PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
104
melegakan hati orang-orang yang beriman,
B. Pengertian dan Istilah-Istilah yang Identik dengan Syif±
1. Pengertian Syif±’
Secara etimologis,
164
term yang berakar dari huruf-huruf
ش -
ف -
ي
dengan pola perubahannya
ﻰﻔﺷ -
ﻲﻔﺸﯾ -
ءﺎﻔﺷ
syaf±-yasyf³- syif±’ menurut catatan Ibnu Man§r diartikan sebagai obat yang terkenal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan
penyakit
ءاود فوﺮﻌﻣ
ﻮھو ﺎ ﻣ
ئﺮﺒﯾ ﻦ ﻣ
ﻢﻘﺴﻟا
.
165
Ibnu F±ris bahkan menegaskan bahwa term ini dikatakan syif±’’ karena ia telah mengalahkan penyakit dan
menyembuhkannya.
166
Sejalan dengan pengertian ini, al-R±ghib al-A¡fah±niy justru mengidentikkan term syif±’ min al-mara« sembuh dari penyakit dengan syif±’ al-
sal±mah obat keselamatan yang pada perkembangan selanjutnya term ini digunakan sebagai nama dalam penyembuhan. Pengungkapan dalam teks aslinya ialah:
167
ْﺎﻔﺸﻟا ﻦ ﻣ
ضﺮﻤﻟا ﺔﻘﻓاﻮﻣ
ء ﺎ ﻔ ﺷ ﺔﻣﻼﺴﻟا
رﺎﺻو ﺎﻤﺳإ
ء ﺮ ﺒ ﻠ ﻟ
. Beberapa pengertian syif±’ di atas, tampaknya telah mewakili pengertian syif±’
dalam kamus-kamus lainnya, misalnya: kata syif±’ dalam kamus Al-Munawwir
diartikan sebagai pengobatan, kesembuhan, atau obat.
168
Syif±’ dalam kamus al-Munjid
164
Yaitu pengertian menurut ilmu asal usul kata. Lihat W. J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1993, h. 278. Lihat pula kata “etymology” dalam John M. Echols
dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia Jakarta: Gramedia, 1990, h. 219
165
Lihat Jam±l al-D³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±riy w.711 Lis±n al-`Arab Al- D±r al-Mi¡riyyah, tth., Juz 19, h. 167.
166
Lihat Ab al-¦usayn A¥mad Ibn F±ris Ibn Zakaria, Mu`jam Maq±yis al-Lughah Beirut: D±r al- Fikr, tth. Jilid 3, h. 199.
167
Lihat al-R±ghib al-A¡fah±niy, Mu`jam Mufrad±t Alf±§ al-Qur±n Beirut: D±r al-Kutb al- `Ilmiyyah, 1997, h. 296.
168
Lihat Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 731.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
105
fi al-Lughah wa al-A`lam antara lain diartikan sebagai obat dan kesembuhan.
169
Dalam kamus Idris Al-Marbawiy, syif± diartikan dengan senang, obat, sembuh.
170
Sedangkan dalam kamus Al-Quran karya ¦usayn bin Mu¥ammad, syif± diartikan dengan empat
sisi, yaitu: senang, sehat, penjelasan dan pinggir
حﺮﻔﻟا -
ﺔﯿﻓﺎﻌﻟا -
نﺎﯿﺒﻟا -
فﺮﻄﻟا
.
171
Untuk melengkapi pemaknaan lebih jauh tentang term syif±, sangat diperlukan tinjauan dari berbagai kitab tafsir. Dalam hal ini, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa
kata syif±’ biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam arti keterbebasan dari kekurangan, atau ketiadaan aral dalam memperoleh manfaat.
172
Ibnu B±d³s dalam sebuah karyanya mengartikan syif±’ sebagai kesembuhan dari penyakit,
baik pisik maupun psikis.
173
Sungguhpun pemaknaan terhadap term syif±’ telah dipaparkan sedemikian rupa, tapi hal itu belum menunjukkan keterkaitan secara langsung dan menyeluruh
terhadap term syif±’ dalam Al-Quran. Oleh karena itu, penunjukan secara tegas sehubungan dengan term syif±’ dalam Al-Qur’an sudah sepatutnya mendapat perhatian
169
Lihat Lois Ma`lf, Al-Munjid f³ al-Lughah wa al-A`lam Beirut: D±r al-Masyriq,1986, h. 395.
170
Lihat Muhammad Idris Abdurrauf al-Marbawi, Kamus Idris al-Marbawy Bandung: Ma`arif, tth., h. 323.
171
Kata yang terstruktur dari huruf-huruf sy³n-f±-alif mengandung empat makna, yaitu: senang – al-fara¥, sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah [9113]: 14; sehat –al-²fiyah, sebagaimana terdapat
pada QS al-Syu±r± [2647]: 82; 19; penjelasan –al-Bay±n sebagaimana terdapat dalam QS Ynus [1051]: 57; dan Khusus untuk makna pinggir –al-°arf digunakan untuk kata syaf±
فﺮﻄﻟ ا ﺐﺼ
ﻨ ﺑ ﻦﯿﺸﻟ ا
ﻦﻣ ﺎﻔﺷ
sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah [9113] :109. Lihat ¦usayn Ibn Mu¥ammad al- D±migh±niy, Q±ms al-Qur±n aw I¡l±¥ al-Wujh wa al-Na§±ir Beirut: D±r al-`Ilm li al-Mal±y³n,
1989, h. 266-267.
172
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta: Lentra Hati, 2002, h. 532.
173
Lihat Abd al-¦am³d ibn B±d³s, Tafs³r Ibn B±d³s Me¡³r: D±r al-Fikr, 1979, h. 223.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
106
secara mendalam. Secara kronologis berdasarkan tertib nuzl surah dalam Al-Qur’an,
174
maka term syif±’ yang menempati urutan pertama adalah berada dalam QS al- Syu`ar±[2647]: 80 yang tergolong sebagai ayat makiah.
اَذِإَو ُﺖْﺿ ِﺮَﻣ
َﻮُﮭَﻓ ِﻦ
ﯿِ ﻔْﺸ َﯾ
ءاﺮﻌﺸﻟا :
80
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”
Ayat di atas menjelaskan tentang pembicaraan Nabi Ibrahim as sehubungan dengan sakit dan penyembuhannya. Dalam hal ini, penunjukan makna yang
menjelaskan tentang penyembuhan adalah terletak pada term
ﻦﯿﻔﺸﯾ
yasyf³n. Term ini adalah berbentuk fi`l mu«±ri`, yaitu bentuk kata kerja yang menunjuk waktu kini dan
atau akan datang. Selain itu, Term syif±’ penyembuhan diperhadapkan dengan mara« sakit. Permasalahan yang muncul kemudian adalah: mengapa kata mara« sakit
disandarkan pada diri Nabi Ibrahim as, sedangkan kata syif±’ sembuh dinisbahkan pada Allah swt?..
Terhadap permasalahan tersebut, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa ayat yang secara jelas berbicara tentang kesembuhan, maka Nabi Ibrahim as secara tegas
menyatakan bahwa sumbernya adalah dari Allah swt. Berbeda dengan ketika berbicara tentang penyakit. Hal ini karena penyembuhan adalah sesuatu yang terpuji, sehingga
wajar disandarkan kepada Allah swt. Sedangkan penyakit adalah sesuatu yang dapat dikatakan buruk sehingga tidak wajar dinyatakan bersumber dari Allah swt. Demikian
174
Urutan ini berdasarkan tertib nuzul surah-surah dalam Al-Qur’an sebagaimana terdapat pada daftar konversi kronologi surah Al-Qur’an dalam Mu¥ammad `Izzah Darwazah, Al –Tafs³r al-¦ad³£
al-Suwar Murattabat Hasb al-Nuzl, Kairo: `Is± al-B±b³y al-¦alabiy, tth., h. 14-15.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
107
cara Nabi Ibrahim as dalam mengajarkan bahwa segala yang terpuji dan indah bersumber dari-Nya. Adapun yang tercela dan negatif, maka hal itu terlebih dahulu
dicari penyebabnya pada diri sendiri.
175
Dengan demikian, penjelasan ini tampaknya lebih mengedepankan tentang etika pengajaran Nabi Ibrahim as terhadap umat
manusia untuk mengenal Tuhan-Nya. Sejalan dengan pendapat di atas, Al³ al-¢±bn³ juga menegaskan bahwa
perbedaan penyandaran itu pada dasarnya adalah terkait dengan persoalan etika pengajaran. Sebab kalau tidak dipahami demikian, maka yang terjadi adalah sebuah
ungkapan bahwa sembuh, sakit, baik dan jelek adalah bersumber dari Allah swt dan tidak ada seorangpun yang bisa memberi manfaat dan bahaya selain dari Allah swt.
176
Dengan kata lain bahwa sakit dan sembuh pada hakekatnya adalah atas kehendak Allah swt. Akan tetapi sungguhpun demikian, secara moral segala kesempurnaan dan
kebaikan tetap disandarkan pada Allah swt dan segala kekurangan maupun kejelekan sudah sepatutnya disandarkan pada dirinya sendiri.
Lebih jauh, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa ayat tersebut juga mengandung makna tentang besarnya kemungkinan atau bahkan kepastian terjadinya
apa yang dibicarakan, dalam hal ini adalah sakit. Demikian ini mengisyaratkan bahwa sakit berat atau ringan, fisik atau mental adalah merupakan suatu keniscayaan hidup
manusia, demikian pula tentang kesembuhannya. Penyembuhan sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi Ibrahim ini bukan berarti upaya manusia untuk meraih
kesembuhan tidak diperlukan lagi, sebab sekian banyak hadis Nabi Muhamad saw yang
175
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol.10, h. 69
176
Lihat Mu¥ammad Al³ al-¢±bn³, al-Tafs³r al-Muyassar Beirut: al-Rayyan, 2002, h. 916
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
108
memerintahkan untuk berobat. Pembicaraan Nabi Ibrahim as itu pada hakekatnya adalah bermaksud menyatakan bahwa sebab dari segala sebab adalah dari Allah swt.
177
Bentuk penyakit yang dikelompokkan menjadi fisik dan mental di atas sesungguhnya juga berhadapan pada bentuk penyembuhannya. Oleh karena itu, maka
Abd al-`Az³z al-Kh±lid³ mengkelompokkan syif±’ dalam dua macam, Pertama, syif±’ secara indrawi hissiy atau penyembuhan pisik dan bagian-bagiannya, Kedua syif±’
psikologis ma’nawiy, yakni penyembuhan r¥, hati, dan psikosomatik.
178
Ayat dan uraian di atas belum menunjukkan secara tegas tentang apa yang dapat dijadikan sebagai obat dalam menyembuhkan suatu penyakit. Untuk mengkaji
permasalahan ini, maka diperlukan beberapa ayat lain yang di dalamnya terkait dengan term syif±’. Di antara ayat-ayat yang mengandung maksud tersebut, telah ditemukan
dua jenis syif±’ yaitu: Pertama, berupa Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam QS al- Isr±’ [1750]: 82 dan Kedua berupa minuman sejenis madu sebagaimana diisyaratkan
dalam QS al-Na¥l [1670]: 69. Kedua ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
ُل ﱢﺰ َﻨُﻧَو
َﻦِﻣ ِن
اَ ءْﺮ ُﻘْ ﻟا
ﺎ َﻣ َﻮُھ
ٌءﺎَ ﻔِ ﺷ ٌﺔَﻤْﺣ
َ رَو َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ َﻻ
َو ُﺪﯾِﺰَﯾ
َﻦ ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا
ﱠ ﻻ ِإ
اًر ﺎَ ﺴَﺧ
ءاﺮﺳﻹا :
82
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian QS Al-Isr±’ [1750]: 82
177
Lihat M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, Vol. 10, h. 69
178
Lihat Mu¥ammad Abd al-Az³z al-Kh±lid³, al-Isytisyf±’ bi al-Qur’±n Beirut D±r al-Kutub al- Isl±miah: 1996, h. 5-8.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
109
Ayat di atas menginformasikan bahwa yang dapat dijadikan sebagai penawar maupun obat bagi orang-orang beriman adalah Al-Qur’an. Pada ayat tersebut, tidak
lagi memaparkan secara tegas mengenai suatu penyakit apa yang dapat disembuhkan, melainkan yang tampak dengan jelas adalah bahwa Al-Qur’an itu dapat memberikan
manfaat bagi orang-orang yang beriman, bukan terhadap orang-orang yang §alim. Al- Qur’an bagi orang-orang yang §alim tidak akan memberikan manfaat apa-apa, kecuali
semakin meningkatkan kerugian belaka. Dalam hal ini, Ibnu B±d³s menegaskan bahwa orang-orang yang beriman memang dapat menerima dan menjadikan Al-Quran
sebagai penawar, sebagai bentuk kenikmatan yang besar, sebagai petunjuk dalam menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram dan mengamalkan isi
kandungannya dengan maksimal sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, orang-orang yang §alim yang justru menerima Al-Quran dengan
kekufuran, padahal yang seharusnya adalah menerima Al-Quran dengan penuh keimanan, bahkan mereka telah menolak sesuatu yang seharusnya mereka terima.
Keadaan seperti ini, menurut Ibnu B±d³s yang menyebabkan tambahnya perolehan kerugian, kesulitan maupun tersia-sianya kebaikan dengan mengingat bahwa
sesungguhnya ayat-ayat Al-Quran sudah sangat cukup untuk dijadikan sebagai obat maupun penawar kalau sekiranya mereka benar-benar berkenan menjadikannya
sebagai obat atau penawar, bahkan rahmat Allah akan datang kepadanya apabila mereka berkenan menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk menuju Islam. Dengan
demikian, apabila setiap datangnya ayat-ayat Al-Quran diteriman dengan kekafiran dan penolakan terhadap sesuatu yang seharusnya diterima dengan keimanan, maka
tindakan semacam ini, semakin hari dan semakin lama akan menjadikannya sebagai
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
110
orang-orang yang justru semakin menumpuk berbagai kerugian maupun kesulitan. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak menerima ayat-ayat Al-Quran dengan
penuh keimanan, maka semakin besar pula kenikmatan dan kebahagiaan yang mereka dapatkan.
179
Terkait dengan Al-Qur’an sebagai penawar maupun obat, Ibnu B±d³s menguraikan bahwa yang dimaksud dengan penyembuhan itu adalah terkait dengan
penyakit fisik maupun psikis.
180
Sedangkan ayat Al-Qur’an yang menunjuk pada jenis syif± dalam bentuk minuman sejenis madu adalah sebagaimana diisyaratkan dalam QS
al-Na¥l [1670]: 68-69
ﻰَﺣْوَأَو َﻚ
ﱡﺑ َر ﻰَﻟِإ
ِﻞ ْ ﺤﱠﻨﻟا
ِن َ أ
يِﺬِﺨﱠﺗا َﻦ
ِﻣ ِل
ﺎَ ﺒِﺠْﻟا ﺎًﺗﻮُﯿُﺑ
َﻦ ِﻣ َو
ِﺮَﺠﱠﺸ ﻟا
ﺎﱠﻤِﻣَو َن
ﻮُ ﺷِﺮْﻌَﯾ 68
ﱠﻢُﺛ ﻲِﻠُﻛ
ْﻦ ِﻣ
ﱢﻞ ُﻛ
ِت اَ ﺮَﻤﱠ
ﺜﻟ ا ﻲِﻜُﻠْ ﺳﺎ
َ ﻓ َﻞ
ُﺒ ُﺳ ِﻚ
ﱢﺑ َر ً ﻼ
ُﻟ ُذ ُج
ُﺮ ْﺨ َﯾ
ْﻦ ِﻣ
ﺎَﮭِﻧﻮُﻄ ُﺑ
ٌب اَ ﺮَﺷ
ٌﻒ ِﻠ َﺘْﺨُﻣ
ُﮫُﻧاَﻮْﻟَأ ِﮫﯿِﻓ
ٌءﺎَﻔِﺷ ِس
ﺎﱠ ﻨﻠِﻟ ﱠن
ِإ ﻲِﻓ
َﻚ ِﻟ َذ
ًﺔَﯾَﻵ ٍمْﻮَﻘِﻟ
َن وُ ﺮﱠﻜَﻔَﺘَﯾ
69
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Dari perut
lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan QS al-Na¥l
[1670]: 68-69.
Madu sebagaimana yang terkandung pada ayat di atas telah cukup kuat untuk dikatakan bahwa hal itu merupakan bentuk obat secara pisik material. Hal tini juga
179
Lihat Ibn B±d³s, Tafsir ibn B±d³s, h. 224-225.
180
Lihat Ibn B±d³s, Tafsir ibn B±d³s, h. 223.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
111
ditunjang dengan penjelasan dipenghujung ayat sebagai tanda bukti bagi orang-orang yang mau berpikir. Dari sini, kajian terhadap syif±’ itu sendiri sesungguhnya adalah
sangat beragam, baik jenis, macam-macam dan tingkat penyembuhannya. Mengenai tingkat penyembuhannya ini dapat dikaji dalam QS. al-Taubah [9113]: 14 sebagai
satu-satunya ayat syif±’ yang menempati urutan terakhir secara kronologis dan tergolong sebagai ayat madaniah.
ْﻢُھﻮُﻠِﺗﺎ َ ﻗ ُﻢُﮭْﺑﱢﺬَﻌُﯾ
ُﱠﷲ ْﻢُﻜﯾِﺪْﯾَﺄِﺑ
ْﻢِھِﺰْﺨُﯾَو ْﻢُﻛْﺮُ
ﺼْﻨَﯾَو ْﻢِﮭْﯿَﻠ َﻋ
ِﻒ ْﺸ َﯾَو
َر وُ ﺪُ ﺻ
ٍمْﻮَﻗ َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ 14
ْﺐ ِھ ْﺬُﯾ َ و
َﻆ ْﯿ َﻏ
ْﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ ُب
ﻮُ ﺘَ ﯾَو ُﱠﷲ
ﻰَﻠَﻋ ْﻦ
َﻣ ُءﺎَﺸَﯾ
ُﱠﷲَ و
ٌﻢﯿِﻠَﻋ ٌﻢﯿِﻜَﺣ
15
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka
dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang mumin. Dan
Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. al-Taubah [9113]: 14.
Bentuk kata
ﻒﺸﯾ
yasyfi sebagaimana tampak pada ayat di atas adalah berarti melegakan hati. Hal ini sesungguhnya adalah menunjukkan kesembuhan hati yang
masih dihinggapi oleh bekas-bekas sakit atau luka dari kejengkelan, dendam dan amarah. Oleh karenanya, penyakit yang masih membekas tersebut tampak benar-benar
hilang secara bersih dari hatinya ketika kata tersebut diikuti dengan ungkapan menghilangkan panas hati
ﺐھﺬﯾو ﻆﯿﻏ
ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ
.
181
Oleh karena itu sangat tidak berlebihan jika al-Dim±gh±niy memberikan makna syif± pada ayat-ayat tersebut
dengan kesenangan maupun kegembiraan.
182
181
Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah. Vol. 5, h. 517
182
Lihat ¦usayn Ibn Mu¥ammad al-D±migh±niy, Q±ms al-Qur±n aw I¡l±¥ al-Wujh wa al- Na§±ir Beirut: D±r al-`Ilm li al-Mal±y³n, 1989, h. 266.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
112
Term syif±’ dengan berbagai tinjauannya di atas, terutama melalui kajian terhadap term-term syif±’ yang terdapat dalam Al-Qur’an berikut kandungan
maknanya, maka secara definitif dapat dikatakan bahwa syif±’ adalah segala sesuatu yang diupayakan oleh seseorang dalam penyembuhan manusia dari penyakitnya,
sehingga ia menjadi normal, benar keimanan, pemikiran dan akidahnya dalam memperoleh kebahagiaan di hadapan Allah swt. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa syif±’ dalam Al-Qur’an pada hakekatnya adalah penyembuhan dari penyakit. Penyembuhan ini telah menjadi sebuah usaha manusia dalam membersihkan dirinya
dari berbagai gangguan dan kesulitan lahiriah maupun batiniah.
2. Istilah-Istilah yang Identik dengan Syif±’ Istilah-istilah dalam Al-Quran yang dapat diidentikkan dengan term syif± di
antaranya ialah term burah
ٌةَأْﺮُ ﺑ
dan sal±mah
ٌﺔَﻣ َﻼَﺳ
dengan berbagai kata jadiannya. Dua term ini selain mengandung arti kesembuhan lahir batin, juga mencakup makna
terbebas dari berbagai penyakit dan tercapainya suatu kesehatan maupun keselamatan. Penjelasan lebih jauh terhadap kedua term yang identik dengan syifa ini dapat
diuraikan di bawah ini. a. Bur’ah
Term burah merupakan bentuk masdar dari pola kata baria - yabrau - buran - burah
َئ ِﺮ َﺑ
- ُأﺮ
ْ ﺒَ ﯾ -
ًأﺮ ُ ﺑ
- ًةَأﺮُﺑ
. Term ini berakar dari susunan huruf-huruf ba
-
ra
-
hamzah
ب -
ر -
ةﺰﻤھ
yang makna dasarnya berpangkal pada dua sumberl. Pertama berpangkal pada makna penciptaan maupun kejadian sebagaimana firman Allah dalam
QS al-Baqarah [287]: 54 -
اﻮُﺑﻮُﺘَﻓ ﻰَﻟِإ
ْﻢُﻜِﺋِرﺎَﺑ
maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, atau dalam sebuah perkataan
َ ﺑ َأَﺮ
ﷲ َﻖ
ﻠَ ﺨﻟا
-Allah telah
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
113
menciptakan makhluk. Kedua berpangkal pada makna terbebas atau terhindar dari sesuatu, termasuk di dalamnya adalah sembuh, selamat dari penyakit
ﺔﻣﻼﺴﻟا ﻦﻣ
ﻢﻘﺴﻟ ا -
, terhindar dari aib dan kekerasan –
ةَءَاﺮَﺒﻟا َﻦِﻣ
ِﺐ ْﯿ َﻌﻟا
ِهْوُﺮ ْﻜ َﻤﻟاو
, atau dengan kata lain
أﺮﺑ ت
ﻦﻣ ضﺮﻤﻟا
aku sembuh dari penyakit.
183
Penggunaan makna kedua tersebut tampakannya dapat diidentikkan dengan term syif±, karena kedua term ini sama-sama
terfokus pada pembebasan maupun penyembuhan. Term burah dengan berbagai kata jadiannya dalam Al-Quran diulang
sebanyak 31 kali. 11 di antaranya termasuk ayat makiah dan 20 ayat lainnya termasuk kategori madaniah.
184
Penggunaan makna burah yang dapat diidentikkan dengan term syif± ialah sebagaimana tersebut dalam QS ²li Imr±n[389]: 49 dan al-M±idah[5112]:
110 sebagai berikut.
ً ﻻ ﻮُﺳَرَو
ﻰَﻟِإ ﻲ ِﻨَﺑ
َﻞ ﯿِ ﺋاَﺮْﺳِإ
ﻲﱢﻧَأ ْﺪَﻗ
ْﻢُﻜ ُ ﺘْﺌ ِ ﺟ ٍﺔَﯾﺂِﺑ
ْﻦِﻣ ْﻢُﻜﱢﺑَر
ﻲﱢﻧَأ ُﻖ
ُﻠ ْ ﺧَ أ
ْﻢُﻜ َ ﻟ َﻦِﻣ
ِﻦ ﯿﱢ ﻄ
ﻟا ِﺔَﺌْﯿَﮭَﻛ
ِﺮْﯿ ﱠﻄ ﻟا
ُﺦُﻔ ْ ﻧَﺄ َ ﻓ ِﮫﯿِﻓ
ُن ﻮُﻜَﯿَﻓ
اًﺮ ْﯿ َط
ِن ْ ذ ِ ﺈِﺑ
ِﱠﷲ ُئ
ِﺮ ْﺑُأ َو َﮫَﻤْﻛَْﻷا
ْ ﺑَْﻷاَ و َص
َﺮ ﻲِﯿْﺣُأَو
ﻰَﺗْﻮَﻤْﻟا ِن
ْ ذ ِ ﺈِﺑ ِﱠﷲ
ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻧُأَو ﺎ َﻤِﺑ
َن ﻮُ ﻠُ ﻛْﺄَﺗ
ﺎَﻣَو َن
وُ ﺮِﺧﱠ ﺪَ ﺗ
ﻲِﻓ ْﻢُﻜِﺗﻮُﯿُﺑ
ﱠن ِإ
ﻲِﻓ َﻚ
ِﻟ َذ ًﺔَﯾَﻵ
ْﻢُﻜ َ ﻟ ْن
ِإ ْﻢُﺘْ ﻨُﻛ
َﻦ ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ
49 ﺎً ﻗﱢﺪَﺼ
ُﻣَو ﺎ َﻤِﻟ
َﻦ ْﯿ َﺑ
ﱠي َﺪ َﯾ
َﻦِﻣ ِةاَرْﻮﱠ
ﺘﻟ ا ﱠﻞ
ِﺣُِ ﻷ َو
ْﻢُﻜَﻟ َﺾ
ْﻌ َﺑ ﱠﻟا
يِﺬ َمﱢﺮُﺣ
ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ْﻢُﻜُﺘْﺌِﺟَ
و ٍﺔَﯾﺂِﺑ
ْﻦِﻣ ْﻢُﻜﱢﺑَر
اﻮُﻘﱠﺗﺎَﻓ َﱠﷲ
ِن ﻮُ ﻌﯿِط
َأ َو 50
Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil yang berkata kepada mereka: Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu
183
Lihat Ibnu F±ris, Mu`jam Maq±yis al-lughah, Jus I, h.236. Bandingkan dengan al-Raghib al- Asfah±ni, Mufrad±t al-F±§ al-Quran, h. 50
184
Secara kronologis, 11 ayat makiah yang dimaksud ialah: 1 QS al-Qamar [5437]: 43; 2 QS al-Syu`ar± [2647]:216; 3 QS al-Qa¡a¡ [2849: 63; 4 QS Ynus [1051]:41 diulang 2 kali; 5 QS Hd
[1152]: 35 dan 54; 6 QS Ysuf [1253]: 53; 7 Qsal-An`±m [655]: 19 dan 78; 8 al-Zukhruf [4363]: 26. Sedangkan 20 ayat madaniah ialah: 1 QS al-Baqarah [287]: 54 disebut 2 kali; 166, 167 disebut 2
kali; 2 QS al-Anf±l [888]:48; 3 QS ²li Imr±n [389]: 49; 4 QS al-A¥z±b [3290]: 69; 5 QS al- Mumta¥inah [6091: 4; 6 QS al-Nis± [492]: 112; 7 QS al-¦ad³d [5794]: 22; 8 QS al-Bayyinah
[98100]: 6; 9 QS al-¦asyr [591001]: 16 dan 24; 10 QS al-Nr [24102]: 26; 11 QS al-M±idah [5112]: 110; 12 QS al-Taubah [9113]: 1,3 dan 114. Lihat Mu¥ammad Fu±d `Abd al-B±q³, h. 148-149. dan
lampiran Konversi. Penelusuran makna terhadap 31 term burah tersebut menunjukkan bahwa di antara ayat-ayat tersebut terdapat 7 term yang mengandung makna penciptaan maupun kejadian dan 24
lainnya mengandung arti keterlepasan maupun kesembuhan.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
114
tanda mu`jizat dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku
menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda kebenaran kerasulanku bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman
.
Dan aku datang kepadamu membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah
diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda mu`jizat dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada
Allah dan ta`atlah kepadaku QS. Ali Imr±n[389] :49-50.
ْذِ إ
َل ﺎَ ﻗ
ُﱠﷲ ﻰَﺴ
ﯿِ ﻋﺎَﯾ َﻦ
ْﺑ ا َﻢَﯾْﺮَﻣ
ْﺮ ُﻛ ْ ذا
ﻲ ِﺘَﻤ ْﻌِﻧ َﻚ
ْﯿ َﻠَﻋ ﻰﻠَﻋَ
و َﻚ
ِﺗ َﺪِﻟاَو ْذِ
إ َﻚ
ُﺗ ْﺪﱠﯾَأ ِحوُ ﺮِﺑ
ِس ُ ﺪ ُﻘْﻟا
ُﻢﱢﻠَﻜُﺗ َس
ﺎﱠ ﻨﻟا ﻲِﻓ
ِﺪْﮭَﻤْﻟا ً ﻼ
ْﮭ َﻛَو ْذِ
إَو َﻚ
ُﺘ ْﻤﱠﻠَﻋ َب
ﺎَ ﺘِﻜْﻟا َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟ
اَ و َةاَرْﻮﱠ
ﺘﻟ اَو ْﻧِْﻹ
اَ و َﻞ
ﯿِ ﺠ ْذِ
إَو ُﻖ
ُﻠ ْﺨَﺗ َﻦ
ِﻣ ِﻦ
ﯿﱢ ﻄ ﻟا
ِﺔَﺌْﯿَﮭَﻛ ِﺮْﯿ ﱠﻄﻟا
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ُﺦ
ُﻔ ْ ﻨَﺘَﻓ ﺎَﮭﯿِﻓ
ُن ﻮُﻜَﺘَﻓ
اًﺮ ْﯿ َط
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ُئ
ِﺮ ْﺒُﺗ َو َﮫَﻤْﻛَْ ﻷا
َص َﺮ ْﺑَْ ﻷاَو
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ْذِ
إَو ُج
ِﺮْﺨُﺗ ﻰَﺗْﻮَﻤْﻟا
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ْذِ
إَو ُﺖْﻔ َ ﻔَﻛ
ﻲِﻨَﺑ َﻞ
ﯿِ ﺋاَﺮْﺳِإ َﻚ
ْﻨ َﻋ ْذِ
إ ْﻢُﮭَﺘْﺌ ِﺟ
ِت ﺎَ ﻨﱢﯿَﺒْﻟﺎِﺑ
َل ﺎَ ﻘَﻓ
َﻦ ﯾِ ﺬﱠﻟا
اوُﺮَ ﻔَ ﻛ
ْﻢُﮭْﻨِﻣ ْن
ِإ اَﺬَھ
ﱠ ﻻ ِإ
ٌﺮ ْﺤِﺳ
ٌﻦ ﯿِ ﺒُﻣ
110
Ingatlah, ketika Allah mengatakan: Hai `Isa putra Maryam, ingatlah ni`mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan ingatlah di waktu
Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula di waktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa
burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku. Dan ingatlah,
waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ingatlah di
waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil
dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
115
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata
al-M±idah[5112]: 110.
Uraian makna tentang bur’ah dan penunjukan beberapa ayat yang terkait dengannya dapat ditegaskan bahwa kata bur’ah ini dapat diartikan sebagai
penyembuhan terhadap suatu penyakit, baik fisik maupun psikis. Bahkan kalau mencermati dua ayat di atas menunjukkan bahwa tingkat penyembuhannya itu
tergolong istimewa, luar biasa dan sangat menakjubkan. b. Sal±mah
Term syif±’ selain menunjuk pada proses dan perangkat tekniknya juga merujuk pada hasil yang diperolehnya, yaitu terhindar dari suatu penyakit
ﺔﻣﻼﺴﻟ ا ﻦﻣ
ﻢﻘﺴﻟ ا -
. Esensi term sal±mah maupun keselamatan yang dimaksud sangat terkait dengan
eksistensi diri Nabi Ibrahim dan wujud permohonannya kepada Allah swt sejak dalam kehidupannya hingga di hari kebangkitan. Kata tersebut terkait dengan QS al-¢aff±t
[37]:83-84 dan QS as-Syu’ar±’ ayat 87- 90 sebagai berikut.
ﱠن ِإ َو
ْﻦِﻣ ِﮫِﺘَﻌﯿِﺷ
َﻢﯿِھاَﺮْﺑَِ ﻹ 83
ْذِ إ
َءﺎَ ﺟ ُﮫﱠﺑَر
ٍﺐْﻠ َ ﻘِﺑ ٍﻢﯿِﻠَﺳ
84
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termsuk golongannya Nuh. Ingatlah ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci QS
al-¢aff±t [37]:83-84.
Kata salim
ﻢﯿﻠﺳ
yang mensifati qalb
ﺐﻠﻗ
pada mulanya berarti selamat yakni terhindar dari kekurangan dan bencana, baik lahir maupun batin. Sedang kata qalb
hati dapat dipahami dalam arti wadah atau alat meraih pengetahuan. Kalbu yang bersifat salim adalah yang terpelihara kesucian fitrahnya, yakni yang pemiliknya
mempertahankan keyakinan tauhid, serta selalu cenderung kepada kebenaran dan kebajikan. Kalbu yang salim adalah kalbu yang tidak sakit, sehingga pemiliknya
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
116
senantiasa merasa tenang, terhindar dari keraguan dan kebimbangan, tidak juga dipenuhi sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme buta, loba, kikir dan sifat-sifat buruk
yang lain. Mengenai penyakit ini, Allah swt menegaskan: “Apakah dalam hati mereka ada penyakit atau mereka ragu-ragu ataukah takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya
berlaku dhalim kepada mereka ? Sebenarnya mereka itulah orang-orang yang dzalim QS an-Nr [24]: 50.
185
Sedangkan, term sal³m
ﻢﯿﻠﺳ
yang lain disebutkan dalam QS al- Syu`ar±’ [2647]: 78-91 sebagai berikut.
َﻻ َو
ﻲ ِﻧِﺰ ْﺨُﺗ َمْﻮَﯾ
َن ﻮُ ﺜَ ﻌْﺒُﯾ
87 َمْﻮَﯾ
َﻻ ُﻊَﻔْﻨَﯾ
ٌل ﺎَ ﻣ
َﻻ َو
َن ﻮُ ﻨَ ﺑ
88 ﱠ ﻻ
ِإ ْﻦ
َﻣ ﻰَﺗَأ
َﱠﷲ ٍﺐْﻠ َ ﻘِﺑ
ِﻠَﺳ ٍﻢﯿ
89 ِﺖ
َﻔ ِﻟْزُأَو ُﺔﱠﻨَﺠْ
ﻟ ا َﻦ
ﯿِ ﻘﱠﺘُﻤْﻠِﻟ 90
ِت َز ﱢﺮ
ُﺑ َو ُﻢﯿِﺤَﺠ
ْﻟا َﻦ
ﯾِ وﺎَﻐْﻠ ِﻟ 91
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa dan
diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat QS Al-Syu`ar±’ [2647]: 78-91.
Dua ayat yang di dalamnya mengandung kata sal³m tersebut dapat dijadikan rujukan bahwa makna kesehatan –
ﺔﻣﻼﺳ
menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam diri manusia sejak dari awal kehidupan hingga di hari kebangkitan. Oleh karena itu
term sal±mah dapat diidentikkan dengan syif±’.
3. Hubungan Syif±’ dengan Term Lainnya
185
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.10, h. 81-82. Teks ayat yang dimaksud pada QS an- Nr [24]: 50 ialah:
ﻲﻓأ ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ
ضﺮﻣ مأ
اﻮﺑﺎﺗرا مأ
نﻮﻓﺎﺨﯾ نأ
ﻒﯿﺤﯾ ﷲ
ﻢﮭﯿﻠﻋ ﮫﻟﻮﺳرو
ﻞﺑ ﻚﺌﻟوأ
ﻢھ نﻮﻤﻟﺎﻈﻟ ا
50
- Apakah ketidak datangan mereka itu karena dalam hati mereka ada penyakit, atau karena mereka ragu-ragu ataukah karena takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim
kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
117
Secara etimologis, baik syif± maupun syaf± keduanya sama-sama berakar dari susunan huruf yang terdiri dari syin, fa dan harf al-mu`tal yang pada dasarnya berarti
mengungguli sesuatu atau sesuatu yang mengalahkan pada yang lain.
186
Harf al-mu`tal pada akhir kata tersebut ternyata mengundang perbedaan makna dalam
penggunaannya. Pertama, akar kata tersebut pada dasarnya tersusun dari huruf-huruf
ش -
ف -
ى
dengan pola perubahannya
ﻰﻔﺷ -
ﻰﻔﺸﯾ -
ءﺎﻔﺷ
dalam pengertian obat yang terkenal,
د ءاو
فوﺮﻌﻣ ﻮھو
ﺎﻣ ئﺮﺒﯾ
ﻦﻣ ﻢﻘﺴﻟا
obat terkenal yang dapat menyembuhkan penyakit.
187
Kedua, akar kata tersebut pada dasarnya tersusun dari huruf-huruf
ش -
ف -
و
yang dalam penggunaannya terbentuk kata
ﺎﻔﺷ
dalam arti pinggir, tepi, melebihi batas atau sesuatu yang berada di ambang kehancuran.
188
Penggunaan kata yang dapat dikategorikan kelompok pertama ini antara lain terdapat dalam QS al-Syu`ar±’ [2647]: 80 dan QS Al-Isr±’ [1750]: 82
اَذِإَو ُﺖْﺿ ِﺮَﻣ
َﻮُﮭَﻓ ِﻦ
ﯿِ ﻔْﺸ َﯾ
ﺮﻌﺸﻟا ءا
: 80
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku QS al-Syu’ar±’ [2647]: 80
ُل ﱢﺰ َﻨُﻧَو
َﻦِﻣ ِن
اَ ءْﺮ ُﻘْ ﻟا
ﺎ َﻣ َﻮُھ
ٌءﺎَ ﻔِ ﺷ ٌﺔَﻤْﺣ
َ رَو َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ َﻻ
َو ُﺪﯾِﺰَﯾ
َﻦ ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا
ﱠ ﻻ ِإ
َﺴَﺧ اًر
ﺎ ءاﺮﺳﻹا
: 82
186
Kata ini disebut al-syif± karena ia telah mengalahkan penyakit dan mengunggulinya Lihat Abi al-¦usain Ahmad Bin F±ris ibn Zakaria, Mu`jam Maq±yis al-Lughah, dengan ta¥q³q `Abd al-Sal±m
Mu¥ammad H±run Beirut: D±r al-Fikr, tth. Jilid 3, h. 199
187
Lihat Jam±ludd³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±r³ w.711 Lis±n al-`Arab al- D±r al-Mi¡riyyah, tth, Jus 19, 167. Menurut al-Suyuthi, obat itu sendiri sesungguhnya adalah pengobatan.
Lihat Jal±luddin Abdurrahman al-Suyuthi, Pengobatan Cara Nabi Saw yang diterjemahkan dari buku aslinya As-Suyuthis Medicine of the Prophet. oleh Luqman Hakim dan Ahsin Muhammad Bandung:
Pustaka Hidayah, 1997, h. 169
188
Lihat Ibnu Man§r, Lis±n al-`Arab, h. 167. Bandingkan dengan Jal±ludd³n Mu¥ammad ibn Mukarram ibn Man§r al-An¡±ri w.711 Lis±n al-Lis±n: Tah©b Lis±n al-Arab Beirt: D±r al-Kutb al-
Ilmiah, Jus I, h. 683.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
118
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian QS. Al-Isr±’ [1750]: 82
Sedangkan penggunaan pola kata yang dapat dikategorikan kelompok kedua ini diulang 2 kali dalam Al-Quran, yaitu: QS Ali-Imr±n [287]: 103 dan al-Taubah
[9113]: 109.
اﻮُﻤِﺼ َ ﺘْﻋا َو
ِﻞْﺒ َﺤِﺑ ِﱠﷲ
ﺎًﻌﯿِﻤَﺟ َﻻ
َو اﻮُﻗﱠﺮ
َ ﻔَﺗ اوُﺮُ
ﻛْ ذاَو َﺔَﻤ ْﻌِﻧ
ِﱠﷲ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ
ْذِ إ
ُﺘْﻨُﻛ ْﻢ
ًءاَﺪْﻋَ أ
َﻒ ﱠﻟ َ ﺄَﻓ
َﻦ ْﯿ َﺑ
ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ ْﻢُﺘْﺤَ
ﺒ ْﺻ َﺄ َﻓ
ِﮫِﺘَﻤْﻌِﻨِﺑ ﺎًﻧاَﻮْﺧ
ِ إ ْﻢُﺘْﻨُﻛَو
ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻔَﺷ
ٍةَﺮْﻔُﺣ َﻦ
ِﻣ ِرﺎﱠ ﻨﻟا
ْﻢُﻛ َ ﺬَﻘ ْ ﻧَﺄ َﻓ ﺎَﮭْﻨِ ﻣ
َﻚِﻟ َﺬَﻛ ُﻦ
ﱢﯿ َﺒُﯾ ُﱠﷲ
ْﻢُﻜ َ ﻟ ِﮫِﺗﺎَﯾاَء
ْﻢُﻜ ﱠ ﻠَﻌ َ ﻟ َن
وُ ﺪَ ﺘْﮭَﺗ لأ
ناﺮﻤﻋ :
103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk QS. Ali Imr±n [389]: 103.
ْﻦ َﻤ َﻓَأ
َﺲ ﱠﺳ َأ
َﯿْﻨُ ﺑ ُﮫَﻧﺎ
ﻰ َ ﻠَﻋ ىَﻮْﻘَ ﺗ
َﻦِﻣ ِﱠﷲ
ٍن اَ ﻮْﺿ
ِرَو ٌﺮ
ْﯿ َﺧ ْمَأ
ْﻦ َﻣ
َﺲ ﱠﺳ َأ
ُﮫَﻧﺎَﯿْﻨُﺑ ﻰَﻠَﻋ
ﺎ َﻔَﺷ ٍف
ُﺮ ُﺟ ٍرﺎَ ھ
َر ﺎَ ﮭْﻧﺎَﻓ
ِﮫِﺑ ﻲ ِﻓ
ِرﺎَ ﻧ َﻢﱠﻨَ ﮭَﺟ
ُﱠﷲَ و
َﻻ يِﺪْﮭَﯾ
َمْﻮَﻘْﻟا َﻦ
ﯿِ ﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا ﺔﺑﻮﺘ ﻟا
: 109
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan Nya itu yang baik, ataukah orang-
orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim QS al-Taubah [9113]: 109.
Apabila ditelaah secara seksama tentang term syif±’ dan syaf± maka keduanya sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah penyakit dan penyembuhannya. Jika
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
119
syif±’ lebih menekankan pada penyembuhan terhadap penyakit, maka syaf± lebih cenderung pada bentuk penyakitnya. Penyakit yang terkait dengan syaf± dapat
dikatakan sebagai tingkat yang sangat kronis, suatu penyakit yang sudah di ambang kehancuran dan jauh melebihi batas keseimbangan jiwa manusia maupun masyarakat.
Baik secara fisik maupun psikis. Penyakit yang tergolong kronis ini, sebagaimana kandungan makna dalam QS Ali Imr±n: 103. Tingkat penyembuhan terhadap syaf± ini
tidak cukup hanya dengan syif±’, melainkan dengan tanqidziyah penyelamatan sebagaimana diisayatkan dalam ayat tersebut yang menggunakan redaksi
ﺬ ﻘ ﻧ ﺄ ﻓ ﻢ ﻛ
ﺎﮭﻨﻣ
Allah menyelamatkan kamu dari padanya, yakni dengan jalan mengikuti agama Islam. Jika penyakit kronis tersebut memang benar-benar tidak dapat diselamatkan
sungguhpun melalui upaya-upaya maksimal, maka hal itu dapat dimungkinkan akibat kuatnya prilaku kedhaliman, sehingga petunjuk atau hidayah sudah benar-benar tidak
siap untuk diterimanya, karena hatinya telah tertutup oleh kedlaimannya sebagaimana diisyaratkan pada penghujung surah al-Taubah [9113]: 109.
Dengan demikian, uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hugungan di antara term syif±’ dan syaf± adalah kesamaan dalam mengungguli segala sesuatu, atau sesuatu
yang dapat mengalahkan yang lain. Segala sesuatu dikatakan syif±’, karena ia telah mengungguli atau mengalahkan penyakit. Dan segala sesuatu dikatakan syaf±, karena
ia telah mengungguli atau mengalahkan kebaikan sehingga jauh melewati batas kebaikan dan masuk pada wilayah penderitaan.
Selain di atas, term syif±’ juga identik dengan bur’ah. Keduanya ini mempunyai kesamaan makna dalam penyembuhan suatu penyakit. Akan tetapi kalau diperhatikan
pada beberapa ayat Al-Qur’an yang terkait dengan bur’ah yang berarti penyembuhan, maka penyembuhan dengan term bur’ah lebih khusus bila dibanding dengan syif±’.
Kekhususan penyembuhan dengan term bur’ah ini antara lain dapat didasarkan pada QS Ali Imr±n [389] : 49 dan al-Maidah [5112]: 110. Kedua ayat ini antara lain
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
120
SEHAT
SELAMAT SEMBUH
menjelaskan penyembuhan Nabi Isa as. Dengan demikian, Term syif±’ dan bur’ah adalah mempunyai kesamaan dalam penyembuhan suatu penyakit. Hanya saja kalau syif±’
lebih menekannkan pada penyembuhan secara umum, sedangkan bur’ah lebih menekankan pada proses penyembuhan secara khusus.
Term syif± dengan sal±mah selain berorientasi pada kesamaan makna juga terdapat perbedaan. Dalam hal ini syif± dan sal±mah berkutat pada masalah kesembuhan dari
suatu penyakit. Apabila ditelaah secara seksama tentang term syif±’ dan sal±mah maka keduanya sangat berbeda dalam bentuk penyembuhannya. Jika syif±’ lebih
menekankan pada proses penyembuhan terhadap suatu penyakit, maka sal±mah lebih menekankan pada hasil penyembuhannya.
Berdasarkan penjelaasan terhadap term syif±’, bur’ah dan sal±mah dalam Al- Qur’an sebagaimana tersebut di atas dapat diambil suatu pemahaman sebagai
keterkaitan syif± dengan term lainnya melalui alur dan kerangka berpikir sebagai berikut.
SYIF²
BUR’AH
SAL²MAH
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
121
Keterkaitan syif± dengan dua term lainnya di atas, menunjukkan bahwa
keberadaan syif±’ merupakan tahap awal dalam proses penyembuhan dari berbagai penyakit, kemudian kesembuhan tersebut meningkat secara total pada tataran burah
yang dapat disebut sebagai sehat lahir batin dan pada tahap selanjutnya terfokus pada
peringkat sal±mah yang dapat disebut sebagai keselamatan duniawiah maupun
ukhrawiyah. Dengar kata lain bahwa syif±’ menuju bur’ah menunjukkan arah kesembuhan.
Sedangkan burah menunju salamah Syif±’ menuju sal±mah menunjukkan arah kesehatan. Jika syaf± sakit semakin jauh dengan syif±’ obat, maka tingkat penyakit
semakin parah. Sebaliknya, jika sakit lebih dekat pada syif± maupun upaya penyembuhan, maka tingkat penyakit akan semakin rendah. Jika syif±’ lebih dekat
dengan bur’ah maupun kesembuhan, maka tingkat kesehatan maupun keselamatannya semakit sempurna. Tetapi sebaliknya, jika syif±’ bertambah lebih jauh dengan bur’ah,
maka semakin rendah tingkat kesehatannya. Kerangka berpikir di atas juga dapat dipahami, bahwa syaf± sakit merupakan
lawan dari sal±mah sehat, Karena syaf± berada pada posisi sakit, sedangkan sal±mah berada pada posisi sehat. Dalam pada itu, burah berada di antara syaf± sakit dan
sal±mah sehat yang eksistensi dan esensi dirinya adalah selaras dengan syif± yang antara lain berfungsi sebagai penyembuhan dari suatu penyakit menuju kesehatan
secara sempurna.
C. Klasifikasi Sasaran Syif±’ dan Macam-macam Sakit