PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
33
1414  H.1992  M., dengan  kata  pengantar Al-Syaikh  Khal³l  Mu¥yi  al-D³n  al-Mays sebagai Direktur Al-Azhar.
Berdasarkan uraian di atas, maka definisi oprasional dari judul ini adalah sebuah gambaran yang bersifat umum dan konprehensip mengenai pengungkapan syif±’ dalam
Al-Quran perspektif Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan  rumusan  masalah  di  atas,  maka  penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui pengungkapan  dan konsep syif±’ dalam Al-Quran perspektif  Tafsir
Maf±t³¥ al-Ghayb al-R±z³.  Konsep demikian  ini  sudah barang  tentu  mengarah  pada suatu  upaya  dalam  menggali,  menyingkap  dan  mengungkapkan  suatu  penafsiran
terhadap  petunjuk-petunjuk  Al-Quran  mengenai syif±’ sebagaimana  yang tertuang dalam Tafsir Fakhr al-D³n Al-R±z³.
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  berguna  bagi  kepentingan  akademis sebagai penambah bahan informasi dan khazanah studi Tafsir Al-Quran. Di samping itu,
kajian ini juga diharapkan mempunyai arti kemasyarakatan, khususnya bagi umat Islam. Dalam  pada  itu,  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  membantu  usaha-usaha
peningkatan,  penghayatan  dan  pengamalan  ajaran-ajaran  maupun  nilai-nilai  Al- Quran, khususnya berkaitan dengan pemanfaatan syif±’ bagi kehidupan manusia.
Untuk  mencapai  tujuan  dan  kegunaan  di  atas,  maka  diperlukan  suatu  media sebagai bahan informasi bagi setiap insan sehingga seluk beluk syif± dalam Al-Quran
benar-benar dapat difungsikan secara maksimal.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
34
E. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengamatan penulis, studi mengenai syif±’ telah banyak dibahas oleh sejumlah kalangan. Akan tetapi, kajian mengenai Syif±’ dalam Tafsir Maf±t³¥ al-Ghaib
Karya al-R±z³ dengan  pendekatan  tafsir  tematik yang  didasarkan  pada  tinjauan kronologisnya adalah sama sekali belum pernah ditemukan.
Karya  tulis  yang  membahas syif±’ dengan  berbagai  sudut  pandang  yang berbeda-beda di antaranya ialah: al-Istisyf± bi al-Qur’±n, karya Mu¥ammad `Abd al-
`Az³z. Secara garis besar, karya ini menguraikan tentang macam-macam penyakit dan pengobatannya dengan Al-Quran baik secara fisik maupun psikis.
42
Karya serupa juga ditulis  oleh  Ab Al-Fid± Mu¥ammad `Izzah  Mu¥ammad `Arif  dengan  judul: `²lij
Nafsaka  bi  al-Qur±n, yang  menyingkap  tentang  penyembuhan  Al-Quran  terhadap berbagai penyakit  fisik maupun psikis.
43
Lebih  lanjut, `Abd  al-Maj³d `Abd  al-`Az³z al-Za¥³m  menulis  sebuah  karya `Il±j al-Amr±« bi al-Qur’±n  wa al-Sunnah, yakni:
pengobatan  penyakit  dengan  Al-Quran  dan  Sunnah  yang  antara  lain  berisi  tentang nama-nama surat dan ayat-ayat Al-Quran yang dapat mengusir setan, bacaan ©ikir di
waktu pagi dan sore, penyembuhan akibat sihir dan macam-macam pengobatan secara
42
Dalam karya  ini,  penyakit  dibedakan  menjadi  dua  macam,  yaitu  penyakit  hati  al-Qalb  dan jasmani al-Badn. Penyakit hati itu sendiri dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Penyakit bimbang
dan  ragu  al-syubhah  wa  al-syak,  penyakit  seksual  dan  kebohongan  al-syahwah  wa  al-ghayyi,  dan penyakit  kedengkian  al-Ghill. Dalam  pada  itu,  pengobatan  Al-Qur’an  dikelompokkan  menjadi  dua
macam. Pertama, penyembuhan secara indrawi ¥issiy, yakni penyembuhan fisik dan bagian-bagiannya,. Kedua, penyembuhan secara psikologis maknawi, yakni penyembuhan r¥, hati dan psikosomatik. Lihat
Mu¥ammad  `Abd  al-`Az³z  al-Kh±lidiy, al-Istisyf±  bi  al-Qur±n Beirt: D±r  al-Kutub  Al-`Ilmiyyah, 1996, 5-8.
43
Lihat  Ab  al-Fid±  Mu¥ammad  Izzat Mu¥ammad  Arif,  `²lij  Nafsak  bi  al-Qur’±n D±r  al- Fa«³lah: 1412 H, h. 1-74.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
35
lahir  maupun  batin.
44
Ahmed  Taha  juga  menulis  tentang Medicine  in  the  Light  of  the Qur’an  and  Sunna, yang  menyoroti syif±’ dari dua  aspek. Pertama, aspek-aspek
pengobatan Islam, yang mencakup pelestarian pengobatan Yunani dan sumbangan para dokter  Muslim. Kedua,  sekilas  tentang  pengobatan  cara Nabi  yang  terkait  dengan
pengobatan  klinik,  terapiutik,  menstruasi,  perkembangan  embrio,  kesehatan  anak,  dan etika pengobatan.
45
Ibnu  Taimiyah  dalam  karya Amr±« al-Qulb  wa  Syif±’uha menguraikan tentang  terapi  penyakit  hati  dengan  berbagai  dimensinya.
46
Demikian  juga,  Ibnu Qayyim  al  Jauziyah  dalam  karya al-Jaw±b  al-K±f³ Liman  Sa’ala `an  al-Daw±’  al-
Sy±f³ aw al-D±’ wa al-Daw±’ menjelaskan berbagai syif±’ dengan Al-Quran, doa dan ©ikir  terhadap  segala  bentuk  penyakit  hati,  seperti  kemaksiatan,  dosa  dan  asal-
usulnya.
47
Berbeda dengan °ibb al-Nabawiy ibnu Qayyim, dalam karya ini di samping menyajikan syif±’ dari aspek mental juga lebih menekankan dari aspek fisik. Dalam hal
ini,  ia  mengkaji  dari  tiga  bagian. Pertama, pengobatan  dengan  obat-obatan alamiah. Kedua, perawatan dengan pengobatan ilahi dan ruhani yang sederhana dan kompleks.
44
Lihat `Abd al-Maj³d `Abd al- Az³z  al-Za¥³m, `Il±j al-Amr±« bi al-Qur±n wa  al-Sunnah, Alih bahasa Toha Yahya dengan judul: Pengobatan Penyakit dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Jakarta:
Darul Ulum Pers, 2001, h., v.-65.
45
Lihat Ahmed Thaha, Medicine in The Light of the Qur’an and Sunnah London: England: Thaha Publishers Limited, 1993, h. 1-34.
46
Lihat  Ibn  Taimiyah, Terapi  Penyakit  Hati,  yang  diterjemahkan  dari  buku  aslinya Amr±«  al- Qulb wa syif±uh±. oleh Jalaluddin Raba Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 9-75
47
Lihat  Syamsuddin    Muhammad  bin  Abi  Bakr  ibn  Qayyim  al-Jauziyyah, al-Jaw±b  al-K±fi liman Saala `an al-D± as-Sy±f³ aw al-D± wa al-Daw± Beirt: D±r al-Kutub al-`Ilmiah, 1997, h. 1-247
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
36
Ketiga, indikasi obat-obatan dan makanan tertentu yang disebutkan oleh Nabi saw dan disusun berdasar Alphabet Arab.
48
Jal±luddin `Abd.  al-Ra¥m±n  al-Suy¯iy  dalam  sebuah  karya As-Suyuthiy’s Medecine  of  Prophet, menguraikan  pengobatan  cara  Nabi  saw  yang  mencakup  tujuh
pembahasan,  yaitu:  1  Teori  pengobatan  terkait  dengan  struktur  tubuh  manusia, keadaaan tubuh, sebab-sebab penyakit dan tanda-tanda pada diri manusia. 2 Praktek
pengobatan,  terkait  dengan  makanan,  minuman,  gerak,  diam,  emosi  dan  kebiasaan.  3 Prinsip-prinsip  pengobatan.  4  Sifat-sifat  makanan  dan  obat-obatan.  5  Dosis  obat.  6
Tinjauan  atas  senyawa  obat-obatan  dan,  7  Terapi  penyakit  secara  fisik  maupun mental.
49
Kajian  tentang  psikoterapi  maupun  terapi  dimensi  psikologis  lainnya  juga ditemukan  dalam  berbagi  bentuk  karya,  misalnya: Psikoterapi: Pendekatan
Konvensional  dan Kontemporer  dengan  M.A.  Subandi  sebagai  editornya.
50
Teori  dan Praktek  Konseling  dan  Psikoterapi Theori  and  Praktice  of  Counseling  and
psychotherapy,  Karya  Gerald  Corey,
51
Psikoterapi  dan  Konseling:  Penerapan  Metode
48
Lihat Ibnu Qayyim Al-Jauziah, Pengobatan Cara Nabi, yang diterjemahkan dari buku aslinya al-°ib al-Nabawiy, oleh  Mudzakkir AS Bandung: Pustaka, 1997, h. 23-231
49
Lihat  Jalaluddin  Abdurrahman  al-Suyuthi, Pengobatan  Cara  Nabi  saw yang  diterjemahkan dari buku aslinya Medicine of the Prophet, oleh Lukman Hakim dan Ahsin Muhammad Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997, h. 1-275
50
Lihat  M.A  Subandi  ed., Psikoterapi  Pendekatan  Konvensial  dan  Kontemporer Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h. 1-231.
51
Lihat Gerald Corey, Teori dan Praktek Konsling dan Psikoterapi, yang diterjemahkan dari buku askinya: Theori and Practice of Counsling and Psychotheraphy, oleh  E. Koeswara Bandung: Eresco, 1988,
h. 1-434.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
37
Sufistik,  karya  Hamdani  Bakran  Adz-Dzaky,
52
The  Book of Sufy Healing, karya  ¦akim Mu`inuddin  Chisti.
53
Nuansa-nuansa  Psikologi  Islam,  karya Abdul  Mujib  dan  Yusuf Mudzakkir,
54
dan Dilema Psikolog Muslim The Dilemma of Muslim Psychologists, karya Malik B. Badri dengan kritikan psikolog muslim dalam liang biawak dengan beberapa
terapi Islam yang dirumuskannya.
55
Penelitian terdahulu yang  terkait  dengan  kesehatan  dalam  perspektif  syariah Islam di antaranya ialah karya disertasi yang ditulis oleh Ahmad Ramali dengan judul
“Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan dalam Hukum Syara` Islam ” yang berhasil  dipertahankan  dengan  gelar  doktor  di  bidang  Ilmu  Kedokteran  pada
Universitas  Negeri  Gajah  Mada  di  Yogyakarta  pada  tahun  1950.  Penelitian  ini menyingkap  berbagai  persoalan  yang  terkait  dengan  masalah Takdir  dan Kewajiban
Memelihara Kesehatan, Pengobatan Medis,  °ah±rah,  Khitan, Mengurus Janazah,  Islam dan Penyakit Menular,  Kesehatan  bagi  kehidupan  umat  Islam,  Islam  dan  Pengaturan
Kelahiran Anak, Hukum Makanan  dan Minuman,  Istirahat, Kerja  dan Olahraga, serta Sumbangan untuk penerangan terhadap ilmu kesehatan.
56
52
Lihat  M.  Hamdani  Bakran  Adz-Dzaky, Psikoterapi  dan  Konseling  Islam:  Penerapan  Metode sufistik Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2001, h. 219-289
53
Lihat  Shaykh  Hakim  Moinuddin  Chishti, the  Book  of  Sufi  Healing New  York:    Inner  Traditions International,  1985,  p.  1-189.  Buku  ini  telah  diterjemahkan  dalam  bahasa  Indonesia  oleh  Burhan  Wira
Subrata dengan judul Penyembuhan Cara sufi Jakarta: Lentra Basritama, 1999, h. 1-255.
54
Abdul  Mujib  dan  Yusuf  Mudzakkir, Nuansa-nuansa  Psikologi  Islam Jakarta:  Raja  Grafindo Persada, 2001, h. 207-242.
55
Malik B. Badri, Dilema Psikolog Muslim, yang diterjemahkan dari buku aslinya, The Dilemma of Muslim Psychologists, Alih bahasa oleh Siti Zainab Lukfiati Jakarta: Pustaka Firdaus, 19979, h 1 dan 54-
68.
56
Lihat Ahmad Ramali, Peraturan-peraturan Untuk Memelihara Kesehatan Dalam Hukum Syara` Islam:  Sumbangan  Untuk  Penerangan  Kepada  Orang  Muslimin  Tentang  Ilmu  Kesehatan,  Jakarta:  Balai
Pustaka, 1968.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
38
Data  kepustakaan  di  atas  menunjukkan  bahwa  kajian  tentang syif±’ selain berkaitan dengan dimensi kerohanian juga dimensi fisik. Namun muatan konseptualisasi
syif±’ yang  terkait  dengan  minuman  sejenis  madu  beserta  karakteristiknya  belum tampak  dengan  jelas  pada  sub-sub pembahasannya,  padahal QS  al-Na¥l  [1670]:  69
telah mengisyaratkan adanya keterkaitan antara syif±’ dengan minuman sejenis madu maupun  keterkaitannya dengan tubuh  dan pemikiran manusia. Berdasarkan  ayat
tersebut,  Harun  Yahya  telah  mengungkapkan  secara  ilmiah  mengenai  rahasia  dan keajaiban  madu lebah,
57
bahkan ia  menegaskan  bahwa minuman  sejenis  madu merupakan  sumber  gizi maupun  makanan penting  bagi  tubuh  manusia tetapi  sedikit
sekali  manusia  yang  menyadari  sifat-sifat  luar  biasa  dari sang  penghasilnya,  yaitu lebah.
58
57
Menurutnya:  Madu  tersusun  atas  beberapa molekul  gula  seperti  glukosa  dan  fruktosa  serta sejumlah  mineral  seperti  magnesium,  kalium,  potasium,  sodium,  klorin,  sulfur,  besi  dan  fosfat.  Madu  juga
mengandung  vitamin  B1,  B2,  C,  B6  dan  B3  yang  komposisinya  berubah-ubah  sesuai  dengan  kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga,
yodium dan seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon. Sebagaimana firman Allah, madu adalah “obat yang menyembuhkan bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah  dibenarkan oleh para ilmuwan
yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia World Apiculture Conference yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Dalam konferensi tersebut didiskusikan pengobatan dengan
menggunakan  ramuan  yang  berasal  dari  madu.  Para  ilmuwan  Amerika  mengatakan  bahwa  madu,  royal jelly,  serbuk  sari  dan  propolis  getah  lebah  dapat  mengobati  berbagai  penyakit.  Seorang  dokter  asal
Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak, dan 2002 dari  2094  pasiennya  sembuh  sama  sekali.  Para  dokter  asal  Polandia  juga  mengatakan  dalam  konferensi
tersebut bahwa getah lebah bee resin dapat membantu menyembuhkan banyak penyakit seperti bawasir, penyakit
kulit, penyakit
ginekologis dan
berbagai penyakit
lainnya. Lihat
http:www.harunyahya.Comindo artikel006. htm
58
Banyak  orang  tahu  bahwa  madu  merupakan  sumber  gizi  yang  penting  bagi  tubuh  manusia, namun sedikit sekali orang yang menyadari betapa mengagumkan karakteristik produsen madu itu sendiri
yaitu tawon dengan  kata  lain:  Hampir  semua  orang  tahu  bahwa  madu  adalah  sumber  makanan  penting
bagi  tubuh  manusia,  tetapi  sedikit  sekali  manusia  yang  menyadari  sifat-sifat  luar  biasa  dari  sang penghasilnya,  yaitu  lebah  madu. Lihat http:www.harunyahya.comindoartikel010.htm. Lihat  pula:
http:www.harunyahya.comindoartikel 058. htm
.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
39
Dengan demikian, data kepustakaan di atas telah mengisyaratkan adanya dua jenis syif±’, yaitu Al-Qur’an dan minuman sejenis madu yang berdampak secara positif
bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Demikian pula tentang jenis penyakitnya,  juga  dapat  dikategorikan  menjadi  dua  macam,  yaitu  penyakit  fisik  dan
psikis yang dampak negatifnya akan menimpa bagi orang-orang yang ingkar maupun tidak beriman. Oleh karena itu, syif±’ dengan segala jenisnya telah dituangkan dalam
Al-Qur’an  yang  sekaligus  mengisyaratkan  adanya  keterpaduan  antara  ayat-ayat Qauliyah dan  ayat-ayat Kauniah.
59
Keduanya  dapat  berjalan  seimbang  tanpa dipertentangkan  dan  tidak  berlebihan.  Sebab  penggunaan syif±’ dengan  jalan
mengabaikan  di  antara  keduanya  apalagi  berlebihan  dalam  penerapannya  adalah merupakan tindakan yang tercela dan bertentangan dengan ajaran Islam.
60
Syif±’ dalam  bentuk  integral  antara  lahir  dan  batin  dewasa  ini,  justru  dinilai sebagai pendekatan holistik baru di dalam dunia kedokteran modern. Dadang Hawari
misalnya  telah  menulis  dalam  sebuah  karya  dengan  judul: Doa  dan  Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis.  Menurutnya,  doa  dan  dzikir  dari  sudut  ilmu  kedokteran  jiwa
kesehatan jiwa merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa.  Hal  ini  dikarenakan  doa  dan  dzikir  mengandung  unsur  spiritual  kerohanian,
59
Karakteristik  ayat-ayat Qauliyah maupun  disebut  sebagai Kal±mull±h ucapan  Allah  dalam Al-Qur’an di antaranya ialah Termaktub di dalam kitab suci dan su¥uf, teks Na£-nya bersifat absolut,
menggunakan metode deduktif, tidak memerlukan verifikasi apalagi falsifikasi. Sedangkan, cirri-ciri pada ayat-ayat Kauniyah maupun disebut sebagai Sunnatullah para saintis menyet hukum alam, natural law
di antaranya ialah: terletak pada alam al-kawn, bersifat nisbi relative, Umumnya menggunakan metode induktif  dan memerlukan  verifikasi  falsifikasi.  Lihat  M.  Darwis  Hude, Emosi  Manusia  dalam  Al-Qur’an:
Telaah  Melalui  Pendekatan  Psikologi Disertasi  Program  Pascasarjana  IAIN  Syarif  Hidayatullah  Jakarta, 2004, h. 5.
60
Lihat  misalnya  Abd  al-¦am³d  ibn  B±d³s, Tafs³r  ibn  Bad³s  fi  Maj±lis  al-Ta©k³r  min  Kal±m  al- ¦ak³m al-Khab³r Mesir: D±r al-Fikr, 1979, h. 230-231.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
40
keagamaan, ketuhanan yang dapat  membangkitkan harapan hope, rasa percaya diri self confident pada diri seseorang yang sedang sakit, yang pada gilirannya kekebalan
imunitas tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini, tidak berarti terapi dengan obat dan  tindakan medis lainnya diabaikan. Terapi medis
disertai  doa  dan  dzikir  merupakan  pendekatan  holistik  baru  di  dunia  kodekteran modern.
61
Al-R±zi  dalam  tafsirnya  menegaskan  betapa  pentingnya  integrasi  material dengan  nilai  transendental  nilai-nilai  il±hiyah  sebagaimana peristiwa yang  terjadi
pada Nabi Musa as.. Dalam hal ini ia mencatat bahwa Nabi Musa as pernah sakit parah pada  bagian  perutnya,  lalu  ia  mengadu  kepada  Allah swt,  kemudian  Allah
menunjukkannya tentang rerumputan di padang  sahara yang tandus sebagai  obatnya, kemudian ia memakannya  dan  menjadi  sembuh  atas  izin  Allah swt. Pada  suatu saat
sakitnya kambuh lagi, kemudian ia memakan rerumputan itu lagi, namun sakitnya justru semakin parah. Kemudian ia mengadu lagi sambil berkata: ya rabbi pada awalnya saya
makan  rumput  dan  bisa  mendatangkan  manfaat,  namun  pada  waktu  makan  rumput untuk  yang  keduakalinya,  sakit  saya  justru  semakin  parah.  Allah  menjawab:  Karena
anda makan rumput yang partama kalinya, anda pergi untuk mendapatkan rumput atas petunjuk  dari-Ku,  maka  di  dalamnya  mengandung  obat  ءﺎﻔﺸﻟا   untuk  kesembuhan.
Akan  tetapi  pada  waktu yang  kedua  anda  pergi  untuk  mencari  rumput  berdasarkan kemauan  anda  sendiri,  karena  itu  sakitnya  semakin  parah.  Ketahuilaih  bahwa  dunia
61
Lihat  Dadang  Hawari, Doa  dan  Dzikir  Sebagai  Pelengkap  Terapi  Medis Jakarta:  Dana  Bhakti Prima Yasa, 1999, h. ix.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
41
semuanya  adalah  racun  yang  mematikan,  dan  penawarnya  adalah  dengan  menyebut nama-Ku [dengan bismill±h].
62
Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emoto
63
yang menunjuk pada urgensi ”ªikir Air” dengan rasionalisasi sebagai berikut:
a. Air “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan musik. b. Air  bisa  “mengerti”,  menyimpan  dan  menyalurkan  informasi Semua  benda  juga
“mengerti”,  tetapi  air  paling  peka,  jumlahnya  sangat  banyak,  dan  ada  di mana- mana
c. Getaran air merambat ke molekul air ditubuh manusia 75. d. Perilaku manusia bisa menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, atau sebaliknya.
Kajian syif±’ dengan  berbagai  dimensinnya  sebagaimana  disebutkan  di  atas sungguhpun  telah  menyajikan  sudut  pandang yang  beraneka  ragam, terutama  yang
bernuansa  Islam  maupun menurut  Al-Quran  dan  Sunnah,  namun  dalam  karya-karya tersebut tidak ditemukan secara spesifik yang menggunakan pendekatan tafsir tematik.
Selain tulisan-tulisan di atas, masih banyak ditemukan dalam kitab-kitab tafsir yang  menyinggung  sekilas  mengenai syif±’ dalam  uraiannya  terhadap  ayat-ayat  Al-
62
Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid I, Juz I, h. 173-175.
63
Hasil  penelitian  tersebut  di  lakukan  dengan  jalan:  Air  murni  diambil  dari  mata  air  atau  danau. Lalu  diberi  rangsangan  berbagai  jenis  pesan  ungkapan  dan  perasaan, tulisan,  gambar,  foto,  musik.  Lalu
difoto dengan teknologi tinggi setelah mengkristal. Lihat Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air  Dalam  Olah  Jiwa,  yang  diterjemahkan  dari  Buku  Aslinya, MIZU  NO  MARYOKU  KOKOROTO
KARADA  NO  UOUTAA  HIIRINGU Yokohama  Municipal  University  Japan – 2005  Oleh  Azam Transltor Bandung: MQ Publising, 2006, h. 1-191.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
42
Quran. Namun pada umumnya, corak penafsiran yang digunakan bersifat ta¥l³l³iy,
64
sehingga penyimpulannyapun seringkali bersifat parsial dan tidak utuh. Oleh karena itu kajian ini bukanlah merupakan pengulangan dari apa yang telah dibahas oleh pengkaji
lain. Bahkan kajian ini diharapkan menghasilkan hal-hal baru yang belum terungkap dalam  pembahasan  yang  telah  ada,  terutama  menyangkut  masalah syif±’ dalam
perspektif  tafsir Maf±t³¥  al-Ghaib karya Fakhrudd³n al-R±z³ dengan  pendekatan tafsir tematik.
F. Metode Penelitian