Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 33 1414 H.1992 M., dengan kata pengantar Al-Syaikh Khal³l Mu¥yi al-D³n al-Mays sebagai Direktur Al-Azhar. Berdasarkan uraian di atas, maka definisi oprasional dari judul ini adalah sebuah gambaran yang bersifat umum dan konprehensip mengenai pengungkapan syif±’ dalam Al-Quran perspektif Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengungkapan dan konsep syif±’ dalam Al-Quran perspektif Tafsir Maf±t³¥ al-Ghayb al-R±z³. Konsep demikian ini sudah barang tentu mengarah pada suatu upaya dalam menggali, menyingkap dan mengungkapkan suatu penafsiran terhadap petunjuk-petunjuk Al-Quran mengenai syif±’ sebagaimana yang tertuang dalam Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan akademis sebagai penambah bahan informasi dan khazanah studi Tafsir Al-Quran. Di samping itu, kajian ini juga diharapkan mempunyai arti kemasyarakatan, khususnya bagi umat Islam. Dalam pada itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu usaha-usaha peningkatan, penghayatan dan pengamalan ajaran-ajaran maupun nilai-nilai Al- Quran, khususnya berkaitan dengan pemanfaatan syif±’ bagi kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan dan kegunaan di atas, maka diperlukan suatu media sebagai bahan informasi bagi setiap insan sehingga seluk beluk syif± dalam Al-Quran benar-benar dapat difungsikan secara maksimal. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 34

E. Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengamatan penulis, studi mengenai syif±’ telah banyak dibahas oleh sejumlah kalangan. Akan tetapi, kajian mengenai Syif±’ dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib Karya al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik yang didasarkan pada tinjauan kronologisnya adalah sama sekali belum pernah ditemukan. Karya tulis yang membahas syif±’ dengan berbagai sudut pandang yang berbeda-beda di antaranya ialah: al-Istisyf± bi al-Qur’±n, karya Mu¥ammad `Abd al- `Az³z. Secara garis besar, karya ini menguraikan tentang macam-macam penyakit dan pengobatannya dengan Al-Quran baik secara fisik maupun psikis. 42 Karya serupa juga ditulis oleh Ab­ Al-Fid± Mu¥ammad `Izzah Mu¥ammad `Arif dengan judul: `²lij Nafsaka bi al-Qur±n, yang menyingkap tentang penyembuhan Al-Quran terhadap berbagai penyakit fisik maupun psikis. 43 Lebih lanjut, `Abd al-Maj³d `Abd al-`Az³z al-Za¥³m menulis sebuah karya `Il±j al-Amr±« bi al-Qur’±n wa al-Sunnah, yakni: pengobatan penyakit dengan Al-Quran dan Sunnah yang antara lain berisi tentang nama-nama surat dan ayat-ayat Al-Quran yang dapat mengusir setan, bacaan ©ikir di waktu pagi dan sore, penyembuhan akibat sihir dan macam-macam pengobatan secara 42 Dalam karya ini, penyakit dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyakit hati al-Qalb dan jasmani al-Badn. Penyakit hati itu sendiri dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Penyakit bimbang dan ragu al-syubhah wa al-syak, penyakit seksual dan kebohongan al-syahwah wa al-ghayyi, dan penyakit kedengkian al-Ghill. Dalam pada itu, pengobatan Al-Qur’an dikelompokkan menjadi dua macam. Pertama, penyembuhan secara indrawi ¥issiy, yakni penyembuhan fisik dan bagian-bagiannya,. Kedua, penyembuhan secara psikologis maknawi, yakni penyembuhan r­¥, hati dan psikosomatik. Lihat Mu¥ammad `Abd al-`Az³z al-Kh±lidiy, al-Istisyf± bi al-Qur±n Beir­t: D±r al-Kutub Al-`Ilmiyyah, 1996, 5-8. 43 Lihat Ab­ al-Fid± Mu¥ammad Izzat Mu¥ammad Arif, `²lij Nafsak bi al-Qur’±n D±r al- Fa«³lah: 1412 H, h. 1-74. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 35 lahir maupun batin. 44 Ahmed Taha juga menulis tentang Medicine in the Light of the Qur’an and Sunna, yang menyoroti syif±’ dari dua aspek. Pertama, aspek-aspek pengobatan Islam, yang mencakup pelestarian pengobatan Yunani dan sumbangan para dokter Muslim. Kedua, sekilas tentang pengobatan cara Nabi yang terkait dengan pengobatan klinik, terapiutik, menstruasi, perkembangan embrio, kesehatan anak, dan etika pengobatan. 45 Ibnu Taimiyah dalam karya Amr±« al-Qul­b wa Syif±’uha menguraikan tentang terapi penyakit hati dengan berbagai dimensinya. 46 Demikian juga, Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam karya al-Jaw±b al-K±f³ Liman Sa’ala `an al-Daw±’ al- Sy±f³ aw al-D±’ wa al-Daw±’ menjelaskan berbagai syif±’ dengan Al-Quran, doa dan ©ikir terhadap segala bentuk penyakit hati, seperti kemaksiatan, dosa dan asal- usulnya. 47 Berbeda dengan °ibb al-Nabawiy ibnu Qayyim, dalam karya ini di samping menyajikan syif±’ dari aspek mental juga lebih menekankan dari aspek fisik. Dalam hal ini, ia mengkaji dari tiga bagian. Pertama, pengobatan dengan obat-obatan alamiah. Kedua, perawatan dengan pengobatan ilahi dan ruhani yang sederhana dan kompleks. 44 Lihat `Abd al-Maj³d `Abd al- Az³z al-Za¥³m, `Il±j al-Amr±« bi al-Qur±n wa al-Sunnah, Alih bahasa Toha Yahya dengan judul: Pengobatan Penyakit dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Jakarta: Darul Ulum Pers, 2001, h., v.-65. 45 Lihat Ahmed Thaha, Medicine in The Light of the Qur’an and Sunnah London: England: Thaha Publishers Limited, 1993, h. 1-34. 46 Lihat Ibn Taimiyah, Terapi Penyakit Hati, yang diterjemahkan dari buku aslinya Amr±« al- Qul­b wa syif±uh±. oleh Jalaluddin Raba Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 9-75 47 Lihat Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Jaw±b al-K±fi liman Saala `an al-D± as-Sy±f³ aw al-D± wa al-Daw± Beir­t: D±r al-Kutub al-`Ilmiah, 1997, h. 1-247 PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 36 Ketiga, indikasi obat-obatan dan makanan tertentu yang disebutkan oleh Nabi saw dan disusun berdasar Alphabet Arab. 48 Jal±luddin `Abd. al-Ra¥m±n al-Suy­¯iy dalam sebuah karya As-Suyuthiy’s Medecine of Prophet, menguraikan pengobatan cara Nabi saw yang mencakup tujuh pembahasan, yaitu: 1 Teori pengobatan terkait dengan struktur tubuh manusia, keadaaan tubuh, sebab-sebab penyakit dan tanda-tanda pada diri manusia. 2 Praktek pengobatan, terkait dengan makanan, minuman, gerak, diam, emosi dan kebiasaan. 3 Prinsip-prinsip pengobatan. 4 Sifat-sifat makanan dan obat-obatan. 5 Dosis obat. 6 Tinjauan atas senyawa obat-obatan dan, 7 Terapi penyakit secara fisik maupun mental. 49 Kajian tentang psikoterapi maupun terapi dimensi psikologis lainnya juga ditemukan dalam berbagi bentuk karya, misalnya: Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer dengan M.A. Subandi sebagai editornya. 50 Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi Theori and Praktice of Counseling and psychotherapy, Karya Gerald Corey, 51 Psikoterapi dan Konseling: Penerapan Metode 48 Lihat Ibnu Qayyim Al-Jauziah, Pengobatan Cara Nabi, yang diterjemahkan dari buku aslinya al-°ib al-Nabawiy, oleh Mudzakkir AS Bandung: Pustaka, 1997, h. 23-231 49 Lihat Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi, Pengobatan Cara Nabi saw yang diterjemahkan dari buku aslinya Medicine of the Prophet, oleh Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad Bandung: Pustaka Hidayah, 1997, h. 1-275 50 Lihat M.A Subandi ed., Psikoterapi Pendekatan Konvensial dan Kontemporer Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h. 1-231. 51 Lihat Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsling dan Psikoterapi, yang diterjemahkan dari buku askinya: Theori and Practice of Counsling and Psychotheraphy, oleh E. Koeswara Bandung: Eresco, 1988, h. 1-434. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 37 Sufistik, karya Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 52 The Book of Sufy Healing, karya ¦akim Mu`inuddin Chisti. 53 Nuansa-nuansa Psikologi Islam, karya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, 54 dan Dilema Psikolog Muslim The Dilemma of Muslim Psychologists, karya Malik B. Badri dengan kritikan psikolog muslim dalam liang biawak dengan beberapa terapi Islam yang dirumuskannya. 55 Penelitian terdahulu yang terkait dengan kesehatan dalam perspektif syariah Islam di antaranya ialah karya disertasi yang ditulis oleh Ahmad Ramali dengan judul “Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan dalam Hukum Syara` Islam ” yang berhasil dipertahankan dengan gelar doktor di bidang Ilmu Kedokteran pada Universitas Negeri Gajah Mada di Yogyakarta pada tahun 1950. Penelitian ini menyingkap berbagai persoalan yang terkait dengan masalah Takdir dan Kewajiban Memelihara Kesehatan, Pengobatan Medis, °ah±rah, Khitan, Mengurus Janazah, Islam dan Penyakit Menular, Kesehatan bagi kehidupan umat Islam, Islam dan Pengaturan Kelahiran Anak, Hukum Makanan dan Minuman, Istirahat, Kerja dan Olahraga, serta Sumbangan untuk penerangan terhadap ilmu kesehatan. 56 52 Lihat M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam: Penerapan Metode sufistik Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2001, h. 219-289 53 Lihat Shaykh Hakim Moinuddin Chishti, the Book of Sufi Healing New York: Inner Traditions International, 1985, p. 1-189. Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Burhan Wira Subrata dengan judul Penyembuhan Cara sufi Jakarta: Lentra Basritama, 1999, h. 1-255. 54 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 207-242. 55 Malik B. Badri, Dilema Psikolog Muslim, yang diterjemahkan dari buku aslinya, The Dilemma of Muslim Psychologists, Alih bahasa oleh Siti Zainab Lukfiati Jakarta: Pustaka Firdaus, 19979, h 1 dan 54- 68. 56 Lihat Ahmad Ramali, Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan Dalam Hukum Syara` Islam: Sumbangan Untuk Penerangan Kepada Orang Muslimin Tentang Ilmu Kesehatan, Jakarta: Balai Pustaka, 1968. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 38 Data kepustakaan di atas menunjukkan bahwa kajian tentang syif±’ selain berkaitan dengan dimensi kerohanian juga dimensi fisik. Namun muatan konseptualisasi syif±’ yang terkait dengan minuman sejenis madu beserta karakteristiknya belum tampak dengan jelas pada sub-sub pembahasannya, padahal QS al-Na¥l [1670]: 69 telah mengisyaratkan adanya keterkaitan antara syif±’ dengan minuman sejenis madu maupun keterkaitannya dengan tubuh dan pemikiran manusia. Berdasarkan ayat tersebut, Harun Yahya telah mengungkapkan secara ilmiah mengenai rahasia dan keajaiban madu lebah, 57 bahkan ia menegaskan bahwa minuman sejenis madu merupakan sumber gizi maupun makanan penting bagi tubuh manusia tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah. 58 57 Menurutnya: Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon. Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia World Apiculture Conference yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari dan propolis getah lebah dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh sama sekali. Para dokter asal Polandia juga mengatakan dalam konferensi tersebut bahwa getah lebah bee resin dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit kulit, penyakit ginekologis dan berbagai penyakit lainnya. Lihat http:www.harunyahya.Comindo artikel006. htm 58 Banyak orang tahu bahwa madu merupakan sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia, namun sedikit sekali orang yang menyadari betapa mengagumkan karakteristik produsen madu itu sendiri yaitu tawon dengan kata lain: Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa dari sang penghasilnya, yaitu lebah madu. Lihat http:www.harunyahya.comindoartikel010.htm. Lihat pula: http:www.harunyahya.comindoartikel 058. htm . PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 39 Dengan demikian, data kepustakaan di atas telah mengisyaratkan adanya dua jenis syif±’, yaitu Al-Qur’an dan minuman sejenis madu yang berdampak secara positif bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Demikian pula tentang jenis penyakitnya, juga dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu penyakit fisik dan psikis yang dampak negatifnya akan menimpa bagi orang-orang yang ingkar maupun tidak beriman. Oleh karena itu, syif±’ dengan segala jenisnya telah dituangkan dalam Al-Qur’an yang sekaligus mengisyaratkan adanya keterpaduan antara ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniah. 59 Keduanya dapat berjalan seimbang tanpa dipertentangkan dan tidak berlebihan. Sebab penggunaan syif±’ dengan jalan mengabaikan di antara keduanya apalagi berlebihan dalam penerapannya adalah merupakan tindakan yang tercela dan bertentangan dengan ajaran Islam. 60 Syif±’ dalam bentuk integral antara lahir dan batin dewasa ini, justru dinilai sebagai pendekatan holistik baru di dalam dunia kedokteran modern. Dadang Hawari misalnya telah menulis dalam sebuah karya dengan judul: Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Menurutnya, doa dan dzikir dari sudut ilmu kedokteran jiwa kesehatan jiwa merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan dzikir mengandung unsur spiritual kerohanian, 59 Karakteristik ayat-ayat Qauliyah maupun disebut sebagai Kal±mull±h ucapan Allah dalam Al-Qur’an di antaranya ialah Termaktub di dalam kitab suci dan su¥uf, teks Na£-nya bersifat absolut, menggunakan metode deduktif, tidak memerlukan verifikasi apalagi falsifikasi. Sedangkan, cirri-ciri pada ayat-ayat Kauniyah maupun disebut sebagai Sunnatullah para saintis menyet hukum alam, natural law di antaranya ialah: terletak pada alam al-kawn, bersifat nisbi relative, Umumnya menggunakan metode induktif dan memerlukan verifikasi falsifikasi. Lihat M. Darwis Hude, Emosi Manusia dalam Al-Qur’an: Telaah Melalui Pendekatan Psikologi Disertasi Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, h. 5. 60 Lihat misalnya Abd al-¦am³d ibn B±d³s, Tafs³r ibn Bad³s fi Maj±lis al-Ta©k³r min Kal±m al- ¦ak³m al-Khab³r Mesir: D±r al-Fikr, 1979, h. 230-231. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 40 keagamaan, ketuhanan yang dapat membangkitkan harapan hope, rasa percaya diri self confident pada diri seseorang yang sedang sakit, yang pada gilirannya kekebalan imunitas tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini, tidak berarti terapi dengan obat dan tindakan medis lainnya diabaikan. Terapi medis disertai doa dan dzikir merupakan pendekatan holistik baru di dunia kodekteran modern. 61 Al-R±zi dalam tafsirnya menegaskan betapa pentingnya integrasi material dengan nilai transendental nilai-nilai il±hiyah sebagaimana peristiwa yang terjadi pada Nabi Musa as.. Dalam hal ini ia mencatat bahwa Nabi Musa as pernah sakit parah pada bagian perutnya, lalu ia mengadu kepada Allah swt, kemudian Allah menunjukkannya tentang rerumputan di padang sahara yang tandus sebagai obatnya, kemudian ia memakannya dan menjadi sembuh atas izin Allah swt. Pada suatu saat sakitnya kambuh lagi, kemudian ia memakan rerumputan itu lagi, namun sakitnya justru semakin parah. Kemudian ia mengadu lagi sambil berkata: ya rabbi pada awalnya saya makan rumput dan bisa mendatangkan manfaat, namun pada waktu makan rumput untuk yang keduakalinya, sakit saya justru semakin parah. Allah menjawab: Karena anda makan rumput yang partama kalinya, anda pergi untuk mendapatkan rumput atas petunjuk dari-Ku, maka di dalamnya mengandung obat ءﺎﻔﺸﻟا untuk kesembuhan. Akan tetapi pada waktu yang kedua anda pergi untuk mencari rumput berdasarkan kemauan anda sendiri, karena itu sakitnya semakin parah. Ketahuilaih bahwa dunia 61 Lihat Dadang Hawari, Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1999, h. ix. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 41 semuanya adalah racun yang mematikan, dan penawarnya adalah dengan menyebut nama-Ku [dengan bismill±h]. 62 Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emoto 63 yang menunjuk pada urgensi ”ªikir Air” dengan rasionalisasi sebagai berikut: a. Air “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan musik. b. Air bisa “mengerti”, menyimpan dan menyalurkan informasi Semua benda juga “mengerti”, tetapi air paling peka, jumlahnya sangat banyak, dan ada di mana- mana c. Getaran air merambat ke molekul air ditubuh manusia 75. d. Perilaku manusia bisa menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, atau sebaliknya. Kajian syif±’ dengan berbagai dimensinnya sebagaimana disebutkan di atas sungguhpun telah menyajikan sudut pandang yang beraneka ragam, terutama yang bernuansa Islam maupun menurut Al-Quran dan Sunnah, namun dalam karya-karya tersebut tidak ditemukan secara spesifik yang menggunakan pendekatan tafsir tematik. Selain tulisan-tulisan di atas, masih banyak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir yang menyinggung sekilas mengenai syif±’ dalam uraiannya terhadap ayat-ayat Al- 62 Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid I, Juz I, h. 173-175. 63 Hasil penelitian tersebut di lakukan dengan jalan: Air murni diambil dari mata air atau danau. Lalu diberi rangsangan berbagai jenis pesan ungkapan dan perasaan, tulisan, gambar, foto, musik. Lalu difoto dengan teknologi tinggi setelah mengkristal. Lihat Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air Dalam Olah Jiwa, yang diterjemahkan dari Buku Aslinya, MIZU NO MARYOKU KOKOROTO KARADA NO UOUTAA HIIRINGU Yokohama Municipal University Japan – 2005 Oleh Azam Transltor Bandung: MQ Publising, 2006, h. 1-191. PERPUSTAKAAN UTAMA UIN JAKARTA 42 Quran. Namun pada umumnya, corak penafsiran yang digunakan bersifat ta¥l³l³iy, 64 sehingga penyimpulannyapun seringkali bersifat parsial dan tidak utuh. Oleh karena itu kajian ini bukanlah merupakan pengulangan dari apa yang telah dibahas oleh pengkaji lain. Bahkan kajian ini diharapkan menghasilkan hal-hal baru yang belum terungkap dalam pembahasan yang telah ada, terutama menyangkut masalah syif±’ dalam perspektif tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³ dengan pendekatan tafsir tematik.

F. Metode Penelitian