PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
121
Keterkaitan syif± dengan dua term lainnya di atas, menunjukkan bahwa
keberadaan syif±’ merupakan tahap awal dalam proses penyembuhan dari berbagai penyakit, kemudian kesembuhan tersebut meningkat secara total pada tataran burah
yang dapat disebut sebagai sehat lahir batin dan pada tahap selanjutnya terfokus pada
peringkat sal±mah yang dapat disebut sebagai keselamatan duniawiah maupun
ukhrawiyah. Dengar kata lain bahwa syif±’ menuju bur’ah menunjukkan arah kesembuhan.
Sedangkan burah menunju salamah Syif±’ menuju sal±mah menunjukkan arah kesehatan. Jika syaf± sakit semakin jauh dengan syif±’ obat, maka tingkat penyakit
semakin parah. Sebaliknya, jika sakit lebih dekat pada syif± maupun upaya penyembuhan, maka tingkat penyakit akan semakin rendah. Jika syif±’ lebih dekat
dengan bur’ah maupun kesembuhan, maka tingkat kesehatan maupun keselamatannya semakit sempurna. Tetapi sebaliknya, jika syif±’ bertambah lebih jauh dengan bur’ah,
maka semakin rendah tingkat kesehatannya. Kerangka berpikir di atas juga dapat dipahami, bahwa syaf± sakit merupakan
lawan dari sal±mah sehat, Karena syaf± berada pada posisi sakit, sedangkan sal±mah berada pada posisi sehat. Dalam pada itu, burah berada di antara syaf± sakit dan
sal±mah sehat yang eksistensi dan esensi dirinya adalah selaras dengan syif± yang antara lain berfungsi sebagai penyembuhan dari suatu penyakit menuju kesehatan
secara sempurna.
C. Klasifikasi Sasaran Syif±’ dan Macam-macam Sakit
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
122
1. Klasifikasi Sasaran Syif±’
Klasifikasi sasaran syif±’ dapat ditelusuri melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang di dalamnya mengandung term syif±’ dengan segala kata jadian dan munasabahnya, baik
sebelum kata syif±’ maupun sesudahnya. Setelah diadakan penelusuran secara konprehensip terhadap ayat-ayat yang dimaksud, dapat ditemukan tiga term yang
terkait dengan syif±’, yaitu: r¥, ¡adr dan qalb. Oleh karena itu, berikut ini akan dikaji secara lebih terinci mengenai ketiga term tersebut sebagai bentuk klasifikasi sasarn
Syif±’. 1.
R¥ dalam QS al-Isr±’ [1750]: 85 Kata r¥ yang berkaitan dengan syif±’ hanya satu kali disebutkan dalam Al-
Qur’an, yaitu ayat 85 surah al-Isr±’. Hanya saja, penyebutan kedua term r¥ dan syif±’ tersebut tidak secara langsung berada dalam satu ayat, namun tetap dalam satu surah.
Dalam hal ini, kata syif±’ disebut pada ayat 83 surah al-Isr±’, sedangkan kata r¥ disebut pada ayat 85 dalam surah yang sama. Secara sederhana, keterkaiatan dua kata
ini dapat diperhatikan pada beberapa ayat berikut.
ُل ﱢﺰ َﻨُﻧَو
َﻦ ِﻣ
ِن اَ ءْﺮ
ُﻘْ ﻟا ﺎَﻣ
َﻮُھ ٌءﺎَﻔِﺷ
ٌﺔَﻤْﺣَرَو َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ َﻻ
َو ُﺪﯾِﺰَﯾ
َﻦ ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا
ﱠ ﻻ ِإ
اًر ﺎَ ﺴَﺧ
82 اَذِإَو
ﺎَﻨْﻤَﻌْﻧَأ ﻰَﻠَﻋ
ِن ﺎَ ﺴْﻧِْﻹ
ا َض
َﺮ ْﻋ َأ
ىَ ﺄَﻧَو ِﮫِﺒِﻧﺎَﺠِﺑ
اَذِإَو ُﮫﱠﺴَﻣ
ﱡﺮ ﱠﺸﻟا
َن ﺎَ ﻛ
ﺎًﺳﻮُﺌَﯾ 83
ْﻞ ُﻗ
ﱞﻞ ُﻛ
ُﻞ َﻤ ْﻌَﯾ
ﻰَﻠَﻋ َﻠِﻛﺎَﺷ
ِﮫِﺘ ْﻢُﻜﱡﺑَﺮَﻓ
ُﻢَﻠْﻋَأ ْﻦ
َﻤ ِﺑ َﻮُھ
ىَﺪْھَأ ً ﻼ
ﯿِ ﺒَﺳ 84
َﻚ َﻧ ﻮُﻟَﺄْ ﺴَﯾَو
ِﻦَﻋ ِحوﱡ ﺮﻟا
ِﻞُﻗ ُح
وﱡ ﺮﻟا ْﻦِﻣ
ِﺮْﻣ َأ ﻲﱢﺑَر
ﺎَﻣَو ْﻢُﺘﯿِﺗوُأ
َﻦِﻣ ِﻢْﻠِﻌْﻟا
ﱠ ﻻ ِإ
ً ﻼ ﯿِ ﻠَﻗ
85
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.82 Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
123
dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. 83 Katakanlah: Tiap-tiap
orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.84 Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit
85
189
Kata r¥ sebagaimana terdapat dalam ayat di atas menurut tinjauan akar kata adalah tersusun dari huruf- huruf
ر -
و -
ح
yang menunjuk pada makna luas, angin dan kontinuitas.
190
Kata r¥ dalam kajian ini lebih terfokus pada cakupan makna secara luas. Penjelasan terhadap kata r¥ dalam konteks ini telah ditemukan banyak perbedaan
pendapat sesuai dengan persoalan yang dikajinya masing-masing. Ketika r¥ dikaitkan dengan Allah swt, kata r¥ berarti menunnjuk pada kepemilikan. Lebih lanjut,
penyandaran secara khusus ini berarti menunjuk pada kemulyaan dan keagungan bagi Allah swt. al-Hijr :29. Dalam pada itu, r¥ juga bisa berarti malaikat al-Syu`ar±’: 193
atau Al-Qur’an al-Syr±: 52.
191
Pemaknaan r¥ sebagaimana tersebut di atas antara lain ditemukan dalam Tafs³r al-Mar±gh³. Ia menekankan pendapat jumhur, bahwa yang dimaksud dengan r¥
adalah sebuah potensi yang dengan r¥ itu, tubuh manusia menjadi hidup.
192
Dalam Tafsir Al-Misb±h juga dikatakan bahwa r¥ di sini berarti potensi pada diri makhluk
189
Lihat Departemen agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 19791980, h. 438. Tulisan ayat-ayat Al-Qur’an maupun terjemahannya menggunakan
CD Al-Qur’an Versi 6.5.
190
Lihat Ibnu Zakaria, Maqayis al-Lughah D±r-al-Fikr: 1979 Jus 2, h. 454
191
Lihat al-Raghib, Mu`jam Mufrad±t Alfa§ al-Qur’±n Beirt: D±r al-Kutb al-Ilmiah, 1997 h. 231-232
192
Lihat A¥mad Mu¡¯af± Al-Mar±ghi, Tafs³r Al-Mar±gh³ Beirt: D±r I¥y±’ al-Tura£, 1985, Jus 15, h. 88
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
124
yang menjadikannya hidup, yakni tahu, merasa dan bergerak. Demikian ini termasuk urusan Tuhanku
ﻦﻣ ﺮﻣأ
ﻲﺑر
dalam arti ketetapan Allah swt secara langsung tanpa melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya, tidak juga memerlukan pentahapan,
waktu dan tempat.
193
Uraian mengenai r¥ sebagaimana tersebut di atas, dapat diambil suatu pemahaman bahwa r¥ yang menjadi kajian ini adalah sebuah potensi manusia yang
dapat menjadikan ia bisa hidup, merasa, mengetahui dan bergerak sebagai anugrah dari Allah swt.
2. ¢adr dalam QS Ynus [1051]: 57 dan QS al-Taubah [9113]: 14 Term al-¡adr yang berhubungan secara langsung dengan syif±’ di ulang
sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam QS Ynus [1051]: 57 tergolong sebagai ayat makiah, dan QS al-Taubah [9113]: 14 tergolong sebagai ayat madaniah.
Kedua ayat dimaksud adalah sebagai berikut.
ﺎَﮭﱡﯾَأﺎَ ﯾ ﱠﻨﻟا
ُس ﺎ
ْﺪَﻗ ْﻢُﻜْﺗَءﺎَﺟ
ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ ْﻦ
ِﻣ ْﻢُﻜﱢﺑَر
ٌءﺎَﻔِﺷَو ﺎَﻤِﻟ
ﻲِﻓ ِروُ ﺪﱡ ﺼ
ﻟا ىًﺪُھَو
ٌﺔَﻤْﺣ َ رَو
َﻦ ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ
57
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman QS Ynus [1051]: 57
ْﻢُھﻮُﻠِﺗﺎ َ ﻗ ُﻢُﮭْﺑﱢﺬَﻌُﯾ
ُﱠﷲ ْﻢُﻜﯾِﺪْﯾَﺄِﺑ
ْﻢِھِﺰْﺨُﯾَو ْﻢُﻛْﺮُ
ﺼْﻨَﯾَو ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ
ِﻒ ْﺸ َﯾَو
َر وُ ﺪُ ﺻ
ٍمْﻮَﻗ َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ 14
193
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta: Lentra Hati, 2002, Vol. 7, h. 537-539.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
125
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka
dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman QS al-Taubah [9113]: 14
Secara keseluruhan, kata ¢adr dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 46 kali dengan berbagai bentuk dan kata jadiannya.
194
¢adr itu sendiri pada dasarnya adalah berakar dari susunan huruf-huruf
ص -
د -
ر
yang mempunyai dua makna pokok, yaitu: menghindar, misalnya dalam kata ¡adara `an al-bil±d menghindar dari negara dan
dada bagi manusia.
195
Makna kedua tersebut, tampaknya lebih tepat untuk digunakan dalam kajian ini sebagaimana yang diungkapkan oleh al-R±ghib ketika menjelaskan term ¡adr yang
kaitannya dengan syif±’ yaitiu memperbaiki selur¥ potensi yang berada di dalam diri manusia, baik berupa kesenangan syahwat, dorongan haw±, marah ga«b atau
disebut juga sebagai akal, hati, ilmu dan sejenisnya.
196
Di samping itu, penyebutan kata dada sebagaimana dalam QS Ynus: 57 oleh M. Quraish Shihab diartikan dengan hati.
Hal ini menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Il±hiyah itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit r¥ani seperti ragu, dengki, takabur dan semacamnya. Hati oleh Al-
Qur’an ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga yang mampu
melahirkan ketenangan dan kegelisahan, serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.
197
194
Lihat Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, al-Mu`jam al-Mufahras Lalfadh al-Qur’an Beirt: D±r al-Fikr, 1992, h. 512-513
195
Lihat Ibn Faris, Mu`jam Maq±yis al-Lughah Jus 2, h. 337.
196
Lihat al-Raghib, Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’±n, h.309-310.
197
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 6, h. 102
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
126
Uraian di atas menunjukkan bahwa ¡adr itu sendiri pada dasarnya adalah sebuah tempat dalam diri manusia yang di dalamnya mengandung berbagai potensi hati dan
akal dengan segala karakternya.
3. Qalb dalam QS al-Taubah [9113]: 15 terkait dengan ayat 14. Klasifikasi sasaran syif±’ pada pembahasan ini adalah terfokus pada kata qalb.
Dalam hal ini, penyebutan kata qalb berdampingan dengan kata ¡adr dan syif±’ sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah[9113] ayat 14 dan 15.
ْﻢُھﻮُﻠِﺗﺎ َ ﻗ ُﻢُﮭْﺑﱢﺬَﻌُﯾ
ُﱠﷲ ْﻢُﻜﯾِﺪْﯾَﺄِﺑ
ْﻢِھِﺰْﺨُﯾَو ْﻢُﻛْﺮُ
ﺼْﻨَﯾَو ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ
ِﻒ ْﺸ َﯾَو
َر وُ ﺪُ ﺻ
ٍمْﻮَﻗ َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ 14
ْﺐ ِھ ْﺬُﯾ َ و
َﻆ ْﯿ َﻏ
ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ ُب
ﻮُ ﺘَ ﯾَو ُﱠﷲ
ﻰَﻠَﻋ ْﻦ
َﻣ ُءﺎَﺸَﯾ
ُﱠﷲَ و
ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻢﯿِﻜَﺣ
15
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka
dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang mumin. Dan
Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana QS al-Taubah [9113]: 15
Sebuah kata yang ingin dijelaskan pada ayat di atas adalah qalb. Term ini menurut akar katanya adalah terdiri dari susunan huruf-huruf
ق -
ل -
ب
yang mempunyai dua makna pokok. yaitu kebersihan sesuatu dan kemulyaannya. Makna
pokok lainnya menunjuk pada kembalinya sesuatu dari satu sisi menuju sisi yang lain. Penggunaan makna pertama sebagaimana perkataan
ﺐ ﻠ ﻗ نﺎﺴﻧﻹا
هﺮﯿﻏو
qalb al-ins±n wa ghairihi – kebersihan atau kemulyaan hati manusia dan lainnya dikatakan
demikian karena sesuatu yang terdapat pada manusia itu tampak bersih dan terhormat. Sedangkan makna kedua sebagaimana dalam perkataan
ﺖﺒﻠﻗ بﻮﺜﻟا
ﺎﺒﻠﻗ
qalabtu al-
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
127
tsauba qalban -aku membalik baju dengan benar-benar terbalik.
198
Qalb juga biasa digunakan untuk manusia, karena qalb secara maknawi sering digunakan secara
bergantian antara r¥, akal, ilmu, keberanian dan sejenisnya.
199
Makna qalb dalam Al-Qur’an digunakan secara beragam, misalnya qalb diartikan r¥ al-A¥z±b: 10, qalb berarti ilmu Q±f: 37, qalb berarti keberanian al-
Anf±l:10. Namun, Qalb pada suatu ketika memang bisa diartikan sebagai akal atau r¥. Karena banyak ayat Al-Quran yang menyebut kata qalb tapi yang dimaksudkan
adalah sesuatu yang ada di dalamnya. Penggunaan ini sebagaimana ungkapan bahwa sungai itu mengalir, padahal secara esensial yang mengalir bukanlah sungainya
melainkan airnya.
200
Dengan demikian yang dimaksud dengan qalb pada ayat di atas adalah perubahan potensi dan fungsi dalam diri seseorang, baik berupa akal, r¥, ilmu dan
segala sifat yang terdapat di dalamnya. Semua potensi ini adalah terbungkus dalam sebuah wadah yang disebut dengan ¢adr.
Berdasarkan klasifikasi sasaran syif±’ dalam diri manusia sebagaimana telah diuraikan di atas adalah tercermin pada kesatuan antara r¥, ¡adr dan qalb. Di mana ¡adr
itu sendiri pada hakekatnya adalah sebuah potensi yang eksistensinya berada di bagian terluar, fisik maupun jasmaniah. Sebaliknya, r¥ lebih terfokus pada masalah-masalah
metafisik yang eksistensinya berada di bagian terdalam. Sedangkan potensi yang menempati posisi di antara keduanya adalah qalb. Karena kondisi qalb itu sendiri pada
198
Lihat Ibnu Faris, Mu`jam Maq±yis al-Lughah Jus 5, h. 17
199
Lihat al-Raghib, Mu`jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’an, h. 458
200
Lihat al-Raghib, Mu`jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’an, h. 458.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
128
suatu saat tertentu lebih memihak pada ¡adr dan pada waktu yang lain terkadang lebih memihak pada r¥. Akan tetapi secara substansial, qalb yang bersih akan mampu
mengintegrasikan berbagai anugrah dari Allah swt dalam bentuk ¡adr dan r¥ menjadi satu kesatuan dalam diri manusia menuju Allah swt. Keterkaitan sasaran syif±’ dalam
diri manusia ini dapat di gambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut.
Allah Swt
Manusia dan Masyarakat Manusia dan Masyarakat
Sakit Sehat
R¥
Syirik Tauhid
¨ulm Akidah
Kufr Komponen
Iman Jiwa Manusia
Negatif - Positif +
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
129
¢adr Qalb
fisik hati
+ ¢adr atau fisik disatukan dengan R¥ oleh Qalb menuju Allah menjadi sehat - R¥ dan Qalb terseret ¢adr atau fisik menjadi sakit dan hubungan terputus
Sasaran syif±’ dalam diri manusia sebagai anugrah dari Allah swt, baik dalam bentuk r¥ maupun ¡adr yang telah dimanfaatkan oleh qalb yang terisi dengan iman dan
mampu mengintegrasikan dalam bentuk akidah dan tauhid yang kuat, akan dapat mengantar manusia maupun masyarakat menjadi sembuh, sehat, bersih, terbebas dari
penyakit dan hidup terhormat menuju Allah swt. Namun sebaliknnya, Jika anugrah dari Allah swt, yang berupa r¥ dan qalb ini justru lebih didominasi dan dikuasai oleh ¡adr
yang terisi oleh pikiran yang tercela, tertutup oleh kegelapan, syirik dan pengabdiannya selain kepada Allah Swt. Maka sasaran syif±’ demikian ini akan menjadi terhambat dan
bahkan dapat menghalangi manusia maupun masyarakat menuju Allah swt. Dengan kata lain bahwa mereka inilah orang-rarng yang sakit dan rugi. Karena hubungan
mereka dengan Allah swt benar-benar telah terputus, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang jiwanya sakit, jiwa yang kotor, jiwa yang tidak bersih.
Mereka inilah benar-benar sangat memerlukan bantuan dalam penyembuhan menuju kesehatan lahir dan batin.
2. Macam-macam Term Sebagai Lawan Syif±
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
130
Macam-macam term dalam Al-Quran yang dapat dikategorikan sebagai lawan dari syif± di antaranya ialah term mara«
ضﺮﻣ
dengan segala bentuk kata jadiannya yang biasa diartikan sebagai penyakit. Oleh karena itu, term-term lain seperti kata
syaf±
ﺎَﻔَﺷ
, saqam
ٌﻢَﻘَﺳ
, a©±
ىَذَأ
, alam
ٌﻢَﻟأ
juga dapat diidentikkan dengan sakit maupun suatu penyakit yang sekaligus dapat dikategorikan sebagai hal-hal yang
bertentangan dengan term syif±, burah maupun sal±mah. Penjelasan lebih jauh terhadap macam-macam term sebagai lawan dari syifa tersebut dapat dicermati
melalui uraian berikut. a. Mara«
ضﺮﻣ
Term mara«
ضﺮﻣ
dengan segala bentuk kata jadiannya biasa diartikan sebagai penyakit, yang secara rinci, pakar bahasa Ibnu F±ris mendefinisikan kata
tersebut sebagai: segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas kewajaran dan mengantar pada terganggunya fisik, mental, bahkan tidak sempurnanya
amal atau karya seseorang.
201
Berbeda halnya dengan al-R±ghib yang memberikan makna mar±« sebagai sakit atau keluar dari batas kewajaran yang hanya berlaku bagi manusia.
Menurutnya, hal ini ada dua macam: Pertama, Sakit fisik, sebagaimana firman Allah swt.
َﻻ َو
ﻰ َ ﻠَﻋ ِﺾ
ﯾِ ﺮَﻤ ْﻟا
ٌج َﺮ َﺣ
dalam QS al-Nur: 61; al-Fat¥: 17 dan Firman Allah swt
َﻻ َو
ﻰَﻠَﻋ ﻰَﺿ
ْﺮ َﻤ ْﻟا
dalam QS al-Taubah: 91. Kedua: Sakit non fisik, yakni setiap perangai yang
tercela, seperti: kebodohan, pengecut, kikir, munafik dan sejenisnya, sebagaimana firman Allah Swt:
ﻲِﻓ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ
ٌض َﺮ َﻣ
ُﻢُھَداَ ﺰَ ﻓ
ُﱠﷲ ﺎًﺿ
َﺮ َﻣ
dalam QS al-Baqarah: 10; Firman Allah
201
Menurut catatan Ibnu F±ris, term mara« merupakan bentuk kata yang berakar dari huruf- huruf m-r-«
م -
ر -
ض
yang makna dasarnya adalah menunjuk pada segala sesuatu yang menyebabkan manusia keluar dari kategori sehat dalam bentuk apapun. Termasuk kategori ini adalah al-
`illah sakit. Lihat Ibnu Faris, Mu`jam Maq±yis al-Lughah Juz 5, h. 311-312.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
131
Swt
ﻲِﻓَأ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ
ٌض َﺮ َﻣ
ِمَأ اﻮُﺑﺎَﺗْرا
dalam QS al-Nr: 50;
ﺎﱠﻣَأَ و َﻦ
ﯾِ ﺬﱠﻟا ﻲ ِﻓ
ُﻗ ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠ
ٌض َﺮ َﻣ
ْﻢُﮭْﺗَداَﺰ َ ﻓ
ﺎًﺴْﺟِر ﻰَﻟِإ
ْﻢِﮭِﺴْﺟِر
dalam QS al-Taubah: 125; Semua ayat ini semakna dengan firman Allah swt
ﱠن َﺪ ﯾِﺰَﯿَﻟَو
اًﺮ ﯿِ ﺜَﻛ
ْﻢُﮭْﻨِﻣ ﺎ َﻣ
َل ِﺰْﻧُأ
َﻚ ْﯿ َﻟِإ
ْﻦ ِﻣ
َﻚ ﱢﺑ َر
ﺎًﻧﺎَﯿْﻐُط اًﺮ
ْﻔ ُﻛَو
dalam QS al-Maidah: 64 dan 68
202
Lebih lanjut, al-R±ghib menegaskan alasan kenapa nif±q dan kufr serta perangai yang jelek lainnya itu dianalogikan dengan mara« sakit. Pertama: karena
perangai yang jelek itu menjadi penghalang tercapainya akhlak terpuji, sebagaimana sakit bisa menjadi penghalang fisik untuk bekerja secara maksimal. Kedua: Karena
perangai yang jelek itu menjadi penghalang tercapainya hakekat kehidupan akhirat, sebagaimana firman Allah swt
ﺎَﻣَو ِهِﺬَھ
ُةﺎَﯿَﺤ ْﻟا
ﺎَﯿْﻧﱡ ﺪﻟا ﱠ ﻻ
ِإ ٌﻮْﮭَﻟ
ٌﺐ ِﻌ َﻟَو
ﱠن ِإ َو
َر اﱠ ﺪﻟا
َةَﺮِﺧ ْﻵا
َﻲ ِ ﮭ َﻟ
ُن اَ ﻮَﯿَﺤْﻟا
ْﻮَﻟ اﻮُﻧﺎَﻛ
َن ﻮُ ﻤَﻠْﻌَﯾ
dalam QS al-Ankabt: 64. Ketiga: Perangai yang jelek itu menyebabkan jiwa condong pada iktikad yang batil, sebagaimana kecenderungan
badan yang sakit terhadap sesuatu yang membahayakan. Keempat, karena perangai yang jelek itu sendiri adalah memang benar-benar berupa penyakit, sebagaimana
dikatakan
َي وَ د
رﺪﺻ نﻼﻓ
–hati fulan terkena penyakit atau dengan kata lain
َﻧ َﻞﻐ
ﮫﺒﻠﻗ
-hati fulan jelek. Raslullah saw bersabda:
يأ ءاد
أودأ ﻦ ﻣ
؟ﻞﺨﺒﻟا
apa ada penyakit yang lebih parah daripada kikir ?. Contah lain seperti perkataan: Matahari sakit, manakala
matahari itu sendiri memang tidak memancarkan sinarnya. Orang itu sakit, jika dia itu memang benar-benar sakit. Apabila seseorang telah terkena penyakit, maka
sesungguhnya ia berhak untuk membersihkannya, seperti menghilangkan kotoran pada bagian mata.
203
202
Lihat al-Raghib al-Asfahani, Mu`jam Mufradat Alfadl al-Qur’an, h. 520.
203
Lihat al-Raghib al-A¡fah±n³, Mu`jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’an, h. 520-521.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
132
Pemaknaan terhadap term mara« dengan berbagai dimensinya di atas, sebenarnya juga dapat dikelompokkan menurut bentuk kata dan tertib nuzul ayat
sebagaimana diisyaratkan oleh Mu¥ammad Fuad Abd al-B±q³ dalam karyanya al- Mujam al-Mufahras Li Alf±§ al-Qur±n. Secara kronologis, term mara« dengan
berbagai kata jadiannya diungkap 24 kali dalam Al-Quran, dua di antaranya dinilai sebagai ayat makiah dan 22 lainnya sebagai ayat madaniah, atau dengan kata lain
bahwa term mara« dengan berbagai dimensinya dapat dikategorikan pada empat kelompok, Pertama: kelompok mara« yang terkait dengan qulb diulang 13 kali, satu di
antaranya termasuk kategori makiah QS al-Mudda££ir [744]: 31 dan 12 lainnya termasuk madaniah, seperti dalam QS al-Taubah [9113]: 125. Kedua: kelompok
mari«tu
ُﺖ ْﺿِﺮَﻣ
terkait dengan penyembuhan yasyf³n dalam QS al-Syu`ar±’ [2647]: 80 yang dinilai sebagai ayat makiah; Ketiga, al-Mar³« terkait dengan sakit
fisik seperti: buta dan pincang kaki dalam QS al-Nr [61109]: 61 dan QS al- Fat¥[48111]:17; Keempat, Mar«±
َﻣ ﻰَﺿ
ْﺮ
yang terkait dengan kesempunaan maupun kekurangan amal tertentu, seperti: terkait dengan kesulitan ma«arrat dalam QS al-
Muzzammil [373]: 20; terkait dengan puasa dalam QS al-Baqarah[287]: 184, 185, 196; terkait dengan salat dalam QS al-Nis±[492]: 42, 102; QS al-Maidah[5112]: 6; al-
Taubah [9113]: 9.
204
Khusus mengenai urutan tertib surah dalam QS al-Muzzammil ayat 20 tersebut terdapat perbedaan pendapat. Secara umum, surat al-Muzzammil memang
dikelompokkan pada tertib surat makiah, sejak dari ayat pertama hingga ayat 19, namun khusus ayat 20 ini dinilai oleh kebanyakan ulama sebagai ayat madaniah. Hal ini
memberikan kesan bahwa srat al-muzzammil ini turun dua periode, sedangkan rentang
204
Lihat Abd al-B±q³, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur’±n, h. 839.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
133
waktu antara periode pertama dan kedua adalah berjarak +10 tahun. Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³ memasukkan ayat 20 surat al-Muzzamil ini sebagai kelompok ayat
madaniah.
205
b. Syaf±
ﺎ َﻔَﺷ
Term syaf±
ﺎَﻔَﺷ
secara kebahasaan memang seakar dengan term syif±, karena kedua term tersebut sama-sama berakar dari susunan huruf yang terdiri dari syin-fa dan
¥arf al-mu`tal
ش -
ف -
فﺮﺣو ﻞﺘﻌﻤﻟا
yang pada dasarnya adalah berarti mengungguli atau mengalahkan sesuatu yang lain.
206
¦arf mutal pada akar kata tersebut dalam penggunaannya ternyata sangat berpengaruh dalam pemaknaannya. Oleh
karena itu, Ibnu Man§r membedakannya menjadi dua pola. Pertama, kata itu tersusun dari huruf-huruf
ش -
ف -
ى
dengan pola perubahannya
ﻰﻔﺷ -
ﻰﻔﺸﯾ -
ْﺎﻔِﺷ
dalam pengertian obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit
ءاو د ﻢﻘﺴﻟ ا ﻦﻣ ئﺮ ﺒ ﯾ ﺎﻣ ﻮھو فو ﺮﻌﻣ
,
207
Kedua, kata itu tersusun dari huruf-huruf
ش -
ف -
و
yang terpola menjadi bentukan kata
َ ﺷ ﺎ ﻔ
syaf± yang berarti pinggir, tepi, melebihi batas atau sesuatu yang berada di ambang kehancuran.
208
Dari sini tampak dengan jelas
205
Lihat al-B±q³, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur’±n h. 839; lihat pula `Izzah Darwazah, Al -Tafs³r al-¦ad³£ h. 14-15 dan M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Quran Al-Kar³m: Tafsir atas
surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Jakarta: Pustaka Hidayah, 1997, h. 204.
206
Lihat Ibn F±ris ibn Zakaria, Mu`jam Maq±yis al-Lughah, Jilid 3, h. 199.
207
Lihat Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±riy w.711 Lis±n al- `Arab al-D±r al-Mi¡riah, tth, Jus 19, h. 167. Menurut al-Suyuthi, obat itu sendiri sesungguhnya adalah
pengobatan. Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi, Pengobatan Cara Nabi saw, yang diterjemahkan dari aslinya As-Suyuthis Medicine of the Prophet. Alih bahasa Luqman Hakin dan Ahsin Muhammad
Bandung; Pustaka Hidayah, 1997, h. 169.
208
Lihat Ibn Man§r al-An¡±riy w.711 Lis±n al-`Arab, Jus 19, h. 167. Bandingkan dengan Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±riy w.711, Lis±n al-Lis±n: Tah©³b Lis±n al-`Arab
Beirt: D±r al-Kutub al-`Ilmiyah, tth. Jus 1, h. 683.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
134
bahwa penggunaan term syif± lebih terfokus pada makna penyembuhan atau sesuatu yang dapat mengalahkan suatu penyakit. Sedangkan term syaf± justru dapat dikatakan
sebagai lawan dari term syif± dalam arti sesuatu yang dapat mengalahkan kesembuhan maupun keselamatan. Bahkan secara maknawi maupun kontekstual, term syaf± tersebut
justru menjadi bagian yang paling berbahaya di antara penyakit-penyakit yang ada. Karena sifat-sifatnya adalah terkait dengan tindakan kemunafikan maupun hipokrit,
kebodohan dan kekufuran sebagaimana diisyaratkan dalam QS ²li-Imr±n[389]: 103 dan al-Taubah [9113]: 109
209
sebagai berikut.
اﻮُﻤِﺼ َ ﺘْﻋا َو
ِﻞْﺒ َﺤِﺑ ِﱠﷲ
ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ َﻻ
َو اﻮُﻗﱠﺮ
َ ﻔَﺗ اوُﺮُ
ﻛْ ذاَو َﺔَﻤ ْﻌِﻧ
ِﱠﷲ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ
ْذِ إ
ْﻢُﺘْﻨُﻛ ًءاَﺪْﻋَ
أ َﻒ
ﱠﻟ َ ﺄَﻓ َﻦ
ْﯿ َﺑ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ
ْﻢُﺘْﺤَ ﺒ ْﺻ
َﺄ َﻓ ِﮫِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ
ﺎًﻧاَﻮْﺧ ِ إ
ْﻢُﺘْﻨُﻛَو ﻰَﻠَﻋ
ﺎَﻔَﺷ ٍةَﺮْﻔُﺣ
َﻦ ِﻣ
ِرﺎﱠ ﻨﻟا َﻓ
ْﻢُﻛ َ ﺬَﻘ ْ ﻧَﺄ ﺎَﮭْﻨِ ﻣ
َﻚِﻟ َﺬَﻛ ُﻦ
ﱢﯿ َﺒُﯾ ُﱠﷲ
ْﻢُﻜ َ ﻟ ِﮫِﺗﺎَﯾاَء
ْﻢُﻜ ﱠ ﻠَﻌ َ ﻟ َن
وُ ﺪَ ﺘْﮭَﺗ لا
ناﺮﻤﻋ :
103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk QS ²li-Imr±n [389]: 103.
ْﻦ َﻤ َﻓَأ
َﺲ ﱠﺳ َأ
ُﮫَﻧﺎَﯿْﻨُﺑ ﻰ َ ﻠَﻋ
ىَﻮْﻘَ ﺗ َﻦِﻣ
ِﱠﷲ ٍن
اَ ﻮْﺿ ِرَو
ٌﺮ ْﯿ َﺧ
ْمَأ ْﻦ
َﻣ َﺲ
ﱠﺳ َأ ُﮫَﻧﺎَﯿْﻨُﺑ
ﻰَﻠَﻋ ﺎ َﻔَﺷ
ٍف ُﺮ ُﺟ
ٍرﺎَ ھ َر
ﺎَ ﮭْﻧﺎَﻓ ِﮫِﺑ
ﻲ ِﻓ ِرﺎَ ﻧ
َﻢﱠﻨَ ﮭَﺟ ُﱠﷲَ
و َﻻ
يِﺪْﮭَﯾ َمْﻮَﻘْﻟا
َﻦ ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا
ﺔﺑﻮﺘ ﻟا :
109
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan Nya itu yang baik, ataukah orang-
orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
209
Dua ayat yang dimaksud adalah tergolong sebagai ayat madaniah. Lihat Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³, Mu`jam al-Mufahras li Alfa§ al-Qur±n, h. 488
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
135
Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim QS al-Taubah [9113]: 109.
Term syaf± pada QS ²li-Imr±n[389]: 103 terkait dengan term al-¥ufrah min al-n±r yang terbentuk dalam sebuah frase :
ﻢﺘﻨﻛو ﺎﻔﺸﻠﻋ
ةﺮﻔﺣ ﻦ ﻣ
ﻢﻛﺬﻘﻧﺄﻓرﺎﻨﻟا ﺎﮭﻨﻣ
yang secara tekstual terjemahannya ialah: dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Namun secara kontekstual, term itu
menunjuk pada posisi maupun keberadaan seseorang yang akan menghampiri api neraka, yang dikarenakan mereka dalam hidupnya tanpa adanya bimbingan wahyu, kemudian Allah menyelamatkan daripadanya dengan kedatangan Islam.
210
Dalam pada itu, term syaf± jtersebut adalah mengisyaratkan pada bentuk kenikmatan ukhrawiah. Di sisi lain, term syaf± tersebut juga menunjuk pada kenikmatan duniawiah dalam bentuk keselamatan manusia dari tindakan permusuhan ketika
mereka dahulu pada masa jahiliah sehingga menjadi persaudaraan dengan melalui agama Islam
211
sebagaimana diisyaratkan pada frase:
ذإ ﻢ ﺘ ﻨ ﻛ
ءاﺪﻋأ ﻒ ﻟ ﺄ ﻓ
ﻦﯿﺑ ﻜ ﺑ ﻮ ﻠ ﻗ
ﻢ ﻢ ﺘ ﺤ ﺒ ﺻ ﺄ ﻓ
ﮫﺘﻤﻌﻨﺑ ﺎﻧاﻮﺧإ
yang secara tektual terjemahannya ialah: ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara.. Kedua kenikmatan tersebut dapat ditempuh melalui jalan berpegangteguh pada Agama Allah, yaitu Agama Islam maupun kitab-Nya dengan penuh kesungguhan, secara utuh dan
tidak merusak maupun mengingkarinya. Sedangkan term syaf± dalam QS al-Taubah [9113]: 109 adalah terkait dengan term juruf h±rin yang
terbentuk dalam sebuah frase:
مأ ﻦ ﻣ
ﺲﺳأ ﮫﻧﺎﯿﻨﺑ
ﻰ ﻠ ﻋ ﺎ ﻔ ﺷ
فﺮﺟ رﺎھ
رﺎﮭﻧﺎﻓ ﮫﺑ
ﻲ ﻓ رﺎﻧ
ﻢﻨﮭﺟ
yang secara tekstual terjemahannya ialah: ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam?, sebagai bentuk perbandingan maupun lawan dari frase yang disebutkan sebelumnya, yaitu:
ﻦﻤﻓأ ﺲﺳأ
ﮫﻧﺎﯿﻨﺑ ﻰ ﻠ ﻋ
ىﻮﻘﺗ ﻦ ﻣ
ﷲ ناﻮﺿرو
ﺮﯿﺧ
: yang secara tekstual terjemahannya ialah: Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa
kepada Allah dan keridhaan Nya itu yang baik ? .
210
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.2. h. 159
211
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.2. h. 159-160
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
136
Secara kontekstual, ayat yang di dalamnya mengandung term syaf± dalam QS al-Taubah tersebut dapat dipahami sebagai bentuk kebaikan seseorang yang diperbandingkan antara seseorang yang mendirikan masjidnya di atas
dasar takwa kepada Allah swt dan keridhaan-Nya dengan seseorang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh atau dengan dasar kemunafikan dan kemaksiatan, kemudian bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke
dalam neraka Jahannam. Sudah barang tentu, bangunan yang menjadi pilihan terbaik adalah jatuh pada seseorang yang mendirikan masjid di atas dasar ketakwaan kepada Allah dan keridhaan-Nya, sedang pilihan lainnya tidak ada sisi
kebaikannya. Oleh karenanya, penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa term syaf± pada ayat ini lebih mengarah pada keadaan yang sangat menyedihkan, terutama pada prinsip dasar yang menjadi pijakannya mengalami kerusakan yang
sangat membahayakan jatuhnya seseorang pada neraka Jahannam, yaitu mereka yang kehidupannya didasri dengan prilaku kemaksiatan, kekafiran, kemunafikan dan kedurhakaan kepada Allah swt.
212
Berdasarkan pengungkapan term syaf± dengan beberapa penjelasannya di atas, dapat diambil suatu pemahaman bahwa term syaf± merupakan bentuk kata yang dapat diartikan sebagai keadaan seseorang yang lebih mengarah pada posisi
yang sangat berbahaya , karena keadaan seseorang tersebut telah terpenuhi dengan berbagai tindakan ketidak tahuan, kekafiran, kemunafikan dan kedurhakaan kepada Allah swt. Mereka ini dapat digolongkan sebagai orang yang sakit akidah
dan akhlaknya sehingan sangat memrlukan penyembuhan melalui ketakwaan kepada Allah swt dan keridhaan-Nya, sebagaimana yang terkandung pada Al-Quran dan Islam sebagai agama dalam kehidupannya. Dengan kata lain, bahwa
term syaf± memang menyerupai term syif± dari aspek penulusuran akan kata jadian, namun dari aspek pemaknaannya, term syafsebagai lawan dari syaf± merupakan lawan dari syif±. Jika seseorang dalam kehidupan terpenuhi dengan akidah
yang rusak dan akhlak tercela, akan berakibat pada peningkatan sakit dan penderitaan yang sangat menyedihkan yang pada akhirnya dapat dikelompokkan pada term syaf±. Sebaliknya, jika seseorang dalam kehidupannya dipenuhi dengan akidah
dan akhlak terpuji, akan berakibat pada peningkatan kesembuhan maupun kesehatan yang sangat menggembirakan yang pada akhirnya dapat dikelompokkan pada term syif±.
212
Keterangan selengkapnya lihat misalnya Ibnu Ka£³r, Tafsir Ibnu Ka£ir, Jus 2, h. 390-391 dan M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.5, h. 680,
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
137
c. Saqam
ﻢ ﻘ ﺳ
Term saqam yang tersusun dari huruf-huruf
ش -
ق -
م
sy³n-q±f-m³m oleh Ibnu F±ris diartikan sakit al-mara«.
213
Dalam hal ini, al-R±ghib menegaskan bahwa kata saqam hanya difokuskan pada penyakit jasmani, sedangkan mara« terkadang
digunakan untuk sebutan penyakit badan fisik maupun jasmani dan nafs jiwa maupun ruhani, yakni
ﻢﻘﺴﻟا ضﺮﻤﻟا
ﺺﺘﺨﻤ ﻟ ا ﺪﺒﻟﺎﺑ
ن ضﺮﻤﻟ او
ﺪﻗ نﻮﻜﯾ
ﻰﻓ ﺪﺒﻟا
ن ﻰﻓو
ﺲﻔﻨﻟا
– saqam berarti sakit yang difokuskan pada badan, namun mara« itu sendiri terkadang
digunakan untuk sakit badan dan juga sakit nafs.
214
Term saqam ini diulang dua kali dalam Al-Quran, yaitu dalam QS al-¢±ff±t [3756]: 89 dan 145, bahkan kedua ayat ini
menurut catatan Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³ dalam al-Mu`jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur±n al-Kar³m adalah termasuk kelompok ayat makiah.
215
Makna saqam yang difokuskan pada pengertian sakit fisik sebagaimana yang dimaksudkan oleh al-R±ghib tersebut, tampaknya lebih tepat jika diarahkan pada QS
al-¢±ff±t [3756]: 145,
ُهﺎَﻧْﺬَﺒَﻨَﻓ ِءاَﺮَﻌْ
ﻟﺎ ِﺑ َﻮُھَو
ٌﻢﯿِﻘَﺳ
- Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. yang terkait dengan peristiwa Nabi
Ynus. Namun, makna saqam yang terkait dengan QS al-¢±ff±t [3756]:89,
َل ﺎَ ﻘَﻓ
ﻲﱢﻧِإ ٌﻢﯿِﻘَﺳ
-Kemudian ia berkata:Sesungguhnya Aku sakit, yang berkaitan dengan peristiwa
213
Lihat Ibnu F±ris, Mu`jam Maq±yis al-Lughah Jus 3, h. 84.
214
Lihat al-R±ghib al-Asfah±n³, Mu`jam Mufrd±t Alf±§ al-Qur’±n, h. 264. Dalam hal ini, al- R±ghib tampaknya menunjuk pada beberapa contoh ayat Al-Quran yang di dalamnya mengandung
term mara« dalam pengertian sakit nafs sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah: 10; QS al- Maidah: 52; QS al-Anf±l: 49 ; QS al-Tawbah: 125; QS al-¥ajj: 53; al-Nr: 50; al-A¥z±b: 12 dan 60;
Mu¥ammad: 20 dan 29 ; al-Mudda££ir: 31.
215
Lihat Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³, al-Mu`jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur±n al- Kar³m, h.447.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
138
Nabi Ibr±him as, ini dimaksudkan oleh oleh al-R±ghib sebagai makna kontradektif, sebagaimana penjelasan dalam karyanya sebagai berikut:
ﮫﻟﻮﻗو ﻰ ﻟ ﺎ ﻌ ﺗ
: ﻲﱢﻧِإ
ِﻘَﺳ ٌﻢﯿ
تﺎﻔﺼﻟا :
89 ﻦ ﻤ ﻓ
ﺾﯾﺮﻌﺘﻟا وَ أ
ةرﺎَﺷِﻹ ا
ﻰَﻟِإ ٍض
ﺎَ ﻣ ﺎﱠﻣِإو
ﻰﻟإ ،ﻞﺒﻘﺘﺴﻣ
ﺎﻣإو ﻰﻟإ
ﻞﯿﻠﻗ ﺎ ﻤ ﻣ
ﻮھ دﻮﺟﻮﻣ
ﻰﻓ لﺎﺤﻟ ا
ذإ نﺎﻛ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﻻ
ﻚﻔﻨﯾ ﻦﻣ
ﻞﻠﺧ ﮫﯾﺮﺘ ﻌﯾ
نإو نﺎﻛ
ﻻ ﺲﺤﯾ
،ﮫﺑ لﺎﻘﯾو
نﺎَﻜَﻣ ﻢﯿﻘﺳ
اذإ نﺎﻛ
ﮫﯿﻓ فﻮﺧ
.
216
Firman Allah swt:
ﻲﱢﻧِإ ٌﻢﯿِﻘَﺳ
- Sesungguhnya aku sakit. dalam QS al-¢±ff±t [3756]:89 adalah termasuk makna kontradektif ta`r³«
ﺾﯾﺮﻌﺗ
, suatu makna yang terkadang menunjuk pada kejadian masa lalu m±«i
ضﺎﻣ
, saat sekarang maupun yang akan datang mustaqbal-
ﻞﺒﻘﺘﺴﻣ
atau menunjuk pada makna sebagian kecil dari hal ihwal yang terjadi pada diri seseorang yang tidak bisa terhindar dari bahasa isti`±rah atau
kiasan, sekalipun hal itu tidak dapat dirasakan atau tidak dapat direspon oleh orang lain. Menurutnya, suatu tempat dikatakan sakit, apabila di
dalamnya ada unsur takut.
Untuk mencapai pemahaman secara seksama dan kronologis berdasarkan tertib nuzulnya, maka masing-masing dari ayat tersebut akan lebih jelas bila dikemukakan
pula beberapa ayat yang disebut sebelum maupun sesudahnya sebagai berikut. 1 Term saqam dalam QS al-¢±ff±t [3756]: 89 yang terkait dengan
beberapa ayat sebelum dan sesudahnya ayat 83-90.
َﻢﯿِھاَﺮْﺑَِ ﻹ ِﮫ ِﺘَﻌﯿِﺷ
ْﻦِﻣ ﱠنِإَو 83
ٍﻢﯿِﻠَﺳ ٍﺐْﻠ
َﻘ ِﺑ ُﮫﱠ ﺑَر َءﺎَﺟ
ْذِإ 84
ِﮫِﻣْﻮَﻗَو ِﮫﯿِﺑَِﻷ َلﺎَﻗ ْذِإ
َن وُ ﺪُ ﺒْﻌَﺗ اَذﺎَﻣ
85 َن
وُ د ًﺔَﮭِﻟاَء ﺎًﻜْﻔِﺋَأ َن
وُ ﺪﯾ ِﺮُﺗ ِﱠﷲ 86
ﱢب َﺮ ِﺑ ْ ﻢُﻜﱡﻨَظ
ﺎَﻤَﻓ
216
Lihat al-R±ghib al-Asfah±n³, Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’±n, h. 264.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
139
َﻦ ﯿِ ﻤَﻟﺎَﻌْﻟا
87 ِمﻮُﺠﱡﻨﻟا ﻲ
ِ ﻓ ًةَﺮْﻈَﻧ َ ﺮَﻈ َﻨَﻓ
88 ٌﻢﯿِﻘَﺳ
ﻲﱢﻧِإ َلﺎَﻘَ ﻓ 89
ُﮫْﻨَﻋ اْﻮﱠﻟَﻮَﺘَﻓ َﻦ
ﯾِ ﺮِﺑْﺪُ ﻣ 90
تﺎﻔﺼﻟا :
83 -
90
Dan Sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya N¥, lngatlah ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci:
Ingatlah ketika ia Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah yang kamu sembah itu ? Apakah kamu menghendaki sembahan-
sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam? Lalu ia memandang sekali
pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata: Sesungguhnya Aku sakit. Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang QS al-
¢aff±t [3756]: 83-90.
Term saqam pada ayat tersebut terkait dengan peristiwa Nabi Ibrahim, yang menurut al-R±ghib adalah dipahami secara kontradektif, yakni: penggunaan kata
saqam yang pada umumnya maupun secara lahiriyah adalah dipahami sebagai makna sakit fisik, namun makna secara khusus maupun secara hakiki, term saqam tersebut dapat
dipahami sebagai sakit yang berkaitan dengan bentuk penyembahan berhala, patung maupun tindakan syirik, sehingga frase inni saq³m
ﻲﻧإ ﻢﯿﻘﺳ
yang diungkapkan oleh Nabi Ibrahim as adalah sakit yang dapat menyebabkan ia tidak bisa hadir pada suatu
tempat pemujaan yang sarat dengan muatan syirik. Menurut M. Quraish Shihab, pendapat yang terbaik dalam memahami ucapan
Nabi Ibr±him tersebut adalah dalam pengertian tauriyah
ﺔﯾرﻮﺗ
, yakni suatu kata kalimat yang mengandung dua makna. Yang pertama adalah yang dimaksudkan oleh
benak pengucapnya, dan makna kedua yang diharapkan oleh si pengucap, agar sedapat mungkin makna kedua ini dapat dipahami oleh mitra bicara. Sedangkan yang beliau
maksud dengan sakit adalah apa yang dapat beliau alami setiap saat, dan yang beliau harapkan dapat dipahami oleh kaumnya adalah bahwa beliau sedang sakit. Atau yang
beliau maksud adalah sakit melihat keadaan masyarakatnya yang menyembah berhala,
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
140
sedang yang dipahami kaumnya adalah penyakit jasmani yang menghalangi beliau mengikuti mereka.
217
2 QS al-¢±ff±t [3756]: 145 yang terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnya ayat 138-148
ِﻞ ْ ﯿ ﱠﻠﻟﺎِ ﺑَو
َﻼ َﻓ َأ
َن ﻮُ ﻠِ ﻘْﻌَﺗ
138 ﱠن
ِإ َو َﺲ
ُﻧ ﻮُﯾ َﻦ
ِﻤ َﻟ َﻦ
ﯿِ ﻠَﺳ ْﺮُﻤْﻟا
139 ْذِ
إ َﻖ
َﺑ َأ ﻰَﻟِإ
ِﻚ ْﻠ ُﻔْﻟا
ِن ﻮُ ﺤْﺸَ
ﻤْ ﻟا 140
َﻢَھﺎَﺴَﻓ َن
ﺎَ ﻜَﻓ َﻦ
ِﻣ َﻦ
ﯿِ ﻀ َ ﺣْﺪُﻤْﻟا
141 ُﮫَﻤَﻘَﺘْﻟﺎَﻓ
ُت ﻮُ ﺤْﻟا
َﻮُھَو ٌﻢﯿِﻠُﻣ
142 َﻻ
ْﻮ َﻠَﻓ ُﮫﱠﻧَأ
َن ﺎَ ﻛ
َﻦ ِﻣ
َﻦ ﯿِ ﺤﱢﺒَﺴُﻤْﻟا
143 ِ ﺒَﻠَﻟ
َﺚ ﻲِﻓ
ِﮫِﻨْﻄَﺑ ﻰَﻟِإ
ِمْﻮَﯾ َن
ﻮُ ﺜَ ﻌْﺒُﯾ 144
ُهﺎَﻧْﺬَﺒَﻨَﻓ ِءاَﺮَﻌْ
ﻟﺎ ِﺑ َﻮُھَو
ٌﻢﯿِﻘَﺳ 145
ﺎَﻨْﺘَﺒْﻧَأَ و ِﮫْﯿَﻠَﻋ
ًةَﺮَﺠ َﺷ
ْﻦ ِﻣ
ٍﻦ ﯿِ ﻄ
ْ ﻘَﯾ 146
ُهﺎَﻨْﻠَﺳْرَأَو ﻰَﻟِإ
ِﺔَﺋﺎِﻣ ٍﻒ
ْﻟ َأ ْوَأ
َن وُ ﺪﯾ ِﺰَﯾ
147 اﻮُﻨَﻣﺂَﻓ
ْﻢُھﺎَﻨْ ﻌﱠﺘَﻤَﻓ ﻰَﻟِإ
ٍﻦ ﯿِ ﺣ
148 ﺎﻔﺼﻟا
ت :
138 -
148
Dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, Ingatlah ketika
ia lari, ke kapal yang penuh muatan, Kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh
ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, Niscaya ia akan
tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.
Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman,
Karena itu kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu QS al-¢aff±t [3756]: 138-148.
Term saqam pada ayat di atas tampak disebutkan pada ayat 145, yakni pada ayat:
هﺎﻧﺬﺒﻨﻓ ءاﺮﻌﻟﺎﺑ
ﻮھو ﻢﯿﻘﺳ
- Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Term saqam pada ayat ini diartikan sebagai sakit
217
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.12. h. 57.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
141
maupun keadaan bentuk fisik yang masih sangat lemah dan rapuh bagaikan anak kecil yang baru lahir, atau bagaikan anak perempuan yang lahir prematur, atau seperti anak
burung yang bulu rambutnya masih belum tumbuh. Sedangkan pendapat Mujahid sebagaimana yang dikutip oleh al-R±z³, mengartikan kata itu sebagai keadaan
perempuan yang baru melahirkan
218
Dengan demikian, makna saqam secara lahiriyah dapat dipahami sebagai sakit fisik, namun secara esensial term itu juga tidak tertutup kemungkinan untuk digunakan
dalam dimensi yang lebih khusus, yaitu terkait dengan segala bentuk penyimpangan akidah dan keimanan dalam hati menuju maksud dan makna yang sebenarnya, yaitu
tercapainya kesembuhan, kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan umat manusia yang beriman dan penuh pengabdian kepada Allah swt. Sedangkan, term saqam yang
terkandung dalam QS al-¢±ff±t [3756]: ayat 138-148 juga lebih mengesankan pada penggunaan makna fisik maupun keadaan bentuk badan yang masih sangat lemah dan
sangat rapuh sebagaimana yang terkait dengan peristiwa Nabi Ynus setelah dimuntahkan dari perut ikan ke permukaan daerah yang tandus. M. Quraysh Shihab
menjelaskan: Oleh karena Nabi Ynus selalu menyucikan Allah swt, maka setelah berlalu sekian lama, konon tiga hari, atau sehari semalam, atau juga beberapa saat, Kami
lemparkannya keluar dari perut ikan hingga terdampar di daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit fisiknya.
219
218
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 13, Juz 26, h. 167. Teks aslinya adalah sebagai berikut.
لﺎﻗ ﻰ ﻟ ﺎ ﻌ ﺗ
: ﻮھو
ﻢﯿﻘﺳ .
ﻞﯿﻗ داﺮﻤﻟا
ﮫﻧأ ﻰ ﻠ ﺑ
ﮫﻤﺤﻟ رﺎﺻو
ﺎﻔﯿﻌﺿ ﻞ ﻔ ﻄ ﻟ ﺎ ﻛ
دﻮﻟﻮﻤﻟا خﺮﻔﻟﺎﻛ
ﻂﻌﻤﻤﻟا يﺬﻟا
ﺲﯿﻟ ﮫﯿﻠﻋ
،ﺲﯾر لﺎﻗو
ﺪھﺎﺠﻤﻟا ﻢﯿﻘﺳ
يأ ﺐﯿﻠﺳ
.
219
Peristiwa yang di alami oleh Nabi Yunus as tersebut adalah merupakan mukjizat. Atau dapat juga berarti bahwa peristiwa itu secara hukum alam tidak mustahil terjadi, walaupun mustahil atau
hampir tidak pernah terjadi. Memang, yang dinamai mustahil ada dua macam: Ada yang mustahil
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
142
c. A©±
ىذأ
Term a©± dengan berbagai bentuknya dalam Al-Quran diulang sebanyak 24 kali. Tiga di antarannya tegolong ayat makiah dan 21 lainnya tergolong madaniah.
220
Secara kronologis, ayat makiah yang menempati urutan pertama ialah tercantum pada QS al-A`r±f [739]: 129.
221
اﻮُﻟﺎَﻗ ﺎَﻨﯾِذوُأ
ْﻦ ِﻣ
ِﻞ ْ ﺒ َﻗ
ْن َأ
ﺎَﻨَﯿِﺗْﺄَﺗ ْﻦ
ِﻣ َو َﺑ
ْﻌ ِﺪ
ﺎَﻣ ﺎَﻨَﺘْﺌِﺟ
َل ﺎَ ﻗ
ﻰَﺴَﻋ ﱡﺑَر
ْﻢُﻜ ْن
َأ َﻚ
ِﻠ ْﮭُﯾ ْﻢُﻛﱠوُ
ﺪ َﻋ ْﻢُﻜَﻔِﻠْﺨَ
ﺘْﺴَﯾَو ﻲ ِﻓ
ِض ْ ر َْﻷا
َﺮ ُﻈْﻨَﯿ َ ﻓ
َﻒ ْﯿ َﻛ
َن ﻮُ ﻠَ ﻤْﻌَﺗ
129
Kaum Musa berkata: Kami telah ditindas oleh Fir`aun sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab:
Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi Nya, maka Allah akan melihat bagaimana
perbuatanmu QS al-A`r±f [739]: 129.
Kata
ﺎَﻨﯾِذوُأ
©³n± - kami telah ditindas sebagaimana tersebut pada ayat di atas terambil dari kata
ىذأ
a©± dengan susunan huruf-huruf hamzah-©al dan ya’
أ- ذ
-
menurut akal, seperti jika anda berkata: anak lahir sebelum bapaknya atau 2+2= 7, dan ada juga yang mustahil menurut kebiasaan, seperti peristiwa yang dialami oleh Nabi Ynus as. Menurut tim penyusun
Tafs³r al-Muntakhab sebagaimana dikutib oleh M. Quraish Shihab, ada dua kemungkinan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Pertama, boleh jadi ikan hiu itu termasuk jenis hiu besar bersirip tapi bergigi
seperti yang terdapat di Laut Tengah. Panjangnya bisa mencapai sekitar 20 meter. Nabi Ynus as berada di antara langit-langit mulutnya yang besar sampai akhirnya ia dilemparkan ke sebuah daerah tandus,
karena hiu itu merasakan sesak pada tenggorokannya akibat menelan manusia. Kedua, bisa jadi pula hiu itu termasuk jenis hiu besar yang bergigi dan panjangnyapun dapat mencapai sekitar 20 meter, serta
ditemukan juga di laut Tengah. Ia memangsa hewan-hewan besar yang pangjangnya mencapai tiga meter.
220
Lihat Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³, al-Mu`jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur±n al- Kar³m, h.34. Secara kronologis, tiga ayat makiah terdapat dalam QS al-A`r±f [739]: 129; QS al-An`±m
[655]: 34; QS Ibr±him [1472]: 12. Sedangkan 21 ayat madaniah di antaranya ialah 1 QS al-Ankabt [2985]:10 gangguan sebagai sebab; 2 QS. al-Baqarah [287]: 196 gangguan dalam bentuk sakit fisik;
3 QS. al-Baqarah [287]: 262 gamgguan dalam bentuk psikologis; 4 QS al-Nis± [492]:16 gangguan dalam bentuk hukuman sebagai bentuk pelajaran; 5 QS al-Nis± [492]: 102 sakit yang disebabkan
oleh hujan.
221
Ayat pertama ini akan dijadikan pijakan dasar untuk mengetahui kandungan makna pada ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya mengendung term A©± dengan berbagai kata jadiannya. M.
Quraisy Shihab mengatakan bahwa ”perurutan dari segi turunnya ayat dapat menggambarkan proses sejarah ajaran agama Islam”. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Amanah Pustaka Kartini, 1992, h.8
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
143
ي
dengan makna dasar “sesuatu yang tidak disukai atau sesuatu yang dapat mengganggu ketenangan” sebagaimana sebuah perkataan
ﺖﯾذأ ﺎﻧﻼﻓ
ﮫﯾذوأ
aku membikin tidak suka dan ketidak tenangan si fulan. Dikatakan pula
ﺮﯿﻌﺑ ذأ
ﺔﻗﺎﻧو ﺔﯾذأ
اذإ ﻻ
ﺮﻘﯾ ﻲ ﻓ
نﺎﻜﻣ ﻦ ﻣ
ﺮﯿﻏ ﻊﺟو
ﮫﻧﺄﻛو ىذﺄﯾ
ﮫﻧﺎﻜﻤﺑ
– ba`³run ±©in wa n±qat ±©iyat i©± lam yaqirru f³ mak±nin min ghairi waja` wa kaannah yu’©³ bimak±nih. Ba`³r ±©in, N±qat
±©iyat dikatakan demikian apabila unta itu tidak tenang atau tidak nyaman pada suatu tempat bukan karena sakit, dan seakan-akan unta itu merasa sakit karena tempatnya
sesuatu yang keberadaannya tidak disukai.
222
Pengertian a©± di atas tampaknya lebih diposisikan sebagai bentuk penyebab kegelisahan maupun kesakitan yang menimpa pada suatu binatang. M. Quraish Shihab
bahkan menegaskan bahwa term a©± mencakup segala bentuk gangguan yang menyakitkan hati atau jasmani, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
223
Di samping itu, al-Raghib justru menjelaskan secara rinci bahwa term a©± diartikan sebagai bentuk
gangguan yang menimpa pada makhluk hidup hewan, baik pada jiwa, fisik maupun dampaknya, baik yang terkait dengan urusan duniawiah maupun ukhrawiah.
224
Pemahaman di atas bila dikaitkan dengan QS al-A`r±f [739]: 129, maka yang dimaksudkan dengan term a©± pada ayat tersebut adalah segala bentuk
penindasan maupun gangguan yang menimpa pada umat manusia. Pelaku penindasan sebagaimana kandungan ayat makiah tersebut terkait dengan prilaku Fir`aun,
sedangkan kelompok yang tertindas adalah Bani Israil baik sebelum datangnya risalah
222
Lihat Ibnu Zakariya, Maq±yis, Jilid I, h. 78.
223
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.5, h. 209.
224
Lihat al-Raghib, Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’±n h. 22
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
144
Nabi Musa as maupun sesudahnya. Di antara bentuk penindasan yang dilakuakan oleh Fir`aun adalah pembunuhan terhadap anak laki-laki, intimidasi dan penganiayaan.
Sebaliknya, kaum tertindas beserta Nabi Musa terus berupaya untuk mencari pertolongan kepada Allah swt agar dapat mengalahkan musuh, terhindar dari berbagai
bentuk penindasan, gangguan dan mencapai keselamatan sehingga dengan peristiwa ini dapat dijadikan pelajaran bagi umat manusia, khususnya bagi orang-orang yang
melakukan penindasan.
225
Bentuk-bentuk gangguan sebagaimana penjelasan QS al-A`r±f [739]: 129 di atas pada umumnya adalah sejalan dengan kandungan makna ayat-ayat Al-Qu’an
makiah lainnya yang mengandung term a©±., baik yang terkandung pada QS al-An`±m [655]: 34 maupun QS Ibr±him [1472]: 12. Sedangkan term a©± pada ayat-ayat
madaniah tampaknya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. 1 term ±©± dalam bentuk gangguan secara fisik sebagaimana terdapat dalam QS al-Baqarah
[287]: 196; 2 A©± dalam bentuk gangguan psikis maupun keruhanian dan pahala sebagaimana terdapat pada QS al-Baqarah [287]: 262; 3 A©± dalam bentuk
hukuman sebagaimana terdapat dalam QS al-Nis± [492]:16; 4 A©± dalam bentuk wujud kesakitannya sebagaimana terdapat dalam QS al-Nis± [492]: 102. Secara
berurutan kategorisasi makna term a©± dapat diuraikan sebagai berikut. Ayat Al-Qur’an yang di dalamnya mengandung term a©± dalam bentuk
gangguan secara fisik antara lain diisyaratkan dalam QS al-Baqarah [287]: 196.
225
Lihat Mu¥ammad `Al³ al-¢±bn³, Al-Tfs³r al-W±«i¥ al-Muyassar Beirt: Muassasah al- Rayy±n, 1423 H.2002 M., h. 394
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
145
اﻮﱡﻤِﺗَأَو ﱠﺞ
َﺤْﻟا َةَﺮْﻤُﻌْﻟاَو
ِﱠِ ْن
ِﺈ َﻓ ْﻢُﺗْﺮِ
ﺼْﺣ ُأ
َﻤَﻓ ﺎ
َﺮ َﺴْﯿَﺘْﺳ
ا َﻦ
ِﻣ ِي
ْ ﺪ َﮭْﻟا َﻻ
َو اﻮُﻘِﻠْﺤَﺗ
ْﻢُﻜَﺳو ُ ءُر
ﻰ ﱠ ﺘَﺣ َﻎُﻠْﺒَﯾ
ُي ْﺪ َﮭْﻟا
ُﮫﱠﻠِ ﺤَ ﻣ
ْﻦ َﻤ َﻓ
َن ﺎَ ﻛ
ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﺎًﻀ
ﯾِﺮَ ﻣ ْوَأ
ِﮫِﺑ ىً ذَأ
ْﻦ ِﻣ
ِﮫِﺳْأَر ٌﺔَﯾْﺪِﻔَﻓ
ْﻦِﻣ ٍمﺎَﯿِﺻ
ْوَأ ٍﺔَﻗ َﺪَﺻ
ْوَأ ٍﻚُﺴ ُﻧ
... 196
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung terhalang oleh musuh atau karena sakit, maka sembelihlah
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya lalu ia bercukur, maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban … QS al-Baqarah [287]: 196.
Term a©± pada ayat di atas terkait dengan kesempurnaan ibadah haji dan gangguan pada bagian kepala karena kutu atau gangguan apapun yang mengharuskan
ia bercukur rambut sebagai bentuk penyembuhannya, maka wajib baginya untuk membayar fidyah, yakni suatu imbalan atas ditinggalkannya suatu aktifitas yang mulia,
yaitu berpuasa tiga hari, atau bersedekah dengan memberi makan enam orang miskin atau berkurban dengan menyembelih seekor kambing.
226
Term a©± pada ayat ini, sekalipun tampaknya lebih terfokus pada gangguan secara fisik, namun eksitensinya
bukan merupakan gangguan dalam bentuk penindasan sebagaimana yang dilakukan oleh Fir`aun terhadap Bani Israil, melainkan term a©± pada ayat ini lebih terfokus pada
penyakit fisik yang dapat mengganggu kesempurnaan Ibadah Haji dan Umrah. Keberadaan gangguan sebagai bentuk pengertian dari term a©± semacam ini juga
berbeda halnya dengan keberadaan term a©± yang disebutkan dalam QS al-Baqarah [287]: 262 dan 264, karena pada dua ayat ini tampaknya lebih menekankan pada
gangguan secara psikis, keruhanian dan terkait dengan nilai-nilai yang bersifat
226
Lihat M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.1, h. 401-403.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
146
ukhrawiah. Untuk lebih jelasnya dua ayat yang dimaksudkan dapat dikemukakan berikut.
َﻦ ﯾِ ﺬﱠﻟا
َن ﻮُ ﻘِ ﻔْﻨُﯾ
َﻟاَﻮْﻣَ أ
ْﻢُﮭ ﻲِﻓ
ِﻞ ﯿِ ﺒَﺳ
ِﱠﷲ ﱠﻢُﺛ
َﻻ َن
ﻮُ ﻌِﺒْﺘُﯾ ﺎَﻣ
اﻮُﻘَﻔْﻧَأ ﺎًّﻨَﻣ
َﻻ َو
ىً ذَأ ْﻢُﮭَﻟ
ْﻢُھُﺮْﺟَأ َﺪْﻨ ِ ﻋ
ْﻢِﮭﱢﺑَر َﻻ
َو ٌف
ْﻮ َﺧ ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ
َﻻ َو
ْﻢُھ َن
ﻮُ ﻧَ ﺰْﺤ َ ﯾ
ةﺮﻘﺒﻟا :
262
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan
menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan sipenerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati QS al-Baqarah [287]: 262
ﺎَﮭﱡﯾَأﺎَﯾ َﻦ
ﯾِ ﺬﱠﻟا اﻮُﻨَﻣاَء
َﻻ اﻮُﻠِﻄْﺒُﺗ
ْﻢُﻜِﺗﺎَﻗَﺪَﺻ ﱢﻦ
َﻤ ْﻟﺎِ ﺑ ىَذَْﻷاَو
يِﺬﱠﻟﺎَﻛ ُﻖ
ِﻔ ْﻨُﯾ ُﮫَﻟﺎَﻣ
َءﺎَﺋِر ِس
ﺎﱠ ﻨﻟا َﻻ
َو ُﻦ
ِﻣ ْﺆُﯾ ِﱠﺎِﺑ
َ ﯿْﻟاَ و ِمْﻮ
ِﺮِﺧْﻵا ُﮫُﻠَﺜَﻤَﻓ
ِﻞ َ ﺜ َﻤَﻛ
ٍن اَ ﻮْﻔَﺻ
ِﮫْﯿَﻠَﻋ ٌب
اَ ﺮُﺗ ُﮫَﺑﺎَﺻ
َ ﺄَﻓ ٌﻞ
ِﺑ اَو ُﮫَﻛَﺮَﺘَﻓ
اًﺪْﻠَ ﺻ َﻻ
َن وُ رِﺪْﻘَ ﯾ
ﻰَﻠَﻋ ٍءْﻲَﺷ
ﺎﱠﻤِﻣ اﻮُﺒَﺴَﻛ
ُﱠﷲَ و
َﻻ يِﺪْﮭَﯾ
َمْﻮَﻘْﻟا َﻦ
ﯾِ ﺮِﻓﺎَﻜْﻟا ةﺮﻘﺒﻟا
: 264
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan
sipenerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
tidak bertanah. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir QS. al-Baqarah [287]: 264
Term a©± sebagaimana terdapat pada dua ayat di atas erat kaitannya dengan kegiatan infak dan sedekah. Keduanya terkait dengan aspek-aspek gangguan yang
dapat menimbulkan penderitaan secara psikis maupun yang dapat membatalkan tercapainya pahala aspek ukhrawi dari aktifitas infak maupun sedekah yang telah
dilaksanakan. Ibnu Ka£³r menjelaskan dalam tafsirnya bahwa term wal± a©±
ﻻو ىذأ
menunjuk pada larangan bagi orang-orang yang berbuat baik kepada pihak lain
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
147
dengan tindakan yang tidak menyenangkan sehingga dapat menggugurkan nilai-nilai kebaikan yang telah mereka perbuat, bahkan bila sedekah yang mereka lakukan itu
disertai dengan unsur kesalahan dengan a©± tersebut akan dapat membatalkan pahala sedekah yang telah mereka lakukan.
227
Sedangkan term a©± dalam bentuk hukuman sebagaimana terdapat dalam QS al-Nis± [492]:16 berikut.
ﱠﻠﻟاَو ِن
اَ ﺬ ﺎَﮭِﻧﺎَﯿِﺗْﺄَﯾ
ْﻢُﻜ ْ ﻨِﻣ ﺎَﻤُھوُذﺂَﻓ
ْن ِﺈ َﻓ
ﺎَﺑﺎَﺗ ﺎَﺤ
َﻠ ْﺻ َأَو
اﻮُﺿ ِ ﺮْ
ﻋَ ﺄَﻓ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ
ﱠن ِإ
َﱠﷲ َن
ﺎَ ﻛ ﺎًﺑاﱠﻮَﺗ
ﺎًﻤﯿِﺣَر ءﺎﺴﻨﻟا
: 16
Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya
bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayan QS al-Nis±
[492]:16
.
Frase
ﺎَﻤُھو ُذﺂ َﻓ
fa ±©huma pada ayat di atas mengandung tem a©± yang menunjuk pada pengertian sangsi maupun hukuman yang diberikan kepada dua orang
pria yang melakukan perbuatan keji, berzina atau homoseksual, baik berupa cemoohan, cambuk maupun lainnya, sehingga keduanya itu benar-menar bertaubat, menyesali
perbuatannya, tidak mengulangi perbuatan kejinya dan memperbaiki diri dengan jalan beramal saleh dalam waktu yang cukup, sehingga ia benar-benar dapat dinilai telah
menempuh jalan yang benar.
228
Berdasarkan penjelasan beberapa ayat Al-Qur’an yang di dalamnya mengandung term az± sebagaimana kandungan makna yang telah dikemukakan di atas
dapat diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud az± dengan berbagai bentuknya dalam Al-Qur’an adalah mencakup segala bentuk gangguan yang menyakitkan hati
227
Lihat `´m±dudd³n Abi al-Fid±’ Ismail Ibnu Ka£³r al-Qursy al-Dimasyq³ w.774 H., Tafsir al-Qur’±n al-`A§³m SemarangIndonesia, Taha Putra, tth., Juz I, h. 318
228
Lihat M.Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.2, h. 355-356. Lihat pula, Al³ al-¢±bn³, al- Tafsir al-Wa«³¥, h. 178.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
148
atau jasmani, baik dengan ucapan maupun perbuatan sebagai bentuk penindasan maupun sangsi dan hukuman duniawiah maupun ukhrawiah. Term a©± demikian ini
sangat tepat jika pemaknaannya diidentikkan dengan term al-mara«, karena term a©± itu sendiri selain mencakup segala bentuk gangguan maupun hukuman, di dalamnya
juga terkait dengan sakit sebagai bentuk penderitaannya. Demikian pula sebaliknya, ketika menyebut term mar±« yang lazim dipahami sebagai”sakit atau penyakit”, maka
sakit atau penyakit itu sendiri adalah merupakan perwujudan dari bentuk gangguan.
229
d. Alam
ﻢﻟأ
Term alam
أ ﻢﻟ
dengan berbagai kata jadiannya diulang sebanyak 85 kali dalam Al-Qur’an dengan rincian 38 ayat makiah dan 47 ayat madaniah.
230
Term ini berakar dari susunan huruf alif-l±m-m³m
أ- ل
- م
yang mempunyai makna dasar al- waja` sakit, namun perkembangan selanjutnya antara lain bisa berarti sakit yang
sangat pedih waja` al³m atau al-waja` al-syad³d.
231
Pola pengembangan makna demikian ini akan menjadi terbalik jika diperhadapkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an
yang di dalamnya mengandung term alam, karena ayat-ayat Al-Qur’an yang menempati posisi pertama sebagai ayat makiah justru mengandung pengertian siksaan
229
Keterkaitan maupun perbedaan dua term ini dapat ditemukan dalam QS al-Baqarah [287: 196 dan QS al-Nis±’ [492}: 102
... ْﻦَﻤ َﻓ
َن ﺎَ ﻛ
ْﻢُﻜ ْ ﻨِﻣ ﺎًﻀ
ﯾِ ﺮَﻣ ْوَأ
ِﮫِﺑ ىً ذَأ
ْﻦِﻣ ِﮫِﺳْأَر
ٌﺔَﯾْﺪِﻔَﻓ ْﻦِﻣ
ٍمﺎَﯿِﺻ ْوَأ
ٍﺔَﻗ َﺪَﺻ ْوَأ
ٍﻚُﺴ ُﻧ ...
ةﺮﻘﺒﻟا :
196
…Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya lalu ia bercukur, maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. … QS al-Baqarah [287]:
196
... َﻻ
َو َح
ﺎَ ﻨُﺟ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ
ْن ِإ
َن ﺎَ ﻛ
ْﻢُﻜ ِ ﺑ ىً ذَأ
ْﻦِﻣ ٍﺮ
َ ﻄ َ ﻣ ْوَأ
ْﻢُﺘْ ﻨُﻛ ﻰ َﺿْﺮ َﻣ
ْن َأ
اﻮُﻌَﻀ َ ﺗ
ْﻢُﻜَﺘَﺤِﻠْﺳَأ اوُﺬُﺧ
َ و ْﻢُﻛَرْ
ﺬ ِﺣ ﱠن
ِإ َﱠﷲ
ﱠﺪَﻋَأ َﻦ
ﯾِ ﺮِﻓﺎَﻜْﻠِﻟ ﺎًﺑاَﺬَﻋ
ﺎًﻨﯿِﮭُﻣ ءﺎﺴﻨﻟا
: 102
….jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang
kafir itu QS al-Nis±’ [492}: 102.
230
Lihat `Abd al-B±q³, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ Al-Qur’±n, 47-49.
231
Lihat Ibn F±ris, Mu`jam Maq±yis al-Lughah, Jus 1, h. 126. Lihat pula al-R±ghib, Mu’jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur’±n, h 28. al-R±ghib dalam karyanya menegaskan bahwa term alam
ﻢﻟأ
merupakan bentuk masdar dari pola kata alama-yalamu-alaman- ±limun
َﻢَﻟَأ -
ُﻢَﻟﺄﯾ -
ًﺎﻤَﻟَأ -
ﻢﻟأ
yang secara harfiyah dapat diartikan sebagai al-waja` al-syad³d
ﻊﺟﻮﻟا ﺪﯾﺪﺸﻟا
-sakit yang sangat berat.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
149
yang sangat pedih
ﺎًﺑاَﺬَﻋَ◌ ﺎًﻤﯿِﻟَأ
seperti terkandung dalam QS al-Muzzammil [7303]: 13. Sedangkan term alam dalam pengertian sakit atau menderita kesakitan hanya
menunjuk pada QS al-Nis±[492]: 104 yang digolongkan sebagai ayat madaniah. Untuk memperoleh gambaran makna term alam secara mendalam, maka dua ayat yang
dimaksudkan terpu sangat penting untuk diperdalam secara kronologis melaui ayat sebelum dan sesudahmya.
Untuk mengetahui munasabah term alam pada QS al-Muzzammil [7303]: 13 dengan ayat sebelum dan sesudahnya, maka penyajian berikut akan disertakan ayat
11-14.
ﻲِﻧْرَذَو َﻦ
ﯿِ ﺑﱢﺬَﻜُﻤْﻟاَو ﻲِﻟوُأ
ِﺔَﻤْﻌﱠﻨ ﻟا ْﻢُﮭْﻠﱢﮭَ ﻣَ
و ً ﻼ
ﯿِ ﻠَﻗ 11
ﱠن ِإ
ﺎَﻨْﯾَﺪَﻟ ً ﻻ
ﺎَ ﻜْﻧَأ ﺎًﻤﯿِﺤَﺟَو
12 ﺎًﻣﺎَﻌَط
َو اَذ
ٍﺔﱠﺼ ُﻏ َو
ﺎًﺑاَﺬَﻋ ﺎًﻤﯿِﻟَأ
13 َمْﻮَﯾ
ُﻒُﺟ ْﺮَﺗ ُض
ْر َْﻷا ُل
ﺎَ ﺒِﺠ ْﻟا َو
ِﺖ َﻧ ﺎَﻛَو
ُل ﺎَ ﺒِﺠ
ْﻟا ﺎًﺒﯿِﺜَﻛ
ً ﻼ ﯿِ ﮭَﻣ
14
Dan biarkanlah Aku saja bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri
tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-
nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.
Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang
beterbangan QS al-Muzzammil [7303]: 11-14.
Beberapa ayat di atas tampak dengan jelas bahwa term alam tercermin pada ayat 13 dalam pengertian a©±b yang pedih
ﺎًﺑاَﺬَﻋَ◌ ﺎًﻤﯿِﻟَأ
sebagai akibat dari pengingkaran dan kedurhakaan manusia terhadap berbagai nikmat yang telah
diberikan kepadanya. Di antara wujud a©ab maupun siksaan yang sangat pedih tersebut adalah berupa belenggu-belenggu yang berat, neraka jahim yang bernyala-nyala
ً ﻻ ﺎَ ﻜْﻧَأ
ﺎًﻤﯿِﺤَﺟَو
, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan
ﺎًﻣﺎَﻌَ ط َ و
اَذ ٍﺔﱠﺼُﻏ
. Siksaan
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
150
demikian itu pasti akan terjadi pada hari yang bermula ketika bumi dan gunung- gunung bergoncangan dengan sangat kerasnya sehingga bumi tersebut menjadi datar
sama sekali dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan.
232
Bentuk penderitaan sebagaimana terkandung pada ayat tersebut tampaknya sejalan dengan ayat-ayat lain yang di dalamnya menunjuk pada frase
ﺎًﺑاَﺬَﻋَ◌ ﺎًﻤﯿِﻟَأ
dalam pengertian penderitaan yang sangat pedih, baik yang terkandung pada ayat-ayat
makiah maupun beberapa ayat madaniah. Berbeda halnya dengan penderitaan yang dibentangkan dalam QS al-Nis±[492]: 104, karena term alam pada ayat ini
tampaknya lebih terfokus pada penderitaan yang tidak separah dengan bentuk penderitaan yang digambarkan pada ayat-ayat makiah, atau dengan kata lain bahwa
ayat-ayat makiah lebih menekankan pada siksaan yang sangat pedih di hari kemudian, sedangkan ayat madaniahnya selain terkait dengan siksaan yang pedih tersebut juga
terkait dengan penderitaan saat sekarang. Adapun pengungkapan term alam dalam pengertian sakit atau menderita
kesakitan yang hanya menunjuk pada QS al-Nis±[492]: 104 tersebut ialah sebagai berikut.
َﻻ َو
َﺗ اﻮُﻨِﮭ
ﻲ ِﻓ ِءﺎَﻐِﺘْﺑا
ِمْﻮَﻘْﻟا ْن
ِإ اﻮُﻧﻮُﻜَﺗ
َن ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
ْﻢُﮭﱠﻧِﺈ َ ﻓ َن
ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﯾ ﺎ َﻤَﻛ
َن ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
َن ﻮُ ﺟْﺮَ
ﺗَ و َﻦِﻣ
ِﱠﷲ ﺎ َﻣ
َﻻ َن
ﻮُ ﺟْﺮَ ﯾ
َن ﺎَ ﻛَو
ُﱠﷲ ﺎًﻤﯿِﻠَﻋ
ﺎًﻤﯿِﻜَﺣ ءﺎﺴﻨﻟا
: 104
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka musuhmu. Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita
kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana QS al-Nis±[492]: 104.
232
Lihat Ibnu Ka£³r w.774 H., Tafsir al-Qur’±n al-`A§³m, Jus 4, h. 318. Lihat pula A¥mad Mu¡¥taf± al-Mar±gh³, Tafsir al-Mar±gh³ ttp, cetakan ke 3, 1394 H. 1974 M. Jilid 10, Jus 28., h. 116-117
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
151
Term alam dalam arti menderita kesakitan diulang tigakali secara berurutan pada ayat tersebut dengan menggunakan frase
ْن ِإ
اﻮُﻧﻮُﻜَﺗ َن
ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
Jika kamu menderita kesakitan,
ﱠﻧِﺈَﻓ ْﻢُﮭ
َن ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﯾ
maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula,
ﺎ َﻤَﻛ َن
ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
sebagaimana kamu menderitanya. Secara historis, ayat ini turun beberapa saat setelah terjadi kegagalan yang diderita kaum muslimin dalam perang U¥ud, sudah
barang tentu di antara mereka ada cedera, terluka dan menderita kesakitan. Oleh karena itu kandungan ayat ini sesungguhnya adalah menanamkan semangat juang dan
memerintahkan agar mereka tidak patah semangat dan terus melemah dalam mengejar dan melawan musuh-musuhnya, meskipun jumlah mereka lebih banyak dan
persenjataannya lebih lebih kuat. Karena jika di antara umat Islam tersebut kesakitan, sesungguhnya musuh-musuhnya itupun menderita kesakitan sebagaimana yang
dirasakan oleh umat Islam. Di samping itu, ayat ini juga menegaskan kepada umat Islam agar tidak menjadikan penderitaannya itu sebagai penghalang untuk perjuangan
dengan mengharap tercapainya suatu kemenangan, surga, ganjaran dan ri«a dari Allah swt yang tidak pernah diharapkan oleh musuh-musuhnya. Usaha-usaha yang dilakukan
oleh musuhnya itu hanyalah untuk memenuhi tuntutan ambisi, syahwat, bahkan didorong oleh setan dan bukan mengharap rid± dari Allah swt.
233
Berdasarkan penjerlasan beberapa ayat yang di dalamnhya mengandung term alam tersebut dapat diambil suatu kesan bahwa term alam dengan berbagai
bentuknya dalam Al-Qur’an adalah bermula dari ancaman dalam bentuk penderitaan yang sangat pedih sebagai akibat dari pelanggaran dan pengingkaran manusia
terhadap nikmat yang telah diperolehnya. Namun perwujudan dari bentuk penderitaan
233
Lihat al-¢±bn, al-Tafs³r al-Muyassar , h. 212; Ibnu Ka£³r, Tafsir, Jus 1, h. 550 dan M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 2, h. 547.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
152
itu juga bisa berupa cedera fisik, luka, sakit maupun penderitaan yang lain. Oleh karena itu, term alam dalam kajian ini dapat diidentikkan dengan term mara«, karena mara«
itu sendiri merupakan salah satu wujud dari suatu penderitaan. Term mara« tampaknya lebih terfokus pada penderitaan yang besifat duniawiah dan lebih ringan. Sebaliknya
term alam justru lebih terfokus pada penderitaan yang bersifat ukrawiah, lebih mendalam dan lebih berat .
234
3. Keterkaitan macam-macam term Sebagai Lawan Syif± Keterkaitan macam-macam term dalam Al-Quran yang dapat dikategorikan
sebagai mara« maupun aneka bentuk penyakit sebagai lawan dari syif±, burah maupun sal±mah dapat dipertegas melalui esensi dan keterkaitan makna antara term-term yang
satu dengan lainnya, sehingga masing-masing term tersebut dapat secara mudah diperbedakan antara term yang satu dengan lainnya. Esensi dan keterkaitan tersebut
dapat diuraikan melalui diagram dan alur skema sebagai berikut.
KETERKAITAN TERM-TERM SEBAGAI LAWAN SYIF²
234
Perbedaan kedua term ini antara lain dapat dipahami dari QS al-Nis±’ [492]: 102 dan 104.
... َﻻ
َو ﺎ َﻨُﺟ
َح ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ
ْن ِإ
َن ﺎَ ﻛ
ْﻢُﻜ ِ ﺑ ىً ذَأ
ْﻦِﻣ ٍﺮ
َ ﻄ َ ﻣ ْوَأ
ْﻢُﺘْ ﻨُﻛ ﻰ َﺿْﺮ َﻣ
ْن َأ
اﻮُﻌَﻀ َ ﺗ
ْﻢُﻜَﺘَﺤِﻠْﺳَأ اوُﺬُﺧ
َ و ْﻢُﻛَرْ
ﺬ ِﺣ ﱠن
ِإ َﱠﷲ
ﱠﺪَﻋَأ َﻦ
ﯾِ ﺮِﻓﺎَﻜْﻠِﻟ ﺎًﺑاَﺬَﻋ
ﺎًﻨﯿِﮭُﻣ 102
اَذِﺈَﻓ ُﻢُﺘْﯿَﻀ
َﻗ َةَﻼﱠﺼ
ﻟا اوُﺮُ
ﻛْ ذﺎَﻓ َﱠﷲ
ﺎًﻣﺎَﯿِﻗ اًدﻮُﻌُﻗَو
َو ﻰَﻠَﻋ
ْﻢُﻜِﺑﻮُﻨُﺟ اَذِﺈَﻓ
ْﻢُﺘْﻨَﻧْﺄَﻤْط ا
اﻮُﻤﯿِﻗَﺄَﻓ َةَﻼﱠﺼ
ﻟا ﱠن
ِإ َةَﻼﱠﺼ
ﻟا ْﺖ
َﻧ ﺎَﻛ ﻰَﻠَﻋ
َﻦ ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا
ﺎًﺑﺎَﺘِﻛ ﺎًﺗﻮُﻗْﻮَﻣ
103 َﻻ
َو اﻮُﻨِﮭَﺗ
ﻲِﻓ ِءﺎَﻐِﺘْﺑا
ِمْﻮَﻘْﻟا ْن
ِإ اﻮُﻧﻮُﻜَﺗ
َن ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
ْﻢُﮭﱠﻧِﺈ َ ﻓ َن
ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﯾ ﺎ َﻤَﻛ
َن ﻮُ ﻤَﻟْﺄَ ﺗ
َن ﻮُ ﺟْﺮَ
ﺗَ و َﻦِﻣ
ِﱠﷲ ﺎ َﻣ
َﻻ َن
ﻮُ ﺟْﺮَ ﯾ
َن ﺎَ ﻛَو
ُﱠﷲ ﺎًﻤﯿِﻠَﻋ
ﺎًﻤﯿِﻜَﺣ 104
ءﺎﺴﻨﻟا
….jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. Maka
apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu sebagaimana
biasa. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka musuhmu. Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana QS al-Nis±’ [492]: 102 - 104
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
153
MARA¬
Sakit Ruhani Sakit Jasmani
Sakit Ruhani – Jasmani
SYAF² SAQAM
Ada Gangguan Aª²
Tidak Ada Gangguan
AL´M SAL´M
Sakit Selamat
D. Sakit Versus Kesembuhan