻌﻠﯾ
- مﺎﻌﻧﻷا
: 91
ﺎﮭﻋﻮﻤﺠﻣو ﮫﻟﻮﻗ
و ﺐﯿﻏ
تاﻮﻤﺴﻟا ضرﻷاو
ﮫﯿﻟإو ﻊﺟﺮﯾ
ﺮﻣﻷا ﮫﻠﻛ
هﺪﺒﻋﺎﻓ ﻞﻛﻮﺗو
ﮫﯿﻠﻋ ﺎﻣو
ﻚﺑر ﻞﻓﺎﻐﺑ
ﺎﻤﻋ نﻮﻠﻤﻌﺗ
- دﻮھ
: 123
، ءﻲﺠﯿﺳو
ﺮﯿﺴﻔ ﺗ هﺬھ
تﺎﯾﻷا ﻲﻓ
ﺎﮭﻌﺿ اﻮﻣ
نذﺎﺑ ﷲ
،ﻰﻟﺎﻌﺗ هﺬھو
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﻲھ
داﺮﻤﻟا ﮫﻟﻮﻘﺑ
ﮫﻧﺎﺤﺒﺳ ىﺪھو
.
414
Tingkat pertama, sebagaimana tersebut dalam QS al-Fajr [89]: 27- 28 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Tingkat menengah, sebagaimana tersebut dalam QS al-ª±riy±t [51]: 50 Maka segeralah kembali
kepada menta`ati Allah. Tingkat Akhir, sebagaimana firman Allah dalam QS al-An`±m [6]: 91 Katakanlah: Allah-lah yang
menurunkannya, kemudian sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka, biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya. Tiga tingkatan hidayah tersebut terkumpul dalam QS H- d [11]: 123.Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit
dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya.
Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. Tata urutan ini dimaksudkan sebagai pemahaman dari firman Allah
Swt tentang hudan -hidayah maupun petunjuk.
Pembagian tingkatan hidayah di atas, sekalipun telah menunjukkan makna dan penyebutan ayat-ayatnya secara jelas, namun hal itu masih belum tampak
secara tegas mengenai istilah-istilah tertentu yang terkait dengan masing-masing ayat yang dimaksudkan. Oleh karena itu, tiga tingkatan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut: 1 Tingkat pertama, yaitu: hidayah yang terkait dengan kesucian alam n±sut,
sebagaimana tersebut dalam QS al-Fajr [89]: 27-28.
414
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
277
ﺎَﮭُﺘﱠﯾَأﺎَﯾ ُﺲ
ْﻔ ﱠ ﻨﻟا ُﺔﱠﻨِﺌَﻤْﻄ
ُﻤْﻟا 27
ﻲِﻌِﺟْر ا
ﻰَﻟِإ ِﻚ
ﱢﺑ َر ًﺔَﯿِﺿ
اَ ر ًﺔﱠﯿِﺿ
ْﺮَﻣ 28
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
2 Tingkat menengah, yaitu: hidayah yang terkait dengan kesucian alam malak- t, sebagaimana tersebut dalam QS al-ª±riy±t [51]: 50.
اوﱡﺮِ ﻔَ ﻓ
ﻰَﻟِإ ِﱠﷲ
ﻲﱢﻧِإ ْﻢُﻜَﻟ
ُﮫْﻨِ ﻣ ٌﺮ
ﯾِ ﺬَﻧ ٌﻦ
ﯿِ ﺒُﻣ 50
Maka segeralah kembali kepada menta`ati Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
3 Tingkat Akhir, yaitu: hidayah yang terkait dengan kesucian alam l±h- t,
sebagaimana firman Allah dalam QS al-An`±m [6]: 91 ...
ِﻞ ُ ﻗ
ُﱠﷲ ﱠﻢُﺛ
َذ ْﻢُھْر
ﻲِﻓ ْﻢِﮭِﺿ
ْ ﻮَﺧ َن
ﻮُ ﺒَ ﻌْﻠَﯾ 91
Katakanlah: Allah-lah yang menurunkannya, kemudian sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka,
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
Tiga tingkatan hidayah tersebut terkumpul dalam QS H- d [11]: 123. ِﱠِ َ و
ُﺐ ْﯿ َﻏ
ِت اَ ﻮَﻤﱠ
ﺴﻟا اَو
َْ ﻷ ِض
ْ ر ِإَو
ِﮫْﯿَﻟ ُﻊَﺟْﺮ
ُﯾ ُﺮ
ْﻣَْ ﻷ ا
ُﮫﱡﻠُﻛ ُهْﺪُﺒْﻋﺎَﻓ
ْﻞ ﱠﻛ َﻮَﺗَو
ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﺎَﻣَو
َﻚ ﱡﺑ َر
ٍﻞ ِ ﻓ ﺎَﻐِﺑ
ﺎﱠﻤَﻋ َن
ﻮُ ﻠَ ﻤْﻌ َ ﺗ
123 Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi
dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali
Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.
Pada ayat tersebut mengisyaratkan tiga tingkatan bentuk hidayah, yaitu: Pertama, hidayah yang berhubungan dengan kesucian alam nas- t atau bumi
sebagaimana tercermin pada term ضرﻷا –bumi. Kedua, hidayah yang
berhubungan dengan kesucian alam malak- tatau langit, sebagaimana tercermin pada term ءﺎﻤﺴﻟ ا
-langit. Ketiga, hidayah yang berhubungan dengan kesucian
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
278
alam l±h- t, atau nilai-nilai Ketuhanan, sebagaimana tercermin pada makna kontekstual yang terfokus pada frase
-kepunyaan Allah atau pada term ﷲ -Allah swt..
Proses mencari dan perolehan hidayah tersebut, telah dibahas oleh al-R±z³ ketika menjelaskan ayat:
ﺎﻧﺪھا طاﺮﺼ
ﻟ ا ﻘﺘﺴﻤ ﻟ ا
ﻢﯿ melaui dua cara: Pertama: mencari
pengetahuan dengan pembuktian dan argumentasi. Kedua: dengan jalan membersihkan hati dan riy±«ah.
Proses mencari dan memperoleh hidayah melalui pembuktian adalah tidak terlarang, karena sekecil apapun yang ada di
alam ini dapat dijadikan sebagai bukti akan kesempurnaan Allah, keagungan dan kemulyaan-Nya. Sedangkan, perolehan hidayah melalui riy±«ah dan penyucian
hati adalah merupakan lautan yang tak terbatas.
Masing-masing dari
keseluruhannya itu mempunyai metode dan kecenderungan tertentu, sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah: 148:
ﻞﻜﻟ و ﺔﮭﺟو
ﻮھ ﺎﮭﯿ ﻟﻮﻣ
-Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Secara rasional,
rahasia-rahasia itu tidak akan ada habisnya, tiada tinta yang mampu menorehkan berbagai pemahaman dari prinsip-prinsip pencerahan-راﻮﻧﻷا
tersebut. Sebab, orang-orang yang ahli makrifat, yang hanya dengan sekejap penglihatannya, maka
di dalamnya tersingkap berbagai pembahasan yang mendalam dan tersingkap pula segala rahasianya hingga pada bagian yang terdalam. Pada saat mencapai
puncaknya itu, mereka dapat memperoleh pemahaman yang sangat banyak.
415
415
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus 1, h. 17. Pemahaman ini disarikan dari teks aslinya sebagai berikut.
ﺎﻣأ ﮫﻟﻮﻗ
ﻞﺟ ﮫﻟﻼﺟ
ﺎﻧﺪھا طاﺮﺼﻟا
ﻢﯿﻘﺘﺴﻤﻟا ﻢﻠﻋﺎﻓ
ﮫﻧأ ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ﺐﻠط
،ﺔﯾاﺪﮭﻟ ا ﻞﯿﺼ
ﺤ ﺘ ﻟو ﺔﯾاﺪﮭﻟ ا
نﺎﻘﯾﺮط :
ﺎﻤھﺪﺣأ ﺐﻠط
ﺔﻓﺮﻌﻤﻟا ﻞﯿﻟﺪﻟﺎﺑ
ﺔﺠﺤﻟاو :
ﻲﻧﺎﺜﻟاو :
ﺔﯿﻔﺼﺘﺑ ﻦطﺎﺒﻟا
ﺔﺿﺎﯾﺮﻟاو .
ﺎﻣأ قﺮط
لﻻﺪﺘﺳﻹا ﺎﮭﻧﺈﻓ
ﺮﯿﻏ ﺔﯿھﺎﻨﺘﻣ
ﮫﻧﻷ ةرذﻻ
ﻦﻣ تارذ
ﻢﻟﺎﻌﻟا ﻷا
ﻰﻠﻋ ﻞﻔﺳﻷاو
ﻻإ ﻚﻠﺗو
ةرﺬﻟا ةﺪھﺎﺷ
لﺎﻤﻜﺑ ،ﮫﺘﯿﮭﻟ إ
ةﺰﻌﺑ و ،ﮫﺗﺰﻋ
لﻼﺠﺑو ﮫﺘﯾﺪﻤﺻ
... ﺎﻣأو
ﻞﯿﺼﺤﺗ ﺔﯾاﺪﮭﻟا
ﻖﯾﺮﻄﺑ ﺔﺿﺎﯾﺮﻟا
ﺔﯿﻔﺼﺘﻟاو ﺬﻓ
ﻚﻟ ﺮﺤﺑ
ﻞﺣﺎﺳﻻ ،ﮫﻟ
ﻞﻜﻟ و ﺪﺣا و
ﻦﻣ
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
279
d. Tahap Ra¥mah
-Tahap Pengembangan
Anugerah dan Kenikmatan
Tahap keempat dalam proses penyembuhan adalah pencapaian ra¥mah, yang dikenal juga sebagai tahap al-nubuwwah, sebagaimana yang disimpulkan
oleh al-R±z³ dalam tafsirnya: yaitu ﺔﻤﺣﺮﻟاو
ﻲھو ةرﺎﺷإ
ﻰﻟا ﺎﮭﻧ ﻮﻛ
ﺔﻐﻟ ﺎﺑ ﻲﻓ
لﺎﻤﻜﻟ ا ﻹاو
قاﺮﺷ ﻰﻟا
ﺚﯿﺣ ﺮﯿﺼ
ﺗ ﺔﻠﻤﻜﻣ
ﻦﯿﺼ ﻗﺎﻨ ﻠﻟ
ﻲھو ةﻮﺒﻨﻟا
.
416
-Term al-ra¥mah, mengisyaratkan keberadaan r- ¥ yang telah mencapai tingkat sempurna danpencerahan, sehingga
hal tersebut benar-benar menjadi penyempurna terhadap orang-orang yang kurang sempurna, yang lazimnya dikatakan sebagai al-nubuwwah tingkat kenabian.
417
Tahapan ra¥mah ini sebagaimana telah digambarkan oleh al-R±z³ berikut. ﺎﻣأو
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﺔﻌﺑاﺮﻟا
: ﻲﮭﻓ
نأ ﺮﯿﺼﺗ
ﺲﻔﻨﻟا ﺔﻐﻟﺎﺒﻟا
ﻰﻟا هﺬھ
تﺎﺟرﺪﻟا ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟ ا
جرﺎﻌﻤﻟ او ﺔﯿﻧﺎﺑﺮﻟا
ﺚﯿﺤﺑ ﺾﯿﻔﺗ
ﺎھراﻮﻧأ ﻰﻠﻋ
حاورأ ﻦﯿﺼ
ﻗ ﺎﻨﻟا ﺾﯿﻓ
رﻮﻨﻟا ﻦﻣ
ﺮھﻮﺟ ﺸﻟ ا
ﺲﻤ ﻰﻠﻋ
ماﺮﺟأ اﺬھ
،ﻢﻟﺎﻌﻟ ا ﻚﻟذو
ﻮھ داﺮﻤﻟ ا
ﮫﻟﻮﻘﺑ ﺔﻤﺣرو
ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ ﺎﻤﻧا و
ﺺﺧ ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻟ ا
ﺬﮭﺑ ،ﻰﻨﻌﻤﻟا
نﻷ حاورﻷا
ﻦﯾﺪﻧﺎﻌﻤﻟا ءﻲﻀﺘﺴﺗﻻ
راﻮﻧﺄﺑ حاورأ
ءﺎﯿﺒﻧﻷا ﻢﮭﯿﻠﻋ
،مﻼﺴﻟا نﻷ
ﻢﺴﺠﻟا ﻞﺑﺎﻘﻟا
رﻮﻨﻠﻟ ﻦﻋ
صﺮﻗ ﺲﻤﺸﻟا
ﻮھ يﺬﻟا
نﻮﻜﯾ ﮫﮭﺟو
ﻼﺑﺎﻘﻣ ﮫﺟﻮﻟ
،ﺲﻤﺸﻟ ا نﺎﻓ
ﻢﻟ ﻞﺼ
ﺤ ﺗ ﻦﯾﺮﺋﺎﺴﻟا
ﻰﻟإ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺞﮭﻨﻣ
،صﺎﺧ بﺮﺸﻣو
،ﻦﯿﻌﻣ ﺎﻤﻛ
لﺎﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
: ﻞﻜﻟ و
ﺔﮭﺟو ﻮھ
ﺎﮭﯿ ﻟﻮﻣ ،
ﻻو فﻮﻗو
لﻮﻘﻌﻠﻟ ﻰﻠﻋ
ﻚﻠﺗ ،راﺮﺳﻷا
ﻻو ﺮﺒﺧ
ﺪﻨﻋ مﺎﮭﻓﻻا
ﻦﻣ ىدﺎﺒﻣ
ﻦﯾدﺎﯿﻣ ﻚﻠﺗ
،راﻮﻧﻷا ﺎﻌﻟ او
نﻮﻓر نﻮﻘﻘﺤﻟ ا
اﻮﻈﺤﻟ ﺎﮭﯿﻓ
ﺚﺣﺎﺒﻣ ،ﺔﻘﯿﻤﻋ
ًار اﺮﺳأو
،ﺔﻘﯿﻗد ﺎﻤﻠﻓ
ﻰﻗﺮﺗ ﺎﮭﯿﻟإ
مﺎﮭﻓأ ﻦﯾﺮﺜﻛﻷا
.
416
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 123.
417
Manusia bagi al-Raz³ dikelompokkan menjadi tiga macam, Pertama: al-N±qi¡³n orang-orang yang memiliki kekurangan tetapi tidak mepunyai kemampuan untuk
menyempurnakannya. Kedua, al-K±mil³n orang-orang yang memiliki kesempurnaan, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan kekurangan. Ketiga: al-K±mil orang yang
memiliki kesempurnaan dan memiliki kemampuan untuk menyempurnakan berbagai kekurangan. Kelompok pertama, menunjuk pada komunitas manusia pada umumnya. Kelompok kedua,
menunjuk pada komunitas para wali, dan Kelompok ketiga menunjuk pada komunitas para nabi. Lihat Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 120.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
280
هﺬھ ﻠﺑﺎﻘﻤﻟا
ﺔ ﻢﻟ
ﻊﻘﯾ ءﻮﺿ
ﺲﻤﺸﻟ ا ،ﮫﯿﻠﻋ
ﻚﻟﺬﻜﻓ ﻞﻛ
حور ﺎﻤﻟ
ﻢﻟ ﮫﺟﻮﺘ ﺗ
ﻰﻟإ ﺔﻣﺪﺧ
حاورأ ءﺎﯿﺒﻧﻷا
،ﻦﯾﺮﮭﻄﻤﻟا ﻢﻟ
ﻊﻔﺘﻨﺗ ،ﻢھراﻮﻧﺄﺑ
ﻢﻟو ﻞﺼﯾ
ﺎﮭﯿ ﻟإ ﻚﻠﺗرﺎ ﺛأ
حاورﻷا ةﺮﮭﻄﻤ ﻟ ا
،ﺔﺳﺪ ﻘﻤﻟ ا ﺎﻤﻛو
نأ مﺎﺴﺟﻷا
ﻲﺘﻟا ﻻ
نﻮﻜﺗ ﺔﻠﺑﺎﻘﻣ
صﺮﻘﻟ ﺲﻤﺸﻟا
ﺔﻔﻠﺘﺨﻣ تﺎﺟرﺪﻟا
ﺐﺗاﺮﻤﻟ او ﻲﻓ
ﺪﻌﺒ ﻟا ﻦﻋ
هﺬھ ﺔﻠﺑﺎﻘﻤﻟا
ﻻو لاﺰﺗ
ﺪﯾاﺰﺗ تﺎﺟرد
اﺬھ ﺪﻌﺒ ﻟا
ﻰﺘﺣ ﻲﮭﺘ ﻨﯾ
ﻚﻟذ ﻢﺴﺠﻟ ا
ﻰﻟإ ﺔﯾﺎﻏ
هﺪﻌﺑ ﻦﻋ
ﺔﻠﺑﺎﻘﻣ صﺮﻗ
،ﺲﻤﺸﻟا ﻼﻓ
مﺮﺟ ﻰﻘﺒﯾ
ﺺﻠﺧ ،ﺔﻤﻠﻈﻟا
ﻚﻟﺬﻜﻓ توﺎﻔﺘﺗ
ﺐﺗاﺮﻣ سﻮﻔﻨﻟا
ﻲﻓ لﻮﺒﻗ
هﺬھ راﻮﻧﻷا
ﻦﻋ حاورأ
ءﺎﯿﺒﻧﻷا .
ﻻو لاﺰﺗ
ﺪﯾاﺰﺗ ﻰﺘﺣ
ﻲﮭﺘ ﻨﺗ ﻰﻟإ
ﺲﻔﻨﻟا ﻰﺘﻟا
ﺖﻠﻤﻛ ،ﺎﮭﺘﻤﻠظ
ﺖﻤﻈﻋو ﺎﮭﺗوﺎﻘﺷ
ﺖﮭﺘﻧ او ﻲﻓ
ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا ﻔﻟا
،ةﺪﺳﺎ قﻼﺧﻷا و
ﺔﻤﯿﻣﺬﻟ ا ’
ﻰﻟإ ﻰﺼ
ﻗأ ،تﺎﯾﺎﻐﻟا
ﺪﻌﺑأو تﺎﯾﺎﮭﻨﻟا
.
418
Tahap Keempat, yaitu keberadaan jiwa yang telah mencapai pada tingkat r- ¥±niyyah dan tangga rabb±niyyah, kalau sekiranya
pancaran sinarnya itu dapat menyinari r- ¥ orang-orang yang kurang sempurna, bagaikan pancaran sinar bola matahari yang dapat
menerangi terhadap benda alam. Demikian yang dimaksud dengan firman Allah:
ﺔﻤﺣرو ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠﻟ
-rahmat bagi orang-orang yang beriman, yang hanya ditentukan bagi orang-orang yang beriman.
Karena totalitas r- ¥ dari orang-orang yang menentang tidak bisa menerima pantulan cahaya dari sinar r- ¥ paraNabi a.s. Suatu benda
dapat menerima sinar matahari jika keberadaannya itu terbuka secara langsung ke arah matahari. Jika tidak terjadi keterbukaan,
maka sinar mataharipun tidak akan menyinarinya. Demikian halnya dengan setiap r- ¥, apabila tidak menyiapkan diri untuk khidmah
terhadap r- ¥ para Nabi yang suci, maka ia tidak bisa mengambil manfaat pancaran cahaya para Nabi, bahkan pengaruh dari r- ¥ yang
suci itu tidak bisa menjangkau pada r- ¥ orang-orang yang menolaknya.
Hal tersebut sebagaimana benda yang tidak menghadap pada bola matahari yang jarak jauhnya bertingkat-
tingkat, dan jarak jauh itu tidak terbatas hingga mencapai batas yang sangat jauh dari bola matahari, maka tidak diragukan lagi bahwa
benda itu dalam posisi gelap gulita. Demikian pula tentang perbedaan posisi jiwa yang menolak pancaran cahaya r- ¥ para nabi,
dan tidak henti-hentinya kegelapannya semakin bertambah sehinga mencapai kegelapan yang maksimal, dan semakin memburuk dalam
418
Lihat al--R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
281
memperoleh kesengsaraan dan berujung pada kerusakan akidah dan akhlak tercela sampai pada batas maksimal yang tak terhingga.
Tahap keempat dalam proses penyembuhan sebagaimana dikemukakan di atas adalah disebut dengan tingkatan ra¥mah, yaitu keberadaan jiwa yang telah
mencapai pada tingkat r- ¥±niyyah dan tangga rabb±niyyah, sehingga pancaran sinarnya itu dapat memberikan pencerahan terhadap sejumlah r- ¥ orang-orang
yang kurang sempurna. Pengembangan anugrah dan kenikmatan ini dianalogikan oleh al-R±z³ sebagai pancaran sinar bola matahari yang dapat menerangi terhadap
benda alam. Suatu benda alam tersebut akan bisa menerima sinar matahari jika keberadaannya itu terbuka secara langsung ke arah matahari. Jika tidak terjadi
keterbukaan, maka sinar mataharipun tidak akan dapat menyinarinya. Demikian pula dengan keberadaan setiap nafs, apabila tidak menyiapkan diri untuk khidmah
terhadap r- ¥para Nabi yang suci, maka ia tidak bisa mengambil manfaat pancaran cahaya para Nabi, bahkan pengaruh dari r- ¥ yang suci itu tidak bisa menjangkau
pada r- ¥ orang-orang yang menolaknya. Selanjutnya, al-R±z³ menggambarkan orang-orang yang menolak terhadap
cahaya kenabian adalah bagaikan benda yang tidak menghadap pada bola matahari yang jarak jauhnya bertingkat-tingkat, dan jarak jauh itu tidak terbatas
hingga mencapai batas yang sangat jauh dari bola matahari, maka tidak diragukan lagi bahwa benda itu dalam posisi gelap gulita. Demikian pula tentang perbedaan
posisi jiwa yang menolak pancaran cahaya r- ¥ para nabi, dan tidak henti-hentinya kegelapannya semakin bertambah sehinga mencapai kegelapan yang maksimal,
dan semakin memburuk dalam memperoleh kesengsaraan dan berujung pada kerusakan akidah dan akhlak tercela sampai pada batas yang tak terhingga.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
282
Tahapan-tahapan penyembuhan sebagaimana tersebut di atas, secara keseluruhannya disimpulkan oleh al-R±z³ sebagai berikut.
ﻞﺻ ﺎﺤ ﻟﺎ ﻓ
نأ ﺔﻈﻋﻮ ﻤ ﻟ ا
ةرﺎﺷإ ﻰﻟإ
ﺮﯿﮭﻄﺗ ھاﻮظ
ﺮ ﻖﻠﺨﻟا
ﺎﻤﻋ ﻻ
ﻲﻐﺒﻨ ﯾ ﻮھو
،ﺔﻌﯾﺮﺸﻟا ءﺎﻔﺸﻟ او
ةرﺎﺷإ ﻰﻟإ
ﺮﯿﮭﻄﺗ حاورﻷا
ﻦﻋ ﺪﺋﺎﻘﻋ
ةﺪﺳﺎﻔ ﻟا قﻼﺧﻷا و
ﺔﻤﯿﻣﺬﻟ ا ﻮھو
،ﺔﻘﯾﺮﻄﻟ ا ىﺪﮭﻟاو
ﻮھو ةرﺎﺷا
ﻰﻟإ رﻮﮭظ
رﻮﻧ ﻖﺤﻟا
ﻲﻓ بﻮﻠﻗ
ﻦﯿﻘﯾﺪﺼﻟا ﻮھو
،ﺔﻘﯿﻘﺤﻟا ﺔﻤﺣﺮﻟاو
ﻲھو ةرﺎﺷإ
ﻰﻟا ﺎﮭﻧﻮﻛ
ﺔﻐﻟﺎﺑ ﻲﻓ
لﺎﻤﻜﻟا ﻹاو
قاﺮﺷ ﻰﻟا
ﺚﯿﺣ ﺮﯿﺼﺗ
ﺔﻠﻤﻜﻣ ﺼﻗﺎﻨﻠﻟ
ﻦﯿ ﻲھو
ةﻮﺒﻨﻟا .
هﺬﮭﻓ تﺎﺟرد
ﺔﯿﻠﻘﻋ ﺐﺗاﺮﻣو
ﺔﯿﻧﺎھﺮﺑ لﻮﻟﺪﻣ
ﺎﮭﯿﻠﻋ هﺬﮭﺑ
ظﺎﻔﻟﻷا ﺮﻘﻟا
أ ﺔﯿﻧ
ﻦﻜﻤﯾ ﻻ ﺎﻣﺮﯿ ﺧﺄ ﺗ
مﺪﻘﺗ ،هﺮﻛذ
ﻻو ﻢﯾﺪﻘﺗ
ﺎﻣ ﺮﺧﺄﺗ
هﺮﻛذ .
419
Walhasil, Term al-mau`i§ah mengisyaratkan tindakan penyucian hal ihwal yang bersifat lahiriyah dan hal-hal yang tidak sepatutnya
dilakukan, yang lazim disebut al-syar³`ah. Term
al-syif±, mengisyaratkan adanya tindakan penyucian r- ¥ dari berbagai
kerusakan akidah dan akhlak tercela, yang lazim disebut dengan istilah al-¯ ar³qah. Term al-hud±, mengisyaratkan adanya realitas
cahaya Tuhan pada hati orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam penghambaan, yang lazim disebut dengan istilah al-¥aq³qah-
hakekat. Term al-ra¥mah, mengisyaratkan keberadaan r- ¥ yang telah mencapai tingkat sempurna dan penyinaran, sehingga hal
tersebut benar-benar menjadi penyempurna terhadap orang-orang yang kurang sempurna, yang lazimnya dikatakan sebagai al-
nubuwwah tingkat kenabian. Tahap ini merupakan tingkatan rasional ﺔﯿﻠﻘﻋ dan pembuktian ﺔﯿﻧﺎھﺮﺑ dari tata urutan Quraniah
yang tidak mungkin mengakhirkan yang awal dan mendahulukan yang akhir
420
419
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122-123.
420
Manusia bagi al-Raz³ dikelompokkan menjadi tiga macam, Pertama: al-N±qi¡³n orang-orang yang memiliki kekurangan tetapi tidak mepunyai kemampuan untuk
menyempurnakannya. Kedua, al-K±mil³n orang-orang yang memiliki kesempurnaan, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan kekurangan. Ketiga: al-K±mil orang yang
memiliki kesempurnaan dan memiliki kemampuan untuk menyempurnakan berbagai kekurangan. Kelompok pertama, menunjuk pada komunitas manusia pada umumnya. Kelompok kedua,
menunjuk pada komunitas para wali, dan Kelompok ketiga menunjuk pada komunitas para Nabi. Lihat Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 120.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
283
Menanggapi pengungkapan al-R±z³ yang menyatakan bahwa term-term Qur±niyah yang tidak mungkin mengakhirkan yang awal dan mendahulukan yang
akhir tersebut adalah terkait dengan tata urutan empat hal maw`i§ah, syif±, hudan dan ra¥mah yang terdapat pada QS Ynus :57. Dalam kajian syif± ini, ternyata pada ayat
lain QS Fu¡¡ilat: 44 dijumpai tata urutan yang berbeda dengan tata urutan yang dimaksud dalam QS Ynus: 57. Misalnya dalam QS Ynus: 54 yang mendahulukan term
hudan dari pada syif±, sedangkan pada QS Fu¡¡ilat: 44 justru mendahulukan term syif± daripada hudan. Untuk mempertegas kajian ini, maka diperlukan adanya konfirmasi
penjesasan terhadap QS Ynus [1051]:57 dan QS Fu¡¡ilat [4161]: 44 sebagai berikut. ﺎَﮭﱡﯾَأﺎَﯾ
ُس ﺎﱠ ﻨﻟا
ْﺪَﻗ ْﻢُﻜْﺗَءﺎَﺟ
ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ ْﻦ
ِﻣ ْﻢُﻜﱢﺑَر
ٌءﺎَﻔِﺷَو ﺎَﻤِﻟ
ﻲِﻓ ِروُ ﺪﱡ ﺼ
ﻟا ىًﺪُھَو
ٌﺔَﻤْﺣَرَو َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ 57
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS Y-nus [1051]:57.
ْﻮَﻟَو ُهﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ
ﺎًﻧاَءْﺮ ُﻗ
ﺎً ّﯿِﻤَﺠ ْﻋَأ
اﻮُﻟﺎَﻘَﻟ َﻻ
ْﻮ َﻟ ْﺖ
َﻠ ﱢﺼ ُﻓ
ُﮫُﺗﺎَﯾاَء ﱞﻲ
ِﻤ َﺠْﻋ َأ َء
ﱞﻲ ِﺑ َﺮَﻋَو
ْﻞ ُﻗ
َﻮُھ َﻦ
ﯾِ ﺬﱠﻠِﻟ اﻮُﻨَﻣاَء
ىًﺪُھ ٌءﺎَﻔِﺷَو
َﻦ ﯾِ ﺬﱠﻟاَو
َﻻ َن
ﻮُ ﻨِ ﻣْﺆُﯾ ﻲِﻓ
ْﻢِﮭِﻧاَ ذاَء ٌﺮ
ْﻗ َ و َﻮُھَو
ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ ﻰًﻤَﻋ
َﻚ ِﺌ َﻟوُأ
َن ْو َدﺎَﻨُﯾ
ْﻦ ِﻣ
ٍن ﺎَ ﻜَﻣ
ٍﺪﯿِﻌَﺑ 44
Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah patut Al Quran dalam bahasa asing, sedang rasul adalah orang Arab? Katakanlah: Al Quran itu
adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.
QS Fu¡¡ilat [4161]: 44
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
284
Al-R±z³ menjelaskan kandungan makna syif± dan Hudan pada QS Fu¡¡ilat [4161]: 44, terutama yang berkaitan dengan frase:
ﻞﻗ ﻮھ
ﻦﯾﺬﻠﻟ اﻮﻨﻣا ء
ىﺪھ ءﺎﻔﺷو
- Katakanlah: Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman, sebagai berikut: نأ
اﺬھ ﻖﻠﻌﺘﻣ
ﻢﮭﻟﻮﻘﺑ اﻮﻟﺎﻗو
ﺎﻨﺑﻮﻠﻗ ﻲﻓ
ﺔﻨﻛأ ﺎﻤﻣ
ﺎﻧﻮﻋﺪﺗ ﮫﯿﻟإ
ﻰﻟإ ﺮﺧآ
،ﺔﯾﻷا ﮫﻧﺄﻛ
ﻰﻟﺎﻌﺗ لﻮﻘﯾ
: نإ
اﺬھ مﻼﻜﻟا
ﮫﺘﻠﺳرأ ﻢﻜﯿﻟإ
ﻢﻜﺘﻐﻠ ﺑ ﻻ
ﺔﻐﻠ ﺑ ﺔﯿﺒﻨﺟأ
،ﻢﻜﻨﻋ ﻼﻓ
ﻢﻜﻨﻜﻤﯾ نأ
اﻮﻟﻮﻘ ﺗ نإ
ﺎﻨﺑﻮﻠﻗ ﻰﻓ
ﺔﻨﻛأ ﮫﻨﻣ
ﺐﺒﺴﺑ ﺎﻨﻠﮭﺟ
هﺬﮭﺑ ،ﺔﻐﻠﻟا
ﻰﻘﺒﻓ نأ
لﺎﻘﯾ نإ
ﻞﻛ ﻦﻣ
هﺎﺗآ ﷲ
ﺎﻌﺒط ﻼﺋﺎﻣ
إ ﻰﻟ
،ﻖﺤﻟا ﺎﺒﻠﻗو
ﻼﺋﺎﻣ ﻰﻟإ
،قﺪﺼﻟا ﺔﻤھو
هﻮﻋﺪﺗ ﻰﻟإ
لﺬﺑ ﺪﮭﺠﻟا
ﻰﻓ ﺐﻠط
،ﻦﯾﺪﻟا نﺈﻓ
اﺬھ نآﺮﻘﻟا
نﻮﻜﯾ ﻰﻓ
ﮫﻘﺣ ىﺪھ
ءﺎﻔﺷو .
ﺎﻣأ ﮫﻧﻮﻛ
ىﺪھ ﮫﻧﻸﻓ
ﻞﯿﻟد ﻰﻠﻋ
تاﺮﯿﺨﻟ ا ﺪﺷﺮﯾ و
ﻰﻟإ ﻞﻛ
تادﺎﻌﺴﻟا .
ﺎﻣأو ﮫﻧﻮﻛ
ءﺎﻔﺷ ﮫﻧﺈﻓ
اذإ ﮫﻨﻜﻣأ
ءاﺪﺘھﻹا ﺪﻘﻓ
ﻞﺼﺣ ،ىﺪﮭﻟا
ﻚﻟﺬﻓ ىﺪﮭﻟا
ءﺎﻔﺷ ﮫﻟ
ﻦﻣ ضﺮﻣ
ﺮﻔﻜﻟا ﻞﮭﺠﻟاو
.
421
Ayat ini berkaitan dengan ayat ke 5 yang disebut sebelumnya: اﻮﻟﺎﻗو ﺎﻨﺑﻮﻠﻗ
ﻲﻓ ﺔﻨﻛأ
ﺎﻤﻣ ﺎﻧﻮﻋﺪﺗ
ﮫﯿﻟإ -Mereka berkata: Hati kami berada dalam
tutupan yang menutupi apa yang kamu seru kami kepadanya. Pada ayat ini, Allah swt seakan-akan berfirman: Saya menyampaikan Al-
Quran ini kepadamu dengan bahasa kamu, bukan dengan bahasa asing. Karena itu, tidak sepantasnya kamu sekalian mengatakan:
hati kami berada dalam tutupan daripadanya yang disebabkan kebodohan kami terhadap bahasa Al-Quran ini. Tetapi yang
seharusnya dikatakan adalah menyadari dengan penuh kesungguhan, bahwa:
seluruh manusia diberikan oleh Allah suatu tabiat ﻊﺒط yang cenderung pada kebenaran, hati ﺐﻠﻗ yang condong pada
kejujuran, cita-cita ﺔﻤھ yang mendorong untuk mengerahkan kesungguhan dalam mencari agama, sedangkan keberadaan Al-
Quran sesungguhnya adalah berfungsi sebagai hudan dan syif±. Keberadaan Al-Quran sebagai hudan, maksudnya ialah, karena Al-
Quran itu menjadi petunjuk kebaikan dan pembimbing kebahagiaan. Sedangkan keberadaannya sebagai syifa adalah karena
kalau sekiranya Al-Quran itu dijadikan sebagai petunjuk, maka
421
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 14, Jus 27, h. 132
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
285
petunjuk itu telah diperoleh, dan dengan petunjuk itu, berarti dapat mengobatinya dari sakit kekufuran dan kebodohan.
Pernyataan al-R±z³ mengenai penjelasan ayat Al-Quran di atas memberikan gambaran secara mendalam, baik yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis
ﺔﯿﻌﺒ ط
, aspek spiritual
ﺔﯿﺒﻠﻗ
, maupun langkah langkah progresif
ﺔﯿﻤھ
yang dapat mengantarkan pada sebuah kesan bahwa term syif± merupakan hasil yang secara
mendalam setelah orang-orang yang beriman itu memperoleh hudan, sehingga hudan demikian ini dapat dijadikan sebagai syif± dari kekufuran dan kebodohan. Dengan
demikian, seluruh penyajian di atas dapat dipertegas bahwa tata urutan dalam QS Ynus [1051]:57 yang mendahulukan term hudan dari pada syif±, yakni
ءﺎﻔﺷ ﺎﻤﻟ
ﻰﻓ روﺪﺼ
ﻟا ىﺪھو
-penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk, dapat dipahami bahwa: setelah seseorang meraih syif± atau kesembuhan dari
berbagai penyakit dari dalam hatinya, maka hudan dapat diperolehnya..
422
Sedangkan dalam QS Fu¡¡ilat [4161]: 44 yang mendahulukan term syif± daripada hudan, yakni:
ﻗ ﻞ
ﻮھ ﻦﯾﺬﻠﻟ
ﻮﻨﻣأ ىﺪھ
ءﺎﻔﺷو
-Katakanlah: Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman, dapat dipahami bahwa: setelah orang-orang yang beriman
422
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122. Dengan kata lain: bahwa petunjuk dapat dicapai setelah seseorang mencapai kesembuhan. Pemahaman ini antara lain disarikan dari teks
aslinya, yaitu:
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟاو ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا
: لﻮﺼﺣ
،ىﺪﮭﻟا هﺬھو
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟا ﻦﻜﻤﯾﻻ
ﺎﮭﻟﻮﺼ ﺣ
ﻻا ﺪﻌﺑ
ﺔﺒﺗﺮﻤﻟ ا ،ﺔﯿﻧﺎﺜﻟا
نﻷ ﺮھﻮﺟ
حوﺮﻟا ﺔﻘطﺎﻨ ﻟا
ﻞﺑﺎﻗ تﺎﯿّﻠﺠﺘﻠﻟ
ﺔﯿﺳﺪﻘ ﻟ ا ءاﻮﺿ
ﻷا و ﺔﯿﮭﻟﻻا
.
-Tahap Ketiga: Tercapainya hudan petunjuk. Tahap ini tidak bisa diperoleh, kecuali setelah melewati tahapan yang kedua syif±.
Karena hakekat r- h potensial itu bisa menerima realitas yang suci dan cahaya il±hiyah. Hal ini sejalan pemikiran al-R±z³ sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yaitu: Mendahulukan
ta`±wu© kemudian basmalah, yakni membersihkan hal-hal yang tidak patut untuk dilakukan terlebih dahulu, kemudian mengisinya dengan berbagai tindakan yang seharusnya dilakukan.
Lihat: al-R±z³, Tafsir, Jilid 1, Jus 1, h. 13. Hal ini juga sejalan dengan kedah usul fik yang mengatakan:
أرد ﺪﺳﺎ ﻔﻤﻟ ا
مﺪﻘﻣ ﻰﻠﻋ
ﺐﻠﺟ ﺺﻟﺎﺼ
ﻤ ﻟ ا
–menolak berbagai kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil kemaslahatan.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
286
itu memperoleh hudan, maka hudan demikian ini dapat dijadikan sebagai syif± dari kekufuran dan kebodohan.
423
Dengan demikian, tata urutan dalam Al-Quran yang mandahulukan term hudan dan syif± adalah merupakan perkembangan yang lebih besar dan lebih meluas
dari pada tata urutan yang mendahulukan term syif± dan hudan. Dengan kata lain: bahwa term syif± dalam QS Ynus [1051]:57 dapat di pahami sebagai tahap
penyembuhan dan perolehan petunjuk bagi orang-orang beriman. Sedangkan dalam QS Fu¡¡ilat [4161]: 44 adalah mengisyaratkan bahwa orang mukmin yang benar-benar
telah mencapai syif± dan hudan tersebut dapat dijadikan sebagai hudan dan syif± atau petunjuk dan penyembuh bagi yang lain hingga seterusnya. Namun, kedua urutan ini
sebenarnya adalah tetap sama-sama mengarah pada puncak pencapaian yang tertinggi, yaitu:
ﺔﻤﺣر ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ
-rahmah bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana tersebut dalam QS al-Isr± [1750]: 82.
Oleh karena puncak yang ingin di capai oleh syif± adalah rahmah bagi orang-orang yang beriman sebagaimana tersebut dalam QS al-Isr± [1750]: 82,
423
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 14, Jus 27, h. 132. Pemahaman ini antara lain disarikan dari teks aslinya, yaitu:
. ﺎﻣأ
ﮫﻧﻮﻛ ىﺪھ
ﮫﻧﻸﻓ ﻞﯿﻟد
ﻰﻠﻋ تاﺮﯿﺨﻟ ا
ﺪﺷﺮﯾ و ﻰﻟإ
ﻞﻛ تادﺎﻌﺴﻟ ا
. ﺎﻣأ و
ﮫﻧﻮﻛ ءﺎﻔﺷ
ﮫﻧﺈﻓ اذإ
ﮫﻨﻜﻣأ ءاﺪﺘھﻹا
ﺪﻘﻓ ﻞﺼ
ﺣ ا
،ىﺪﮭﻟ ﻚﻟﺬﻓ
ىﺪﮭﻟا ءﺎﻔﺷ
ﮫﻟ ﻦﻣ
ضﺮﻣ ﺮﻔﻜﻟا
ﻞﮭﺠﻟا و
- Keberadaan Al-Quran sebagai hudan, maksudnya ialah, karena Al-Quran itu menjadi petunjuk
kebaikan dan pembimbing kebahagiaan. Sedangkan keberadaannya sebagai syifa adalah karena kalau sekiranya Al-Quran itu dijadikan sebagai petunjuk, maka petunjuk itu dapat diperoleh.
Dengan petunjuk itu, berarti dapat mengobatinya dari sakit kekufuran dan kebodohan. Hal ini sejalan dengan pemikiran al-R±z³ sebagaimana telah disinggung sebelumnya denga mengacu pada
kandungan makna pada penghujung surat al-F±ti¥aht, yakni: yaitu: Setelah orang-orang memperoleh hidayah
ﻦﯾﺪﺘﮭﻤﻟ ا
, maka mereka ini dapat memberikan pencerahan terhadap orang- orang yang dimurkai Allah
ﻦﯿﺑﻮﻀ ﻐ ﻤﻟ ا
, atau terhadap orang-orang yang terhalang dengan Allah yang disebabkan oleh sifat-sifat dari api -
ﺔﯾرﺎﻨ ﻟا
, yaitu masalah-masalah duniawiah ±lam al- duny±, maupun yang tersesat
ﻦﯿﻟﺎﻀ ﻟ ا
, yakni orang-orang yang terhalang dengan Allah yang disebabkan oleh sifat-sifat cahaya –
ﺔﯾرﻮﻨ ﻟا
, yaitu masalah-masalah kerohanian ±lam al-arw±¥. Al-R±z³, Tafsir, Jilid 9, Jus 17, h. 122. Lihat pula pada Jilid 1, Jus 1, h. 292, 266, 180 dan 17.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
287
yakni: لﺰﻨﻧو
ﻦﻣ ناءﺮﻘﻟا
ﺎﻣ ﻮھ
ءﺎﻔﺷ ﺔﻤﺣرو
ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ - Dan Kami turunkan dari Al Quran
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan QS Y- nus [1051]:57
ﺎﮭﯾأﺎﯾ سﺎﻨﻟا
ﺪﻗ ﻢﻜﺗءﺎﺟ
ﺔﻈﻋﻮﻣ ﻦﻣ
ﻢﻜﺑر ءﺎﻔﺷو
ﺎﻤﻟ ﻲﻓ
روﺪﺼﻟا ىﺪھو
ﺔﻤﺣرو ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ - Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan, posisi hudan
dan syif± dalam QS Fu¡¡ilat [4161]: 44, yakni: ﻞﻗ
ﻮھ ﻦﯾﺬﻠﻟ
ﻮﻨﻣأ ىﺪھ
ءﺎﻔﺷو -
Katakanlah: Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman, adalah berada di antara tahap maui§ah dan rahmah. Berdasarkan
tinjauan tertib nuzulnya, langkah-langkah yang terkait dengan syif± dalam Al- Quran maupun dalam tafsir al-R±z³ tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga
tahap: 1 Pertama, sebagai tahap penyembuhan yang paling cepat, yaitu dengan jalan
syif± langsung menuju puncak pencerahan. 2 Kedua, sebagai tahap penyembuhan yang berlaku pada umumnya, yaitu
dengan jalan maui§ah, syif±, hudan dan puncak pencerahan. 3 Ketiga, sebagai tahap penyembuhan yang berlaku bagi kasus-kasus tertentu,
yaitu dengan jalan maui§ah, hudan, syif± dan puncak pencerahan.
2. Madu dan Sifat-sifatnya Jenis syif± sebagaimana kandungan makna pada QS al-Na¥l [1670]: 69,
ditegaskan oleh al-R±z³ sebagai bentuk dari sifat-sifat madu al-`asal. Penegasannya ini sebagaimana tampak dalam tafsirnya berikut:
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
288
لﺎﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
: باﺮﺷ
ﻒﻠﺘﺨﻣ ﮫﻧاﻮﻟأ
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ .
ﻢﻠﻋا ﮫﻧأ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻒﺻ
و ﻞﺴﻌﻟ ا
هﺬﮭﺑ تﺎﻔﺼﻟا
ﺔﺛﻼﺜﻟا :
ﺔ ﻔ ﺼ ﻟ ﺎ ﻓ ﻰﻟوﻷا
: ﮫﻧﻮﻛ
ﺎﺑاﺮﺷ ﺮﻣﻷاو
،ﻚﻟﺬﻛ ﮫﻧﻷ
ةرﺎﺗ ﺮﺸﯾ
ب هﺪﺣو
ةرﺎﺗو ﺬﺨﺘﯾ
ﮫﻨﻣ ﺔﺑﺮﺷﻷا
.
424
Firman Allah yang berkaitan dengan: minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sepengetahuan saya bahwa Allah Swt memberikan sifat-sifat madu dengan tiga macam sifat. Pertama:
madu tersebut sebagai jenis minuman dan kenyataannya memang seperti itu. Karena madu ini terkadang dapat diminum secara
langsung atau dijadikan sebagai bahan minuman.
هﺮﯿﻈﻧ و .ﺮﻔﺻ أ و ﺾﯿﺑأو ﺮﻤﺣأ ﮫﻨﻣ نأ :ﻰﻨﻌﻤﻟ او ،ﮫﻧاﻮﻟ ا ﻒﻠﺘﺨﻣ :ﮫﻟﻮﻗ :ﺔﯿﻧﺎﺜﻟا ﺔﻔﺼﻟاو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
: ﻦﻣو
لﺎﺒﺠﻟا دﺪﺟ
ﺾﯿﺑ ﺮﻤﺣو
ﻒﻠﺘﺨﻣ ﺎﮭﻧاﻮﻟا
ﺐﯿﺑاﺮﻏو دﻮﺳ
دﻮﺼﻘﻤﻟاو ﮫﻨﻣ
: لﺎﻄﺑإ
لﻮﻘﻟا ،ﻊﺒﻄﻟﺎﺑ
نﻷ اﺬھ
ﻢﺴﺠﻟ ا ﻊﻣ
ﮫﻧﻮﻛ يوﺎﺴﺘﻣ
ﺔﯿﻌﯿﺒ ﻄﻟا ﺎﻤﻟ
ثﺪﺣ ﻰﻠﻋ
ناﻮﻟأ ﺔﻔﻠﺘﺨﻣ
. لد
ﻚﻟذ ﻰﻠﻋ
نأ ثوﺪﺣ
ﻚﻠﺗ ناﻮﻟﻷا
ﺮﯿﺑﺪﺘﺑ ﺨﻤﻟا
،رﺎﺘ ﻻ
ﻞﺟﻷ دﺎﺠﯾإ
ﺔﻌﯿﺒﻄﻟا .
425
Sifat kedua: Firman Allah swt.
ﻒﻠﺘﺨﻣ ﮫﻧاﻮﻟ ا
yang bermacam-macam warnanya QS al-Na¥l [1670]: 69, dengan maksud bahwa madu itu
ada yang berwarna merah, putih dan kuning, dengan merujuk pada firman Allah:
ﻦﻣو لﺎﺒﺠﻟ ا
دﺪﺟ ﺾﯿﺑ
ﺮﻤﺣو ﻒﻠﺘﺨﻣ
ﺎﮭﻧ اﻮﻟ ا ﺐﯿﺑاﺮﻏو
دﻮﺳ yang
artinya: Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam
pekat QS F±¯ ir [35]: 27
ﺔﻔﺼﻟاو ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا
. ﮫﻟﻮﻗ
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ ﮫﯿﻓو
نﻻﻮﻗ :
لﻮﻘﻟا ،لوﻷا
ﻮھو ﺢﯿﺤﺼﻟا
ﮫﻧأ ﺔﻔﺻ
ﻞﺴﻌﻠﻟ .
نﺈﻓ اﻮﻟﺎﻗ
: ﻒﯿﻛ
نﻮﻜﯾ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ ﻮھو
ءاﺮﻔﺼ ﻟ ﺎﺑﺮﻀﯾ
ﺞﯿﮭﯾ و ؟راﺮﻤﻟ ا
. ﺎﻨﻠﻗ
: ﮫﻧإ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻢﻟ
ﻞﻘﯾ :
ﮫﻧإ ءﺎﻔﺷ
ﻞﻜﻟ سﺎﻨﻟا
ﻞﻜﻟو ءاد
ﻲﻓو ﻞﻛ
،لﺎﺣ ﻞﺑ
ﺎﻤﻟ نﺎﻛ
ءﺎﻔﺷ ﺾﻌﺒﻠﻟ
ﻦﻣو ﺾﻌﺑ
ءاودﻷا ﺢﻠﺻ
نﺄﺑ ﻒﺻﻮﯾ
ﮫﻧﺄﺑ ﮫﯿﻓ
،ءﺎﻔﺷ يﺬﻟاو
لﺪﯾ ﻰﻠﻋ
ﮫﻧأ ءﺎﻔﺷ
ﻲﻓ ،ﺔﻠﻤﺠﻟ ا
ﮫﻧأ ﱠﻞ
ﻗ نﻮﺠﻌﻣ
ﻦﻣ ﻦﯿﺟﺎﻌﻤﻟا
ﻻإ ﮫﻣﺎﻤﺗو
ﮫﻟﺎﻤﻛو ﺎﻤﻧإ
ﻞﺼﺤﯾ ﻦﺠﻌﻟﺎﺑ
،ﻞﺴﻌ ﻟ ﺎﺑ ﺎﻀ
ﯾ أو ﺔﺑﺮﺷﻷﺎ ﻓ
ةﺬﺨﺘﻤ ﻟا ﮫﻨﻣ
ﻲﻓ ضاﺮﻣﻷا
ﺔﯿﻤﻐﻠ ﺒ ﻟا ﺔﻤﯿﻈﻋ
ﻊﻔﻨﻟا .
لﻮﻘﻟاو ،ﻲﻧﺎﺜﻟا
ﻮھو لﻮﻗ
ﺪھﺎﺠﻣ نأ
424
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 75
425
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 75
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
289
داﺮﻤﻟا :
أ ن
نأﺮﻘﻟا ءﺎﻔﺷ
،سﺎﻨﻠﻟ ﻰﻠﻋو
اﺬھ ﺮﯾﺪﻘﺘﻟا
ﺔﺼ ﻘ ﻓ
ﺪﻟﻮﺗ ﻞﺴﻌ ﻟ ا
ﻦﻣ ﻞﺤﻨ ﻟا
ﺖﻤﺗ ﺪﻨﻋ
ﮫﻟﻮﻗ جﺮﺨﯾ
ﻦﻣ ﺎﮭﻧﻮﻄﺑ
باﺮﺷ ﻒﻠﺘﺨﻣ
ﮫﻧاﻮﻟأ ﻢﺛ
أﺪﺘﺑإ لﺎﻗو
ﮫﯿﻓ سﺎﻨﻠﻟءﺎﻔﺷ
يأ ﻲﻓ
نأﺮﻘﻟااﺬھ ﻞﺼﺣ
ﺎﻣ ﻮھ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
ﻦﻣ ﺮﻔﻜﻟا
ﺔﻋﺪﺒﻟاو ﻞﺜﻣ
اﺬھ يﺬﻟا
ﻲﻓ ﺔﺼﻗ
ﻞﺤﻨﻟا .
ﻦﻋو ﻦﺑا
دﻮﻌﺴﻣ :
نأ ﻞﺴﻌﻟا
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ﻞﻛ ،ءاد
نأﺮﻘﻟاو ءﺎﻔﺷ
ﺎﻤﻟ ﻲﻓ
روﺪﺼﻟا .
426
Sifat ketiga: Firman Allah yang artinya: Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia, terdapat dua pendapat:
Pertama, merupakan pendapat yang sahih dengan pernyataan bahwa ayat ini merupakan indikasi dari madu. Jika mereka bertanya,
bagaimana mungkin keberadaan madu dapat dijadikan sebagai syif± obat bagi manusia, padahal ia berbahaya bagi orang-orang yang
berpenyakit hepatitis dan menjadikan peningkatan gula darah yang berulang ulang?
427
. Kami menjawab: sesungguhnya Allah swt tidak berfirman: Sesungguhnya madu sebagai syif± obat bagi tiap-tiap
manusia, tiap-tiap penyakit dan dalam setiap keadaan. Akan tetapi, jika pada kenyataannya madu menjadi obat bagi sebagian manusia
dan sebagian dari penyakit, maka sudah tepat bila madu itu disifati Allah dengan kalimat:
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
-di dalamnya mengandung obat.
428
426
al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 75-76
427
Berdasarkan catatan Harun Yahya, Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin,
sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di
samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.
http:www.harunyahya.comindoartikel006.htm , Dalam
Buku Saku Patofisiologi dikatakan bahwa: madu yang mengandung glukosa memang dapat dijadikan sebagai sumber
energi. Akan tetapi bila hal itu tidak terpakai, maka hal itu akan disimpan pada hati sebagai glikogen. Selanjutnya, apabila hati hepar telah mengalami gangguan, maka fungsi hepar akan
terganggu pula. Demikian pula fungsi hepar dalam melakukan penyimpanan glukosa. Sebagai akibatnya maka glokosa tidak bisa disimpan dalam hati, karena kadar glokosa lebih tinggi di dalam
darah. Lihat Elizabeth J. Corwin, Buku Saku Patofisiologi yang diterjemahkan dari buku aslinya: Handbook of Pathophysiology, oleh Brahm U. Pendit Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2001, h
561,571 dan 572.
428
Harun Yahya menegaskan: Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu
pada Konferensi Apikultur Sedunia World Apiculture Conference yang diselenggarakan pada
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
290
Sedangkan madu yang menunjuk pada penyembuhan secara keseluruhan, itu berarti sedikit campuran madu sebagai pelengkap
dari berbagai komposisi campuran lainnya. Bahkan minuman yang diperoleh dari madu adalah sangat berfanfaat bagi penyakit-penyakit
sejenis balgham lendircairan.
Kedua, menurut Muj±hid, yang dimaksud dengan: ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
adalah Al- Quran sebagai obat bagi manusia. Menurutnya, pembahasan mengenai madu
yang keluar dari lebah sudah berhenti sampai pada firman Allah: جﺮﺨﯾ
ﻦﻣ ﺎﮭﻧ ﻮﻄﺑ
باﺮﺷ ﻒﻠﺘﺨﻣ
ﮫﻧاﻮﻟ أ - Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-
macam warnanya. Kemudian diawali dengan firmn-Nya: ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
-di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia, yakni: Al-Quran ini dapat
menyembuhkan manusia dari kekafiran dan bid`ah sebagaiman pembahasan mengenai lebah. Diriwayatkan dari Ibn Mas`-d: Bahwa madu adalah obat terhadap
semua penyakit fisik, dan Al-Quran sebagai obat terhadap penyakit hati psikis. ﻢﻠﻋاو
نأ ﺬھ
ا لﻮﻘﻟا
ﻒﯿﻌﺿ لﺪﯾو
ﮫﯿﻠﻋ نﺎﮭﺟو
. لوﻷا
, نأ
ﺮﯿﻤﻀ ﻟ ا
ﻲﻓ ﮫﻟﻮﻗ
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ ﺐﺠﯾ
هدﻮﻋ ﻰﻟا
بﺮﻗأ ،تارﻮﻛﺬﻤﻟا
ﺎﻣو كاذ
ﻻإ ﮫﻟﻮﻗ
باﺮﺷ ﻒﻠﺘﺨﻣ
ﮫﻧاﻮﻟ أ ﺎﻣأو
ﻢﻜﺤﻟا دﻮﻌﺑ
اﺬھ ﺮﯿﻤﻀﻟا
ﻰﻟا نأﺮﻘﻟا
ﻊﻣ ﮫﻧأ
ﺮﯿﻏ ﺎﻤﯿﻓرﻮﻛﺬﻣ
،ﻖﺒﺳ ﻮﮭﻓ
ﺮﯿﻏ ﺐﺳﺎ ﻨﻣ
. ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻰﻟا ﻞﺟر ءﺎﺟ ﮫﻧأ :ىرﺪﺨﻟا ﺪﯿﻌﺳ ﻮﺑأ ىور ﺎﻣ :ﻲﻧﺎﺜﻟاو
لﺎﻗو :
نإ ﻲﺧأ
ﻲﻜﺘﺸﯾ ﮫﻨﻄﺑ
لﺎﻘﻓ :
ﮫﻘﺳا ،ﻼﺴﻋ
ﺐھﺬﻓ ﻢﺛ
ﻊﺟر لﺎﻘﻓ
: ﺪﻗ
ﮫﺘﯿﻘﺳ ﻢﻠﻓ
ﻦﻐﯾ ﮫﻨﻋ
،ﺎﺌﯿﺷ لﺎﻘﻓ
ﮫﯿﻠﻋ ةﻼﺼﻟا
مﻼﺴﻟاو :
ﺐھذا ﮫﻘﺳاو
ﻼﺴﻋ .
ﺐھﺬﻓ ،هﺎﻘﺴﻓ
ﺎﻤﻧﺄﻜﻓ ﻂﺸﻧ
ﻦﻣ ،لﺎﻘﻋ
tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa
madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis getah lebah dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk
mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah bee resin dapat
membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya.
http:www.harunyahya.comindoartikel006.htm ,
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
291
لﺎﻘﻓ :
قﺪﺻ ﷲ
بﺬﻛو ﻦﻄﺑ
ﻚﯿﺧأ .
اﻮﻠﻤﺣو ﮫﻟﻮﻗ
: قﺪﺻ
ﷲ بﺬﻛو
ﻦﻄﺑ ﻚﯿﺧأ
ﻰﻠﻋ ﮫﻟﻮﻗ
: ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
. ﻚﻟذو
ﺎﻤﻧإ ﺢﺼﯾ
نﺎﻛﻮﻟ اﺬھ
ﺔﻔﺻ ﻞﺴﻌﻠﻟ
429
. Ketahuilah bahwa pendapat tersebut adalah lemah dengan dua
alasan: Pertama: «am³r kata ganti yang terdapat pada kalimat: ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ harus dikembalikan pada sesuatu yang terdekat, dalam hal
ini adalah kalimat باﺮﺷ
ﻒﻠﺘﺨﻣ ﮫﻧاﻮﻟا
. Ketentuan untuk mengembalikan kata ganti itu kepada Al-Quran adalah tidak
disebutkan pada ayat sebelumnya. Oleh karenanya hal ini tidak cocok. Kedua, Hadis yang diriwayatkan Abu Sa`id al-Khudriy
menjelaskan: Pada suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw seraya berkata: bahwa saudaraku sedang sakit perut.
Nabi menyarankan agar memberikan minum madu. Kemudian ia pergi dan kembali lagi sambil mengatakan: Aku telah memberikan
madu untuk diminum, tetapi belum bias sembuh. Maka Rasulullah Saw menyarankan untuk pergi dan memberikan minuman madu
kepada saudaranya, maka berangkatlah dan meminumkannya, yang seakan-akan telah kehilangan kendali. Maka Rasulullah Saw
bersabda: Allah Maha Benar, perut saudaramu berbohong. Mereka kemudian menghubungkan sabda nabi
قﺪﺻ ﷲ
بﺬﻛو ﻦﻄﺑ
ﻚﯿﺧأ dengan firman Allah
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
سﺎﻨﻠﻟ . Pemahaman ini menjadi benar,
apabila kata ganti ini merupakan sifat dari madu. نﺎﻓ
لﺎﻗ ﻞﺋﺎﻗ
: ﺎﻣ
ا داﺮﻤﻟ
ﮫﻟﻮﻘﺑ ﮫﯿﻠﻋ
مﻼﺴﻟا :
قﺪﺻ ﷲ
بﺬﻛو ﻦﻄﺑ
ﻚﯿﺧأ ؟
. ﺎﻨﻠﻗ
: ﮫﻠﻌﻟ
ﮫﯿﻠﻋ مﻼﺴﻟا
ﻢﻠﻋ رﻮﻨﺑ
ﻲﺣﻮﻟا نأ
ﻚﻟذ ﻞﺴﻌﻟا
ﺮﮭﻈﯿﺳ ﮫﻌﻔﻧ
ﺪﻌﺑ ،ﻚﻟذ
ﺎﻤﻠﻓ ﻢﻟ
ﺮﮭﻈﯾ ﮫﻌﻔﻧ
ﻰﻓ لﺎﺤﻟ ا
ﻊﻣ ﮫﻧأ
ﮫﯿﻠﻋ مﻼﺴﻟا
نﺎﻛ ﺎﻤﻟﺎﻋ
ﮫﻧﺄﺑ ﺮﮭﻈﯿﺳ
ﮫﻌﻔﻧ ﺪﻌﺑ
،ﻚﻟذ نﺎﻛ
اﺬھ ﺎﯾرﺎ ﺟ
ىﺮﺠﻣ ،بﺬﻜﻟ ا
اﺬﮭﻠﻓ ﺐﺒﺴﻟا
ﻖﻠطأ ﮫﯿﻠﻋ
ﺬھ ﻆﻔﻠﻟا
.
430
Apabila ada orang yang bertanya: apa yang dimaksud dengan sabda Nabi Saw: Allah Maha Benar dan perut saudaramu berbohong?
Maka kami jawab: mungkin Rasulullah Saw telah mengetahui dengan sinar kewahyuhannya bahwa setelah mengkonsumsi madu
itu manfaatnya akan segera terlihat. Namun, tetkala manfaat pada saat itu belum terlihat, maka Rasulullah Saw juga mengetahui
429
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 76
430
Al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 76
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
292
bahwa sesudah mengkonsumsi madu akan terlihat jelas tentang manfaatnya. Demikian yang dimaksud ungkapan al-ka©ib yang
digunakan secara umum.
3. Integrasi Transendental dan Aksidental Makna integrasi transendental dan aksidental dalam pembahasan ini
dimaksudkan sebagai urgensi perpaduan antara nilai-nilai ketuhanan dan Makhluk ciptaan-Nya sebagai satu kesatuan dalam berbagai kehidupan manusia. Dari aspek
nilai-nilai ketuhanan, maka Allah swt sebagai ªat yang tidak mempunyai hubungan sama sekali terhadap makhluk ciptaan-Nya. Dalam hal ini Allah hanya
berkaitan dengan makhluk ciptaan-Nya dalam hal mengatur dan memperdayakan makhluk ciptaan-Nya. Sebaliknya dari aspek nilai-nilai kemanusiaan sebagai
makhluk ciptaan Allah, maka makhluk ciptaan Allah ini tidak bisa terbebas daripada-Nya, bahkan justru senantiasa membutuhkan dan berhubungan dengan-
Nya. Prinsip ini antara lain dipahami dari nilai-nilai ketuhanan yang dikemukakan oleh al-R±z³ dalam tafsirnya sebagai berikut.
نأ ﮫﻟإ
ﻢﻟﺎﻌﻟا ﻻ
ﻖﻠﻌﺗ ﮫﻟ
ﻢﻟﺎﻌﻟﺎﺑ ﻻإ
ﻰﻠﻋ ﻞﯿﺒﺳ
فﺮﺼﺘﻟا ﺮﯿﺑﺪﺘﻟاو
.
431
Tuhan bagi alam semesta ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan alam, kecuali hanya mengatur dan memperdayakan
makhluk ciptaan-Nya.
Pengaturan dan pemberdayaan manusia tersebut sejalan dengan penjelasan al-R±z³ ketika menafsirkan ayat rabb al-`±lam³n
بر ﻦﯿﻤﻠ ﻌﻟ ا
. Menurutnya, ayat ini mengisyaratkan pada makna pengaturan atau pendidikan secara umum bagi
alam semesta, termasuk di dalamnya ialah pengaturan terhadap hal-hal yang bersifat ru¥±niah bagi para malaikat, manusia, jin dan setan, dan pengaturan
431
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 46
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
293
terhadap hal-hal yang terkait dengan jasmaniah terhadap apa saja yang dihasilkan oleh langit dan bumi. Redaksi selengkanya adalah sebagai berikut:
ﮫﻟﻮﻗو ﻲﻓ
لوأ ةرﻮﺳ
ﺔﺤﺗﺎﻔﻟا بر
ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا ةرﺎﺷإ
ﻰﻟإ ﺔﯾﺮﺘﻟا
ﺔﻣﺎﻌﻟا ﻲﻓ
ﻖﺣ ﻞﻛ
،ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا ﻞﺧﺪﯾو
ﮫﯿﻓ ﺔﯾﺮﺘﻟ ا
ﻧﺎﺣوﺮﻟا ﺔﯿ
ﺔﻜﺋﻼﻤﻠ ﻟ ﺲﻧﻹاو
ﻦﺠﻟا و ﻦﯿطﺎﯿﺸﻟا و
ﺔﯿﺑﺮﺘﻟ او ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺠﻟ ا
ﺔﻠﺻﺎﺤﻟا ﻲﻓ
تاﻮﻤﺴﻟا ﻦﯿﺿرﻷاو
.
432
Firman Allah swt pada awal surah al-F±ti¥ah, yakni frase rabb al- `±lam³n adalah mengisyaratkan tentang pengaturan Allah swt
terhadap alam semesta, termasuk di dalamnya adalah pengaturan- Nya terhadap hal-hal yang bersifat ru¥±niah bagi para malaikat,
manusia, jin dan setan-setan, dan pengaturan terhadap hal-hal yang bersifat jasmaniah yang berada di langit dan di bumi.
Sedangkan, proses pemberdayaan dan pengaturan Allah swt terhadap umat manusia adalah melalui perantaraan malaikat yang bertugas untuk menyampaikan
beberapa pesan penting. Pertama, menginformasikan kepadanya bahwa Tuhan bagi alam semesta ini adalah tunggal. Kedua, memberikan tugas kepada manusia
untuk bertauhid dan beribadah, Ketiga, memberikan informasi tentang balasan kebaikan bagi orang yang taat dan memberikan balasan kejelekan bagi mereka
yang menentang-Nya. Penjelasan ini disarikan dari tafsir al-R±z³ sebagai berikut. ...
ﮫﻧأ ﻰﻟﺎﻌﺗ
لﺰﻨﯾ ﺔﻜﺌﻠﻤﻟا
ﻰﻠﻋ ﻦﻣ
ءﺎﺸﯾ ﻦﻣ
هﺪﯿﺒﻋ ﺮﻣءﺎﯾو
ﻚﻟذ ﺪﺒﻌﻟ ا
نﺄﺑ ﻎﻠﺒﯾ
ﻰﻟإ ﺮﺋﺎﺳ
ﻖﻠﺨﻟ ا نأ
ﮫﻟإ ﻢﻟﺎﻌﻟ ا
ﺪﺣاو ﻢﮭﻔ ﻠﻛ
ﺔﻓﺮﻌﻤﺑ ﺪﯿﺣﻮﺘ ﻟ ا
ةدﺎﺒﻌﻟ او ﻦﯿﺑو
ﻢﮭﻧأ نإ
اﻮﻠﻌﻓ ﻚﻟذ
اوزﺎﻓ يﺮﯿﺨﺑ
ﺎﯿﻧﺪﻟا ،ةﺮﺧﻵاو
نإو اودﺮﻤﺗ
اﻮﻌﻗو ﻲﻓ
يﺮﺷ ﺎﯿﻧﺪﻟا
ةﺮﺧﻵاو .
433
Sesungguhnya Allah swt mengutus para malaikat kepada ham- hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, memerintah kepadanya untuk
menyampaikannya kepada semua makhluk ciptaan-Nya bahwa Tuhan alam semsta adalah Esa dan memberikan tugas kepadanya
432
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 1, Jus 1, h. 186.
433
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 19, h. 229
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
294
untuk mengenal tauhid, melaksanakan ibadah dan bahksn bertugas untuk menjelaskan kepada mereka bahwa yakni: apabila
melaksanakannya, maka mareka itu berarti telah memperoleh keberuntungan mengenai kebaikan dunia dan akhiratnya. Apabila
mereka itu meninggalkan perintah, berarti mereka itu akan memproleh keburukan dunia dan akhiratnya.
Perkembangan selanjutnya, al-R±zi mengemukakan beberapa catatan penting yang terkandung pada bacaan basmalah [
ﻢﺴﺑ ﷲ
ﻦﻤﺣﺮﻟا ﻢﯿﺣﺮﻟا
]. Dalam hal ini al-R±zi membeberkan sakit yang dialami oleh Nabi Musa as yang pada
kesempatan tertentu dapat disembuhkan dengan perantaraan rumput, namun pada kesempatan lain ketika sakitnya kambuh lagi dengan cara memakan rerumputan
tersebut, namun sakit yang dialaminya justru semakin bertambah parah. Dalam hal ini muncul sebuah pertanyaan Apa sebenarnya yang dapat menyembuhkan
sakit tersebut? Catatan selengkapnya adalah sebagiai berikut. ﺔﺘﻜﻨﻟا
ﻰﻟوﻷا :
ضﺮﻣ سﻮﻣ
ﮫﯿﻠﻋ مﻼﺴﻟا
او ﺷ
ﺪﺘ ﻊﺟو
،ﮫﻨﻄﺑ ﺎﻜﺸﻓ
ﺎ ﻟإ ،ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﮫﻟﺪﻓ ﻰﻠﻋ
ﺐﺸﻋ ﻲﻓ
،ةزﺎﻔﻤﻟا ﻞﻛﺄﻓ
ﮫﻨﻣ ﻲﻓﻮﻌﻓ
نذﺈﺑ ﷲ
،ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻢﺛ
هدوﺎﻋ ﻚﻟذ
ضﺮﻤﻟ ا ﻲﻓ
ﺖﻗو ﺮﺧأ
ﻞﻛﺄﻓ ﻚﻟذ
ﺐﺸﻌﻟا دادزﺎﻓ
،ﮫﺿﺮﻣ لﺎﻘﻓ
ﺎﯾ ،بر
ﮫﺘﻠﻛأ ًﻻو
أ ﺖﻌﻔ ﺘﻧﺎﻓ
،ﮫﺑ ﮫﺘﻠﻛأ و
ﺎﯿﻧﺎﺛ دادزﺎﻓ
،ﻲﺿﺮﻣ لﺎﻘﻓ
: ﻚﻧﻷ
ﻲﻓ ةﺮﻤﻟا
ﻰﻟوﻷا ﺖﺒھذ
ﻲﻨﻣ ﻰﻟإ
ﻸﻜﻟا ﻞﺼﺤﻓ
ﮫﯿﻓ ،ءﺎﻔﺸﻟ ا
ﻲﻓو ةﺮﻤﻟ ا
ﺔﯿﻧﺎﺜﻟا ﺖﺒھذ
ﻚﻨﻣ ﻟإ
ﻰ ءﻼﻜﻟ ا
دادزﺎﻓ ﺎﻣأ ،ض
ﺮ ﻤﻟ ا ﺖﻤﻠ ﻋ
نأ ﺎﯿﻧﺪﻟا
ﺎﮭﻠ ﻛ ﻢﺳ
ﻞﺗﺎﻗ ﺎﮭﻗ ﺎﯾﺮﺗ و
؟ﻰﻤﺳأ .
434
Nabi Musa as pernah sakit parah pada bagian perutnya, lalu ia mengadu kepada Allah Swt, kemudian Allah menunjukkannya
tentang rerumputan di padang sahara yang tandus sebagai obatnya, kemudian memakannya dan menjadi sembuh atas izin Allah Swt.
Pada suatu saat sakitnya kambuh lagi, kemudian ia memakan rerumputan itu lagi, namun sakitnya justru semakin parah.
Kemudian ia mengadu lagi sambil berkata: ya rabbi: pada awalnya saya makan rumput dan bisa memdatangkan manfaat, namun pada
434
Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 173-174.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
295
waktu makan rumput untuk yang keduakalinya, sakit saya justru semakin parah. Allah menjawab: Karena anda makan rumput yang
partama kalinya, anda pergi untuk mendapatkan rumput atas petunjuk dari-Ku, maka di dalamnya mengandung obat ءﺎﻔﺸﻟا untuk
kesembuhan. Akan tetapi pada waktu yang kedua anda pergi untuk mencari rumput berdasarkan kemauan anda sendiri, karena itu
sakitnya semakin parah. Ketahuilaih bahwa dunia semuanya adalah racun yang mematikan, dan penawarnya adalah dengan menyebut
nama-Ku [dengan bismillah].
Kedua, pada suatu malam Rabi`ah melaksanakan salat tahajud, ketika menjelang subuh maka ia tertidur, kemudian masuklah pencuri dalam rumahnya
dan mengambil beberapa pakaiannnya, kemudian menuju pintu keluar namun tidak menemukan jalan keluarnya, lalu pencuri itu meletakkan barang curiannya,
ternyata pintunya bisa tampak terbuka. Hal ini berulang hingga tiga kali. Kemudian terdengarlah suara dari sudut rumah, yakni: letakkan barang-barang
curian itu dan keluarlah. Jika kekasih Allah tidur, maka sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa tidak tidur.
435
Kasus ketiga, ada seorang ahli makrifat sedang mengembala kambing, kemudian membawanya pada sekawanan srigala, anehnya: serigalanya justru
tidak berkenan mengganggu kambing. Pada saat itu ada seorang laik-laki sedang lewat seraya berkata: mulai kapan srigala berdamai dengan kambing?, maka si
pengembala menjawab: sejak pengembala berdamai dengan Allah.
436
435
Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 174. Kasus ini dikutip dari teks aslinya sebagai berikut:
ﺖﺗﺎﺑ ﺔﻌﺑار
ﺔﻠﯿﻟ ﻲﻓ
ﺪﺠﮭﺘﻟا ،ةﻼﺼﻟاو
ﺎﻤﻠ ﻓ ﺢﺒﺼ
ﻟ اﺮﺠﻔ ﻧا ،ﺖﻣﺎ ﻧ
ﻞﺧﺪﻓ قرﺎﺴﻟ ا
ﺎھرا د ﺬﺧأ و
،ﺎﮭﺑ ﺎﯿﺛ ﺪﺼﻗو
بﺎﺒﻟا ﻢﻠﻓ
ﺪﺘﮭﯾ ﻰﻟإ
،بﺎﺒﻟا ﺎﮭﻌﺿﻮﻓ
ﺪﺟﻮﻓ ،بﺎﺒﻟا
ﻞﻌﻔﻓ ﻚﻟذ
ثﻼﺛ ،تاﺮﻣ
يدﻮﻨﻓ ﻦﻣ
ﺔﯾواز ﺖﯿﺒﻟا
: ﻊﺿ
شﺎﻤﻘﻟا جﺮﺧاو
نﺈﻓ مﺎﻧ
ﺐﯿﺒﺤﻟا نﺎﻄﻠﺴﻟﺎﻓ
ﺎﻀﻘﯾ ن
.
436
Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 174. Kisah ini dinukil dari teks aslinya sebagai berikut:
نﺎﻛ ﺾﻌﺑ
ﻦﯿﻓرﺎﻌﻟا ﻰﻋﺮﯾ
ﺎﻤﻨﻏ ﺮﻀﺣو
ﻲﻓ ﻊﯿﻄﻗ
ﮫﻤﻨﻏ ،بﺎﺋﺬﻟا
ﻲھو ﺮﻀ
ﺗ ﻻ ،ﮫﻣﺎ ﻨﻏأ
ﺮﻤﻓ ﮫﯿﻠﻋ
ﻞﺟر هادﺎﻧو
: ﻰﺘﻣ
ﺢﻠﻄﺻا ﺐﺋﺬﻟا
ﻢﻨﻐﻟاو ؟
لﺎﻘﻓ ﻲﻋاﺮﻟا
: ﻦﻣ
ﻦﯿﺣ ﺢﻠﻄﺻا
ﻰﻋاﺮﻟا ﻊﻣ
ﷲ
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
296
Pemahaman integrasi nilai-nilai transendental dan aksedental maupun perpaduan nilai-nilai syif±’ dengan lainnya sebagaimana telah dikemukan di atas
tampaknya akan sangat tepat bila dikaitkan dengan metode gerak ganda yang di tawarkan oleh A¥mad Syukri Saleh dengan menekankan pola perpaduan antara
ayat-ayat qauliah dan kauniah yang dijeneralisasikan melaui jawaban spesifik untuk menentukan tujuan moral Al-Qur’an, baik situasi sosial maupun nilai-nilai
Al-Qur’an sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas.
437
Pada tataran ekperimental, Nilai-nilai Al-Qur’an juga dapat dipadukan dengan
seperangkat alat medis maupun lainnya seperti yang telah dilakukan oleh Syekh Yusuf al-Hajj Ahmad dalam karyanya Al-Qur’an Kitab Sain dan Medis melalui
mesin pengukur dan terapi stres yang berbasis komputer dengan efek dan manfaat secara signifikan dalam menurunkan ketegangan syaraf.
438
D. Manfaat Syif± dalam Kehidupan