PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
161
BAB IV SYIF²’ DALAM TAFSIR MAF²T´¦ AL-GHAIB AL-R²Z´
A. Eksistensi Syif± , Makna dan Sasarannya
1. Eksistensi Syif±’
Keberadaan syif±’ dalam tafsir al-R±z³ ditemukan di berbagai tempat dengan kedudukan yang berbeda antara yang satu dengan lainnya sesuai dengan
permasalahannya masing-masing. Syif±’ dalam tafsir al-R±z³ selain tersebut pada 6 ayat yang dimaksud dalam kajian ini, juga disebut sebagai nama lain dari Surah
al-F±ti¥ah, maupun nama lain dari Al-Quran.
243
Term syif±’ dalam kajian ini menggunakan bentuk nakirah indefinite,
244
bukan dalam bentuk ma`rifah definite sebagaimana yang sering digunakan oleh al-R±zi ketika menjelaskan
ayat-ayat Al-Quran maupun hadis Nabi saw. Hal ini dilakukan karena beberapa
243
Penggunaan kata syif±’ dengan berbagai isytiqaq-nya diulang dalam Al-Qur’an sebanyak 6 kali. Lima di antaranya termasuk kategori makiah, yaitu: QS al-Syu`ar±’[2647]: 80;
al-Isr±’ [1750] :82; Ynus [1051]: 57; Fu¡¡ilat [4161] : 44 dan al-Na¥l [1670]: 69 dan satu ayat lainnya termasuk madaniah, yaitu: QS al-Taubah [9113]: 14. Lihat Mu¥ammad Fu±d Abd. B±q³,
al-Mu`jam al-Mufahras li Alf±§ al-Qur±n Beir- t: D±r al-Fikr, 1992, h. 488. Penomoran dalam kurung adalah: pertama, menunjuk pada urutan nomor surah berdasar mu¡¥af Usm±ni dan kedua
berdasar tertib nuz- l. Dalam hal ini lihat urutan berdasarkan tertib nuz- l surah -surah dalam Al-
Qur’an sebagaimana terdapat pada daftar konversi kronologis surah Al-Qur’an pada Mu¥ammad `Izzah Darwazah, al -Tafs³r al-¦ad³£ al-Suwar Murattabat ¦asb al-Nuz- l, Kairo: Is± al-B±b³ al-
¦alabiy, tth., h. 14-15 atau dalam Abd Mu`in Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, h.329-330.
244
Lihat misalnya Muhammad bin Yusuf yang terkenal dengan Abu ¦ayy±n al-Andal- siy w.745 H, Tafsir Al-Ba¥rul Mu¥i¯ Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiah, 1999, Jus 5 , h. 497. dan Abd
al-Hamid ibn Badis, Tafsir ibn Badis fi Majalis al-Tadzkir min Kalam al-Hakim al-Khabir Mesir: Dar al-Fikr, 1979, h 224
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
162
alasan. Pertama, semua term syif±’ dalam Al-Quran menggunakan bentuk nak³rah bukan bentuk ma`rifah, demikian pula halnya pengungkapan dalam
beberapa hadis Nabi saw. Kedua, term syif±’ dalam bentuk nak³rah yang oleh banyak kalangan dinilai sebagai keluasan kandungan makna syif±’ itu sendiri,
namun dalam hal-hal tertentu ia juga menunjuk pada makna sebagian.
245
Dalam hal ini, al-R±z³ menegaskan bahwa kemutlakan term syif± dalam Al-Quran
merupakan salah satu sebab dari keluasan makna syifa itu sendiri.
246
Ketiga, penggunaan term al-syif±’ dengan menggunakan al pada kata syif±’ dalam
tafsir al-R±zi tidak disertai dengan alasan apapun, bahkan penggunaan term al- syif±’ yang secara definit ini berarti sudah tercakup pada penggunaan term syif±’
dalam pengertian indefinit nak³rah. Oleh karena itu, penggunaan kedua term tersebut akan tetap mewarnai kajian ini agar tetap bisa dibedakan dengan tanpa
mengurangi maksud dan autentisitas kekhususan dalam Al-Quran maupun dalam tafsir al-R±z³.
245
Lihat Misalnya Mu¥ammad bin Y- suf yang terkenal dengan Ab- ¦a yy±n al-Andal- siy
w.745 H, Tafs³r Al-Ba¥rul Mu¥i¯ Beir- t: D±r al-Kutb al-Ilmiah, 1999, Jus 5 , h. 497 dan Abd al-¦am³d ibn B±d³s, Tafsir ibn B±d³s fi Maj±lis al-Ta©k³r min Kal±m al-¦ak³im al-Khab³r Mesir:
D±r al-Fikr, 1979, h 224
246
Penjelasan selengkapnya al-R±z³ mengatakan:
ﺎﻨﻠﻗ :
ﮫﻠﻌﻟ ﮫﯿﻠﻋ
مﻼﺴﻟ ا ﻢﻠﻋ
رﻮﻨﺑ ﻲﺣﻮﻟا
نأ ﻚﻟذ
ﻞﺴﻌﻟا ﺮﮭﻀﯿﺳ
ﮫﻌﻔﻧ ﺪﻌﺑ
،ﻚﻟذ ﺎﻤﻠﻓ
ﻢﻟ ﺮﮭﻈﯾ
ﮫﻌﻔﻧ ﻲﻓ
لﺎﺤﻟا ﻊﻣ
ﮫﻧأ ﮫﯿﻠﻋ
مﻼﺴﻟ ا نﺎﻛ
ﺎﻤﻟ ﺎﻋ ﮫﻧﺄﺑ
ﺮﮭﻈﯿﺳ ﮫﻌﻔ ﻧ
ﺪﻌﺑ ،ﻚﻟذ
نﺎﻛ اﺬھ
ﺎﯾرﺎ ﺟ ىﺮﺠﻣ
،بﺬﻜﻟ ا اﺬﮭﻠ ﻓ
ﺐﺒﺴﻟ ا ﻖﻠطأ
ﮫﯿﻠﻋ اﺬھ
ﻆﻔﻟا .
Nabi saw mengetahui proses kesembuhan melalui cahaya kewahyuan: bahwa sesungguhnya madu tersebut akan tampak
hasilnya setelah melalui tahapan-tahapan tertentu seperti sakit terlabih dahulu baru kemudian mencapai kesembuhan. Ketika madu itu belum tampak kemanfaatannya di kala itu, Nabi juga
tahu bahwa hal itu akan mengarah pada kesembuhan, demikian yang dimaksudkan dengan term al- ki©b, itulah sebabnya al-Quran menggunakan term syif± dalam bentuk yang mutlak. Lihat al-
R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 76.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
163
Keberadaan enam term syif± dalam Tafsir al-R±z³ yang menjadi kajian utama dalam karya ini adalah tersebar pada 6 jilid dari 17 jilid yang ada. Namun,
setelah diadakan identifikasi berdasarkan tertib nuzulnya, 6 term syif± yang keberadaannya terdapat pada 6 jilid dari 17 jilid yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. QS. al-Syu`ar±’ [2647]: 80, jilid, 12 tertulis juz 12, juz 24, h.144 2. QS. al-Isr±’ [1750]:82, jilid 11, juz 21, h. 34
3. QS. Y- nus [1051]: 57, jilid 9 tertulis Juz 9 , juz 14, h.119 4. QS. Fu¡¡ilat [4161]: 44, jilid 14, juz 27, h. 133
5. QS. al-Na¥l [1670]: 69, jilid 10 tertulis Juz 10, juz 20, h. 72 6. QS. al Taubah [9113]: 14, jilid 8 Juz 16, h. 3.
247
Di samping 6 ayat tersebut di atas, Syif±’ dalam tafsir al-R±z³ juga dinyatakan sebagai nama lain dari surah al-F±ti¥ah urutan kedelapan dari nama-
nama lainnya, sekaligus menunjukkan terhadap kemulyaan nama-nama yang disebutkan.
248
Dalam hal ini, surah al-F±ti¥ah juga dinamakan sebagai al-syif±’
247
Berdasarkan tertib nuzul, ayat-ayat Al-Quran yang tersebut pada nomor 1-5 termsuk kategori ayat makiah, dan khusus untuk nomor 6 tersebut termsuk kategori ayat makiah. Lihat
`Abd Al-B±q³, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alf±§ Al-Qur’±n, h. 488.
248
Al-Qur¯ ubiy dan Al-Zamakhsyari juga memasukkan syif±’ sebagai nama lain dari surah al-Fati¥ah dengan merujuk pada hadis Nabi saw yang antara lain mengandung makna bahwa
surah al-Fati¥ah dapat menyembuhkan segala penyakit. Dalam pada itu, Al-Qur¯ ubi bahkan
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
164
dengan didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ab- Sa`id al-Khudr³ berikut.
ﻢﺳﻹا ﻦﻣﺎﺜﻟا
، ءﺎﻔﺸﻟ ا
. ﻦﻋ
ﻲﺑأ ﺪﯿﻌﺳ
يرﺪﺨﻟ ا لﺎﻗ
: لﺎﻗ
لﻮﺳر ﷲ
ﻰﻠﺻ ﷲ
ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو
: ﺔﺤﺗﺎﻓ
بﺎﺘﻜﻟا ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ﻞﻛ
،ﻢﺳ ﺮﻣو
ﺾﻌﺑ ﺔﺑﺎﺤﺻ
ﻞﺟﺮﺑ عوﺮﺼﻣ
ءاﺮﻘﻓ هﺬھ
ةرﻮﺴﻟ ا ﻲﻓ
ﮫﻧذأ ءىﺮﺒﻓ
ﻛﺬﻓ هوﺮ
لﻮﺳﺮﻟ ﷲ
ﻰﻠﺻ ﷲ
ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو
لﺎﻘﻓ :
ﻲھ مأ
،نأﺮﻘﻟا ﻲھو
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ﻞﻛ ءاد
.
249
Nama lain dari surah al-F±ti¥ah yang kedelapan ialah:al-syif±’. Diriwayatkan dari Sa`³d al-Khudr³ berkata: Rasulullah
saw bersabda: Pembuka al-Kit±b adalah syif±’ penawar dari segala
racun. Sebagian sahabat pernah berjalan dengan kaki yang bengkak, kemudian surah al-F±ti¥ah ini dibaca pada telinganya kemudian
dapat sembuh. Demikian ini kemudian diceritakan kepada Nabi Muhammad saw. seraya bersabda: Surah al-F±ti¥ah adalah induk
Al-Quran, dan syif±’ obat bagi tiap-tiap penyakit.
250
menyatakan bahwa inti Al-Qur’an adalah surah al-F±ti¥ah, dan inti surah al-F±ti¥ah adalah Basmalah. Karena itu ia mengatakan: jika engkau sakit, obatilah dengan surah al-F±ti¥ah, maka
penyakit itu dapat disembuhkan dengannya. Di samping itu, Al-Qur’an juga menginformasikan bahwa syif±’ erat kaitannya dengan minuman sejenis madu, yang berfungsi sebagai obat bagi
sekelompok orang yang mau berpikir dari beberapa penyakitnya. Lihat Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshariy al-Qur¯ ubiy, Al-Jami` li -A¥k±m al-Qur’an Kairo: D±r al-Kitab al-
`Arabiy: 1967, Jus I, h.112-113 dan Abu al-Qasim J±rullah Ma¥m- d bin Umar al-Zamakhsyariy al-Khawarazmiy 467-538
Al-Kasy±f `an ¦aq±iq al-Tanzi³ wa `Uy- n al-Aqaw±l fi Wuj- h al- Ta’wi³ Beir- t: D±r al-Ma`rifah, tth, Jus I, h. 23-24
249
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 182. Secara berurutan, nama-nama lain dari surah al-F±ti¥ah disebutkan 12 nama, yaitu: 1 F±ti¥at al-Kit±b, 2 Surat al-¦amd, 3 Umm al-
Qur±n, 4 al-Sab` al-Ma£±n³, 5 al-W±fiyah, 6 al-K±fiyah, 7 al-As±s, 8 al-Syif±, 9 al- ¢al±h, 10 al-Su±l, 11 Surat al-Syukr, 12 Surat al-Du`±. Lihat h. 179-183.
250
Teks maupun kedudukan hadis dalam tafsir al-R±z³ tersebut tidak ditemukan pada sembilan maupun 14 kitab-kitab hadis beserta syarahnya. Penulis hanya mendapatkan sumber
hadis riwayat al-D±rimim³ dari Abd al-Malik Ibn `Umar dengan kedudukan hadis marfu’, mursal dengan satu sanad. Hadis yang dimaksud menjelaskan bahwa surah al-F±ti¥ah adalah obat dari
segala penyakit. Sedangkan kontektualisasi, rasionalisasi maupun filosofi dari bacaan surah al- F±ti¥ah dapat menyembuhkan penyakit fisik adalah sejalan dengan penjelasan al-R±z³ dalam
tafsirnya Jilid 11, Jus 21, h. 33-35. Menurutnya, Surah al-F±ti¥ah maupun ayat-ayat Al-Qur’an
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
165
Pengungkapan syif±’ yang digunakan oleh al-R±z³ sebagai nama lain dari surah al-F±ti¥ah tersebut adalah didasarkan pada hadis Nabi saw dari Ab- Sa`³d
al-Khudr³. Pemberian nama ini sejalan dengan alasan al-Zamakhsyari yang menegaskan kenapa surah al-F±tihah dinamakan “surat al-syif±’ dan al-
sy±fiyah ”? Karena hal ini benar-benar sesuai dengan hadis yang pada
kenyataannya memang dapat menyembuhkan segala penyakit.
251
Term syif±’ dalam hadis juga dikemukakan sebagai dasar dalam menjelaskan keutamaan surah
al- F±ti¥ah sebagai berikut. ﻦﻋ
ﻲﺑأ ﺪﯿﻌﺳ
يرﺪﺨﻟ ا ﻦﻋ
ﻲﺒﻨﻟا ﻰﻠﺻ
ﷲ ﮫﯿﻠﻋ
ﻢﻠﺳو أ
ﮫﻧ لﺎﻗ
: ﺔﺤﺗ ﺎﻓ
بﺎﺘﻜﻟ ا ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ،ﻢﺴﻟا
ﻦﻋو ﺔﻔﯾﺬﺣ
ﻦﺑ نﺎﻤﯿﻟا
لﺎﻗ :
لﺎﻗ لﻮﺳر
ﷲ ﻰﻠﺻ
ﷲ ﮫﯿﻠﻋ
ﻢﻠﺳو :
نأ مﻮﻘﻟا
ﺚﻌﺒﯿﻟ ﷲ
dalam menyembuhkan penyakit ruhaniyah memang sudah jelas. Namun lebih dari itu ia juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani dengan dua alasan: Pertama, karena dengan tabbarruk membaca
Al-Quran bisa menangkal berbagai penyakit. Kedua, ketika mayoritas para ahli filsafat dan ahli perdukunan mengakui bahwa bacaan mantra yang tidak diketahui artinya dan jimat yang sama
sekali tidak bisa dipahami adalah mempunyai pengaruh yang besar dalam memberikan manfaat dan menangkal kerusakan. Apalagi membaca al-Qur±n al-`A«³m yang di situ mengandung
sebutan keagungan Allah dan menghormati malaikat muqarrab³n, serta menyebutkan penghinaan terhadap setan, sudah barang tentu hal ini akan menjadi sebab tercapainya kemanfaatan agama dan
dunia. Keterangan tersebut dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:
ﻦﻣ ﻢﻟ
ﻒﺸﺘ ﺴﯾ نأﺮﻘﻟﺎﺑ
ﻼﻓ هﺎﻔﺷ
ﷲ ﻰﻟﺎﻌﺗ
Barang siapa yang tidak berobat dengan Al-Quran maka Allah swt tidak akan menyembuhkannya. Lihat al-R±z³ Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 33-35. Al-
D±rimi dalam kitab Fa«±il al-Quran dengan nomor hadis 3336 meriwayatkan sebuah hadis dari Abd al-Malik Ibnu Umar sebagai berikut.
ْﻦ َﻋ
ِﺪْﺒَﻋ ِﻚ
ِﻠ َﻤْﻟا ِﻦ
ْ ﺑ ٍﺮْﯿ َﻤُﻋ
َل ﺎَ ﻗ
َل ﺎَ ﻗ
ُل ﻮُﺳَر
ِﱠﷲ ﻰﱠ ﻠَﺻ
ُﱠﷲ ْ ﯿَﻠَﻋ
ِﮫ َﻢﱠﻠَ ﺳَ
و ﻲِﻓ
ِﺔَﺤِﺗﺎَﻓ ِب
ﺎَ ﺘِﻜْﻟا ٌءﺎَﻔِﺷ
ْﻦ ِﻣ
ﱢﻞ ُﻛ
ٍءاَد هاور
ﻲﻣراﺪﻟا
Dari Abd al-Malik ibn `Umar berkata: Rasulullah saw bersabda: di dalam Pembukaan Al-Kit±b Surat al-F±ti¥ah mengandung obat dari
semua penyakit.
251
Lihat Ab³ al-Q±sim J±rull±h Ma¥m- d bin `Umar al-Zamakhsyariy al-Khawarazmiy 467-538, Al-Kasysy±f `an ¦aq±iq al-Tanz³l wa `Uy- n al-Aq±w³l fi Wuj- h al-Ta’w³l, Beir- t: D±r
al-Ma`rifah, tth, h. 23.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
166
ﻢﮭﯿﻠﻋ باﺬﻌﻟا
ﺎﻤﺘﺣ ًﺎﯿﻀ
ﻘﻣ ءاﺮﻘﯿﻓ
ﻲﺒﺻ ﻦﻣ
ﻢﮭﻧﺎﯿﺒﺻ ﻲﻓ
ﺐﺘﻜﻤﻟ ا ﺪﻤﺤﻟ ا
بر ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟ ا
ﮫﻌﻤﺴﯿﻓ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻊﻓﺮﯿﻓ
ﻢﮭﻨﻋ ﮫﺒﺒﺴﺑ
باﺬﻌﻟا ﻦﯿﻌﺑرأ
ﺔﻨﺳ ...
252
Dari Ab- Sa`³d al-Khudriy dari Nabi Saw bersabda: Pembuka al- Kit±b Surah al-F±ti¥ah adalah syif± penawar racun. Dari
¦u©aifah ibn al-Yam±n berkata: Rasulullah saw bersabda: Ada suatu kaum yang sudah dipastikan akan memperoleh siksaan dari
Allah swt. Maka ada seorang anak kecil dari anak-anak mereka yang membaca dalam Al-Quran
ﺪﻤﺤﻟ ا بر
ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟ ا , kemudian Allah swt
mendengarnya, maka dengan sebab bacaan itulah dapat menghapuskan siksaan selama empat puluh tahun
Hadis riwayat al-Khudr³ yang digunakan oleh al-R±z³ sebagai rujukan dalam menjelaskan keutamaan surah al-F±ti¥ah tersebut tampak dengan jelas
bahwa keduanya adalah sama-sama menggunakan term syif±’ dalam bentuk nakirah indefinit. Dalam hal ini, hadis pertama menggunakan redaksi: ﺔﺤﺗ ﺎﻓ
بﺎﺘﻜﻟا ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ﻞﻛ
ﻢﺳ , sedangkan hadis kedua menggunakan redaksi
ﺔﺤﺗﺎﻓ بﺎﺘﻜﻟا
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ﻢﺴﻟ ا . Berbeda halnya dengan ungkapan yang digunakan oleh al-R±z³ yang pada umumnya adalah menggunakan sebutan al-syif±’ dalam bentuk ma`rifah dan
bukan nakirah. Lebih lanjut al-R±z³ mengatakan.
لﻮﻗأو :
ضاﺮﻣﻷا ﺎﮭﻨﻣ
،ﺔﯿﻧﺎﺣور ﺎﮭﻨﻣو
ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺟ .
ﻞﯿﻟﺪﻟاو ﮫﯿﻠﻋ
ﮫﻧأ ﺎﻌﺗ
ﻰﻟ ﻲﻤﺳ
ﺮﻔﻜﻟا ًﺎﺿ
ﺮﻣ لﺎﻘﻓ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻲﻓ
ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ ضﺮﻣ
هﺬھو ةرﻮﺴﻟا
ﺔﻠﻤﺘﺸﻣ ﻰﻠﻋ
ﺔﻓﺮﻌﻣ لﻮﺻﻷا
عوﺮﻔﻟاو ،تﺎﻔﺷﺎﻜﻤﻟاو
ﻲﮭﻓ ﻲﻓ
ﺔﻘﯿﻘﺤﻟا ﺐﺒﺳ
لﻮﺼﺤﻟ ءﺎﻔﺸﻟا
ﻲﻓ هﺬھ
تﺎﻣﺎﻘﻤﻟا ﺔﺛﻼﺜﻟا
.
253
Saya mengatakan: macam-macam penyakit itu antara lain penyakit ruhani dan jasmani. Buktinya adalah firman Allah swt yang
menyebutkan bahwa kufr adalah sebuah penyakit. Allah swt
252
Lihat al-R±zi, Tafsir, Jilid 1, Jus 1, h. 184.
253
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 182 Ayat Al-Quran yang dimaksud adalah QS al-Baqarah [2]: 10.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
167
berfirman: ﻲﻓ
ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ ضﺮﻣ
-dalam hati mereka ada penyakit. Surah al- F±ti¥ah ini mengandung pengetahuan tentang u¡- l akidah, fur- `
ibadah dan muk±syaf±t tasawuf.
254
Surah al-F±ti¥ah ini pada hakekatnya menjadi sebab tercapainya al-syif±’ kesembuhan pada
tiga tingkatan yang dimaksud.
Al-R±z³ menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu u¡- l ialah pengetahuan manusia yang terkait dengan ªat Allah, Sifat-sifat dan Perbuatan-
Nya, termasuk di dalamnya adalah berkaitan dengan pujian terhadap Allah swt dengan lisan maupun ucapan. Ilmu fur- ` ialah pengetahuan manusia terhadap
hukum-hukum Allah dan hukum-hukum yang diberlakukan kepadanya, termasuk di dalamnya kesibukan manusia dalam berkhidmah dan beribadah. Sedangkan
ilmu muk±syaf±t ialah pengetahuan manusia tentang upaya penyucian batin dan pengungkapannya dengan berbagai cahaya r- ¥±niyah dan muk±syafat il±hiyah.
Tingkatan ketiga ini kemudian dibeberkan menjadi tiga macam: Pertama, tercapainya hidayah pencerahan dalam hati, sebagaimana terkandung pada ayat
ﺎﻧﺪھإ طاﺮﺼ
ﻟ ا ﻢﯿﻘﺘﺴﻤ ﻟ ا
. Kedua, terealisirnya segala amal perbuatan kepada Allah swt pada tingkatan orang-orang yang baik, suci dan memperoleh nikmat dari Allah
swt dengan berbagai keagungan yang suci dan kepuasan il±hiyah, sehingga r- ¥- r- ¥yang suci itu dapat memberikan sinar pada yang lain bagaikan cermin yang
dapat memantulkan cahaya sehingga dapat menerangi yang lain. Ketiga, terciptanya eksistensi diri yang selalu siaga agar terhindar dari berbagai bentuk
dorongan dan mara bahaya nafsu syahwat sebagaimana terkandung pada ayat بﻮﻀ
ﻐﻤ ﻟ ا ﺮﯿﻏ ﻢﮭﯿﻠﻋ
dan terhindar pula dari berbagai tindakan yang meragukan, sebagaimana terkandung pada ayat
ﻻو ﻦﯿﻟﺎﻀ
ﻟ ا . Dengan demikian surah al-F±ti¥ah
254
Pada kesempatan lain al-R±zi menyatakan bahwa pengetahuan tentang u¡- lharus di dahulukan daripada pengetahuan tentang fur- `. Pengetahuan tentang u¡- l ini merupakan pokok-
pokok dalam Islam yang berintikan pada tiga aspek, yaitu: berkaitan dengan tauhid, kenabian, dan hari pembalasan. Lihat al-R±zi, `Aj±ib al-Quran Beir- t: D±r al-Kutb al-Ilmiyah, 1984, h. 7-9.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
168
ini mengandung rahasia yang luar biasa sebagai bentuk kemulyaan yang paling terhormat. Oleh karena itu, sangat tepat bila surah al-F±ti¥ah ini disebut sebagai
induk Al-Quran.
255
Penyebutan tiga istilah u¡- l akidah, fur- ` ibadah dan muk±syaf±t tasawuf sebagaimana disebutkan al-R±zi di atas adalah semakna
tapi berbeda sebutan dengan beberapa istilah yang digunakan oleh al-Zarkasyi dalam karyanya ketika menjelaskan kandungan al-F±ti¥ah dengan tiga istilah,
yaitu al-Tauh³d yang terkandung pada awal surah hingga مﻮﯾ
ﻦﯾﺪﻟا -yaumidd³n; al-
A¥k±m tercermin pada ayat ﻚﯾإ
ﺪﺒﻌﻧ كﺎﯾإو
ﻦﯿﻌﺘﺴﻧ -iyy±ka na`budu wa iyyaka nasta`³n
dan al-Ta©k³r mulai dari ayat ﺎﻧﺪھإ -ihdin± hingga pada akhir surah.
256
Sedangkan syif±’ sebagai nama lain dari Al-Quran juga disebutkan dalam tafsir al-R±z³ sebagai urutan yang kesembilan seperti yang dfikemukakan di
bawah ini. ﺎﮭﻌﺳﺎﺗو
، ءﺎﻔﺸﻟا
لﺰﻨﻧو ﻦﻣ
نأﺮﻘﻟا ﺎﻣ
ﻮھ ءﺎﻔﺷ
ﺔﻤﺣرو ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ
ﮫﻟﻮﻗ و ءﺎﻔﺷو
ﻤﻟ ﺎ
ﻲﻓ روﺪﺼﻟا
ﮫﯿﻓو نﺎﮭﺟو
، ﺎﻤھﺪﺣأ
: ﮫﻧأ
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ضاﺮﻣﻷا .
ﻲﻧﺎﺜﻟاو :
ﮫﻧأ ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ضﺮﻣ
،ﺮﻔﻜﻟا ﮫﻧﻷ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻒﺻو
ﺮﻔﻜﻟا او
ﻚﺸﻟ ،ضﺮﻤﻟﺎﺑ
لﺎﻘﻓ ﻲﻓ
ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ ضﺮﻣ
نأﺮﻘﻟﺎﺑو لوﺰﯾ
ﻞﻛ ﻚﺷ
ﻦﻋ ،ﺐﻠﻘﻟا
ﺢﺼﻓ ﮫﻔﺻو
ﮫﻧﺄﺑ ءﺎﻔﺷ
.
257
Nama lain dari Al-Quran yang ke sembilan adalah al-syif±. Firman Allah swt:
لﺰﻨﻧو ﻦﻣ
نأﺮﻘﻟا ﺎﻣ
ﻮھ ءﺎﻔﺷ
ﺔﻤﺣرو ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠﻟ
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman
258
. Pada ayat lain Allah swt
255
Liha al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus 1, h. 179-181.
256
Hal yang termasuk kelompok al-Tauh³d adalah Pengetahuan tehadap makhluk dan al- Khalik baik nama, sifat maupun perbuatannya. Di antara kelompok al-A¥k±m ialah segala sesuatu
yang ditugaskan bagi manusia untuk menjelaskan manfaat dan bahaya, perintah, larangan dan ajuran; Sedangkan di antara kelompok al-Ta©k³r ialah Janji, ancaman, surga dan neraka,
penyucian lahir dan batin. Lihat Im±m Badrudd³n Mu¥ammad ibn `Abdill±h al-Zarkasy± w. 794 H., Al-Burh±n f³ `Ulum al-Qur’±n D±r al-Fikr, 1400 H. 1980 M., dengan ta¥q³q Mu¥ammad
Ab- al-Fa«l Ibr±h³m, h. 17.
257
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus II, h. 18. Lihat QS al- Isr± [1750]: 82 dan QS Y- nus [1051]: 57.
258
Lihat QS al-Isr± [1750]: 82
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
169
berfirman: ءﺎﻔﺷو
ﻤﻟ ﺎ
ﻲﻓ روﺪﺼ
ﻟا dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit yang berada dalam dada
259
. Dalam hal ini, terdapat dua pendapat: Pertama, Al-Quran sebagai syif± obat terhadap
berbagai penyakit. Kedua, Al-Quran sebagai syif± obat terhadap penyakit kufr, karena Allah swt. menisbahkan kufur dan keraguan
sebagai penyakit, sebagaimana firman-Nya:
ﻲﻓ ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ
ضﺮﻣ -dalam
hati mereka
ada penyakit.
260
Dengan Al-Quran
dapat menghilangkan tiap-tiap keraguan dalam hati. Karena itu sudah
tepat jika Al-Quran dinisbahkan sebagai syif±.
Penggunaan term syif±’ yang terkait dengan Al-Qur’an juga disebutkan dalam hadis Nabi saw sebagaimana dikutip oleh al-Zamakhsyar³, al-Qur¯ ub³,
Im±m Ab³ ¦af¡ al-Dimasyq³ dan al-Mar±ghi dalam karyanya, yaitu ﻦﻋ
ﻲﺒﻨﻟا ﺎ ﻠﺻ
ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو
. ﻦﻣ
ﻢﻟ ﻒﺸﺘﺴﯾ
نأﺮﻘﻟﺎﺑ ﻼﻓ
هﺎﻔﺷ ﷲ
.
261
– Dari Nabi saw. Barang siapa yang tidak berobat dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan menyembuhkannya. Lebih
jauh, al-Maraghi meberikan rincian bahwa Al-Qur’an dapat mengobati berbagai penyakit hati, penyakit akidah, kebodohan, kesesatan dan kemunafikan. Bahkan
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman dalam bentuk kemampuan melaksanakan berbagai kewajiban, menghalalkan yang halal
dan mengharamkan yang haram sehingga dapat mengantarkannya pada surga dan menjauhkan dari siksa neraka.
262
259
Lihat QS Y- nus [1051]: 57
260
Lihat QS al-Baqarah[287]: 10
261
Lihat al-Zamakhsyar³, Al-Kasysy±f, Jus 2, h. 464. Lihat pula Mu¥ammad Ibnu A¥mad bin Ab³ Bakr bin Far¥ al-Qur¯ ub³ w.671, Tafs³r al-Qur¯ ub³ Kairo: D±r al-Syu`ab, 1372 H, Jus
10, h. 315-318. Lihat Im±m Abi ¦af¡ `Umar Ibnu `Al³ Ibnu `²dil al-Dimasyq³ al-¦anbal³ w.880 H. al-Lub±b F³ `Ul- m al-Kit±b Beir- t: D±r al-Kutub al-`Ilmiyah, 1419h.1998 M, Jus 10, h. 369.
Berdasarkan catatan Abu ¦afa¡ hadis Nabi tersebut diriwayatkan oleh al-D±ruqu¯ n³ dalam karyanya “al-Afrad” dari Abu Hurairah. Lihat pula A¥mad Mu¡af± al-Maragh³, Tafsir al-Maraghi
Beirt: D±r I¥y±’ al-Tura£ al-`Arab³, 1989, Jus, 15, h.86.
262
Lihat A¥mad Mu¡¯ af± al-Maragh³, Tafsir al-Maraghi Beirt: D±r I¥y±’ al-Tura£ al- `Arab³, 1989, Jus, 15, h.86
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
170
Penjelasan mengenai eksistensi syif±’ dalam tafsir al-R±z³ sebagaimana tersebut di atas dapat di diambil suatu kesan bahwa term syif±’ yang
dimaksudkanya terkadang disebutkan dalam bentuk
nakirah indefinit
sebagaimana yang dijumpai pada enam term syif±’ dalam Al-Quran maupun dalam Hadis Nabi saw, dan terkadang juga menggunakan term syif±’ dalam
bentuk ma`rifah definit sebagaimana dijumpai dalam Hadis Nabi saw, sebagai bentuk perwujudan dari berbagai partikel juz’iyah yang terkandung pada syif±’
dalam bentuk universal kulliyah. Di samping itu, syif±’ juga disebut sebagai nama lain dari Al-Quran maupun nama lain dari surah al-F±ti¥ah,
263
demikian pula mengenai fungsi dan kemulyaan kandungan maknanya. Karena itu, syif±’
juga berfungsi sebagai penyembuh penyakit jasmani maupun ruhani.
2. Syif±’dan Kandungan Maknanya
263
Keberadaan i syif±’ sebagai nama lain dari Al-Quran maupun nama lain dari surah al- F±ti¥ah ini merupakan dua dimensi yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan lainnya. Apabila term syif± terkait dengan Al-Quran, maka surat al-F±ti¥ah merupakan bagaian, pembuka bahkan sebagai induk dari Al-Quran. Demian pula sebaliknya, jika
syif± sebagai nama dari Surah al-F±ti¥ah, maka Al-Quran dapat dikatakan sebagai perluasan dan lautan dari kandungan Surah al-F±ti¥ah. Dengan kata lain bahwa Surat al-F±ti¥ah al-Sab` al-
Ma£±n³ merupakan sebuah surah yang paling agung dari Al-Quran. Penjelasan ini sejalan dengan firman Allah dalam QS al-¦ijr [1554]: 87 -
ﺪﻘﻟو كﺎﻨﯿﺗاء
ﺎﻌﺒﺳ ﻦﻣ
ﻲﻧﺎﺜﻤﻟا ناءﺮﻘﻟاو
ﻢﯿﻈﻌﻟ ا
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al
Quran yang agung. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari yang menegaskan bahwa Nabi saw akan mengajarkan kepada Ab³ Sa` ³d al-Mu`all±. Ia bertanya kepada Nabi saw:
ﻢﻟأ ﻞﻘﺗ
ﻚﻨﻤﻠﻋﻷ ةرﻮﺳ
ﻲھ ﻢﻈﻋأ
ةرﻮﺳ ﻲﻓ
نآﺮﻘﻟا لﺎﻗ
ﺪﻤﺤﻟ ا بر
ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟ ا ﻲھ
ﻊﺒﺴﻟ ا ﻲﻧﺎﺜﻤﻟ ا
نآﺮﻘﻟاو ﻢﯿﻈﻌ ﻟ ا
يﺬﻟا ﮫﺘﯿﺗوأ
Bukankah engkau pernah bersabda untuk mengajarkan kepada kami tentang satu surat yang paling agung dalam Al-Quran?, Kemudian Nabi menjawab: al-¦amdulill±h Rabb al-²lam³n,
yakni al-Sab` al-Ma£±n³ dan Al-Quran yang telah saya sampaikan. Lihat Mu¥ammad Bin Isma`³l Ab- `Abdill±h al-Bukh±r³ 194-257, ¢a¥³¥ al-Bukh±r³ Beir- t: D±r Ibnu Ka£³r al-Yamlamah,
1987, Jilid 4, h. 1623. Lihat Pula Mu¥ammad `Abd al-`A§³m al-Zarq±n³, Man±hil al-`Irf±n f³ `Ul- m al-Qur±n Beir- t, D±r al-Kutub al-`Ilmiyah, 1997 M.-1416 H., h. 340.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
171
Untuk mengetahui kandungan makna syif±’ dalam Tafsir al-R±z³, terlebih dahulu dikemukakan beberapa penjelasan dan argumentasinya ketika menafsirkan
QS al-Isr± [1750]: 82 sebagai berikut. ﻢﻠﻋإ
ﮫﻧأ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﺎﻤﻟ ﺐﻨطأ
ﻲﻓ حﺮﺷ
تﺎﯿﮭﻟ ﻹا ﻟاو
تاﻮﺒﻨ ﺮﺸﺤﻟ او
دﺎﻌﻤﻟ او ﺚﻌﺒ ﻟاو
تﺎﺒﺛإو ءﺎﻀﻘﻟا
رﺪﻘﻟاو ﻢﺛ
ﮫﻌﺒﺗأ ﺮﻣﻷﺎﺑ
ةﻼﺼﻟﺎﺑ ﮫﺒﻧو
ﻰﻠﻋ ﺎﻣ
ﺎﮭﯿﻓ ﻦﻣ
،راﺮﺳﻷا ﺎﻤﻧإو
ﺮﻛذ ﻞﻛ
ﻚﻟذ ﻰﻓ
نآﺮﻘﻟا ﮫﻌﺒﺗأ
نﺎﯿﺑ نﻮﻛ
نأﺮﻘﻟا ءﺎﻔﺷ
ﺔﻤﺣرو لﺎﻘﻓ
: لﺰﻨﻧو
ﻦﻣ نأﺮﻘﻟا
ﺎﻣ ﻮھ
ءﺎﻔﺷ ﺔﻤﺣرو
. ﮫﻈﻔﻟو
ﻦﻣ ﺎﻨھﺎھ
ﺖﺴﯿﻟ ﺾﯿﻌﺒ ﺘﻠﻟ
ﻞﺑ ﻲھ
ﺲﻨﺠﻠ ﻟ ﮫﻟﻮﻘ ﻛ
: ﻓ
اﻮﺒﻨﺘﺟﺎ ﺲﺟﺮﻟا
ﻦﻣ نﺎﺛوﻷا
. ﻰﻨﻌﻤﻟاو
لﺰﻨﻧو ﻦﻣ
اﺬھ ﺲﻨﺠﻟا
ىﺬﻟا ﻮھ
نأﺮﻗ ﺎﻣ
ﻮھ ءﺎﻔﺷ
. ﻊﯿﻤﺠﻓ
نأﺮﻘﻟا ءﺎﻔﺷ
ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠﻟ .
264
Ketahuilah sesungguhnya Allah swt ketika secara panjang lebar dalam
menjelaskan tentang
Ketuhanan, kenabian,
hari pengumpulan, hari pembalasan, hari kebangkitan, hari penetapan
qa«a dan qadar, kemudian diikuti dengan perintah salat beserta pengungkapan mengenai berbagai rahasia yang terkandung di
dalamnya. Kesemuanya itu sesungguhnya juga terjadi ketika berbicara mengenai Al-Quran, kemudian diikuti dengan penjelasan
tentang keberadaannya sebagai syif± dan rahmat sebagaimana firman Allah swt:
لﺰﻨﻧو ﻦﻣ
نآﺮﻘﻟا ﺎﻣ
ﻮھ ءﺎﻔﺷ
ﺔﻤﺣرو – Dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat. Kedudukan lafal min ﻦﻣ pada ayat tersebut tidak mengandung arti
sebagian, tetapi mengandung arti jenis sebagaimana firman Allah swt.
اﻮﺒﻨﺘﺟﺎﻓ ﺲﺟﺮﻟا
ﻦﻣ نﺎﺛوﻷا
– maka jauhilah olehmu berhala- berhala yang najis itu.
265
Oleh karena itu, dapat di artikan bahwa Al-Quran secara keseluruhannya adalah syif± penawar bagi
orang-orang yang beriman.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Al-Quran secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai syif±’ obat, penawar atau penyembuh bagi orang-orang
yang beriman, dengan alasan bahwa kata min ﻦﻣ pada ayat di atas bukan dalam
264
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11 , Jus 21, h. 35
265
Lihat QS al-¦±jj [32103]: 30
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
172
pengertian sebagian, melainkan menunjukkan jenis. Pemahaman ini berbeda halnya dengan pendapat al-Zamakhsyar³ yang mengatakan kandungan makna min
ﻦﻣ pada ayat tersebut dapat disebut sebagai min li al-bay±n نﺎﯿﺒﻠﻟ dalam pengertian “keseluruhan” sebagaimana frase
ﻦﻣ نﺎﺛوﻷا
dalam QS al-¦ajj [32103]: 30 dan boleh juga disebut sebagai min li al-tab`³« ﺾﯿﻌﺒ ﺘﻠﻟ dalam pengertian
“sebagian”, yakni segala sesuatu dalam al-Qur’an adalah penawar bagi orang- orang yang beriman, dapat meningkatkan keimanan dan memperbaiki agamanya
pada bagian yang sakit. Dari sini yang dimaksud min ﻦﻣ dalam pengertian “sebagian” hanya ditinjau dari aspek penyakit yang diobati, bukan terletak pada
kandungan makna Al-Qur’an. Oleh karenanya sangat tepat jika yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim dalam karyanya bahwa min ﻦﻣ pada ayat tersebut adalah
untuk menjelaskan jenis Al-Qur’an نﺎﯿﺒﻟ
ﺲﻨﺠﻟا bukan dalam arti sebagian.
266
Ibnu B±dis menegaskan bahwa pengertian min ﻦﻣ pada ayat tersebut untuk menyebut
keseluruhan dan juga bermakna sebagian, karena pada kenyataanya Al-Qur’an memang diturunkan secara berangsur-angsur dan setiap tahapannya itu adalah
berfungsi sebagai syif±’ dan ra¥mah. Di sisi lain, Ia menegaskan bahwa cakupan makna yang terkait dengan syif±’ tersebut dapat dihubungkan dengan penggunaan
frase لﺰﻨﻧ –wanunazzilu dan ﺪﯾﺰﯾ -yaz³du dalam bentuk fi`il mu«±ri` kata kerja yang menunjuk waktu kini dan yang akan datang. Menurutnya, penyebutan
demikian ini adalah dimaksudkan dalam arti kuntinuitas pembaruan karena ayat- ayat Al-Qur’an pada hakekatnya adalah disampaikan sedikit demi sedikit, tahap
266
Lihat Im±m Syamsudd³n Ab³ `Abdill±h Mu¥ammad ibn Ab³ Bakr Ibn Qayyim al- Jauziyyah al-Dimasyq³ w. 751 H, Z±d al-Ma`±d f³ Hadyi Khair al-`Ib±d, Beir- t: D±r al-Kutub
al-`Ilmiyyah, 1418 H1998 M, Ta¥q³q Mu¡¯ af± Abd al-Q±dir 1A¯ ± Jus 4,h. 189
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
173
demi tahap untuk mencapai kesempurnaan.
267
Dengan demikian dapat dipertegas bahwa Al-Quran secara keseluruhannya dapat berfungsi sebagai syif±’ terhadap
berbagai penyakit r- ¥±niyahmaupun jasm±niyah sebagaimana penegasan al-R±z³ dalam tafsirnya
ﻢﻠﻋاو نأ
نآﺮﻘﻟا ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ضاﺮﻣﻷا
،ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟ ا ءﺎﻔﺷو
ﺎﻀ ﯾأ
ﻦﻣ ضاﺮﻣﻷا
ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺠﻟ ا
268
-Ketahuilah bahwa Al-Quran adalah sebagai syif±’ terhadap penyakit ruhani maupun jasmani. Namun dalam realitasnya, hal itu dapat dilakukan tahap
demi tahap, bagian demi bagian sehingga mencapai kemaslahatan secara sempurna.
Lebih jauh, keberadaan dari masing-masing fungsi Al-Quran sebagai syifa
’tersebut dijabarkan oleh al-R±z³ sebagai berikut. ﺎﻣأ
ﮫﻧﻮﻛ ءﺎﻔﺷ
ﻦﻣ ضاﺮﻣﻷا
ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟ ا ،ﺮھﺎﻈﻓ
ﻚﻟذو نﻷ
ضاﺮﻣﻷا ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟ ا
نﺎﻋﻮﻧ :
دﺎﻘﺘﻋﻹا ﺔﻠطﺎﺒﻟا
قﻼﺧﻷاو ﺔﻣﻮﻣﺬﻤﻟ ا
. دﺎﻘﺘﻋﻹﺎ ﻣأ
ﺔﻠطﺎ ﺒﻟا ﺎھﺪﺷﺄ ﻓ
ادﺎﺴﻓ تادﺎﻘﺘﻋﻹا
ةﺪﺳﺎ ﻔﻟا ﻲﻓ
تﺎﯿﮭﻟﻹا تاﻮﺒﻨﻟاو
دﺎﻌﻤﻟاو ءﺎﻀﻘﻟاو
رﺪﻘﻟاو ,
نأﺮﻘﻟاو بﺎﺘﻛ
ﻞﻤﺘﺸﻣ ﻰﻠﻋ
ﻞﺋﻻد ﺐھﺬﻤﻟ ا
ﻖﺤﻟا ﻲﻓ
هﺬھ ،ﺐﻟﺎﻄﻤﻟا
لﺎﻄﺑإو ﺐھاﺬﻤﻟا
ﺔﻠطﺎﺒﻟا ،ﺎﮭﯿﻓ
ﺎﻤﻟو نﺎﻛ
ىﻮﻗأ ضاﺮﻣﻷا
ﺔﯿﻧﺎﺣوﺮﻟا ﻮھ
ﺄﻄﺨﻟا ﻲﻓ
هﺬھ ﺐﻟﺎﻄﻤﻟا
نأﺮﻘﻟاو ﻞﻤﺘﺸﻣ
ﻰﻠﻋ ﻞﺋﻻﺪﻟا
ﺔﻔﺷﺎ ﻜﻟ ا ﺎﻤﻋ
ﻲﻓ هﺬھ
ﺐھاﺬﻤﻟ ا ﺔﻠطﺎﺒﻟ ا
ﻦﻣ بﻮﯿﻌﻟا
ﺔﻨطﺎﺒﻟ ا مﺮﺟﻻ
نﺎﻛ نأﺮﻘﻟا
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
اﺬھ عﻮﻨﻟا
ﻦﻣ ضﺮﻤﻟا
ﻰﻧﺎﺣوﺮﻟا .
269
Pertama , Keberadaan atau maksud Al-Quran sebagai syif±’
terhadap penyakit ruhani itu sudah jelas. Dalam hal ini, penyakit ruhani dapat dikelompokkan pada dua macam, yaitu: 1 akidah
yang salah, dan 2 akhlak tercela. Akidah yang paling parah adalah
267
Lihat Ibn B±d³s, Tafsir ibn B±d³s fi Maj±lis al-Ta©k³r min Kal±m al-¦ak³im al-Khab³r , Mesir: D±r al-Fikr, 1979, h. 223 -224.
268
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 35
269
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 35
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
174
kesalahan akidah dalam masalah ketuhanan, kenabian, hari pembalasan dan qa«±’ qadar. Sedangkan Al-Quran merupakan
kitab yang mengandung petunjuk ma©hab jalan yang benar dalam masalah ini, sekaligus dapat membatalkan ma©hab yang salah.
Ketika penyakit ruhani yang paling berbahaya adalah kesalahan dalam akidah, sementara Al-Quran mengandung petunjuk-petunjuk
argument-argumen yang mengungkapkan aib batin dari ma©hab yang salah, maka tidak diragukan lagi bahwa Al-Quran adalah
benar-benar sebagai syifa terhadap penyakit akidah. Adapun penyakit ruhani yang berbentuk akhlak tercela, maka Al-Quran
adalah mengandung penjelasan dan informasi tentang berbagai kerusakan akhlak tercela dan sekaligus sebagai pembimbing
kesempurnaan akhlak dan tindakan terpuji. Oleh karena itu, Al- Quran dapat dijadikan sebagai syif±’ terhadap penyakit akhlak
tercela. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Al-Quran adalah syif±
’ terhadap penyakit ruhani, baik yang berbentuk kesalahan akidah maupun kerusakan akhlak.
ﺎﻣأو ﮫﻧﻮﻛ
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ضاﺮﻣﻷا ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺠﻟا
نﻸﻓ كﺮﺒﺘﻟا
ءاﺮﻘﺑ ﮫﺗ
ﻊﻓﺪﯾ اﺮﯿﺜﻛ
ﻦﻣ ضاﺮﻣﻷا
. ﺎﻤﻟو
فﺮﺘﻋا رﻮﮭﻤﺠﻟ ا
ﻦﻣ ﺔﻔﺳﻼﻔﻟ ا
بﺎﺤﺻ أو
تﺎﻤﺴﻠﻄﻟا نﺄﺑ
ةءاﺮﻘﻟا ﻰﻗﺮﻟا
ﺔﻟﻮﮭﺠﻤﻟ ا ﻢﺋاﺰﻌﻟاو
ﻲﺘﻟا ﻢﮭﻔﯾﻻ
ﺎﮭﻨﻣ ﺊﯿﺷ
ارﺎﺛأ ﺔﻤﯿﻈﻋ
ﻲﻓ ﻞﯿﺼﺤﺗ
ﻊﻓﺎﻨﻤﻟا ﻊﻓدو
،ﺪﺳﺎﻔﻤﻟا نﻸﻓ
نﻮﻜﺗ ةءاﺮﻗ
ھ اﺬ
نأﺮﻘﻟا ﻢﯿﻈﻌﻟا
ﻞﻤﺘﺸﻤﻟا ﻰﻠﻋ
ﺮﻛذ لﻼﺟ
ﷲ ﮫﺋﺎﯾﺮﺒ ﻛو
ﻢﯿﻈﻌ ﺗ و ﺔﻜﺋ ﻼﻤ ﻟ ا
ﻦﯿﺑﺮﻘﻤﻟ ا ﺮﯿﻘﺤﺗو
ةدﺮﻤﻟا ﻦﯿطﺎﯿﺸﻟاو
ﺎﺒﺒﺳ لﻮﺼﺤﻟ
ﻊﻔﻨﻟا ﻲﻓ
ﻦﯾﺪﻟا ﺎﯿﻧﺪﻟاو
نﺎﻛ ﻰﻟوأ
ﺪﻛﺄ ﺘﯾو ﺎﻣ
ﺎﻧﺮﻛذ ﺎﻤﺑ
يور نأ
ﻲﺒﻨﻟا ﻰﻠﺻ
ﷲ ﮫﯿﻠﻋ
ﻢﻠﺳو لﺎﻗ
: ﻦﻣ
ﻢﻟ ﻒﺸﺘﺴﯾ
نأﺮﻘﻟﺎﺑ ﻼﻓ
هﺎﻔﺷ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ .
270
Kedua, sedangkan keberadaan atau maksud Al-Quran sebagai syif± terhadap penyakit jasmani. 1 Karena dengan tabbarruk membaca
Al-Quran bisa menangkal berbagai penyakit. 2 Ketika mayoritas para ahli filsafat dan ahli perdukunan mengakui bahwa bacaan
mantra yang tidak diketahui artinya dan jimat yang sama sekali tidak bisa dipahami adalah mempunyai pengaruh yang besar dalam
memberikan manfaat dan menangakal kerusakan. Apalagi membaca al-Qur±n al-`A«³m yang di situ mengandung sebutan keagungan
Allah dan menghormati malaikat muqarrab³n, serta menyebutkan penghinaan terhadap setan, sudah barang tentu hal ini akan menjadi
270
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11 , Jus 21, h. 35
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
175
sebab tercapainya kemanfaatan agama dan dunia. Keterangan tersebut dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan bahwa Nabi saw
bersabda: ﻦﻣ
ﻢﻟ ﻒﺸﺘ ﺴﯾ
نأﺮﻘﻟﺎﺑ ﻼﻓ
هﺎﻔﺷ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ Barang siapa yang tidak
berobat dengan Al-Quran maka Allah Swt
tidak akan menyembuhkannya.
271
Syif± dalam penjelasan al-R±z³ di atas dapat dikatakan sebagai bentuk manfaat yang dihasilkan dari Al-Quran. Kesan ini sejalan dengan penegasan al-
R±z³ ketika menjelaskan syif± sebagai nama lain dari Surah al-Fati¥ah berikut kemulyaan dan manfaatnya bagi kehidupan umat manusia dengan mengatakan ﻲﮭﻓ
ﻲﻓ ﺔﻘﯿﻘﺤﻟ ا
ﺐﺒﺳ لﻮﺼ
ﺤ ﻟ ءﺎﻔﺸﻟ ا
-Surah al-F±ti¥ah ini pada hakekatnya menjadi sebab tercapainya al-syif± kesembuhan.
272
Selanjutnya, keberadaan Al-Quran sebagai syif± dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ditegaskan oleh al-R±z³ dalam
bentuk peringatan dan keterkaitannya satu dengan lainnya sebagai berikut. ﻢﻠﻋﺎﻓ
ﺎﻧأ ﺎﻨﯿﺑ
نأ حاورﻷا
ﺔﯾﺮﺸﺒﻟا ﺔﻀﯾﺮﻣ
ﺐﺒﺴﺑ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا
ﺔﻠطﺎﺒﻟا قﻼﺧﻷاو
ةﺪﺳﺎ ﻔﻟا نأﺮﻘﻟاو
نﺎﻤﺴﻗ ﺎﮭﻀ
ﻌﺑ ﺪﯿﻔﯾ
صﻼﺨﻟا ﻦﻋ
تﺎﮭﺒﺷ ﻦﯿﻟﺎﻀ
ﻟا تﺎﮭﯾﻮﻤﺗ و
ﻦﯿﻠﻄﺒﻤ ﻟا ﻮھو
ءﺎﻔﺸﻟا .
ﺎﮭﻀﻌﺑو ﺪﯿﻔﯾ
ﻢﯿﻠﻌﺗ ﺔﯿﻔﯿﻛ
بﺎﺴﺘﻛا مﻮﻠﻌﻟا
،ﺔﯿﻟﺎﻌﻟا قﻼﺧﻷا و
ﺔﻠﺿ ﺎ ﻔﻟا
ﻰﺘﻟا ﺎﮭﺑ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﻰﻟإ
راﻮﺟ بر
،ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟا طﻼﺘﺧﻹا و
ةﺮﻣﺰﺑ ﺔﻜﺋﻼﻤﻟ ا
ﻦﯿﺑﺮﻘﻤﻟ ا ﻮھو
ﺔﻤﺣﺮﻟ ا .
ﺎﻤﻟ و نﺎﻛ
إ ﺔﻟاز
ضﺮﻤﻟا ﺔﻣﺪﻘﻣ
ﻰﻠﻋ ﻲﻌﺴﻟا
ﻲﻓ ﻞﯿﻤﻜﺗ
تﺎﺒﺟﻮﻣ ﺔﺤﺼﻟا
مﺮﺟﻻ أﺪﺑ
ﷲ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻲﻓ هﺬھ
ﺔﯾﻷا ﺮﻛﺬﺑ
ءﺎﻔﺸﻟا ﻢﺛ
ﮫﻌﺒﺗأ ﺮﻛﺬﺑ
ﺔﻤﺣﺮﻟا .
273
Ketahuilah: kami telah menjelaskan bahwasanya ruh-ruh manusia yang sakit akibat dari akidah yang salah dan akhlak yang rusak,
sedangkan Al-Quran terbagi menjadi dua fungsi: Pertama, sebagian Al-Quran berfungsi untuk membersihkan berbagai keraguan yang
menyesatkan dan tindakan kebatilan, yaitu: al-syif±. Kedua, sebagian yang lain berfungsi sebagai pengajaran terhadap manusia
271
Lihat al-R±z³ Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 33-35.
272
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid I, Jus I, h. 182.
273
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11 , Jus 21, h. 35-36
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
176
tentang bagaimana cara-cara mencari ilmu yang mulia dan akhlak terpuiji di sisi Allah swt, sehingga dapat bersanding dengan para
malaikat muqarrab³n, yaitu: al-Ra¥mah. Karena itu, menghilangkan penyakit
lebih didahulukan
daripada berusaha
mencapai kesempurnaan dalam kesehatan, Demikian itu merupakan
keniscayaan bagi Allah swt dalam menyebutkan firman-Nya dengan mendahulukan term syif± kemudian diikuti dengan term ra¥mah.
Di samping itu, al-R±z³ menjelaskan bahwa Al-Quran juga bisa menjadi sebab tercapainya kerugian dan kesesatan secara berlebihan bagi orang-orang
yang aniaya dan syirik kepada Allah swt. ﻢﻠﻋاو
ﮫﻧأ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﺎﻤﻟ ﻦﯿﺑ
نﻮﻛ نأﺮﻘﻟا
ءﺎﻔﺷ ﺔﻤﺣرو
ﻤﻠﻟ ﻦﯿﻨﻣﺆ
ﻦﯿﺑ ﮫﻧﻮﻛ
ﺎﺒﺒﺳ رﺎﺴﺨﻠ ﻟ
لﻼﻀ ﻟا و
ﻲﻓ ﻖﺣ
ﻦﯿﻤﻟﺎﻈﻟا داﺮﻤﻟا و
ﮫﺑ نﻮﻛﺮﺸﻤﻟ ا
ﺎﻤﻧإ و نﺎﻛ
ﻚﻟﺬﻛ نﻷ
عﺎﻤﺳ نأﺮﻘﻟا
ﻢھﺪﯾﺰﯾ ﺎﻈﯿﻏ
ﺎﺒﻀﻏو اﺪﻘﺣو
اﺪﺴﺣو هﺬھو
قﻼﺧﻷا ﺔﻤﯿ ﻣﺬﻟ ا
ﻢھﻮﻋﺪﺗ ﻰﻟإ
لﺎﻤﻋﻷا ﺔﻠطﺎ ﺒﻟا
ﺪﯾﺰﺗو ﻲﻓ
ﺔﯾﻮﻘﺗ ﻚﻠﺗ
قﻼﺧﻷا ةﺪﺳﺎﻔﻟا
ﻲﻓ ﺮھاﻮﺟ
ﻢﮭﺳﻮﻔﻧ ﻢﺛ
لاﺰﯾﻻ ﻖﻠﺨﻟا
ﺚﯿﺒﺨﻟ ا ﻨﻟا
ﻲﻧﺎﺴﻔ ﻞﻤﺤﯾ
ﻰﻠﻋ لﺎﻤﻋﻷا
ةﺪﺳﺎﻔﻟا نﺎﯿﺗﻹاو
ﻚﻠﺘﺑ لﺎﻤﻋﻷا
يﻮﻘﯾ ﻚﻠﺗ
قﻼﺧﻷا اﺬﮭﺒﻓ
ﻖﯾﺮﻄﻟا ﺮﯿﺼ
ﯾ نأﺮﻘﻟا
ﺎﺒﺒﺳ ﺪﯾاﺰﺘﻟ
ءﻻﺆھ ﻦﯿﻛﺮﺸﻤﻟ ا
ﻦﯿﻟﺎﻀ ﻟا
ﻲﻓ تﺎﺟرد
يﺰﺨﻟا لﻼﻀ
ﻟا و دﺎﺴﻔﻟ او
لﺎﻜﻨﻟاو ﻢﺛ
ﮫﻧإ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﺮﻛذ ﺐﺒﺴﻟ ا
ﻲﻠﺻ ﻷ ا
ﻲﻓ عﻮﻗو
ءﻻﺆھ ﻦﯿﻠھﺎﺠﻟ ا
ﻦﯿﻟﺎﻀ ﻟ ا
ﻲﻓ ﺔﯾدوأ
لﻼﻀﻟا تﺎﻣﺎﻘﻣو
ا يﺰﺨﻟ
لﺎﻜﻨﻟاو ﻮھو
ﺐﺣ ﺎﯿﻧﺪﻟا
ﺔﺒﻏﺮﻟاو ﻲﻓ
لﺎﻤﻟ ا هﺎﺠﻟ او
ﻢھدﺎﻘﺘﻋا و نأ
ﻚﻟذ ﺎﻤﻧإ
ﻞﺼﺤﯾ ﺐﺒﺴﺑ
ﻢھﺪﺟ ﻢھدﺎﮭﺘﺟاو
.
274
Ketahuilah, bahwa ketika Allah swt
menjelaskan tentang keberadaan Al-Quran yang berfungsi sebagai syif± dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, Allah swt juga menjelaskan keberadaan Al-Quran yang bisa menjadi sebab tercapainya kerugian dan
kesesatan bagi orang-orang yang aniaya dan syirik kepada Allah swt. Karena dengan mendengar ayat-ayat Al-Quran itu dapat
meningkatkan kejengkelan, kemarahan, dendam dan kedengkian mereka, Sederetan sikap tersebut adalah merupakan akhlak tercela
yang dapat mendorongnya pada tindakan yang sesat, kemudian berkembang untuk memperkuat akhlak yang rusak pada tataran
274
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 36.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
177
substansi jiwanya, kemudian akhlak yang rusak ini mengambil posisi pada jiwanya secara terus-menerus dan berpengaruh pada
perbuatan yang rusak, sehingga implikasi dari perbuatan ini dapat memperkokoh akhlak tercela. Dengan cara-cara demikian ini, maka
Al-Quran bisa menjadi sebab meningkatnya kerugian, kesesatan, dan siksaan bagi orang-orang musyrik. Selanjutnya, Allah swt
menjelaskan
sumber utama
yang menyebabkan
mereka terperangkap pada kesesatan, kerugian, dan siksaan, yaitu: cinta
akan harta, kekayaan, pangkat dan mereka berkeyakinan bahwa semuanya itu hanya diperoleh melalui usaha sungguh-sungguh dan
kerjakeras mereka semata.
275
Penjelasan di atas tampaknya masih terkait dengan jenis syif± dalam bentuk Al-Quran, padahal di sisi lain syif± juga berhubungan dengan madu
beserta segala sifat-sifatnya bagi kehidupan umat manusia. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS al-Na¥l [1670]: 69, terutama yang terkait dengan ayat: ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia, yang oleh al-R±z³ diindikasikan sebagai jenis madu. Menurutnya, pada ayat ini Allah
swt tidak berfirman: ﮫﻧإ
ءﺎﻔﺷ ﻞﻜﻟ
سﺎﻨﻟا ﻞﻜﻟو
ءاد ﻲﻓو
ﻞﻛ لﺎﺣ
bahwa madu sebagai obat bagi tiap-tiap manusia, tiap-tiap penyakit dan dalam setiap keadaan. Akan
tetapi, jika pada kenyataannya madu menjadi obat bagi sebagian manusia dan sebagian dari penyakit, maka sudah tepat bila madu itu disifati dengan
ﮫﯿﻓ ءﺎﻔﺷ
di dalamnya mengandung obat.
276
275
Keyakinan mereka ini identik dengan pernyataan Karun yang dikisahkan dalam QS Al-Qa¡a¡ [2849]:78 sebagai berikut.
لﺎﻗ ﺎﻤﻧإ
ﮫﺘﯿﺗوأ ﻰﻠﻋ
ﻋ ﻢﻠ
يﺪﻨﻋ ﻢﻟوأ
ﻢﻠﻌﯾ نأ
ﷲ ﺪﻗ
ﻚﻠھأ ﻦﻣ
ﮫﻠﺒﻗ ﻦﻣ
نوﺮﻘﻟا ﻦﻣ
ﻮھ ﺪﺷأ
ﮫﻨﻣ ةﻮﻗ
ﺮﺜﻛأو ﺎﻌﻤﺟ
ﻻو لﺄﺴﯾ
ﻦﻋ ﻢﮭﺑﻮﻧذ
نﻮﻣﺮﺠﻤﻟا ﺺﺼﻘﻟا
: 78
- Karun berkata: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak
mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada
orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka QS al-Qa¡a¡[2849]: 77.
276
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 10, Jus 20, h. 76.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
178
Realitas madu dan berbagai karakteristiknya tersebut antara lain dapat dijadikan sebagai tanda bukti bagi orang-orang yang berpikir sebagaimana
diisyaratkan pada penghujung ayat dalam QS al-Na¥[1670]: 69, yaitu: ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
نإ ﻲﻓ
ﻚﻟذ ﺔﯾﻵ
مﻮﻘﻟ نوﺮﻜﻔ ﺘﯾ
- di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan. Pembuktian demikian ini adalah sejalan dengan kandungan makna ayat sebelumnya yang terkait dengan
akal sebagaimana diisyaratkan dalam QS al-Na¥l [1670] ayat 67, yaitu: ﻦﻣو
تاﺮﻤﺛ ﻞﯿﺨﻨﻟا
بﺎﻨﻋﻷاو نوﺬﺨﺘﺗ
ﮫﻨﻣ اﺮﻜﺳ
ﺎﻗزرو ﺎﻨﺴﺣ
نإ ﻲﻓ
ﻚﻟذ ﺔﯾﻵ
مﻮﻘﻟ نﻮﻠﻘﻌﯾ
-Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal. Bahkan pada ayat sebelumnya adalah terkait
dengan pendengaran, sebagaimana tercermin pada QS al-Na¥l [1670] ayat 65, yaitu:
ﷲو لﺰﻧأ
ﻦﻣ ءﺎﻤﺴﻟا
ءﺎﻣ ﺎﯿﺣﺄﻓ
ﮫﺑ ضرﻷا
ﺪﻌﺑ ﺎﮭﺗﻮﻣ
نإ ﻲﻓ
ﻚﻟذ ﺔﯾﻵ
مﻮﻘﻟ نﻮﻌﻤﺴﯾ
- Dan Allah menurunkan dari langit air hujan dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi
sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mendengarkan
pelajaran. Pengungkapan Al-Quran di atas, terutama yang terkait dengan tiga
penghujung ayat tersebut, bilamana dicermati secara seksama, maka dapat disebutkan tiga peringkat pembuktian realitas dan fungsinya mulai dari
permukaan yang terluar hingga yang terdalam: Pertama, Pembuktian melalui peran pendengaran نﻮﻌﻤﺴ
ﯾ terhadap realitas dan fungsi hujan yang dapat menumbuhkan tanaman, sebagai bentuk pembuktian pada lapisan terluar dan
berlaku secara umum baik untuk manusia maupun lainnya. Kedua, Pembuktian
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
179
melalui peran akal نﻮﻠﻘﻌﯾ yang terkait dengan fungsi buah-buahan sebagai minuman yang memabukkan maupun rizki yang baik, sebagai bentuk pembuktian
secara mendalam, baik mengenai bahaya maupun manfaatnya bagi kehidupan umat manusia. Ketiga, pembuktian melalui peran pemikiran نوﺮﻜﻔ ﺘﯾ mengenai
minuman sejenis madu dengan berbagai karakteristiknya, sebagai bentuk pembuktian secara lebih mendalam dan lebih khusus mengenai masalah-masalah
tertentu bagi kehidupan umat manusia.
277
Kerangka pembuktian tersebut pada esensinya adalah berujung dan mengantar pada bukti-bukti ketuhanan sebagaimana cara-cara yang ditempuh
dalam Al-Quran. Menurut al-R±z³, sistematika Al-Quran dalam mengungkapkan bukti-bukti ketuhanan melalui dua cara: Pertama, berpegang pada realitas menuju
makna yang tersembunyi, mulai dari yang umum ke khusus, atau berpegang dari realitas menuju hakekat. Dalam teks aslinya disebutkan:
نأ ﻚﺴﻤ ﺘ ﯾ
ﺮﮭظﻷﺎﺑ ﺮﮭظﻷﺎﻓ
ﺎﯿﻗﺮﺘﻣ ﻰﻟإ
ﻰﻔﺧﻷا ﻰﻔﺧﻷﺎﻓ
–an yatamassak bi al-a§har fa al-a§har mutaraqqiyan il± al- akhf± fa al-akhf±, Hendaknya anda berpegang pada realitas yang satu kepada
realitas lainnya menuju makna tersembunyi yang satu kepada yang tersembunyi lainnya. Kedua, dengan jalan berargumentasi mulai dari yang paling tinggi, paling
agung dan paling mulya hingga menurun pada tingkatan yang paling bawah maupun yang paling rendah. Dalam teks aslinya disebutkan:
نأ ﺞﺘﺤﯾ
ﷲ ﻰﻟﺎﻌﺗ
فﺮﺷﻷﺎﺑ
277
Berdasarkan penjelasan al-R±z³ dalam tafsirnya Jilid 11, Jus, 21, h. 50 dikatakan bahwa ilmu
كاردﻹا
dan kemampuan
ةرﺪﻘﻟاو
yang menggerakkan seluruh anggota badan dengan berbagai macamnya adalah digerakkan oleh sesuatu yang tunggal
ﺐﺠﯾ نأ
نﻮﻜﯾ اﺪﺣا و
. Dengan kata lain sesuatu yang tunggal itu adalah selain badan dan bagian-bagiannya. Anggota badan ini
hanya berfungsi sebagai media dan alat, sebagaimana jika manusia memikirkan perbuatan yang bermacam-macam adalah melalui perantaraan alat yang bermacam-macam juga. Menurutnya:
Nafs manusia dapat melihat dengan perantaraan mata
ﺲﻔﻨﻟا ﺮﺼ
ﺒ ﺗ ﻦﯿﻌﻟﺎﺑ
, mendengar dengan telinga
ﺗو ﻊﻤﺴ
نذﻷﺎﺑ
, berfikir dengan perantaraan otak
ﺮﻜﻔﺗ و غﺎﻣﺪﻟﺎﺑ
, dan berakal dengan perantaraan hati
ﻞﻘﻌﺗو ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ
.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
180
فﺮﺷﻷﺎ ﻓ ﻻزﺎﻧ
ﻰﻟإ ﻰﻧدﻷا
ﻰﻧدﻷﺎﻓ –an ya¥tajjall±h ta`±l± bi al-asyraf fa al-asyraf
n±zilan il± al-adn± fa al-adn±.
278
Penjelasan di atas dapat diklasifikasikan bahwa syif± dalam tafsir al-R±z³ adalah mengandung beberapa indikator.
a. Syif± berkaitan dengan Al-Quran dan minumam sejenis madu beserta karakteristiknya bagi kehidupan umat manusia.
279
b. Syif± berkaitan dengan gangguan spiritualitas dan tindakan manusia, baik yang berhubungan dengan ketidak tahuan, kesalahan dan kerusakan ruhani maupun
jasmani.
280
c. Syif± berkaitan dengan aktivitas perbaikan spiritualitas dan tindakan manusia demi tercapainya kesempurnaan hidup sehat lahir batin di hadapan Allah swt
dan makhluk ciptaan-Nya.
281
278
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 10, Jus 19, h. 232-233. Contoh lain dapat dibaca pada al- R±z³, `Aj±ib al-Qur`±n Bei- t: D±r al-Kutub al-`Ilmiyah, 1984, h. 10-13.
279
Hal ini antara lain di dasarkan pada Hadis nabi yang dijadikan rujukan dalam tafsir al- R±z³ yaitu:
نأ ﻲﺒﻨﻟا
ﻰﻠﺻ ﷲ
ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو
لﺎﻗ :
ﻦﻣ ﻢﻟ
ﻒﺸﺘﺴﯾ نأﺮﻘﻟﺎﺑ
ﻼﻓ هﺎﻔﺷ
ﷲ ﻰﻟﺎﻌﺗ
. Sejalan dengan hadis tersebut, al-Qur¯ ubiy menukil pendapat Raj± al-Ghanawiy yang mengatakan:
لﺎﻗو ءﺎﺟر
يﻮﻨﻐﻟ ا ﻦﻣو
ﻢﻟ ﻒﺸﺘ ﺴﯾ
نآﺮﻘﻟﺎﺑ ﻼﻓ
ءﺎﻔﺷ ﮫﻟ
. Lihat Mu¥ammad ibn A¥mad ibn Abi Bakr ibn Fara¥ al-Qur¯ ubiy w. 671, al-J±mi1 li A¥k±m al-Quran Kairo: D±r al-Syu`ab ,1372, Jus 10, h. 318
280
Hal ini antara lain di didasarkan pada tafsir al-R±z³ sebagai berikut:
1
نأ حاورﻷا
ﺔﯾﺮﺸﺒﻟا ﺔﻀﯾﺮﻣ
ﺐﺒﺴﺑ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟا
ﺔﻠطﺎﺒﻟا قﻼﺧﻷاو
ةﺪﺳﺎﻔﻟا 2
ﺎﻣأو ﮫﻧﻮﻛ
ءﺎﻔﺷ ﻦﻣ
ضاﺮﻣﻷا ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺠﻟا
نﻸﻓ كﺮﺒﺘﻟا
ءاﺮﻘﺑ ﮫﺗ
ﻊﻓﺪﯾ اﺮﯿﺜﻛ
ﻦﻣ ضاﺮﻣﻷا
3 ﮫﻧإ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺮﻛذ
ﺐﺒﺴﻟ ا ﻲﻠﺻ
ﻷ ا ﻓ
ﻲ عﻮﻗو
ءﻻﺆھ ﻦﯿﻠھﺎﺠﻟ ا
ﻦﯿﻟﺎﻀ ﻟ ا
ﻲﻓ ﺔﯾدوأ
لﻼﻀ ﻟ ا
تﺎﻣﺎ ﻘﻣو يﺰﺨﻟا
لﺎﻜﻨ ﻟاو ﻮھو
ﺐﺣ ﺎﯿﻧﺪﻟا
ﺔﺒﻏﺮﻟ او ﻲﻓ
لﺎﻤﻟا هﺎﺠﻟاو
ﻢھدﺎﻘﺘﻋاو نأ
ﻚﻟذ ﺎﻤﻧإ
ﻞﺼﺤﯾ ﺐﺒﺴﺑ
ﻢھﺪﺟ ﻢھدﺎﮭﺘﺟاو
.
1 Sesungguhnya ruh-ruh manusia yang sakit adalah akibat dari akidah yang salah dan akhlak yang rusak; 2 Rasionalitas Al-Quran sebagai syif± terhadap penyakit jasmani adalah: karena
dengan tabbarruk membaca Al-Quran bisa menangkal berbagai penyakit; 3 Allah Swt telah menjelaskan bahwa sumber utama yang menyebabkan manusia terperangkap pada kesesatan,
kerugian dan siksaan ialah: cinta akan harta, kekayaan, pangkat dan mereka berkeyakinan bahwa semuanya itu hanya diperoleh melalui usaha sungguh-sungguh dan kerjakeras mereka semata.
281
Hal ini terutama di dasarkan pada penjelasan sebagai berikut:
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
181
Melalui identifikasi beberapa term syif± sebagaimana penjelasan al-R±z³ di atas, dapat diambil suatu kesan bahwa syif± dan kandungan maknanya dalam Tafs³r
Maf±t³¥ al-Ghaib adalah terkait dengan upaya manusia dalam membersihkan berbagai gangguan ruhani dan jasmani dari berbagai bentuk ketidak tahuan,
kesalahan dan kerusakannya melalui tata cara pembelajaran yang benar dan prilaku terhormat di sisi Allah dan makhluk ciptaan-Nya demi tercapainya kesempurnaan
bagi kesehatan lahir dan batin.
3. Makna Term-term yang Identik dengan Syif±’ Term-term yang identik dengan syif±’ beserta segala bentuk kata jadiannya
di antaranya ialah term burah ٌةَأْﺮ ُﺑ dan sal±mah ٌﺔَﻣَﻼ
َ ﺳ . Uraian selengkapnya terhadap kedua term tersebut adalah sebagai berikut.
نأﺮﻘﻟاو نﺎﻤﺴﻗ
ﺎﮭﻀﻌﺑ ﺪﯿﻔﯾ
صﻼﺨﻟا ﻦﻋ
تﺎﮭﺒﺷ ﻦﯿﻟﺎﻀ
ﻟ ا تﺎﮭﯾ ﻮﻤﺗ و
ﻦﯿﻠﻄﺒ ﻤﻟ ا ﻮھو
ءﺎﻔﺸﻟ ا .
ﺎﮭﻀ ﻌ ﺑ و
ﺪﯿﻔﯾ ﻢﯿﻠﻌﺗ
ﺔﯿﻔﯿﻛ بﺎﺴﺘﻛا
مﻮﻠﻌﻟا ،ﺔﯿﻟﺎﻌﻟا
قﻼﺧﻷاو ﺔﻠﺿﺎﻔﻟا
ﻰﺘﻟا ﺎﮭﺑ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﻰﻟإ
راﻮﺟ بر
،ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟ ا طﻼﺘﺧﻹا و
ةﺮﻣﺰﺑ ﺔﻜﺋﻼﻤﻟا
ﻦﯿﺑﺮﻘﻤﻟا ﻮھو
ﺔﻤﺣﺮﻟا .
Al-Quran terbagi menjadi dua fungsi: pertama, sebagian Al-Quran berfungsi untuk
membersihkan berbagai keraguan yang menyesatkan dan tindakan kebatilan, yaitu: al-syif±. Kedua, sebagian yang lain berfungsi sebagai pengajaran terhadap manusia tentang bagaimana
cara-cara mencari ilmu yang mulya dan akhlak terpuiji di sisi Allah Swt, sehingga dapat bersanding dengan para malaikat muqarrab³n, yaitu: al-Ra¥mah.
Kata ini disebut al-syifa karena ia telah mengalahkan penyakit dan mengunggulinya Lihat Abi al-Husain A¥mad Ibn F±ris ibn Zakaria, Mu`jam Maq±yis al-Lughah, dengan ta¥q³q
`Abd al-Sal±m Mu¥ammad H±r- n Beirut: D±r al-Fikr, tth., jilid 3, h. 199. Di samping itu, al- D±migh±niy dalam Q±m- s al-Qur±n aw I¡l±¥ al-Wuj- h wa al-Na§±ir menyebutkan bahwa kata
yang terstruktur dari huruf-huruf sy³n-f±-alif mengandung empat makna, yaitu: senang –al-fara¥, sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah [9113]: 14; sehat –al-²fiyah, sebagaimana terdapat
pada QS al-Syu±r± [2647]: 82 dan 19; penjelasan –al-Bay±n sebagaimana terdapat dalam QS Y- nus [1051]: 57; dan Khusus untuk makna pinggir –al-°arf digunakan untuk kata syaf±
فﺮﻄﻟ ا ﺐﺼ
ﻨ ﺑ ﻦﯿﺸﻟ ا
ﻦﻣ ﺎﻔﺷ
sebagaimana terdapat dalam QS al-Taubah [9113] :109. Lihat ¦usayn Ibn Mu¥ammad al-D±migh±niy, Q±m- s al-Qur±n aw I¡l±¥ al-Wuj- h wa al-Na§±ir Beirut: D±r al-
`Ilm li al-Mal±y³n, 1989, h. 266-267.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
182
a. Bur’ah ٌةَأْﺮ ُﺑ
Kata bur’ah dapat diidentikkan dengan syif±’. Karena kata bur’ah itu sendiri dapat diartikan dengan terhindar dari penyakit
ﺔﻣﻼﺴﻟا ﻦﻣ
ﻢﻘﺴﻟ ا -
- atau dengan kata lain
أﺮﺑ ت
ﻦﻣ ضﺮﻤﻟ ا
aku sembuh dari penyakit .
282
Ungkapan ini sejalan dengan kandungan makna dalam QS ²li Imr±n[389]: 49 dan al-
M±idah[5112]: 110 sebagai berikut: ً ﻻ
ﻮُﺳَرَو ﻰَﻟِإ
ﻲِﻨَﺑ َﻞ
ﯿِ ﺋاَﺮْﺳِإ ﻲﱢﻧَأ
ْﺪَﻗ ْﻢُﻜُﺘْﺌِﺟ
ٍﺔَﯾﺂِﺑ ْﻦ
ِﻣ ْﻢُﻜﱢﺑَر
ﻲﱢﻧَأ ُﻖ
ُﻠ ْ ﺧَ أ
ْﻢُﻜَﻟ َﻦ
ِﻣ ِﻦ
ﯿﱢ ﻄ ﻟا
َﻛ ِﺔَﺌْﯿَﮭ
ِﺮْﯿ ﱠﻄ ﻟا
ُﺦ ُﻔ ْ ﻧَﺄَﻓ
ِﮫﯿِﻓ ُن
ﻮُﻜَﯿَﻓ اًﺮ
ْﯿ َط ِن
ْ ذ ِ ﺈِﺑ ِﱠﷲ
ُئ ِﺮ ْﺑُأ َو
َﮫَﻤْﻛَْﻷا َص
َﺮ ْﺑَْ ﻷاَو ﻲِﯿْﺣُأَو
ﻰَﺗْﻮَﻤْﻟا ِن
ْ ذ ِ ﺈِﺑ ِﱠﷲ
ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَﻧُأَو ﺎَﻤِﺑ
َن ﻮُ ﻠُ ﻛْﺄَﺗ
ﺎَﻣَو َن
وُ ﺮِﺧﱠ ﺪَ ﺗ
ﻲِﻓ ْﻢُﻜِﺗﻮُﯿُﺑ
ﱠن ِإ
ﻲِﻓ َﻚ
ِﻟ َذ ًﺔَﯾَﻵ
ْﻢُﻜَﻟ ْن
ِإ ْﻨُﻛ
ْﻢُﺘ َﻦ
ﯿِ ﻨِﻣْﺆُﻣ 49
ﺎً ﻗﱢﺪَﺼ ُﻣَو
ﺎَﻤِﻟ َﻦ
ْﯿ َﺑ ﱠي
َﺪ َﯾ َﻦ
ِﻣ ِةاَرْﻮﱠ
ﺘﻟ ا ﱠﻞ
ِﺣُِﻷَو ْﻢُﻜَﻟ
َﺾ ْﻌ َﺑ
يِﺬﱠﻟا َمﱢﺮُﺣ
ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ْﻢُﻜُﺘْﺌِﺟَ
و ٍﺔَﯾﺂِﺑ
ْﻦ ِﻣ
ْﻢُﻜﱢﺑَر اﻮُﻘﱠﺗﺎَﻓ
َﱠﷲ ِن
ﻮُ ﻌﯿِط َأ َو
50 Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil yang berkata kepada
mereka: Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda mu`jizat dari Tuhanmu, yaitu aku
membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah;
dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu adalah suatu tanda kebenaran kerasulanku bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Dan aku datang
kepadamu membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu,
dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda mu`jizat dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta`atlah
kepadaku QS. ²li Imr±n[389] :49-50.
282
Akar kata dari al-buru adalah tersusun dari huruf-huruf ba, ra dan hamzah ب
- ر
- ء
yang mempunyai dua makna pokok. Pertama, penciptaan dan pembebasan. Kedua, kesembuhan. Lihat al-Raghib
al-Asfah±ni, Mufrad±t al-F±§ al-Quran, h. 50.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
183
Al-R±z³ mencatat
283
bahwa yang dimaksud kata bi ±yatin ﺔﯾﺂﺑ dalam firman Allah:
ﻲﻧأ ﺪﻗ
ﻢﻜﺘﺌﺟ ﺔﯾﺂﺑ
ﻦﻣ ﻢﻜﺑ ر
adalah mempunyai arti beberapa jenis dan bukan hanya satu jenis tanda saja, karena Allah telah menyebutkan beberapa
bilangan tanda-tanda kemukjizatan, seperti: menghidupkan orang yang telah meninggal, menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya dan orang yang
berpenyakit sopak dan informasi tentang masalah-masalah yang ghaib. Kemudian Allah swt menegaskan dengan lima bentuk kemukjizatan yang didatangkan
kepada Nabi Isa as melalui firman-Nya ﻲﻧأ
ﻖﻠﺧأ ﻢﻜﻟ
ﻦﻣ ﻦﯿﻄﻟا
ﺔﺌﯿﮭﻛ ﺮﯿﻄﻟا
ﺦﻔﻧﺄﻓ ﮫﯿﻓ
نﻮﻜﯿ ﻓ اﺮﯿط
نذﺈﺑ ﷲ
Lima jenis kemujizatan yang dimaksud adalah: Pertama: Sesungguhnya
aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda mu`jizat dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung;
kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.
Kedua, Ketiga dan Keempat; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang
mati dengan seizin Allah; Kelima: dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu
makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
284
Term yang semakna dengan burah sebagaimana tersebut pada ayat di atas adalah terkait dengan jenis kemujizatan Nabi Isa as yang kedua dan ketiga,
yakni: ئﺮﺑأو
ﮫﻤﻛﻷا صﺮﺑﻷا و
-dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak. Dalam hal ini al-R±z³ menjelaskan:
283
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 4, Jus: 8, h. 61
284
al-R±z³, Tafsir, Jilid 4, Jus: 8. h. 61-65
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
184
ﺐھذ ﺮﺜﻛأ
ﻞھأ ﺔﻐﻠﻟا
ﻰﻟإ نأ
ﮫﻤﻛﻷا ﻮھ
يﺬﻟا ﺪﻟو
،ﻰﻤﻋأ لﺎﻗو
ﻞﯿﻠﺨﻟ ا هﺮﯿﻏو
ﻮھو يﺬﻟا
ﻰﻤﻋ ﺪﻌﺑ
نأ نﺎﻛ
،اﺮﯿﺼﺑ ﻦﻋو
ﺪھﺎﺠﻣ ﻮھ
يﺬﻟا ﻻ
ﺮﺼﺒﯾ ،ﻞﯿﻠﻟﺎﺑ
لﺎﻘﯾو :
ﮫﻧإ ﻢﻟ
ﻦﻜﯾ ﻲﻓ
هﺬھ ﺔﻣﻷا
ﮫﻤﻛأ ﺮﯿﻏ
ةدﺎﺘﻗ ﻦﺑا
ﺔﻣﺎﻋد ﻲﺳوﺪ ﺴﻟ ا
ﺐﺣﺎﺻ ،ﺮﯿﺴﻔﺘ ﻟا
يورو ﮫﻧأ
ﮫﯿﻠﻋ ةﻼﺼ
ﻟا مﻼﺴﻟاو
ﺎﻤﺑر ﻊﻤﺘﺟإ
ﮫﯿﻠﻋ نﻮﺴﻤﺧ
ﺎﻔﻟأ ﻦﻣ
ﻰﺿﺮﻤﻟا ﻦﻣ
قﺎطأ ﻢﮭﻨﻣ
،هﺎﺗأ ﻦﻣو
ﻢﻟ ﻖﻄﯾ
هﺎﺗأ ﻰﺴﯿﻋ
ﮫﯿﻠﻋ مﻼﺴﻟا
ﺎﻣو ﺖﻧﺎﻛ
ﮫﺗواﺪﻣ ﻻإ
ءﺎﻋﺪﻟﺎﺑ هﺪﺣو
.
285
Kebanyakan ahli bahasa berpendapat bahwa term al-akmaha ﮫﻤﻛﻷا ialah orang yang dilahirkan sudah dalam keadaan buta, Khal³l dan
lainnya berkata: al-akmaha ialah orang yang buta sesudah melihat. Muj±hid berkata: al-akmaha ialah orang yang tidak bisa melihat
pada malam hari. Bahkan dikatakan bahwa dalam umat ini umat Nabi Muhammad tidak ada yang akmah kecuali Qatadah ibn
Du`±mah al-Sadusi pengarang tafsir. Telah diriwayatkan dari Rasul Saw. Pernah terjadi orang sakit secara bersamaan hingga lima puluh
ribu orang. Mereka yang mampu berjalan datang kepada Nabi Isa, dan bagi mereka yang tidak mampu maka Nabi Isa yang
mendatanginya.
Sedangkan cara
penyembuhannya tidak
menggunakan media apapun kecuali hanya dengan doa. ْذِ
إ َل
ﺎَ ﻗ ُﱠﷲ
ﻰَﺴ ﯿِ ﻋﺎَﯾ
َﻦ ْﺑ ا
َﻢَﯾْﺮَﻣ ْﺮ
ُﻛ ْ ذا ﻲِﺘَﻤْﻌِﻧ
َﻚ ْﯿ َﻠَﻋ
ﻰﻠَﻋَو َﻚ
ِﺗ َﺪِﻟاَو ْذِ
إ َﻚ
ُﺗ ْﺪﱠﯾَأ ِحوُ ﺮِﺑ
ِس ُ ﺪ ُﻘْﻟا
ُﻢﱢﻠَﻜُﺗ َس
ﺎﱠ ﻨﻟا ﻲِﻓ
ِﺪْﮭَﻤْﻟا ً ﻼ
ْﮭ َﻛَو ْذِ
إ َو َﻚ
ُﺘ ْﻤﱠﻠَﻋ َب
ﺎَ ﺘِﻜْﻟا َﺔَﻤْﻜِﺤْﻟاَو
َةاَرْﻮﱠ ﺘﻟ اَو
َﻞ ﯿِ ﺠْﻧِْﻹاَو
ْذِ إ َو
ُﻖ ُﻠ ْﺨَﺗ
َﻦ ِﻣ
ِﻦ ﯿﱢ ﻄ
ﻟا ِﺔَﺌْﯿَﮭَﻛ
ِﺮْﯿ ﱠﻄ ﻟا
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ُﺦ
ُﻔ ْ ﻨَﺘَﻓ ﺎَﮭﯿِﻓ
ُن ﻮُﻜَﺘَﻓ
اًﺮ ْﯿ َط
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ُئ
ِﺮ ْﺒُﺗ َو َﮫَﻤْﻛَْ ﻷا
َص َﺮ ْﺑَْ ﻷاَو
ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ ْذِ
إ َو ُج
ِﺮْﺨُﺗ
285
al-R±z³, Tafsir, Jilid 4, Jus: 8. h. 64. Lebih lanjut al-R±zi mengemukakan pendapat al- Kalabi sehubungan dengan doa Nabi Isa dalam menghidupkan orang yang sudah meninggal
sebagai berikut.
لﺎﻗ ﻲﺒﻠﻜﻟا
نﺎﻛ ﻰﺴﯿﻋ
ﻲﺤﯾ تاﻮﻣﻷا
ﺎﯿﺑ ﻲﺣ
مﻮﯿﻗﺎﯾ ﺎﯿﺣأ و
،رذﺎﻋ نﺎﻛو
ﺎﻘﯾﺪﺻ ،ﮫﻟ
ﺎﻋد و مﺎﺳ
ﻦﺑ حﻮﻧ
ﻦﻣ ،هﺮﺒﻗ
جﺮﺨﻓ ،ً ﺎﯿﺣ
ﺮﻣو ﻰﻠﻋ
ﻦﺑا ﺖﯿﻣ
زﻮﺠﻌﻟ ﺎﻋﺪﻓ
،ﷲ لﺰﻨﻓ
ﻦﻋ هﺮﯾﺮﺳ
،ﺎﯿﺣ ﻊﺟرو
ﻰﻟإ ﮫﻠھأ
ﺪﻟوو ،ﮫﻟ
ﮫﻟﻮﻗو نذﺈﺑ
ﷲ ﻊﻓر
ﻢھﻮﺘﻟ ﻦﻣ
ﺪﻘﺘﻋا ﮫﯿﻓ
ﺔﯿﮭﻟﻹا .
Al-Kalabiy berkata: bahwa Nabi Isa menghiduppkan orang mati dengan doa: y± ¥ayyu y± qayy- m, menghidupkan temannya yang bernama ²©ir, memanggil S±m bin N- ¥ dari kuburnya,
maka keluarlah dalam keadaan hidup. Pada suatu saat Nabi Isa pernah berjalan kemudian bertemu dengan anak laki-laki meninggal, putra dari seorang nenek-nenek, maka Nabi Musa berdoa kepada
Allah Swt, lalu anak itu turun dari ranjang dalam keadaan hidup, kemudian rujuk nikah dengan istrinya sehingga mempunyai seorang anak. Firman Allah bi i©nill±h berfungsi untuk
menghilangkan dugaan orang yang mengatakan bahwa Nabi Isa adalah Tuhan.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
185
ﻰَﺗْﻮَﻤْﻟا ﻲِﻧْذِ ﺈِﺑ
ْذِ إ َو
ُﺖ ْﻔ َ ﻔَﻛ
ﻲِﻨَﺑ َﻞ
ﯿِ ﺋاَﺮْﺳِإ َﻚ
ْﻨ َ ﻋ ْذِ
إ ْﻢُﮭَﺘْﺌ ِﺟ
ِت ﺎَ ﻨﱢﯿَﺒْﻟﺎِﺑ
َل ﺎَ ﻘَﻓ
َﻦ ﯾِ ﺬﱠﻟا
اوُﺮَ ﻔَ ﻛ
ْﻢُﮭْﻨِﻣ ْن
ِإ اَﺬَھ
ﱠ ﻻ ِإ
ٌﺮ ْﺤِﺳ
ٌﻦ ﯿِ ﺒُﻣ
110 ْذِ
إ َو ُﺖ
ْﯿ َﺣْوَأ ﻰَﻟِإ
َﻦ ﯿﱢ ﯾِراَﻮَﺤْﻟ ا
ْن َأ
اﻮُﻨِﻣاَء ﻲِﺑ
ﻲِﻟﻮُﺳَﺮِﺑَو اﻮُﻟﺎَﻗ
ﺎﱠﻨَﻣاَء ْﺪَﮭْﺷاَو
ﺎَﻨﱠﻧَﺄِﺑ َن
ﻮُ ﻤِﻠْﺴُﻣ 111
Ingatlah, ketika Allah mengatakan: Hai `Isa putra Maryam, ingatlah ni`mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku
menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;
dan ingatlah di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan ingatlah pula di waktu kamu membentuk dari
tanah suatu bentuk yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung yang
sebenarnya dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan
orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup
dengan seizin-Ku, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata. Dan ingatlah, ketika Aku ilhamkan kepada pengikut `Isa yang setia: Berimanlah kamu kepada-Ku dan
kepada rasul-Ku. Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah wahai rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang patuh kepada seruanmu QS al-Maidah[5112]: 110- 111
Ayat di atas mengandung beberapa masalah di antaranya ialah tentang kedudukan firman Allah swt yang menggunakan kata i© ذإ dan delapan
kenikmatan yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as. Penjelasan tentang kedua masalah yang di maksud adalah sebagai berikut.
ﻊﺿﻮﻣ ذإ
زﻮﺠﯾ نأ
نﻮﻜﯾ ﺎﻌﻓ ر
ﺑﻹﺎﺑ ءاﺪﺘ
ﻰﻠﻋ ،ﻰﻨﻌﻣ
كاذ لﺎﻗذإ
،ﷲ زﻮﺠﯾ و
نأ نﻮﻜﯾ
ﻰﻨﻌﻤﻟ ا :
ﺮﻛذأ اذإ
لﺎﻗ ﷲ
. جﺮﺧ
ﮫﻟﻮﻗ لﺎﻗذإ
ﷲ ﻰﻠﻋ
ﻆﻔﻟ ﻲﺿ
ﺎ ﻤﻟ ا نود
ﻞﺒﻘﺘﺴﻤ ﻟ ا ﮫﯿﻓو
هﻮﺟو :
لوﻷا :
ﺔﻟاﺪﻟا ﻰﻠﻋ
بﺮﻗ ﺔﻣﺎﯿﻘﻟا
ﻰﺘﺣ ﺎﮭﻧﺄﻛ
ﺪﻗ ﺖﻣﺎﻗ
ﺖﻌﻗوو ﻞﻛو
تأ ﺐﯾﺮﻗ
. لﺎﻘﯾو
:
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
186
ﺶﯿﺠﻟا ﺪﻗ
،ﻰﺗأ اذإ
بﺮﻗ ﻢﮭﻧﺎﯿﺗإ
. لﺎﻗ
ﷲ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻰﺗأ ﺮﻣأ
ﷲ .
ﻲﻧﺎﺜﻟا :
ﮫﻧأ درو
ﻰﻠﻋ ﺔﯾﺎﻜﺣ
لﺎﺤﻟا هﺮﯿﻈﻧو
لﻮﻗ ﻞﺟﺮﻟا
ﮫﺒﺣﺎﺼﻟ ﻚﻧﺄﻛ
ﺎﻨﺑ ﺪﻗو
ﺎﻨﻠﺧد ةﺪﻠﺑ
اﺬﻛ ﺎﻨﻌﻨﺼ
ﻓ ﺎﮭﯿ ﻓ
اﺬﻛ حﺎﺻ
ذ إ ﺢﺋﺎﺻ
ﻲﻨﺘﻛﺮﺘﻓ ﮫﺘﺒﺟأو
. هﺮﯿﻈﻧو
ﻦﻣ نأﺮﻘﻟا
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻮﻟو ىﺮﺗ
ذإ اﻮﻋﺰﻓ
ﻼﻓ تﻮﻓ
. ﻮﻟو
ىﺮﺗ ذإ
ﻦﯾﺬﻟﺎﻓﻮﺘ ﯾ اوﺮﻔﻛ
ﺔﻜﺋﻼﻤﻟا ﻮﻟو
ىﺮﺗ ذإ
نﻮﻤﻟﺎﻈﻟا نﻮﻓﻮﻗﻮﻣ
ﺪﻨﻋ ﻢﮭﺑر
ﮫﺟﻮﻟاو ﻲﻓ
ﻞﻛ هﺬھ
تﺎﯾﻷا ﺎﻣ
،هﺎﻧﺮﻛذ ﻦﻣ
ﮫﻧأ جﺮﺧ
ﻰﻠﻋ ﻞﯿﺒﺳ
ﺔﯾﺎﻜﺤﻟا ﻦﻋ
لﺎﺤﻟا .
286
Status i© ذإ pada ayat tersebut boleh jadi berkedudukan sebagai ma¥al rafa` oleh ±mil ibtida dalam arti:
كاذ ذإ
لﺎﻗ ﷲ
itulah ketika Allah berfirman dan boleh juga dalam arti:
ﺮﻛذأ اذإ
لﺎﻗ ﷲ
ingatkanlah ketika Allah swt berfirman. Penunjukan m±«³ waktu lampau dan bukan mu«±ri`waktu yang belum terjadi pada ayat:
لﺎﻗذإ ﷲ
ini terdapat dua masalah, Pertama: Hal itu mengisyaratkan
kedekatan terjadinya hari kiamat, sehingga seakan-akan hari kiamat itu benar-benar telah terjadi, dan setiap yang akan datang itu berarti
sudah dekat. Sebagaimana dikatakan: Tentaranya benar-benar telah datang, jika kedatangannya itu memang sudah dekat. Allah swt
berfirman dalam QS al-Na¥l ayat 1:
ﻰﺗأ ﺮﻣأ
ﷲ ﻼﻓ
هﻮﻠﺠﻌﺘﺴﺗ ...
-Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta
agar disegerakan datangnya. Kedua: ayat ini mengkisahkan peristiwa yang sedang terjadi, contohnya ialah: perkataan seseorang
kepada temannya:
ﻚﻧﺄﻛ ﺎﻨﺑ
ﺪﻗو ﺎﻨﻠﺧد
ةﺪﻠﺑ اﺬﻛ
ﺎﻨﻌﻨﺼ ﻓ
ﺎﮭﯿﻓ اﺬﻛ
حﺎﺻ ذإ
ﺢﺋﺎﺻ ﻲﻨﺘﻛﺮﺘ ﻓ
ﮫﺘﺒﺟأ و -kaannaka bin± wa qad dakhaln± baldatan ka©± fa
¡ana`n± f³h± ka©± i© ¡±¥± ¡±i¥un fataraktan³ wa ajibtuhu Engkau seakan bersamaku dan talah masuk pada negeri X, kemudian di
negeri itu kita sedang mengerjakan Z, pada saat itu ada orang lain yang sedang memanggil, maka engkau tinggalkan aku, dan engkau
memenuhi panggilannya. Contoh lainnya ialah firman Allah dalam QS Sab± ayat: 51 -
ﻮﻟو ىﺮﺗ
ذإ اﻮﻋﺰﻓ
ﻼﻓ تﻮﻓ
اوﺬﺧأ و ﻦﻣ
نﺎﻜﻣ ﺐﯾﺮﻗ
yang artinya: Dan alangkah hebatnya jikalau kamu melihat ketika
mereka orang-orang kafir terperanjat ketakutan pada hari kiamat; maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka
ditangkap dari tempat yang dekat untuk dibawa ke neraka, QS al- Anf±l ayat 50:
ﻮﻟو ىﺮﺗ
ذإ ﻰﻓﻮﺘﯾ
ﻦﯾﺬﻟا اوﺮﻔﻛ
ﺔﻜﺋ ﻼﻤ ﻟ ا -Kalau kamu melihat
ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir …
Demikian pula sebagaimana firman Allah swt dalam QS Sab± ayat
286
al-R±z³, Tafsir, Jilid 6, Jus: 12, h. 132
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
187
31: ﻮﻟو
ىﺮﺗ ذإ
نﻮﻤﻟﺎﻈﻟا نﻮﻓﻮﻗﻮﻣ
ﺪﻨﻋ ﻢﮭﺑر
-Dan alangkah hebatnya kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan
kepada Tuhannya. Dimensi tiap-tiap ayat yang telah kami sebutkan itu adalah termasuk pengecualian mengenai waktu kejadian.
Tinjauan arti pada beberapa ayat ini sama seperti yang telah saya sebutkan, yakni penunjukan tentang cerita yang sedang terjadi.
Sedangkan, delapan kenikmatan yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as sebagaimana disebutkan dalam firman Allah tersebut adalah sebagai berikut.
ﺎﮭﻟوأ ﮫﻟﻮﻗ
ذإ ﻚﺗﺪﯾأ
حوﺮﺑ سﺪﻘﻟا
، ﺎﮭﯿ ﻧﺎﺛو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻢﻠﻜﺗ سﺎﻨﻟا
ﻲﻓ ﺪﮭﻤﻟ ا
ﻼﮭﻛو ،
ﺎﮭﺜﻟﺎﺛو ﮫﻟﻮﻗ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ذإو
ﻚﺘﻤﻠﻋ بﺎﺘﻜﻟا
ﺔﻤﻜﺤﻟاو ةارﻮﺘﻟاو
ﻞﯿﺠﻧ ﻹا و ،
ﺎﮭﻌﺑارو ﮫﻟﻮﻗ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ذإو
ﺨﺗ ﻖﻠ
ﻦﻣ ﻦﯿﻄﻟا
ﺔﺌﯿﮭﻛ ﺮﯿﻄﻟا
ﻲﻧذﺈﺑ ﺦﻔﻨﺘﻓ
ﺎﮭﯿ ﻓ نﻮﻜﺘ ﻓ
اﺮﯿط ﻲﻧذﺈﺑ
، ﺎﮭﺴﻣ ﺎ ﺧو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ئﺮﺒﺗو ﮫﻤﻛﻷا
صﺮﺑﻷاو ﻲﻧذﺈﺑ
، ﺎﮭﺳدﺎﺳو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ذإو جﺮﺨﺗ
ﻰﺗﻮﻤﻟا ﻲﻧذﺈﺑ
، ﺎﮭﻌﺑﺎﺳو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ذإو ﺖﻔﻔﻛ
ﻲﻨﺑ ﻞﯿﺋاﺮﺳإ
ﻚﻨﻋ ذإ
ﻢﮭﺘﺌﺟ تﺎﻨﯿﺒﻟﺎﺑ
ﻢﺛ لﺎﻗ
ﻰﻟﺎﻌﺗ لﺎﻘﻓ
ﻦﯾﺬﻟا اوﺮﻔﻛ
ﻢﮭﻨﻣ نإ
اﺬھ ﻻإ
ﺮﺤﺳ ﻦﯿﺒﻣ
، ﺎﮭﻨﻣﺎﺛو
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ذإو ﺖﯿﺣوأ
ﻰﻟإ ﻦﯿﯾراﻮﺤﻟ ا
نأ اﻮﻨﻣاء
ﻲﺑ ﻲﻟﻮﺳﺮﺑو
اﻮﻟﺎﻗ ﺎﻨﻣاء
ﺪﮭﺷاو ﺎﻨﻧﺄﺑ
نﻮﻤﻠﺴﻣ
287
Pertama: Ingatlah, ketika Allah mengatakan: Hai `Isa putra Maryam, ingatlah ni`mat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu
Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kedua, Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah
dewasa; Ketiga, dan ingatlah di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil; Keempat, dan ingatlah pula di
waktu kamu membentuk dari tanah suatu bentuk yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu
bentuk itu menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin-Ku. Kelima, Dan ingatlah, waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, Keenam, dan ingatlah di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup dengan seizin- Ku, Ketujuh, dan ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil
dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
287
al-R±z³, Tafs³r, Jilid 6, Jus: 12, h. 132-136
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
188
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata. Kedelapan, Dan ingatlah, ketika
Aku ilhamkan kepada pengikut `Isa yang setia: Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku. Mereka menjawab: Kami telah
beriman dan saksikanlah wahai rasul bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh kepada seruanmu.
Kata burah ئﺮﺒﺗو yang disebut pada urutan kelima di atas adalah menunjuk pada kesembuhan yang telah dikenal secara fisik, yaitu berupa sakit
kebutaan sejak dalam kandungan ibu, dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Allah swt. Al-Kh±l³l³ sebagaimana dikutib al-R±z³ berkata: al-akmaha
ﮫﻤﻛﻷا adalah orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, sedangkan al-a`m± ﻰﻤﻋﻷا ialah orang yang lahir dalam keadaan melihat kemudian menjadi buta.
Firman Allah ﻲﻧذﺈﺑ yang diulang-ulang penyebutannya adalah sebagai takid penguat bahwa semuanya itu terjadi karena kekuasaan dan ciptaan Allah swt,
bukan kekuasaan dan ciptaan Nabi Isa as. dengan kata lain bahwa kejadian tersebut adalah tindakan Allah pada saat Nabi Isa berdoa.
288
Uraian makna tentang bur’ah dan penunjukan beberapa ayat yang terkait dengannya dapat ditegaskan bahwa kata ini dapat diartikan sebagai penyembuhan
terhadap suatu penyakit, baik fisik maupun psikis. Bahkan kalau mencermati dua ayat di atas menunjukkan bahwa tingkat penyembuhannya itu tergolong istimewa,
luar biasa dan sangat menakjubkan. b. Sal±mah
Term syif±’ selain menunjuk pada proses dan perangkat tekniknya juga merujuk pada hasil yang diperolehnya, yaitu:
ﺔﻣﻼﺴﻟ ا ﻦﻣ
ﻢﻘﺴﻟ ا –al-sal±mat min al-
288
al-R±z³, Tafsir, Jilid 6, Jus: 12, h. 134
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
189
saqam - terhindar dari suatu penyakit.
289
Esensi term sal±mah maupun keselamatan yang dimaksud sangat terkait dengan eksistensi diri Nabi Ibrahim
dan wujud permohonannya kepada Allah swt sejak dalam kehidupannya hingga di hari kebangkitan. Kata tersebut terkait dengan QS al-Syu`ar±’[2647]: 87-91
dan QS al-¢±ff±t [3756]:83-84
290
sebagai berikut. َﻻ
َو ﻲِﻧِﺰْﺨُﺗ
َمْﻮَﯾ ُ ﺜَﻌْﺒُﯾ
َن ﻮ
87 َمْﻮَﯾ
َﻻ ُﻊَﻔْﻨَﯾ
ٌل ﺎَ ﻣ
َﻻ َو
َن ﻮُ ﻨَ ﺑ
88 ﱠ ﻻ
ِإ ْﻦ
َﻣ ﻰَﺗَأ
َﱠﷲ ٍﺐ
ْﻠ َﻘِﺑ ٍﻢﯿِﻠَﺳ
89 ِﺖ
َﻔ ِﻟْزُأَو ُﺔﱠﻨَﺠْ
ﻟ ا َﻦ
ﯿِ ﻘﱠﺘُﻤْﻠِﻟ 90
ِت َز ﱢﺮ
ُﺑ َو ُﻢﯿِﺤَﺠ
ْﻟا َﻦ
ﯾِ وﺎَﻐْﻠ ِﻟ 91
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa dan
diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat, QS 26-Al-Syu`ar±’ [2647]: 87-91.
ﱠن ِإ َو
ْﻦ ِﻣ
ِﮫِﺘَﻌﯿِﺷ َﻢﯿِھاَﺮْﺑَِ ﻹ
83 ْذِ
إ َءﺎَﺟ
ُﮫﱠﺑَر ٍﺐ
ْﻠ َ ﻘِﺑ ٍﻢﯿِﻠَﺳ
84 Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
Nuh. Ingatlah ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci QS al-¢±ff±t [3756]:83-84.
Dua ayat yang di dalamnya mengandung kata qalb sal³m tersebut dapat dijadikan rujukan bahwa makna kesehatan –ﺔﻣﻼﺳ menunjukkan kebersihan dan
kesucian dalam diri manusia sejak dari awal kehidupan hingga di hari kebangkitan.
289
Lihat al-R±ghib al-Asfahani mengidentikkan term syif± min al-mara« - sembuh dari penyakit dengan istilah syifa al-sal±mah – obat keselamatan, yang pada perkembangan
selanjutnya term tersebut digunakan sebagai nama dalam penyembuhan – wa ¡±ra isman li al- buri. Lihat al-R±ghib, h 296. Sedangkan al-burah itu sendiri antara lain diartikan oleh al-R±ghib
sebagai bentuk al-sal±mat min al-saqam –terhindar dari penyakit atau dengan kata lain baratu min al-mara« - aku sembuh dari penyakit. Lihat pada pengarang yang sama h. 50.
290
Kedua ayat tersebut menurut catatn Mu¥ammad Fu±d Abd al-B±q³ termasuk kategori makiah. Lihat h. 453.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
190
Al-R±z³ menegaskan bahwa firman Allah swt tentang: ﻦﻣﻻإ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
dalam QS al-Syu`ar±’[2647]:87-91 adalah merupakan sebuah kemulyaan yang diberikan Allah kepada Nabi Ibr±him, ketika Allah telah menyatakan dengan
ungkapan sebagaimana terdapat dalam QS al-¢±ff±t [3756]:83-84: ءﺎﺟذ إ
ﮫﺑر ﺐﻠﻘﺑ
ﻢﯿﻠﺳ نإو
ﻦﻣ ﮫﺘﻌﯿﺷ
،ﻢﯿھاﺮﺑﻹ .
291
Persoalan selanjutnya ialah: kedudukan isti£n± pengecualian pada frase:
ﻦﻣﻻإ ﻰﺗأ
ﷲ ﺐﻠﻘﺑ
ﻢﯿﻠﺳ . Dalam hal ini al-R±z³ mengatakan.
ﻢﺛ ﻰﻓ
اﺬھ ءﺎﻨﺜﺘﺛﻹا
هﻮﺟو ﺎھﺪﺣأ
ﮫﻧأ اذإ
ﻞﯿﻗ ﻚﻟ
: ﻞھ
ﺪﯾﺰﻟ لﺎﻣ
نﻮﻨﺑو ؟
لﻮﻘﺘﻓ ﮫﻟﺎﻣ
هﻮﻨﺑو ﺔﻣﻼﺳ
،ﮫﺒﻠﻗ ﺪﯾﺮﺗ
ﻲﻔﻧ لﺎﻤﻟا
ﻦﯿﻨﺒﻟاو ﮫﻨﻋ
تﺎﺒﺛإو ﺔﻣﻼﺳ
ﺐﻠﻘﻟا ﮫﻟ
ﻻﺪﺑ ﻦﻋ
،ﻚﻟذ اﺬﻜﻓ
ﻲﻓ هﺬھ
ﺔﯾﻷا .
ﺄﮭﯿﻧﺎﺛو نأ
ﻞﻤﺤﻧ مﻼﻜﻟا
ﻰﻠﻋ ﻰﻨﻌﻤﻟا
ﻞﻌﺠﻧو لﺎﻤﻟا
ﻦﯿﻨﺒﻟاو ﻲﻓ
ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻨﻐﻟا
ﮫﻧﺄﻛ ﻞﯿﻗ
مﻮﯾ ﻻ
ﻊﻔﻨﯾ ﻰﻨﻏ
ﻻإ ﻰﻨﻏ
ﻦﻣ ﻰﺗأ
ﷲ ﺐﻠﻘﺑ
ﻢﯿﻠﺳ نﻷ
ﻲﻨﻏ ﻞﺟﺮﻟا
ﻲﻓ ﮫﻨﯾد
ﺔﻣﻼﺴﺑ ﮫﺒﻠﻗ
ﺎﻤﻛ نأ
ءﺎﻨﻏ ﻲﻓ
هﺎﯿﻧد ﮫﻟﺎﻤﺑ
ﮫﯿﻨﺑو ﺎﮭﺜﻟﺎﺛو
نأ ﻞﻌﺠﻧ
ْﻦ َﻣ
ﻻﻮﻌﻔﻣ ﻊﻔﻨﯿﻟ
يأ ﻻ
ﻊﻔﻨﯾ لﺎﻣ
ﻻو نﻮﻨﺑ
ﻻإ ﻼﺟر
ﻢﻠﺳ ﮫﺒﻠﻗ
ﻊﻣ ﮫﻟﺎﻣ
ﺚﯿﺣ ﮫﻘﻔﻧأ
ﻲﻓ ﺔﻋﺎ ط
ﷲ ،ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻊﻣو ﮫﯿﻨﺑ
ﺚﯿﺣ ﻢھﺪﺷرأ
ﻰﻟإ ،ﻦﯾﺪﻟا
ﺠﯾو زﻮ
ﻰﻠﻋ اﺬھ
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ﻦﻣ ﺔﻨﺘﻓ
لﺎﻤﻟا ﻦﯿﻨﺒﻟاو
.
292
Isti£n± pengecualian pada ayat tersebut dapat dilihat dari beberepa sudut pandang: Pertama, jika dikatakan kepada anda:
apakah Zaid punya harta dan anak? Maka anda akan menjawab bahwa keselamatan hati Zaid itulah harta dan anaknya, dalam arti
harta dan anaknya tidak ada, namun yang ada ialah keselamatan hati sebagai ganti dari harta dan anaknya. Kedua, pembicaan ini kita
arahkan pada makna tertentu, yakni kita artikan harta dan anak sebagai kekayaan, dengan demikian seakan-akan dapat dikatakan:
pada hari kekayaan tidak berguna, kecuali kekayaan orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, karena kekayaan agama
seseorang adalah dengan keselamatan hatinya, sebagaimana
291
Penjelasan ini didasarkan pada redaksi tafsir al-R±z³, Tafs³r, jilid 12, Jus 24, h.151 sebagai berikut:
ﺎﻣأ ﮫﻟﻮﻗ
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ﻢﻠﻋﺎﻓ ﮫﻧأ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﮫﻣﺮﻛأ
اﺬﮭﺑ ﻒﺻﻮﻟا
ﺚﯿﺣ لﺎﻗ
نإو ﻦﻣ
ﮫﺘﻌﯿﺷ ،ﻢﯿھاﺮﺑﻹ
ءﺎﺟذإ ﮫﺑر
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
292
Lihat al-R±z³, Tafsir, jilid 12, Jus 24, h.151-152
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
191
kekayaan dunianya adalah dengan harta dan anak-anaknya. Ketiga, menjadikan kata man berkedudukan sebagai maf`- l لﻮﻌﻔﻣ dari kata
yanfa`u ﻊﻔﻨﯾ , yakni harta dan anak-anak tidak lagi berguna kecuali orang yang selamat hati beserta harta dan anaknya, yakni hartanya
digunakan untuk taat pada Allah dan anaknya dibimbing dengan agama. Dengan demikian, frase:
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
-ill± man atall±h bi qalbin sal³m dapat diartikan: kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih dan terbebas dari fitnah harta dan anak.
Sedangkan kata al-sal³m itu sendiri, menurut al-R±z³ dapat ditinjau dari tiga dimensi. Pertama, sebagai tinjauan yang diakui kebenarannya bahwa yang
dimaksud dengan al-sal³m di sini ialah hati yang terhindar dari kebodohan dan akhlak tercela, terhindar dari akidah yang rusak dan terhindar pula dari berbagai
kecenderungan menuju kesenangan dan kenikmatan dunia. Dengan kata lain bahwa al-sal³m dapat diartikan sebagai hati yang selamat karena ia telah
bergandengan dengan ilmu dan akhlak terpuji atau hati yang sukses dengan akidah yang benar dan kepatuhannya benar-benar terpusat pada Allah swt bukan pada
harta dan kemegahannya. Menurutnya, kesehatan dan keselamatan badan dapat dikatakan sebagai hasil dari komposisi atau integrasi dari sesuatu yang sesuai
terhadap badannya, sedangkan sakit digambarkan sebagai hilangnya salah satu dari komposisi tersebut. Dalam hal ini sesuatu yang cocok dengan hati ialah ilmu
dan aklak terpuji. Kedua, al-sal³m bisa diartikan sebagai hati yang terisi dengan kepatuhan pada Allah swt. Ketiga, al-sal³m juga bisa berarti orang yang taat ﻢﻠﺳ ,
orang yang menyerahkan ﻢﻠﺳأ , orang yang menyelamatkan ﻢﻟﺎﺳ , dan bahkan orang yang berjuang untuk menyelamatkan ﻢﻠﺴﺘ ﺳإ . Penjelasan ini diperoleh dari
al-R±z³ dalam tafsirnya sebagai berikut:
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
192
ﺎﻣأ ﻢﯿﻠﺴﻟا
ﮫﯿﻔﻓ ﺔﺛﻼﺛ
ﮫﺟوأ لوﻷا
ﻮھ ﺢﺻ
ﻷا نأ
داﺮﻤﻟا ﮫﻨﻣ
ﺔﻣﻼﺳ ﺐﻠﻘﻟا
ﻦﻋ ﻞﮭﺠﻟا
ﺧﻷاو قﻼ
،ﺔﻠﯾذﺮﻟا ﻚﻟذو
ﮫﻧﻷ ﺎﻤﻛ
نإ ﺔﺤﺻ
نﺪﺒﻟا ﮫﺘﻣﻼﺳو
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
لﻮﺼﺣ ﺎﻣ
ﻰﻐﺒﻨﯾ ﻦﻣ
جاﺰﻤﻟا ﺐﯿﻛﺮﺘﻟاو
لﺎﺼﺗﻹاو ﮫﺿﺮﻣو
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
لاوز ﺪﺣأ
ﻚﻠﺗ رﻮﻣﻷا
ﻚﻟﺬﻜﻓ ﺔﻣﻼﺳ
ﺐﻠﻘﻟا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ لﻮﺼ
ﺣ ﺎﻣ
ﻰﻐﺒﻨ ﯾ ﮫﻟ
ﻮھو ﻢﻠﻌﻟا
ﻖﻠﺨﻟا و ﻞﺿ
ﺎﻔ ﻟا ﮫﺿ
ﺮﻣ و ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ لاوز
ﺎﻤھﺪﺣأ ﮫﻟﻮﻘﻓ
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
نأ نﻮﻜﯾ
ﺎﯿﻟﺎﺧ ﻦﻋ
ﺪﺋﺎﻘﻌﻟ ا ةﺪﺳﺎ ﻔﻟا
ﻞﯿﻤﻟ او ﻰﻟإ
تاﻮﮭﺷ ﺎﯿﻧﺪﻟا
ﺎﮭﺗاﺬﻟو .
نﺈﻓ ﻞﯿﻗ
ﺮھﺎﻈﻓ هﺬھ
ﺔﯾﻷا ﻰﻀ
ﺘ ﻘﯾ نأ
ﻦﻣ ﻢﻠﺳ
ﮫﺒﻠﻗ نﺎﻛ
ًﺎﯿﺟﺎﻧ ﮫﻧأو
ﺔﺟﺎﺣﻻ ﮫﯿﻓ
ﻰﻟإ ﺔﻣﻼﺳ
نﺎﺴﻠﻟا ﺪﯿﻟاو
ﮫﺑاﻮﺟ نأ
ﺐﻠﻘﻟا ﺮﺛﺆﻣ
نﺎﺴﻠﻟاو حراﻮﺠﻟاو
ﻊﺒﺗ نﺎﻛﻮﻠ ﻓ
ﺐﻠﻘﻟا ﺎﻤﯿﻠﺳ
نﺎﻜﻓ ﻦﯿﻤﯿﻠﺳ
،ﺔﻟﺎﺤﻣﻻ ﺚﯿﺣو
ﻢﻟ ﺎﻤﻠﺴﯾ
ﺖﺒﺛ مﺪﻋ
ﺔﻣﻼﺳ ﺐﻠﻘﻟا
. ﻞﯾوﺄﺘﻟا
ﻲﻧﺎﺜﻟا نأ
ﻢﯿﻠﺴﻟا ﻮھ
ﻎﯾﺪﻠﻟا ﻦﻣ
ﺔﯿﺸﺧ ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ .
ﻞﯾوﺄ ﺘﻟا ﺚﻟﺎﺜﻟا
نأ ﻢﯿﻠﺴﻟ ا
ﻮھ يﺬﻟا
ﻢﻠﺳ ﻢﻠﺳأ و
ﻢﻟﺎﺳو ﻢﻠﺴﺘﺳاو
ﷲو ﻢﻠﻋأ
.
293
Kandungan makna sal³m hati yang selamat terdapat tiga dimensi: Pertama, dimensi yang paling benar bahwa yang dimaksud dengan
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ialah keselamatan hati seseorang dari kebodohan dan akhlak tercela, demikian ini sama halnya dengan kesehatan dan
keselamatan badan adalah merupakan hasil dari percampuran maupun komposisi dari sesuatu yang sesuai terhadap badannya,
sedangkan sakit ibarat hilangnya salah satu dari komposisi tersebut. Demikian pula halnya dengan keselamatan hati adalah ibarat
tercapainya sesuatu yang cocok baginya, yaitu ilmu dan akhlak terpuji, dan sebaliknya hati yang sakit ibarat kehilangan salah satu
daripadanya. Karena itu firman Allah:
ﻻإ ﻦﻣ
ﻰﺗأ ﷲ
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
sudah seharusnya dipahami sebagai hati yang terhindar dari akidah yang
rusak dan terhindar pula dari kecenderungan menuju kesenangan dan kenikmatan dunia. Jika dikatakan bahwa secara eksplisit ayat ini
menjelaskan bahwa orang yang selamat hatinya berarti orang yang sehat beruntung, karena itu ia tidak butuh pada keselamatan lisan
dan keselamatan tangannya. Jawabnya ialah: bahwa hati sebagai aktor sekaligus agen perubahan, sedang lisan dan seluruh anggota
badanya adalah mengikutinya, jika hatinya selamat maka tidak mustahil keduanya juga selamat. Jika sekiranya lisan dan badan
tidak selamat, itu berarti hatinya tidak selamat atau tidak bersih.
293
Lihat al-R±z³, Tafsir, jilid 12, Jus 24, h.152
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
193
Kedua, al-sal³m adalah hati yang terisi atau terinjeksi dengan ketakutan pada Allah swt. Ketiga, al-sal³m bisa berarti orang yang
taat ﻢﻠﺳ , orang yang menyerahkan ﻢﻠﺳأ , orang yang menyelamatkan
ﻢﻟﺎﺳ , dan
orang yang
berjuang untuk
menyelamatkan ﻢﻠﺴﺘﺳإ, Wall±hu a`lam. Ungkapan tersebut menegaskan bahwa keselamatan dan kesehatan lisan
dan anggota badan merupakan bukti dari kesehatan hati manusia, karena kesehatan lisan dan badannya itu merupakan refleksi, manifestasi dan implikasi
dari kesehatan hatinya, dengan kata lain jika lisan dan anggota badan manusia dihinggapi oleh perkataan dan tindakan tercela, maka hal itu berarti hati mereka
juga sakit akibat terjangkiti oleh akidah yang rusak.
294
Berbagai kemulyaan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Ibr±him sebagaimana tersebut di atas adalah merupakan wujud kongkrit dari berbagai
upaya yang dilakukan oleh Nabi Ibr±him untuk menghadap Allah swt sebagaimana terkandung pada firman-Nya:
ءﺎﺠﻓ ﮫﺑر
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
yang rincian maknanya sebagai berikut.
ﺔﻠﺌﺴﻤﻟا ﺎﺜﻟا
ﺔﯿﻧ :
ﻞﻣﺎﻌﻟا ﻰﻓ
ذإ ﺎﻣ
لد ﮫﯿﻠﻋ
ﮫﻟﻮﻗ نإو
ﻦﻣ ﮫﺘﻌﯿﺷ
ﻦﻣ ﻰﻨﻌﻣ
ﮫﻌﯾﺎﺸﻤﻟا ﻲﻨﻌﯾ
, نإ
ﻦﻤﻣ ﮫﻌﯾﺎﺷ
ﻰﻠﻋ ﮫﻨﯾد
هاﻮﻘﺗو ﻦﯿﺣ
ءﺎﺟ ﮫﺑر
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ﻢﯿھاﺮﺑﻹ .
295
Masalah kedua setelah membicarakan tentang kedudukan «am³r hu pada frase
نإو ﻦﻣ
ﮫﺘﻌﯿﺷ ialah kedudukan kata i© ذإ sehubungan
dengan kata min pada frase نإو
ﻦﻣ ﮫﺘﻌﯿﺷ
yang berarti orang yang ikut, dalam arti: bahwa di antara orang-orang yang mengikuti agama
294
Secara sederhana keterkaitan ini dapat dipaparkan dalam satuan sistem sebagai berikut: a U¡- l berkaitan dengan akidah yang terpusat dalam hati sehingga diperoleh berbagai
pengetahuan yang disebut dengan ma`rifat bi al-qalb; b Fur- `berkaitan dengan syariah yang diwujudkan dalam bentuk ucapan maupun ikr±r bi al-lis±n; c Muk±syafah barkaitan dengan
totalitas akhlak pada diri seeorang dengan merealisasikannya dalam kehidupan amal bi al-ark±n.
295
Lihat al-R±z³, Tafsir, jilid 13, Jus 26, h.147
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
194
dan ketakwaan Nabi Ibr±him pada saat datang menuju Rab-nya juga dengan perantaraan hati yang bersih.
ﺎﻣأ ﮫﻟﻮﻗ
ذإ ءﺎﺟ
ﮫﺑر ﺐﻠﻘﺑ
ﻢﯿﻠﺳ ﮫﯿﻔﻓ
ﻞﺋﺎﺴﻣ :
ﺔﻠﺌﺴﻤﻟا ﻰﻟوﻷا
: ﻲﻓ
ﮫﻟﻮﻗ ﺐﻠﻘﺑ
ﻢﯿﻠﺳ نﻻﻮﻗ
لوﻷا لﺎﻗ
ﻞﺗﺎﻘﻣ ﻰﺒﻠﻜﻟا و
ﻰﻨﻌﯾ ﺺﻟﺎﺧ
ﻦﻣ ،كﺮﺸﻟا
ﻰﻨﻌﻤﻟ ا و ﮫﻧأ
ﻢﻠﺳ ﻦﻣ
كﺮﺸﻟا ﻢﻠﻓ
كﺮﺸﯾ ﺎ ﺑ
ﻲﻧﺎﺜﻟاو لﺎﻗ
نﻮﯿﻟﻮﺻﻷا داﺮﻤﻟا
ﮫﻧأ شﺎﻋ
تﺎﻣو ﻰﻠﻋ
ةرﺎﮭط ﺐﻠﻘﻟا
ﻦﻣ ﻞﻛ
د ﺲﻧ
ﻦﻣ ﻰﺻﺎﻌﻤﻟا
ﻞﺧﺪﯿﻓ ﮫﯿﻓ
ﮫﻧﻮﻛ ﺎﻤﯿﻠﺳ
ﻦﻋ كﺮﺸﻟا
ﻦﻋو ﻚﺸﻟا
ﻦﻋو ﻞﻐﻟا
ﺶﻐﻟ او ﺪﻘﺤﻟ او
ﺪﺴﺤﻟاو ,
ﻦﻋ ﻦﺑا
سﺎﺒﻋ ﮫﻧأ
نﺎﻛ ﺐﺤﯾ
سﺎﻨﻠﻟ ﺎﻣ
ﺐﺤﯾ ،ﮫﺴﻔﻨﻟ
296
ﻢﻠﺳو ﻊﯿﻤﺟ
سﺎﻨﻟا ﻦﻣ
ﮫﺸﻏ ﮫﻤﻠظو
ﮫﻤﻠﺳأو ﷲ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻢﻠﻓ
لﺪﻌﯾ ﮫﺑ
اﺪﺣأ .
ﺞﺘﺣاو نﻮﺒھاﺬﻟا
ﻰﻟإ لﻮﻘﻟا
لوﻷا ﮫﻧﺄﺑ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺮﻛذ
ﺪﻌﺑ هﺬھ
ﺔﻤﻠﻜﻟا هرﺎﻜﻧإ
ﻰﻠﻋ ﮫﻣﻮﻗ
كﺮﺸﻟ ا ،ﺎ ﺑ
ﻮھو ﮫﻟﻮﻗ
لﺎﻗذإ ﮫﯿﺑﻷ
ﮫﻣﻮﻗ و اذﺎﻣ
نوﺪﺒﻌﺗ ﺞﺘﺣا و
نﻮﺒھاﺬﻟا ﻰﻟإ
لﻮﻘﻟا ﻰﻧﺎﺜﻟا
نﺄﺑ ﻆﻔﻠﻟا
ﻖﻠﻄﻣ ﻼﻓ
ﺪﯿﻘﯾ ﺔﻔﺼﺑ
نود ،ﺔﻔﺻ
ﺪﻛﺄﺘﯾو اﺬھ
ﮫﻟﻮﻘﺑ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﻟو ﺪﻘ
ﺎﻨﯿﺗأ ﻢﯿھاﺮﺑإ
هﺪﺷر ﻦﻣ
ﻞﺒﻗ ﺎﻨﻛو
ﮫﺑ ﻦﯿﻤﻟﺎﻋ
ﻊﻣ ﮫﻧأ
ﻰﻟﺎﻌﺗ لﺎﻗ
ﷲ ﻢﻠﻋأ
ﺚﯿﺣ ﻞﻌﺠﯾ
ﮫﺘﻟﺎﺳر لﺎﻗو
ﻚﻟﺬﻛو ىﺮﻧ
ﻢﯿھاﺮﺑإ تﻮﻜﻠﻣ
تاﻮﻤﺴﻟا ضرﻷاو
نﻮﻜﯿﻟو ﻦﻣ
ﻦﯿﻨﻗﻮﻤﻟا
297
Firman Allah: ذإ
ءﺎﺟ ﮫﺑر
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
mengandung banyak masalah. Pertama, frase:
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ada dua pendapat. 1 Menurut Muq±til dan al-Kalabiy, biqalbin sal³m berarti bersih dari syirik, yakni orang itu
selamat dari kemusyrikan, sehingga tidak menyekutukan Allah. 2 Menurut Ahli U¡- l, yang dimaksud biqalbin sal³m adalah orang
yang hidup dan mati dalam keadaan suci hatinya dari noda
296
Hadis Riwayat Bukhari Bab Iman No. Hadis 2 disebutkan:
ﺎﻨﺛﺪﺣ ةدﺎﺘﻗ
ﻦﻋ ﺲﻧأ
ﻦﻋ ﻲﺒﻨﻟا
ﻰﻠﺻ ﷲ
ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو
لﺎﻗ ﻻ
ﻦﻣﺆﯾ ﻢﻛﺪﺣأ
ﻰﺘﺣ ﺐﺤﯾ
ﮫﯿﺧﻷ ﺎﻣ
ﺐﺤﯾ ﮫﺴﻔﻨ ﻟ
هاور يرﺎﺨﺒﻟ ا
-Qatadah bercerita dari Anas dari Nabi Saw: ia bersabda: Seseorang tidak beriman sehingga mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri HR Bukhari. Sejalan dengan hadis tersebut adalah Firman Allah Swt dalam QS Ali Imr±n: 92, yaitu:
ﻦﻟ اﻮﻟﺎﻨﺗ
ﺮﺒﻟا ﻰﺘﺣ
اﻮﻘﻔﻨﺗ ﺎﻤﻣ
نﻮﺒﺤﺗ ﺎﻣو
اﻮﻘﻔﻨﺗ ﻦﻣ
ءﻲﺷ نﺈﻓ
ﷲ ﮫﺑ
ﻢﯿﻠﻋ
-Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya QS Ali Imr±n: 92.
297
Lihat al-R±z³, Tafs³r, jilid 13, Jus 26, h.147
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
195
kemaksiatan, termasuk di dalamnya orang yang selamat dari syirik, ragu, panas hati, dendam, penipuan dan iri hati. Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw mencintai sesuatu untuk orang lain sebagaimana ia mencintai sesuatu itu untuk dirinya, sehingga
semua orang selamat dari tipuan dan kelalimannya, sementara itu Allah swt telah membersihkan Nabi dari sifat-sifat keburukan
tersebut, maka sudah barang tentu segala tindakan Nabi tidak akan merugikan kepada siapapun.
Penganut pendapat pertama yakni: qalbin sal³m diartikan bersih dari syirik dengan alasan bahwa kalimat yang disebut sesudahnya
itu adalah mengandung makna pengingkaran Nabi Ibrahim megenai kemusyrikan kaumnya terhadap Allah swt, sebagaimana tampak
pada firman-Nya: لﺎﻗذإ
ﮫﯿﺑﻷ ﮫﻣﻮﻗ و
ﺎﻣ نوﺪﺒﻌﺗ
- Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah yang kamu sembah?
298
Sedangkan penganut pendapat kedua berargumentasi bahwa lafal sal³m tersebut menggunakan kata yang mutlak dengan tanpa ada
pembatasan, maka sudah barang tentu tidak dibatasi dengan suatu sifat tertentu. Hal ini dikuatkan oleh beberapa firman Allah yang
artinya: Pertama: Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan
kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum Musa dan Harun,
dan adalah Kami mengetahui keadaan nya Kedua: Allah lebih
mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan QS al-
An`±m: 124; Ketiga Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami yang terdapat di langit dan
bumi, dan Kami memperlihatkannya agar Ibrahim itu termasuk
orang-orang yang yakin QS al-An`±m: 75.
299
298
Lihat QS al-Syu`ar±: 70.
لﺎﻗذإ ﮫﯿﺑﻷ
ﮫﻣﻮﻗ و ﺎﻣ
نوﺪﺒﻌﺗ
- Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah yang kamu sembah?. Bandingkan dengan QS al-¢aff±t: 85:
ذإ لﺎﻗ
ﮫﯿﺑﻷ ﮫﻣﻮﻗ و
اذﺎﻣ نوﺪﺒﻌﺗ
- Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah yang kamu sembah itu?.
299
Ketiga Firman Allah Swt yang dimaksudkan ialah QS al-Anbiy±: 51, al-An`±m: 124 dan 75 sebagai berikut.
1-
ﺪﻘﻟو ﺎﻨﯿﺗاء
ﻢﯿھاﺮﺑإ هﺪﺷر
ﻦﻣ ﻞﺒﻗ
ﺎﻨﻛو ﮫﺑ
ﻦﯿﻤﻟﺎﻋ ءﺎﯿﺒﻧﻷا
: 51
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
196
Tampak dengan jelas bahwa al-R±z³ dalam memberikan makna sal³m sebagaimana tersebut di atas adalah lebih mendukung pada penganut kelompok
kedua sal³m dengan menggunaan kata mutlak tanpa ada batasan sekaligus dengan berbagai argumentasinya. Namun, penganut paham tersebut masih terbuka
untuk sebuah pertanyaan yang lain, demikian pula tentang jawaban dan rambu- rambu tertentu yang disampaikannya, yaitu.
نﺈﻓ ﻞﯿﻗ
ﺎﻣ ﻰﻨﻌﻣ
ﺊﯿﺠﻤﻟا ﮫﺒﻠﻘﺑ
ﮫﺑر ؟
ﺎﻨﻠﻗ هﺎﻨﻌﻣ
ﮫﻧأ ﺺﻠﺧأ
،ﮫﺒﻠﻗ ﮫﻧﺄﻜﻓ
ﻒﺤﺗ أ ةﺮﻀ
ﺣ ﷲ
ﺬﺑ ﻚﻟ
،ﺐﻠﻘﻟا ﺖﯾأرو
ﻰﻓ ارﻮﺘﻟا
ة نأ
ﷲ لﺎﻗ
ﻰﺳﻮﻤﻟ ﺐﺟأ
ﻚﮭﻟإ ﻞﻜﺑ
ﻚﺒﻠﻗ .
300
Jika dipertanyakan apa makna ﺊﯿﺠﻤﻟ ا
ﮫﺒﻠﻘﺑ ﮫﺑر
؟ maka kami
menjawab, maknanya ialah bahwa Nabi Ibr±him membersihkan hatinya hanya karena Allah swt., seakan-akan ia telah menjadikan
hatinya untuk dikerahkan dipersembahkan di hadapan Allah swt, dan saya telah melihat di kitab Taurat bahwa Allah telah berfirman
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum Musa dan Harun, dan adalah Kami mengetahui keadaan nya QS al-Anbiy±: 51. 2-
... ﷲ
ﻢﻠﻋأ ﺚﯿﺣ
ﻞﻌﺠﯾ ﮫﺘﻟﺎﺳر
ﺐﯿﺼﯿﺳ ﻦﯾﺬﻟا
اﻮﻣﺮﺟأ رﺎﻐﺻ
ﺪﻨﻋ ﷲ
باﺬﻋو ﺪﯾﺪﺷ
ﺎﻤﺑ اﻮﻧﺎﻛ
نوﺮﻜﻤﯾ مﺎﻌﻧﻷا
: 124
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang
berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya QS al-An`±m: 124.
3-
ﻚﻟﺬﻛو يﺮﻧ
اﺮﺑإ ﻢﯿھ
تﻮﻜﻠﻣ تاﻮﻤﺴﻟا
ضرﻷاو نﻮﻜﯿﻟو
ﻦﻣ ﻦﯿﻨﻗﻮﻤﻟا
مﺎﻌﻧﻷا :
75
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami yang
terdapat di langit dan bumi, dan Kami memperlihatkannya agar Ibrahim itu termasuk orang- orang yang yakin QS al-An`±m: 75.
Tampak dengan jelas bawa kata yang ditunjuk pada tiga ayat di atas sebagai bentuk
analogi dengan kata sal³m dengan menggunakan lafal yang mutlak adalah kata rusydah yang terkandung pada QS al-Anbiy±: 51; kata risalah yang terkandung pada QS al-An`±m: 124. Dan
contoh ketiga adalah kata al-m- qin³n
ﻦﯿﻨﻗﻮﻤﻟا
yang terkandung pada QS al-An`±m: 75 .
300
Lihat al-R±z³, Tafs³r, jilid 13, Jus 26, h.147.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
197
kepada Nabi Musa: ﺐﺟأ
ﻚﮭﻟ إ ﻞﻜﺑ
ﻚﺒﻠﻗ -ajib il±haka bi kulli qalbik -
Penuhilah Tuhanmu dengan keseluruhan hatimu. ﻢﻠﻋاو
ﮫﻧأ ﻰﻟﺎﻌﺗ
ﺎﻤﻟ ﺮﻛذ
نأ ﻢﯿھاﺮﺑإ
ءﺎﺟ ﮫﺑر
ﺐﻠﻘﺑ ﻢﯿﻠﺳ
ﺮﻛذ نأ
ﻦﻣ ﺔﻠﻤﺟ
رﺎﺛا ﻚﻠﺗ
ﺔﻣﻼﺴﻟ ا نأ
ﺎﻋد هﺎﺑأ
ﮫﻣﻮﻗو ﻰﻟإ
ﺪﯿﺣﻮﺘﻟا لﺎﻘﻓ
لﺎﻗذإ ﮫﯿﺑﻷ
و ﮫﻣﻮﻗ
اذﺎﻣ نوﺪﺒﻌﺗ
دﻮﺼ ﻘ ﻤﻟ او
ﻦﻣ اﺬھ
مﻼﻜﻟا ﻦﯿﺠﮭﺗ
ﻚﻠﺗ ﺔﻘﯾﺮﻄﻟا
ﺎﮭﺤﯿﺒﻘﺗو .
301
Ketahuliah ketika Allah swt telah menyebutkan kedatangan Nabi Ibrahim dengan bekal hati yang selamat, maka Allah menyebutkan
pula bahwa termasuk bagian dari pengaruh keselamatan hati tersebut adalah dakwah Nabi Ibrahim terhadap bapak dan kaumnya
untuk bertauhid: Allah swt berfirman: لﺎﻗذإ
ﮫﯿﺑﻷ ﮫﻣﻮﻗ و
اذﺎﻣ نوﺪﺒﻌﺗ
- Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
Apakah yang kamu sembah itu?.
302
Yang dimaksud dengan firman Allah ini adalah Nabi Ibrahim as muak dan menganggap jelek cara-
cara yang ditempuh oleh bapak dan kaumnya.
303
301
Lihat al-R±z³, Tafs³r, jilid 13, Jus 26, h.147
302
Lihat QS al-¢aff±t: 85
303
Di antara bentuk-bentuk dan cara-cara yang dipandang jelek dan dihindari Nabi Ibrahim as beserta penggantinya adalah melaui berbagai usaha yang dilakukannya sebagaimana
tersebut pada lanjutan ayat yang dimaksud, yakni QS al-¢aff±t mulai dari ayat 85 hinnga 99, yaitu:
ذإ لﺎﻗ
ﮫﯿﺑﻷ ﮫﻣﻮﻗو
اذﺎﻣ نوﺪﺒﻌﺗ
85 ﺎﻜﻔﺋأ
ﺔﮭﻟاء نود
ﷲ نوﺪﯾﺮﺗ
86 ﺎﻤﻓ
ﻢﻜﻨظ بﺮﺑ
ﻦﯿﻤﻟﺎﻌﻟ ا 87
ﺮﻈﻨﻓ ةﺮﻈﻧ
ﻲﻓ مﻮﺠﻨﻟ ا
88 لﺎﻘﻓ
ﻲﻧإ ﻢﯿﻘﺳ
89 اﻮﻟﻮﺘﻓ
ﮫﻨﻋ ﻦﯾﺮﺑﺪﻣ
90 غاﺮﻓ
ﻰﻟإ ﻢﮭﺘﮭﻟا ء
لﺎﻘﻓ ﻻأ
نﻮﻠﻛﺄﺗ 91
ﺎﻣ ﻢﻜﻟ
ﻻ نﻮﻘﻄﻨﺗ
92 غاﺮﻓ
ﻢﮭﯿﻠﻋ ﺎﺑﺮﺿ
ﻦﯿﻤﯿﻟﺎﺑ 93
اﻮﻠﺒﻗﺄﻓ ﮫﯿﻟإ
نﻮﻓﺰﯾ 94
لﺎﻗ نوﺪﺒﻌﺗ أ
ﺎﻣ نﻮﺘﺤﻨﺗ
95 ﷲو
ﻢﻜﻘﻠ ﺧ ﺎﻣو
نﻮﻠﻤﻌﺗ 96
اﻮﻟﺎﻗ اﻮﻨﺑا
ﮫﻟ ﺎﻧﺎﯿﻨﺑ
هﻮﻘﻟﺄﻓ ﻲﻓ
ﻢﯿﺤﺠﻟ ا 97
اودارﺄﻓ ﮫﺑ
اﺪﯿﻛ ﻢھﺎﻨﻠﻌﺠﻓ
ﻦﯿﻠﻔﺳﻷا 98
لﺎﻗو ﻲﻧإ
ﺐھاذ ﻰﻟإ
ﻲﺑر ﻦﯾﺪﮭﯿﺳ
99 -
85 Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: Apakah yang kamu sembah itu?; 86 Apakah kamu menghendaki
sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?; 87 Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?; 88 Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang; 89
Kemudian ia berkata: Sesungguhnya aku sakit; 90 Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang; 91 Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia
berkata: Apakah kamu tidak makan?; 92 Kenapa kamu tidak menjawab?; 93 Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya dengan kuat; 94
Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas; 95 Ibrahim berkata: Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?; 96 Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
198
Term sal±mah dengan berbagai derevasinya di atas mengisyaratkan bahwa keselamatan hati yang terbebas dari tindakan syirik dan akhlak tercela, kemudian
terisi dengan ilmu dan akhlak terpuji sebagai bentuk ikhtiar dan pengabdian kepada Allah swt., akan berdampak pada keselamatan manusia dalam kehidupan
duniawiah maupun ukhrawiah. Keselamatan hati tersebut sangat terkait dengan kesembuhan maupun kesehatan jasmani dan ruhani.
4. Manusia sebagai Sasaran Syif±’ Istilah manusia yang diungkapkan pada ayat-ayat Al-Quran yang di
dalamnya mengandung term syif±’ adalah dipaparkan dengan menggunakan kata yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu pada
prinsipnya masih berkutat pada kesamaan maksud yang tertuju pada diri manusia. Hal ini tampak pada beberapa ayat dan penjelasannya sebagai berikut.
Pengungkapan firman Allah swt اَذِإَو
ُﺖ ْﺿِﺮَﻣ
َﻮُﮭَﻓ ِﻦ
ﯿِ ﻔْﺸ َﯾ
-apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku dalam QS al-Syu`ar±’ [2647]: 80 adalah sebuah
isyarat yang terarah pada penunjukan diri manusia sebagaimana ungkapan yang terkandung pada «am³r t±’, yakni mutakallim wa¥dah «am³r ُت – sebagai kata
ganti pembicara tunggal yang berarti aku pada kata ُﺖ ْﺿِﺮَﻣ
mari«tu adalah sebagai kata ganti dari diri manusia yang dalam hal ini adalah Nabi Ibrahim a.s.
dan apa yang kamu perbuat itu; 97 Mereka berkata: Dirikanlah suatu bangunan untuk membakar Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu; 98 Mereka
hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina; 99 Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan
memberi petunjuk kepadaku QS al-¢aff±t: 85-99.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
199
Demikian pula halnya dengan «amir y±’ mutakallim kata ganti pembicara tunggal pada suku kata di penghujung frase ِﻦ
ﯿِ ﻔْﺸ َﯾ
- yang menyembuhkan aku.
304
Pengungkapan aku pada frase ini adalah menunjuk pada diri manusia yang dalam hal ini adalah Nabi Ibrahim a.s.
Pola pemikiran di atas sejalan dengan pembahasan al-R±z³ ketika menjelaskan QS al-Isr± ayat 85
305
yang berkaitan dengan hakikat manusia sebagai berikut.
ﺔﻟﺄﺴﻤﻟا ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا
ﻲﻓ حﺮﺷ
ﺐھاﺬﻣ سﺎﻨﻟا
ﻲﻓ ﺔﻘﯿﻘﺣ
نﺎﺴﻧﻹا :
ﻢﻠﻋإ نأ
ﻢﻠﻌﻟا ىروﺮﻀ
ﻟ ا ﻞﺻ
ﺎ ﺣ نﺄﺑ
ﺎﻨھﺎھ ﮫﯿﻟإ
ﺮﯿﺸﯾ نﺎﺴﻧﻹا
ﮫﻟﻮﻘﺑ ﺎﻧأ
اذإو لﺎﻗ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﺖﻤﻠ ﻋ
ﺖﻤﮭﻓ و تﺮﺼ
ﺑ أو ﺖﻌﻤﺳو
ﺖﻗذو ﺖﻤﻤﺷو
و ﺖﺴﻤ ﻟ
ﺖﺒﻀ ﻏ و
رﺎﺸﻤ ﻟ ﺎﻓ ﮫﯿﻟإ
ﻞﻜﻟ ﺪﺣأ
ﮫﻟﻮﻘ ﺑ ﺎﻧأ
ﺎﻣإ نأ
نﻮﻜﯾ ﺎﻤﺴﺟ
وأ ﺎﺿ
ﺮﻋ وأ
عﻮﻤﺠﻣ ﻢﺴﺠﻟ ا
ضﺮﻌﻟا و ﺎﺌﯿﺷوأ
اﺮﯾﺎﻐﻣ ﻢﺴﺠﻠ ﻟ
ضﺮﻌﻟا و وأ
ﻦﻣ ﻚﻟذ
ﺊﯿﺸﻟا ﺚﻟﺎﺜﻟا
ﻮﮭﻓ ﻂﺒﺿ
لﻮﻘﻌﻣ .
306
Masalah ketiga ialah penjelasan atas berbagai aliran mengenai hakikat manusia. Ketahulilah bahwa pengetahuan secara daruri telah
menyimpulkan bahwa di sini ada sesuatu yang ditunjuk oleh manusia dengan menggunakan ungkapan kata saya ﺎﻧأ - ana.
Apabila manusia berkata: saya tahu, saya paham, saya melihat, saya mendengar, saya merasa, saya mencium, saya menyentuh, dan saya
marah, maka sesuatu yang ditunjuk oleh manusia dengan menggunakan kata-kata ana, itu adakalanya berbentuk jisim atau
304
Frase ini bearasal dari yasf³n³
ﻲﻨﯿﻔﺸﯾ
ya mutakkalim pada penghujung frase ini dibuang karena untuk keserasian akhir kata. Dalam hal ini tanda baca kasrah pada huruf n- n
sebagai ganti dari terbuangnya huruf y±’.
305
Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya yang di dalamnya juga mengandung term syif±. Lebih lengkapnya ayat yang dimaksudkan ialah sebagai berikut:
لﺰﻨﻧو ﻦﻣ
ناءﺮﻘﻟا ﺎﻣ
ﻮھ ءﺎﻔﺷ
ﺔﻤﺣرو ﻦﯿﻨﻣﺆﻤﻠ ﻟ
ﻻو ﺪﯾﺰﯾ
ﻦﯿﻤﻟﺎﻈﻟ ا ﻻإ
ارﺎﺴﺧ 82
اذإو ﺎﻨﻤﻌﻧ أ
ﻰﻠﻋ نﺎﺴﻧﻹا
ضﺮﻋأ ىﺄﻧو
ﮫﺒﻧﺎﺠﺑ اذإو
ﮫﺴﻣ ﺮﺸﻟا
نﺎﻛ ﺎﺳﻮﺌﯾ
83 ﻞﻗ
ﻞﻛ ﻞﻤﻌﯾ
ﻰﻠﻋ ﮫﺘﻠﻛﺎﺷ
ﻢﻜﺑﺮﻓ ﻢﻠﻋأ
ﻦﻤﺑ ﻮھ
ىﺪھأ ﻼﯿﺒﺳ
84 ﻚﻧﻮﻟﺄﺴﯾو
ﻦﻋ حوﺮﻟا
ﻞﻗ حوﺮﻟا
ﻦﻣ ﺮﻣأ
ﻲﺑر ﺎﻣو
ﺗوأ ﻢﺘﯿ
ﻦﻣ ﻢﻠﻌﻟا
ﻻإ ﻼﯿﻠﻗ
85
306
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 40-41.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
200
sifat aksidental atau kumpulan jisim dan sifat atau sesuatu yang di luar jisim dan sifat atau ketiga-tiganya jisim,`ara« dan sesuatu di
luarnya. argumen mengenai batasan tersebut sangat rasional.
Penunjukan pada berbagai sasaran yang dimaksudkan tersebut melahirkan sejumlah interpretasi di kalangan para pemikir sehubungan dengan hakekat
manusia melalui kritikan, argumentasi dan analisis beserta kesimpulan yang ditawarkan oleh al-R±z³ dalam tafsirnya. Oleh karena itu, ia menjelaskan ketiga
aspek tersebut dengan berbagai permasalahannya sebagai berikut. ﻢﺴﻘﻟ اﺎﻣأ
لوﻷا :
ﻮھو نأ
لﺎﻘﯾ نﺎﺴﻧﻹا
،ﻢﺴﺟ ﻚﻟﺬﻓ
ﻢﺴﺠﻟ ا ﺎﻣإ
نأ نﻮﻜﯾ
ﻮھ هﺬھ
ﺔﯿﻨﺒﻟا ﺎﻤﺴﺟوأ
ﻼﺧاد ﻰﻓ
هﺬھ ﺔﯿﻨﺒﻟا
ﺎﻤﺴﺟوأ ﺎﺟرﺎ ﺧ
ﺎﮭﻨﻋ ...
307
ﻢﺴﻘﻟ او ﻲﻧﺎﺜﻟا
ﻮھو نأ
لﺎﻘﯾ ﻹا
نﺎﺴﻧ ضﺮﻋ
لﺎﺣ ﻰﻓ
نﺪﺒﻟا ....
308
ﻢﺴﻘﻟﺎﻣﺄﻓ ﺚﻟﺎﺜﻟا
ﻮھو نأ
لﺎﻘﯾ نﺎﺴﻧ ﻹا
دﻮﺟﻮﻣ ﺲﯿﻟ
ﻢﺴﺠﺑ ﻻو
ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺟ ...
309
Bagian pertama: Hakekat manusia dikatakan sebagai bentuk jisim. Jisim itu sendiri adakalanya berbentuk sebuah bentuk bangunan atau
berupa jisim yang berada di dalam maupun yang berada di luarnya... Bagian kedua: Hakekat manusia dikatakan sebagai sifat aksiden
yang berada pada badan... dan Bagian ketiga: Hakekat manusia dikatakan sebagai maujud sesuatu yang wujud bukan dalam
bentuk jisim maupun jasmaniah bagian-bagiannya.
Masing-masing bagian di atas telah dikritisi oleh al-R±z³ dalam tafsirnya dengan menunjukkan berbagai kelemahan, penjelasan dan bantahan yang
mengantarkanya pada sebuah kesimpulan. Ketiga bagian tersebut akan disajikan secara berurutan sebagai berikut. Namun sebelum menjelaskan penjabaran lebih
307
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 41.
308
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 45.
309
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 46.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
201
jauh dari ketiga bagian tersebut akan lebih terarah bila disajikan penjelasan Fazlur Rahman tentang hakekat manusia menurut Al-Qur’an. Dalam hal ini ia
mengatakan bahwa manusia menurut Al-Qur’an adalah sebuah organisme utuh yang berfungsi dengan cara-cara tertentu. Manusia bukanlah tubuh wadak atau
jasmaninya saja, melainkan mencakup pula bagian dalam dirinya yang dapat disebut dengaN ”jiwa”. Keduanya membentuk satu unit yang terorganisir.
310
Sungguhpun bagain-bagian dalam diri manusia diakui sebagai satuan arganisme, namun penjelasan masing masing bagian yang dimaksudkan berikut ini tidak
berarti memisahkan antara satu dengan lainnya. Uraian terhadap masing-masing bagian di bawah ini justru hanya dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman
belaka, bahkan masing-masing dari bagian tersebut akan dapat dibedakan dibedakan secara jelas, namun tidak memisahkan antara satu sama lain secara
antagonis. Keduanya masih dalam konteks dalam satuan organisme.
a. Manusia Sebagai Bentuk Jisim Penjelasan mengenai manusia sebagai bentuk jisim telah dibicarakan
panjang lebar oleh al-R±z³ dengan berbagai kritikan,dalam tafsirnya yaitu:
310
Menurutnya, Al-Qur’an Justru menolak doktrin dualisme tubuh-jiwa yang radikal, Al- Qur’an tidak sependapat dengan gagasan bahwa jiwa dan tubuh dengan suatu cara, muncul secara
bersamaan di dalam kesatuan yang menggelisahkan sehingga jiwa berupaya membebaskan diri dari tubuh secepat mungkin, demikian pula sebaliknya. Lihat Fazlur Rahman, Etika Pengobatan
Islam: Penjelajahan Seorang Neomodernis yang diterjemahkan dari buku aslinya Helt and
Medicine in the Islamic Tradition: Chang and Identity oleh Jaziar Radiarti Bandung: Mizan, 1999, h. 42
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
202
ﺎﻣأ ﻢﺴﻘﻟا
لوﻷا :
ﻮھو نأ
لﺎﻘﯾ نإ
نﺎﺴﻧﻹا ﻢﺴﺟ
ﻚﻟﺬﻓ ﻢﺴﺠﻟا
ﺎﻣإ نأ
نﻮﻜﯾ ﻮھ
هﺬھ ﺔﯿﻨﺒﻟا
وأ ﺎﻤﺴﺟ
ﻼﺧاد ﻰﻓ
هﺬھ ﺔﯿﻨﺒﻟا
وأ ﺟ
ﺎﻤﺴ ﺎﺟرﺎﺧ
ﺎﮭﻨﻋ .
311
Bagian Pertama: Kelompok yang mengatakan bahwa manusia adalah jisim. Sedangkan, jisim itu sendiri adakalanya berbentuk
sebuah bangunan, atau berupa jisim yang berada di dalam maupun yang berada di luarnya.
Pernyataan al-R±z³ di atas menjelaskan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah terpusat pada aspek jisimnya.
Menurutnya, jisim itu sendiri terbagai menjadi tiga bentuk. Pertama, jisim itu ada yang berbentuk sebuah bangunan. Kedua, hakekat manusia itu adakalanya
berupa jisim yang berada di dalam badan. Ketiga hakekat manusia itu adakalanya berupa jisim yang berada di luar badan. Khusus mengenai pembagian yang ketiga
tidak ada penjelasan dari al-R±z³.
312
Oleh karena itu berikut ini hanya di disajikan dua dari tiga yang dikemukan oleh al-R±z³ sebagai berikut.
1 Kritikan mengenai hakekat manusia pada jisimnya.
نﻮﻠﺋﺎﻘﻟاﺎﻣأ نﺄﺑ
نﺎﺴﻧ ﻹا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ هﺬھ
ﺔﯿﻨﺒﻟا ﺔﺳﻮﺴﺤﻤ ﻟ ا
و ﻦﻋ
ﻢﺴﺠﻟ ااﺬھ سﻮﺴﺤﻤ ﻟ ا
ﻢﮭﻓ رﻮﮭﻤﺟ
ﻦﯿﻤﻠﻜﺘﻤﻟا ءﻻﺆھو
نﻮﻟﻮﻘﯾ نﺎﺴﻧﻹا
جﺎﺘﺤﯾﻻ ﮫﻔﯾﺮﻌﺗ
ﻰﻟإ ﺮﻛذ
ﺪﺣ ﻢﺳروأ
ﻞﺑ ﺐﺟا ﻮﻟ ا
نأ لﺎﻘﯾ
نﺎﺴﻧﻹا ﻮھ
ﻢﺴﺠﻟا ﻲﻨﺒﻤﻟا
هﺬﮭﺑ ﺔﯿﻨﺒﻟا
ﺔﺳﻮﺴﺤﻤﻟا .
ﻢﻠﻋا و نأ
اﺬھ لﻮﻘﻟا
ﺎﻧﺪﻨﻋ ﻞطﺎ ﺑ
311
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 41.
312
Mengenai pembagian yang ketiga ini, al-R±z³ tidak memberikan penjelasan yang berarti, namun ia hanya memberikan alasan bahwa ia tidak mengetahui aliran yang menjelaskan
demikian. Mengenai teks aslinya dinyatakan:
ﺎﻣأ و نأ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﻢﺴﺟ
دﻮﺟﻮﻣ جرﺎﺧ
نﺪﺒﻟا ﻼﻓ
فﺮﻋأ اﺪﺣأ
ﺐھذ ﻰﻟإ
اﺬھ لﻮﻘﻟا
Mengenai hakekat manusia yang dikatakan sebagai jisim yang berada di luar badan, maka saya tidak mengetahui satupun aliran yang menjelaskannya. Lihat al-R±zi dalam
tafsirnya, Jilid 11, Jus 11, h. 45.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
203
هﺮﯾﺮﻘﺗو ﻢﮭﻧأ
اﻮﻟﺎﻗ نﺎﺴﻧﻹا
ﻮھ اﺬھ
ﻢﺴﺠﻟا ،سﻮﺴﺤﻤﻟا
اذﺈﻓ ﺎﻨﻠﻄﺑأ
نﻮﻛ ﻹا
نﺎﺴﻧ ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ اﺬھ
ﻢﺴﺠﻟا ﺎﻨﻠﻄﺑأو
نﻮﻛ نﺎﺴﻧﻹا
ﺎﺳﻮﺴﺤﻣ ﺪﻘﻓ
ﻞﻄﺑ ﻢﮭﻣﻼﻛ
ﺔﯿﻠﻜﻟﺎﺑ ...
313
Kelompok orang yang mengatakan bahwa hakekat manusia digambarkan sebagai bentuk bangunan atau jisim yang bisa diindra.
mereka yang berpendapat demikian adalah mayoritas ulama kalam dan mereka berpendapat bahwa definisi manusia tidak memerlukan
batasan-batasan atau simbul-simbul tertentu, tetapi yang pasti adalah dikatakan bahwa manusia adalah jisim yang terbentuk dari
bangunan yang bisa diindra. Ketahuilah bahwa pendapat tersebut menurut kami adalah keliru. Kekeliruannya itu adalah terletak pada
pernyataan mereka yang mengatakan bahwa manusia adalah sebuah jisim yang bisa diindra. Ketika kami telah menilai kesalahan pada
pendirian yang mengatakan bahwa hakekat manusia yang digambarkan sebagai jisim, dan eksisntensi manusia adalah dapat
diindra, maka secara otomatis pernyataan mereka adalah salah total. ....
Selain bantahan yang dikemukan oleh al-R±z³ sebagaimana tersebut di atas, ia juga menunjukkan beberapa ayat Al-Quran maupun hadis Nabi saw yang
memperkuat akan kesalahan hakikat manusia dari bentuk jisim dan yang bisa diindra saja. Misalnya: manusia masih dikatakan hidup, meskipun jasadnya telah
mati, dengan demikian sudah seharusnya hakekat manusia bukan terletak pada fisiknya. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
ﻻو ﻦﺒﺴﺤﺗ
ﻦﯾﺬﻟا اﻮﻠﺘﻗ
ﻲﻓ ﻞﯿﺒﺳ
ﷲ ﺎﺗاﻮﻣأ
ﻞﺑ ءﺎﯿﺣأ
ﺪﻨﻋ ﻢﮭﺑ ر
نﻮﻗزﺮﯾ 169
-Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezki. QS Ali Imran: 169. Ayat ini tampak dengan jelas bahwa sungguhpun jasad mereka telah mati, namun mereka masih hidup dan masih bisa
merasa di sisi Tuhan-Nya. Hadis Nabi saw yang menyatakan: ءﺎﯿﺒﻧأ
ﷲ نﻮﺗﻮﻤﯾﻻ
ﻦﻜﻟو نﻮﻠﻘﻨﯾ
ﻦﻣ راد
ﻰﻟإ راد
ﻚﻟﺬﻛو ﮫﻟﻮﻗ
ﮫﯿﻠﻋ ةﻼﺼﻟا
مﻼﺴﻟاو ﻦﻣ
تﺎﻣ ﺪﻘﻓ
ﺖﻣﺎ ﻗ ﮫﺘﻣﺎ ﯿﻗ
Para Nabi Allah
313
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 41.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
204
tidak mati, melainkan mereka itu hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Demikian pula tentang sada Nabi saw yang artinya: barang siapa yang
meninggal berarti telah kiamat baginya.
314
Ayat Al-Quran maupun Hadis Nabi saw tersebut menegaskan bahwa manusia masih kekal meskipun jasadnya telah mati. Karena itu al-R±z³
berpendirian bahwa hakikat manusia bukanlah sesuatu yang berbentuk jisim. Menurutnya, manusia adalah sebagaimana yang dikemukakan pada argumen ke
17 mengenai sanggahannya terhadap pendapat yang mengatakan hakekat manusia dari aspek fisiknya. Menurutnya, hakekat manusia bisa digambarkan
sebagai sesuatu yang berada dalam hati, yakni: al-ins±n `ib±rat `an al-syai al- mauj- d f³ al-qalb -
نﺎﺴﻧﻹا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ﺊﯿﺸﻟا
دﻮﺟﻮﻤﻟ ا ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا . Lebih lengkapnya, al-R±z³
menyatakan: نأ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﺐﺠﯾ
نا نﻮﻜﯾ
،ﺎﻤﻟ ﺎﻋ ﻢﻠﻌﻟا و
ﻞﺼ ﺤ ﯾ ﻻ
ﻻإ ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا مﺰﻠﯿﻓ
نأ نﻮﻜﯾ
نﺎﺴﻧﻹا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ﺊﯿﺸﻟ ا
دﻮﺟﻮﻤﻟ ا ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا اذإو
ﺖﺒﺛ اﺬھ
ﻞﻄﺑ لﻮﻘﻟا
نﺄﺑ نﺎﺴﻧ ﻹا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
ﻞﻜﯿﮭﻟا هﺬھو
ﺔﺜﺠﻟا ،
ﺎﻤﻧإ ﺎﻨﻠﻗ
نإ نﺎﺴﻧﻹا
ﺐﺠﯾ نأ
نﻮﻜﯾ ﺎﻤﻟ ﺎﻋ
ﮫﻧﻷ ﻞﻋﺎ ﻓ
،رﺎﺘﺨﻣ ﻞﻋﺎ ﻔﻟاو
رﺎﺘﺨﻤﻟا ﻮھ
يﺬﻟا ﻞﻌﻔ ﯾ
ﺔﻄﺳا ﻮﺑ ﺐﻠﻘﻟا
ﻹاو رﺎﯿﺘﺧ
ﺎﻤھو نﺎطوﺮﺸﻣ
ﻢﻠﻌﻟﺎﺑ نﻷ
نﻮﻜﯾﻻﺎﻣ
314
Penjelasan selengkapnya lihat al-R±zi, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 42. Di antara ayat- ayat lain yang dikemukan dalam tafsirnya ialah: 1. QS Gh±fir: 46 dan 2 QS al-An`±m: 61-62
sebagai berikut:
1 -
ُر ﺎﱠ ﻨﻟا
َن ﻮُ ﺿ
َ ﺮْ ﻌُ ﯾ
ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ اًّوُ
ﺪُ ﻏ ﺎً ّﯿِﺸَﻋ
َو َمْﻮَﯾَو
ُمﻮُﻘَ ﺗ ُﺔَﻋﺎﱠﺴﻟا
اﻮُﻠِﺧ ْ دَأ
َل اَ ء
َن ْﻮ َﻋ
ْﺮِﻓ ﱠﺪَﺷَأ
ِب اَ ﺬَﻌْﻟا
ﺮﻓﺎﻏ :
46
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. Dikatakan kepada malaikat: Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang
sangat keras.
2 -
ﻰﱠﺘَﺣ اَذِإ
َءﺎَﺟ ُﻢُﻛَﺪَﺣَأ
ُت ْﻮ َﻤْﻟا
ُﮫْﺘﱠﻓَﻮَﺗ ﺎَﻨُﻠُ ﺳُ
ر ْﻢُھَو
َﻻ َن
ﻮُ ط ﱢ ﺮَﻔُﯾ
61 ﱠﻢُﺛ
اوﱡدُر ﻰَﻟِإ
ِﱠﷲ ُﻢُھَﻻْﻮ َﻣ
ﱢﻖ َﺤْﻟا
َﻻ َأ
ُﮫَﻟ ُﻢْﻜُ ﺤ
ْﻟ ا َﻮُھَو
ُع َﺮ ْﺳ
َأ َﻦ
ﯿِ ﺒِﺳ ﺎَﺤْﻟا
62
sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya
.
Kemudian mereka hamba Allah dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum pada hari itu kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan
yang paling cepat. QS Al-An`am: 61-62.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
205
ادﻮﺼﻘﻣ ﻊﻨﺘﻣا
ﺪﺼﻘﻟا ﻰﻟإ
ﮫﻨﯾﻮﻜﺗ .
ﺖﺒﺜﻓ نأ
نﺎﺴﻧ ﻹا ﺐﺠﯾ
نأ نﻮﻜﯾ
ﺎﻤﻟ ﺎﻋ ءﺎﯿﺷﻷﺎ ﺑ
. ﺎﻤﻧ إو
ﺎﻨﻠﻗ نإ
ﻢﻠﻌﻟا ﻻ
ﺪﺟﻮﯾ ﻻإ
ﻰﻓ ﺐﻠﻘﻟا
نﺎھﺮﺒﻠ ﻟ نآﺮﻘﻟاو
. ﺎﻣأ
نﺎھﺮﺒﻟ ا ﺎﻧﻸﻓ
ﺪﺠﻧ ﻢﻠﻌﻟا
ىروﺮﻀﻟا ﺎﻧﺄﺑ
ﺪﺠﻧ ﺎﻨﻣﻮﻠﻋ
ﻦﻣ ﺔﯿﺣﺎﻧ
ﺐﻠﻘﻟا .
نأﺮﻘﻟﺎﻣأو ﺎﯾﺂﻓ
ت ﻮﺤﻧ
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
: ﻢﮭﻟ
بﻮﻠﻗ نﻮﮭﻘﻔﯾﻻ
،ﺎﮭﺑ ﮫﻟﻮﻗو
: ﺐﺘﻛ
ﻰﻓ ﻢﮭﺑﻮﻠﻗ
،نﺎﻤﯾﻹا ﮫﻟﻮﻗ و
: لﺰﻧ
ﮫﺑ حوﺮﻟا
ﻦﯿﻣﻷا ﻰﻠﻋ
ﻚﺒﻠﻗ .
اذإو ﺖﺒﺛ
نأ نﺎﺴﻧﻹا
ﺐﺠﯾ نأ
نﻮﻜﯾ ،ﺎﻤﻟﺎ ﻋ
ﺖﺒﺛو نأ
ﻢﻠﻌﻟا ﺲﯿﻟ
ﻻإ ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا ﺖﺒﺛ
نأ نﺎﺴﻧﻹا
ﺊﯿﺷ ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا وأ
ﺊﯿﺷ ﮫﻟ
ﻖﻠﻌﺗ ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ
ﻰﻠﻋو ﻦﯾﺮﯾﺪﻘﺘﻟا
ﮫﻧﺈﻓ ﻞﻄﺒ ﯾ
ﻗ لﻮ
ﻦﻣ لﻮﻘﯾ
نﺎﺴﻧﻹا ﻮھ
اﺬھ ﺪﺴﺠﻟا
اﺬھو ﻞﻜﯿﮭﻟا
.
315
Sesungguhnya manusia itu pasti berilmu, sedang ilmu itu tidak akan terwujud kecuali berada di dalam hati fi al-qalb, karena itu bisa
dipastikan bahwa hakekat manusia bisa digambarkan sebagai sesuatu yang berada di dalam hati
دﻮﺟﻮﻤﻟا ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا . Ketika ungkapan
ini sudah tidak bisa diragukan kebenarannya, berarti menolak pernyataan yang mengatakan bahwa manusia adalah sebagai bentuk
bangunan maupun jisim. Kenapa kami hanya mengatakan: bahwa manusia pasti berilmu, karena ia adalah pelaku yang mempunyai
kebebasan. Selanjutnya, pelaku yang mempunyai kebebasan itu akan berbuat melalui perantaraan hati dan kebebasan memilih
ﺔﻄﺳا ﻮﺑ ﺐﻠﻘﻟا
رﺎﯿﺘﺧﻹا و . Keduanya disyaratkan bergandengan dengan
ilmu, karena kalau tidak ada sesuatu yang dituju, berarti tujuan itu tidak bisa mewujudkannya. Dengan demikian, manusia pasti
mengetahui segala sesuatu. Sedangkan kata-kata kami: bahwa ilmu tidak akan terwujud kecuali berada di dalam hati itu, karena
berdasarkan al-Burh±n dan al-Qur±n. Mengenai al-Burh±n, kita mengetahui secara pasti, bahwa semua ilmu kita, bisa kita jumpai
dari dalam hati. Sedangkan al-Quran adalah dengan berbagai ayatnya. Misalnya firman Allah swt dalam QS al-A`r±f: 179:
ْﻢُﮭَﻟ ٌب
ﻮُ ﻠُ ﻗ َﻻ
َن ﻮُ ﮭَﻘْﻔَﯾ
ﺎَﮭِﺑ -mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami ayat-ayat Allah. QS al-Muj±dilah: 22: َﻚ
ِﺌ َﻟوُأ َﺐ
َﺘ َﻛ ﻲِﻓ
ُﻢِﮭِﺑﻮُﻠُﻗ َن
ﺎَ ﻤﯾِْﻹ ا
َﺪﱠﯾَأَو ْﻢُھ
ٍحوُ ﺮِﺑ ُﮫْﻨِﻣ
– Allah telah menanamkan keimanan
315
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 44.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
206
dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. QS al-Syu`ar±: 193
َل َﺰ َﻧ
ِﮫِﺑ ُح
وﱡ ﺮﻟا ُﻦ
ﯿِ ﻣَْﻷا -
dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin Jibril. Ketika manusia dipastikan berpengetahuan, dan pengetahuan itu tidak ada kecuali di
dalam hati, maka dapat ditegaskan bahwa hakekat manusia adalah sesuatu yang berada di dalam hati atau sesuatu yang ada
hubungannya dengan hati. Berdasarkan dua pertimbangan ini yakni manusia pasti berpengetahuan dan pengetahuan itu tidak ada kecuali
di dalam hati, maka dapat menolak pendapat orang yang mengatakan bahwa manusia adalah jasad maupun bentuk bangunan.
Pendapat yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah difokuskan pada bentuk jisim yang bisa diindra sebagaimana tersebut di atas telah mendapat
kritikan keras dari al-R±z³ dengan alasan: jika manusia telah meninggal, maka jisim tersebut akan mengalami kerusakan, padahal, pasca kematian masih ada
kehidupan, karena itu jisim tidak bisa disebut sebagai esensi manusia, sebab yang dapat dikatakan sebagai esensi adalah bisa menjadi ciri utama dalam kehidupan
saat sekarang dan pasca kematian. Karena itu menurutnya, hakekat manusia yang menjadi sasaran utama bagi syif± adalah sesuatu yang maujud dalam hati, yaitu
pengetahuan yang terpadu dengan perantaraan hati dan kebebasan memilih. Dengan demikian, sasaran syif± pada hakekatnya adalah segala kerusakan
pengetahuan, akidah maupun akhlak yang berada dalam hati, sesuai dengan firman Allah dalam QS Y- nus [1051]: 57, terutama pada frase
ءﺎﻔﺷ ﺎﻤﻟ
ﻲﻓ روﺪﺼ
ﻟ ا -
penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada. QS al-
Taubah [9113]:14, terutama pada frase: ﻒﺸﯾ و
روﺪﺻ مﻮﻗ
ﻦﯿﻨﻣﺆﻣ -dan Allah akan
melegakan hati orang-orang yang beriman. 2
Kritikan mengenai hakekat manusia sebagai jisim yang berada di dalam badan.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
207
Pendapat yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah suatu jisim yang berada di dalam badan, telah memperoleh kritikan dari al-R±z³ dengan
penjelasan dalam tafsirnya berikut: ﻢﻠﻋا
نأ مﺎﺴﺟﻷا
ةدﻮﺟﻮﻤﻟا ﻰﻓ
اﺬھ ﻢﻟﺎﻌﻟا
ﻰﻠﻔﺴﻟا ﺎﻣإ
نأ نﻮﻜﺗ
ﺪﺣأ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟا
ﺔﻌﺑرﻷا ﺎﻣوأ
نﻮﻜﯾ اﺪﻟﻮﺘﻣ
ﻦﻣ ،ﺎﮭﺟاﺰﺘﻣا
ﻊﻨﺘﻤﯾو نأ
ﻞﺼﺤﯾ ﻰﻓ
نﺪﺒﻟا ﻰﻧﺎﺴﻧﻹا
ﻢﺴﺟ ىﺮﺼﻨﻋ
ﺺﻟﺎﺧ ﻞﺑ
ﺪﺑﻻ نأو
نﻮﻜﯾ ﻞﺻﺎﺤﻟا
ﺎﻤﺴﺟ اﺪﻟﻮﺘﻣ
ﻦﻣ تﺎﺟاﺰﺘﻣا
هﺬھ ﻷا
ﺔﻌﺑر .
316
Ketahuilah bahwa jisim-jisim yang diwujudkan pada tingkatan alam yang terendah, boleh jadi berbentuk salah satu dari empat unsur,
atau berupa campuran daripadanya. Selanjutnya, sifat-sifat kemanusiaan yang suci dalam badan akan menolak jisim-jisim yang
terbentuk dari unsur-unsur tertentu lainnya. Dengan demikian, kesimpulan yang seharusnya diperoleh ialah jisim yang terbentuk
dari percampuran empat unsur.
Kritikakn al-R±z³ di atas tampak dengan jelas bahwa pendapat yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah terbentuk dari jisim. Melainkan yang
seharusnya mereka katakan mengenaii hakekat manusia ialah berupa jisim yang terbentuk dari komposisi empat unsur, yaitu: tanah, air, api dan udara.
317
Menurutnya, masing-masing jisim yang terbentuk dari komposisi empat unsur tersebut mempunyai peran masing-masing sesuai dengan tingkat intervensi unsur-
unsur tersebut pada anggota badannya, sehingga keadaan manusia sangat ditentukan oleh unsur-unsur yang mendominasinya. Dalam hal ini, al-R±z³
mengaskan: لﻮﻘﻨﻓ
: أ
ﺎﻣ ﻢﺴﺠﻟ ا
ىﺬﻟا ﺐﻠﻐﺗ
ﮫﯿﻠﻋ ﺔﯿﺿ
رﻷ ا ﻮﮭﻓ
ءﺎﻀ ﻋﻷ ا
ﺔﯿﺒﻠﺼ ﻟا
ﺔﻔﯿﺜﻜﻟا ﻢﻈﻌﻟﺎﻛ
فوﺮﻀ ﻐ ﻟ او
ﺐﺼ ﻌ ﻟ او
ﺮﺗﻮﻟاو طﺎﺑﺮﻟ او
ﻢﺤﺸﻟ او ﻢﺤﻠ ﻟاو
ﺪﻠﺠﻟ او ﻢﻟو
ﻞﻘﯾ ﺪﺣأ
ﻦﻣ ءﻼﻘﻌﻟ ا
316
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 44
317
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 44-45.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
208
ﻦﯾﺬﻟا اﻮﻟﺎﻗ
: نﺎﺴﻧﻹا
ﺊﯿﺷ ﺮﯾﺎﻐﻣ
اﺬﮭﻟ ﺪﺴﺠﻟا
ﮫﻧﺄﺑ ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ﻮﻀﻋ
ﻦﯿﻌﻣ ﻦﻣ
هﺬھ ءﺎﻀ
ﻋ ﻷا ﻚﻟذو
نﻷ هﺬھ
ءﺎﻀﻋﻷا ﺔﻔﯿﺜﻛ
ﺔﻠﯿﻘﺛ ظ
ﺔﯿﻧﺎﻤﻠ ﻼﻓ
مﺮﺟ ﻢﻟ
ﻞﻘﯾ ﺪﺣأ
ﻦﻣ ءﻼﻘﻌﻟ ا
نﺄﺑ نﺎﺴﻧ ﻹا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
ﺪﺣأ هﺬھ
ءﺎﻀﻋﻷا .
318
Kami katakan: Jisim yang didominasi oleh unsur tanah, ialah bagian-bagain dari tulang punggung yang sangat padat sebagaimana
tulang, tulang rawan, urat, tulang rawan telinga, hati, lemak, daging dan kulit. Tidak seorangpun pemikir yang mengatakan bahwa
manusia adalah sesuatu selain jasad, karena manusia digambarkan sebagai anggota tubuh secara nyata. Oleh karena anggota tubuh
yang padat, berat dan hina, maka tidak seorangpun dari para pemikir yang mengatakan bahwa manusia adalah terbentuk dari salah satu
anggota tubuh tersebut.
Unsur tanah yang lebih mendominasi jisim, seperti tulang, hati, kulit, daging dan sejenisnya telah dinilai oleh al-R±z³ sebagai partikel yang sangat
padat, berat dan hina, maka jisim yang terbentuk dari unsur tanah tersebut justru dinilai sebagai bagian utama dari manusia yang hanya ditinjau dari aspek fisik
dan lahirnya saja, sedangkan aspek terpenting lainnya justru terabaikan dalam memaknai hakekat manusia. Karena itu , al-R±z³ tampak dengan jelas menolak
pendapat tersebut, demikian pula tampak dengan jelas mengenai penolakannya terhadap dominasi air maupun udara dan api sebagai bentuk yang mengisyaratkan
tentang hakekat manusia. Dalam hal ini ia menyatakan: ﺎﻣأو
ﻢﺴﺠﻟا ىﺬﻟا
ﺐﻠﻐﺗ ﮫﯿﻠﻋ
ﺔﯿﺋﺎﻤﻟا ﻮﮭﻓ
طﻼﺧﻷا ﺔﻌﺑ رﻷا
ﻢﻟو ﻞﻘﯾ
ﺪﺣأ ﻲﻓ
ﺊﯿﺷ ﺎﮭﻨ ﻣ
ﮫﻧإ نﺎﺴﻧﻹا
ﻻإ ﻲﻓ
ﻟا مﺪ
نﺈﻓ ﻢﮭﻨﻣ
ﻦﻣ لﺎﻗ
ﮫﻧإ ﻮھ
حوﺮﻟا ﻞﯿﻟﺪﺑ
ﮫﻧأ اذإ
جﺮﺧ مﺰﻟ
تﻮﻤﻟ ا .
ﺎﻣأ ﻢﺴﺠﻟا
يﺬﻟا ﺐﻠﻐﺗ
ﮫﯿﻠﻋ ﺔﯿﺋاﻮﮭﻟا
ﺔﯾرﺎﻨﻟاو ﻮﮭﻓ
حاورﻷا ﻲھو
نﺎﻋﻮﻧ ﺎﻤھﺪﺣأ
مﺎﺴﺟأ ﺔﯿﺋاﻮھ
ﺔطﻮﻠﺨﻣ ةراﺮﺤﻟﺎﺑ
ﺔﯾﺰﯾﺮﻐﻟا ةﺪﻟﻮﺘﻣ
ﺎﻣإ ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا وأ
ﻰﻓ غﺎﻣﺪﻟا
. اﻮﻟﺎﻗو
ﺎﮭﻧإ ﻲھ
حوﺮﻟا ﺎﮭﻧإو
ﻰھ نﺎﺴﻧﻹا
ﻢﺛ اﻮﻔﻠﺘﺧا
ﻢﮭﻨﻤﻓ ﻦﻣ
لﻮﻘﯾ نﺎﺴﻧﻹا
ﻮھ حوﺮﻟا
يﺬﻟا ﻰﻓ
،ﺐﻠﻘﻟا ﻢﮭﻨﻣو
ﻦﻣ لﻮﻘﯾ
318
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 44
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
209
ﮫﻧإ ءﺰﺟ
أﺰﺠﺘﯾﻻ ﻰﻓ
،غﺎﻣﺪﻟا ﻢﮭﻨﻣو
ﻦﻣ لﻮﻘﯾ
حوﺮﻟا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ءاﺰﺟأ
ﺔﯾرﺎ ﻧ ﺔﻄﻠ ﺘﺨﻣ
هﺬﮭﺑ حاورﻷا
ﺔﯿﺒﻠﻘﻟا ﺔﯿﻏﺎﻣ ﺪﻟ ا و
ﻚﻠﺗو ءاﺰﺟﻷا
ﺔﯾرﺎﻨ ﻟا ﻲھو
ةﺎﻤﺴﻤﻟ ا ةراﺮﺤﻟﺎﺑ
ﺔﯾﺰﯾﺮﻐﻟ ا ﻲھو
نﺎﺴﻧﻹا .
319
Jisim yang didominasi oleh cairan, yakni percampuran dari empat unsur, dan tidak seorangpun yang berpendapat bahwa sesuatu yang
terbentuk daripadanya dikatakan sebagai manusia, kecuali berkenaan dengan darah, karena di antara mereka ada yang
berpendapat bahwa hal itu adalah r- ¥ dengan argumen: jika darah maupun r- ¥tersebut terlepas dari badan, maka terjadilah kematian.
Jisim yang didominasi oleh angin dan api, yaitu: arw±¥ yang terbagai pada dua macam. Satu di antaranya ialah: Jisim yang
ditandai dengan percampuran angin dan panas secara alamiyah yang boleh jadi berpangkal di hati atau di otak. Mereka mengatakan,
bahwa hal itu adalah r- ¥, dan ini adalah hakekat manusia. Mereka juga berbeda pendapat, di antaranya ada yang mengatakan: bahwa
manusia adalah r- ¥ yang berada di hati, namun sebagian yang lain mengatakan bahwa hal itu adalah bagian yang tidak hanya di otak,
bahkan sebagian yang lain berpendapat bahwa r- ¥ yang dimaksudkan ialah diagmbarkan sebagai bagian dari sifat api yang
bercampur dengan arw±¥ qalbiyah dan aqliyah. Bagian dari api itu disebut dengan suhu panas yang bersifat alamiyah, sehingga dapat
disebut sebagai hakekat manusia.
Berbeda halnya dengan berbagai penjelasan di atas, al-R±z³ pada penjelasan berikut ini justru sangat sependapat bahkan merasa berkewajiban
untuk merenungkannya secara mendalam, karena menurutnya penjelasan berikut ini sangat cocok dan sesuai dengan berbagai sumber maupun referensi teologis.
Dalam hal ini al-R±z³ telah sependapat dengan orang yang menggambarkan r- ¥ sebagai jisim yang bercahaya, mulya dan sangat halus, sehingga tidak tertutup
kemungkinan bahwa jjisim-jisim yang halus tersebut akan secara otomatis dapat menembus pada badan manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan.
319
Lihat al-R±z³, Tafs³r, Jilid 11, Jus 21, h. 45
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
210
Dengan kata lain, sepanjang badan masih dalam keadaan terisi dengan nilai-nilai ketuhanan, maka jisim-jisim yang mulya itu akan tetap tinggal bersamanya di
dalam hati qalb-nya. ﻦﻣو
سﺎﻨﻟا ﻦﻣ
لﻮﻘﯾ حوﺮﻟا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
مﺎﺴﺟأ ﺔﯿﻧارﻮﻧ
ﺔﯾوﺎﻤﺳ ،ﺔﻔﯿﻄﻟ
ﺮھﻮﺠﻟا و ﻦﻋ
ﺔﻌﯿﺒط ءﻮﺿ
ﻤﺸﻟا ﺲ
ﻲھو ﻻ
ﻞﺒﻘﺗ ﻞﻠﺤﺘﻟا
لﺪﺒﺘﻟاو ﻻو
قﺮﻔﺘﻟا ﻻو
قﺰﻤﺘ ﻟا اذﺈﻓ
نﻮﻜﺗ نﺪﺒﻟا
ﻢﺗو هداﺪﻌﺘﺳا
ﻮھو داﺮﻤﻟا
ﮫﻟﻮﻘﺑ اذﺈﻓ
ﮫﺘﯾﻮﺳ تﺪﻔﻧ
ﻚﻠﺗ مﺎﺴﺟﻷا
ﺔﻔﯾﺮﺸﻟ ا ﺔﯾوﺎﻤﺴﻟ ا
ﺔﯿﮭﻟ ﻹا ﻰﻓ
ﻞﺧاد ءﺎﻀﻋأ
نﺪﺒﻟا ذﺎﻔﻧ
رﺎﻨﻟا ﻰﻓ
ﻢﺤﻔﻟا ذﺎﻔﻧو
ﻦھد ،ﻢﺴﻤ ﺴﻟ ا
ذﺎﻔﻧو ءﺎﻣ
درﻮﻟا ﻰﻓ
ﻢﺴﺟ ،درﻮﻟا
ذﺎﻔﻧو ﻚﻠﺗ
ﺎﺴﺟﻷا م
ﺔﯾوﺎﻤﺴﻟ ا ﻲﻓ
ﺮھﻮﺟ نﺪﺒﻟا
ﻮھ داﺮﻤﻟ ا
ﮫﻟﻮﻘ ﺑ ﺖﺨﻔ ﻧو
ﮫﯿﻓ ﻦﻣ
ﻰﺣور ﻢﺛ
نإ نﺪﺒﻟا
ﺎﻣ ماد
ﻰﻘﺒﯾ ﺎﻤﯿﻠﺳ
ﻼﺑﺎﻗ ذﺎﻔﻨﻟ
ﻚﻠﺗ مﺎﺴﺟﻷا
ﺔﻔﯾﺮﺸﻟا ﻲﻘﺑ
،ﺎﯿﺣ اذﺈﻓ
تﺪﻟﻮﺗ ﻰﻓ
نﺪﺒﻟا طﻼﺧأ
ﺔﻈﯿﻠﻏ ﺖﻌﻨﻣ
ﻚﻠﺗ طﻼﺧﻷا
ﺔظﺎﯿﻐﻟا ﻦﻣ
نﺎﯾﺮﺳ ﻚﻠﺗ
مﺎﺴﺟﻷا ﺔﻔﯾﺮﺸﻟ ا
ﺎﮭﯿ ﻓ ﺖﻠﺼﻔﻧﺎﻓ
ﻦﻋ اﺬھ
نﺪﺒﻟا ﺬﺌﻨﯿﺤﻓ
ضﺮﻌﯾ ،تﻮﻤﻟا
اﺬﮭﻓ ﺐھﺬﻣ
ىﻮﻗ ﻒﯾﺮﺷ
ﺐﺠﯾ ﻞﻣﺄ ﺘﻟا
ﮫﯿﻓ ﮫﻧﺈﻓ
ﺪﯾﺪﺷ ﺔﻘﺑﺎﻄﻤﻟا
ﺎﻤﻟ درو
ﻰﻓ ﺐﺘﻜﻟا
ﺔﯿﮭﻟﻹا ﻦﻣ
لاﻮﺣأ ةﻮﯿﺤﻟا
تﻮﻤﻟاو .
320
Di antara manusia ada yang berpendapat bahwa r- ¥dapat dikatakan sebagai ajs±m n- r±niyyah sam±
wiyyah la¯ ³fah yakni jisim-jisim yang bersinar, mulya dan sangat halus, sedangkan substansi jauhar
dari tabiat sinar matahari adalah menembus pada semua penjuru, tidak ada celah, pengganti, penghalang maupun pemisah apapun.
Demikian pula halnya dengan badan yang telah mencapai tingkat kesempurnaan sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat:
اذﺈﻓ ﮫﺘﯾﻮﺳ
- Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,
321
maka jisim-jisim yang mulya, tinggi dan bernilai ketuhanan akan bisa
menembus pada anggota badan, sebagaimana menembusnya api di tengah kegelapan, menembusnya minyak biji-bijian, menembusnya
air mawar pada tempatnya, tembusnya jisim-jisim yang agung pada substansi badan sebagaimana firman Allah swt:
ﺖﺨﻔﻧو ﮫﯿﻓ
ﻦﻣ ﻲﺣور
- dan Aku telah meniupkan ke dalamnya ruh ciptaan Ku.
322
Selanjutnya: Selama badan masih dalam keadaan sehat, selamat dan
320
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 45
321
Lihat QS ¢±d [838}: 72 atau al-Hijr [1554]: 39.
322
Lihat QS ¢±d [838}: 72 atau al-Hijr [1554]: 39
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
211
siap untuk menerima sesuatu, maka jisim-jisim yang mulya itu selamanya akan tetap hidup. Akan tetapi jika komposisi pada badan
itu menunjukkan sesuatu yang sangat berat dan keras, maka sudah barang tentu hal demikian itu akan menolak terhadap kehadiran
berbagai rahasia jisim yang mulya itu pada jasadnya, sehingga badan akan terpisah dengannya pada saat datang kematian.
Demikian ini merupakan pendapat yang kuat, mulya dan harus menjadi bahan renungan yang mendalam, karena hal ini sangat
sesuai dengan apa yang termaktub dalam buku-buku teologi mengenai hal ihwal kehidupan dan kematian.
Sungguhpun posisi r- ¥belum tampak pada penjelasan al-R±zi tersebut, namun ia telah menegaskan pada kesempatan tertentu yang lebih condong untuk
mengatakan bahwa posisi r-h adalah berada dalam hati, kemudian memancar kepada yang lain.
323
Hati yang dimaksudkannya bukan dalam bentuk fisiknya, melainkan sesuatu yang menjadi hakekat manusia dalam kehidupannya, baik
duniawiah maupun ukhrawiah.
323
Lebih jelasnya, Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 45 , lihat pula al-R±zi, Tafsir, jilid 11, Jus 21, h. h.53. dan Tafsir, Jilid 12, Jus 24, h. 166-167. Dalam Tafsir al-R±zi, Jilid 11,
Jus 21, h. 45 dikatakan:
ﺎﻣأ ﻢﺴﺠﻟ ا
يﺬﻟا ﺐﻠﻐﺗ
ﮫﯿﻠﻋ ﺔﯿﺋاﻮﮭﻟ ا
ﺔﯾرﺎ ﻨﻟاو ﻮﮭﻓ
حاورﻷا ﻲھو
نﺎﻋﻮﻧ ﺎﻤھﺪﺣأ
مﺎﺴﺟأ ﺔﯿﺋاﻮھ
ﺔطﻮﻠﺨﻣ ةراﺮﺤﻟﺎﺑ
ﺔﯾﺰﯾﺮﻐﻟا ةﺪﻟﻮﺘﻣ
ﺎﻣإ ﻰﻓ
ﺐﻠﻘﻟا وأ
ﻰﻓ غﺎﻣﺪﻟا
. اﻮﻟﺎﻗو
ﺎﮭﻧإ ﻲھ
حوﺮﻟا ﺎﮭﻧ إو
ﻰھ نﺎﺴﻧ ﻹا
ﻢﺛ اﻮﻔﻠﺘﺧا
ﻢﮭﻨﻤﻓ ﻦﻣ
لﻮﻘﯾ نﺎﺴﻧﻹا
ﻮھ حوﺮﻟا
يﺬﻟا ﻰﻓ
،ﺐﻠﻘﻟا ﻢﮭﻨﻣو
ﻦﻣ لﻮﻘﯾ
ﮫﻧإ ءﺰﺟ
أﺰﺠﺘ ﯾﻻ ﻰﻓ
،غﺎﻣﺪﻟا ﻢﮭﻨﻣو
ﻦﻣ لﻮﻘﯾ
حوﺮﻟا ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ ءاﺰﺟأ
ﺔﯾرﺎﻧ ﺔﻄﻠﺘﺨﻣ
هﺬﮭﺑ حاورﻷا
ﺔﯿﺒﻠﻘﻟا ﺔﯿﻏﺎﻣﺪﻟاو
Sedangkan dalam Tafsirnya jilid 11, Jus 21, h.53 dinyatakan sebagai berikut.
لﺎﻗ ﻰﻄﺳﻮﻟا
: ﻖﻠﺧ
ﷲ حاورﻷا
ﻣ ﻦ
ﻦﯿﺑ لﺎﻤﺠﻟا
ءﺎﮭﺒﻟاو ﻻﻮﻠﻓ
ﮫﻧأ ﺎھﺮﺘﺳ
ﺪﺠﺴﻟ ﺎﮭﻟ
،ﺮﻓﺎﻛ ﺎﻣأو
نﺎﯿﺑ نأ
ﮫﻘﻠﻌﺘﺗ لوﻷا
ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ ﻢﺛ
ﮫﺘﻄﺳاﻮﺑ ﻞﺼﯾ
هﺮﯿﺛﺄﺗ ﻰﻟإ
ﺔﻠﻤﺟ ءﺎﻀﻋﻷا
ﺪﻘﻓ ﺎﻨﺣﺮﺷ
ﻰﻓ ﺮﺴﻔﺗ
ﮫﻟﻮﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ
: لﺰﻧ
ﮫﺑ حوﺮﻟا
ﻦﯿﻣﻷا ﻰﻠﻋ
ﻚﺒﻠﻗ نﻮﻜﺘﻟ
ﻦﻣ ﻦﯾرﺬﻨﻤﻟا
. ءاﺮﻌﺸﻟا
: 194
Ketika al-R±z³ menafsirkan QS al-Syu`ar±: 194, Jilid 12, Jus 24 h. 45} ia menjelaskan:
ﻞﻌﺟ ﷲ
حوﺮﻟا ﻻزﺎﻧ
ﮫﺑ ﻰﻠﻋ
ﻚﺒﻠﻗ يأ
ﻚﻤﮭﻓ هﺎﯾإ
ﮫﺘﯿﺗأو ﻰﻓ
ﻚﺒﻠﻗ تﺎﺒﺛإ
ﻰﺴﻨ ﯾﻻﺎ ﻣ ﮫﻟﻮﻘ ﻛ
ﻰﻟﺎﻌﺗ :
ﻚﺋﺮﻘﻨﺳ ﻼﻓ
ﻰﺴﻨﺗ ﻰﻠﻋﻷا
: 6
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
212
b. Manusia sebagai Sifat dalam Badan Kelompok kedua yang mengatakan bahwa hakekat manusia adalah
aksiden sifat yang berada di dalam badan. Penjelasan, bantahan dan penetapan al-R±z³ mengenai hakikat manusia demikian ini di bentangkan sebagai berikut:
ﺎﻣأ ﻢﺴﻘﻟا
ﻲﻧﺎﺜﻟا :
ﻮھو نأ
لﺎﻘﯾ نﺎﺴﻧﻹا
ضﺮﻋ لﺎﺣ
ﻰﻓ ،نﺪﺒﻟا
اﺬﮭﻓ ﻻ
لﻮﻘﯾ ﮫﺑ
ﻞﻗﺎﻋ نﻷ
ﻦﻣ مﻮﻠﻌﻤﻟا
ةروﺮﻀ ﻟﺎﺑ
نأ نﺎﺴﻧﻹا
ﺮھﻮﺟ ﮫﻧﻷ
فﻮﺻ ﻮﻣ
ﻢﻠﻌﻟﺎﺑ ةرﺪﻘﻟاو
ﺮﺑﺪﺘﻟاو ،فﺮﺼﺘﻟاو
ﻦﻣو نﺎﻛ
ﻚﻟﺬﻛ نﺎﻛ
اﺮھﻮﺟ ﺮھﻮﺠﻟاو
نﻮﻜﯾﻻ ﺎﺿﺮﻋ
ﻞﺑ يﺬﻟا
ﻦﻜﻤﯾ نأ
لﻮﻘﯾ ﮫﺑ
ﻞﻛ ﻞﻗﺎﻋ
ﻮھ نأ
نﺎﺴﻧﻹا طﺮﺘﺸﯾ
نأ نﻮﻜﯾ
ﺎﻓﻮﺻﻮﻣ ضاﺮﻋﺄﺑ
ﺔﺻﻮﺼﺨﻣ .
324
Kelompok orang-orang yang mengatakan bahwa manusia adalah sifat yang berada di dalam badan. Ungkapan demikian ini tidak
layak untuk dikatakan bagi orang yang berakal karena sebagaimana telah dimaklumi secara pasti bahwa manusia adalah jauhar
substansi, karena ia disifati dengan suatu pengetahuan, kemampuan, pemikiran dan pendayagunaan. Orang yang punya sifat
demikian berarti jauhar subsatnsi, sedangkan jauhar bukanlah suatu `ara« benda. Akan tetapi yang patut untuk dikatakan bagi
orang yang berakal ialah bahwa keberadaan manusia itu disyaratkan mempunyai sifat-sifat tertentu sebagai berikut:
ﻰﻠﻋو اﺬھ
ﺮﯾﺪﻘﺘﻟا سﺎﻨﻠﻠﻓ
ﮫﯿﻓ لاﻮﻗأ
: لﻮﻘﻟا
لوﻷا نأ
ﺮﺻ ﺎﻨ ﻌﻟا
ﺔﻌﺑرﻷا ﺖﺟﺰﺘ ﻣاذإ
تﺮﺴﻜﻧاو ةرﻮﺳ
ﻞﻛ ﺪﺣاو
ﺎﮭﻨﻣ ةرﻮﺴﺑ
ﺮﺧﻵا ﺖﻠﺼﺣ
ﺔﯿﻔﯿﻛ ﺔﻟﺪﺘﻌﻣ
ﻲھ ،جاﺰﻤﻟ ا
ﺐﺗاﺮﻣو اﺬھ
جاﺰﻤﻟا ﺮﯿﻏ
ﺔﯿھﺎ ﻨﺘﻣ ﺎﮭﻀ
ﻌ ﺒ ﻓ ﻲھ
ﺔﯿﻧﺎﺴﻧ ﻹا ﺎﮭﻀ
ﻌ ﺑ و ،ﺔﯿﺳﺮﻔ ﻟا
ﺔﯿﻧﺎﺴﻧ ﻹﺎ ﻓ ةرﺎﺒﻋ
ﻦﻋ مﺎﺴﺟأ
ﺔﻓﻮﺻ ﻮﻣ
ةﺪﻟﻮﺘﻣ ﻦﻋ
تﺎﺟاﺰﺘﻣا ءاﺰﺟأ
ﺮﺻ ﺎﻨ ﻌﻟا
راﺪﻘﻤﺑ ،صﻮﺼ
ﺨﻣ اﺬھ
لﻮﻗ رﻮﮭﻤﺟ
ءﺎﺒطﻷا ىﺮﻜﻨﻣو
ءﺎﻘﺑ ﺲﻔﻨﻟا
لﻮﻗو ﻰﺑأ
ﻦﯿﺴﺤﻟ ا ىﺮﺼ
ﺒ ﻟا ﻦﻣ
ﺔﻟﺰﺘ ﻌﻤﻟ ا .
لﻮﻘﻟاو ﻰﻧﺎﺜﻟا
نأ نﺎﺴﻧﻹا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
مﺎﺴﺟأ ﺔﺻ
ﻮﺼﺨﻣ ﺸﺑ
طﺮ ﺎﮭﻧﻮﻛ
ﺔﻓﻮﺻ ﻮﻣ
ﺔﻔﺼ ﺑ
ةﺎﯿﺤﻟا ﻢﻠﻌﻟاو
ةرﺪﻘﻟاو ةﺎﯿﺤﻟاو
ضﺮﻋ ﻢﺋﺎﻗ
ﻢﺴﺠﻟﺎﺑ ءﻻﺆھو
اوﺮﻜﻧأ حوﺮﻟا
ﺲﻔﻨﻟاو اﻮﻟﺎﻗو
ﺲﯿﻟ ﺎﻨھﺎھ
ﻻإ مﺎﺴﺟأ
ﺔﻔﻠﺗﺆﻣ ﺔﻓﻮﺻﻮﻣ
هﺬﮭﺑ هﺬﮭﺑ
ضاﺮﻋﻷا ﺔﺻﻮﺼﺨﻤﻟا
ﻲھو ةﺎﯿﺤﻟ ا
ﻢﻠﻌﻟ او ،ةرﺪﻘﻟاو
324
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 45
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
213
اﺬھو ﺐھﺬﻣ
ﺮﺜﻛأ خﻮﯿﺷ
ﺔﻟﺰﺘﻌﻤﻟا .
لﻮﻘﻟاو ﺚﻟﺎﺜﻟا
نأ نﺎﺴﻧﻹا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
أ مﺎﺴﺟ
ﺔﻓﻮﺻ ﻮ ﻣ
ةﺎﯿﺤﻟﺎﺑ ﻢﻠﻌﻟاو
ةرﺪﻘﻟاو نﺎﺴﻧﻹاو
ﺎﻤﻧإ زﺎﺘﻤﯾ
ﻦﻋ ﺮﺋﺎﺳ
تﺎﻧاﻮﯿﺤﻟا ﻞﻜﺸﺑ
هﺪﺴﺟ ﺔﺌﯿھو
ﮫﺋﺎﻀﻋأ ﮫﺋاﺰﺟأو
ﻻإ نأ
اﺬھ ﻞﻜﺸﻣ
نﺄﺑ ﺔﻜﺋﻼﻤﻟا
ﺪﻗ نﻮﮭﺒﺸﺘ ﯾ
رﻮﺼ ﺑ
سﺎﻨﻟا ﺎﻨھﺎ ﮭﻓ
ةرﻮﺻ نﺎﺴﻧ ﻹا
ﺔﻠﺻﺎﺣ ﻊﻣ
مﺪﻋ ﺔﯿﻧﺎﺴﻧﻹا
ﻲﻓو ةرﻮﺻ
ﺦﺴﻤﻟا ﻰﻨﻌﻣ
ﺔﯿﻧﺎﺴﻧ ﻹا ﻞﺻ
ﺎ ﺣ ﻊﻣ
نأ هﺬھ
ةرﻮﺼ ﻟ ا
ﺮﯿﻏ ﺎﺣ
ﺔﻠﺻ ﺪﻘﻓ
ﻞﻄﺑ رﺎﺒﺘﻋإ
اﺬھ ﻞﻜﺸﻟا
ﻲﻓ لﻮﺼﺣ
ﻰﻨﻌﻣ ﺔﯿﻧﺎﺴﻧﻹا
ادﺮط ﺎﺴﻜﻋو
.
325
Berdasarkan pemahaman manusia sebagaimana tersebut di atas manusia disyaratkan mempunyai sifat-sifat tertentu telah
menghadirkan sejumlah interpretasi baru, yaitu: Pertama, Empat unsur yang apabila dicampur dan diaduk antara satu bagian dengan
bagian lainnya maka ia akan mempunyai sifat baru, yaitu menjadi satuan bentuk yang berimbang atau yang disebut dengan kesatuan
komposisi. Struktur komposisi demikian ini tidak terbatas, boleh jadi sebagiannya berupa manusia dan sebagian yang lain berupa
sejenis binatang kuda. Komposisi sebangsa manusia dapat digambarkan sebagai bentuk jisim yang terdiri dari percampuran
unsur yang satu dengan lainnya menurut ukuran tertentu, sebagaimana pendapat mayoritas dari para dokter, pendapat orang-
orang yang menolak keabadian nafs dan terutama pendapat Abu al- ¦asan al-Ba¡r³ dari golongan mu`tazilah. Kedua: Manusia dapat
digambarkan sebagai bentuk jisim tertentu yang disifati ditandai dengan kehidupan, ilmu dan kebebasan. Kehidupan dalam hal ini
berarti suatu sifat yang berada pada jisim, mereka ini menolak keberadaan al-r- ¥dan al-nafs, bahkan mereka berpendapat bahwa
semuanya tidak ada, namun yang ada hanyalah jisim yang disifati dengan kehidupan, ilmu dan kebebasan. Oleh karena itu manusia
pada hakekatnya dapat dibedakan dengan hewan dari aspek bentuk tubuh, gerakan anggota badan dan bagian-bagiannya. Namun
gambaran ini masih kabur dan tidak jelas, karena sebangsa malaikat terkadang dapat menyerupai dengan bentuk manusia. Dalam bentuk
ini para malaikat tidak memiliki sifat-sifat kamanusiaan. Ketika bentuk malaikat yang menyerupai manusia tersebut telah kehilangan
sifat-sifat kemanusiaan, maka gambaran demikian ini tidak dapat dikatakan sebagai manusia. Karena itu, jisim yang digambarkan
325
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 45-46.
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
214
sebagai bentuk yang mempunyai sifat-sifat kemanuaiaan tersebut adalah keliru, tertolak dan bahkan berlawanan.
Penjabaran mengenai hakekat manusia sebagai sifat yang berada di dalam badan dengan segala bentuknya seperti telah dikemukakan di atas telah di bantah
oleh al-R±z³ dengan dua alasan. Pertama, karena manusia yang disifati dengan unsur-unsur tertentu, telah membuka peluang seluas-luasnya untuk memasukkan
jenis binatang seperti kuda maupun lainnya sebagai jenis manusia. Kedua, karena manusia yang disifati dengan realitas bentuk tubuh, gerakan anggota badan dan
bagian-bagiannya, telah menimbulkan kerancauan dan kekaburan dalam memahami perbedaan antara bentuk manusia dan bentuk malaikat yang
menyerupai manusia. Karena malaikat juga bisa berupa bentuk seperti bentuk manusia, namun tidak memenuhi sifat-sifat kemanusiaan.
c. Manusia sebagai Mauj-d, bukan dalam bentuk Jisim maupun Jasmaniah. Penjelasan mengenai pendapat yang mengatakan bahwa hakekat manusia
sebagai maujud dan bukan dalam bentuk jisim maupun sifat-sifatnya telah dijabarkan oleh al-R±z³ dalam tafsirnya sebagai berikut:
ﺎﻣأ ﻢﺴﻘﻟا
ﺎﺜﻟا ﺚ ﻟ
: ﻮھو
نأ لﺎﻘﯾ
نﺎﺴﻧ ﻹا دﻮﺟﻮﻣ
ﺲﯿﻟ ﻢﺴﺠﺑ
ﺔﯿﻧﺎﻤﺴﺟﻻو ﻮﮭﻓ
لﻮﻗ ﺮﺜﻛأ
ﻦﯿﯿﮭﻟﻹا ﻦﻣ
ﺔﻔﺳﻼﻔﻟ ا ﻦﯿﻠﺋﺎﻘﻟا
ءﺎﻘﺒﺑ ﺲﻔﻨﻟا
ﻦﯿﺘﺒﺜﻤﻟا ﺲﻔﻨﻠﻟ
ادﺎﻌﻣ ﺎﯿﻧﺎﺣور
ﺎﺑاﻮﺛو ﺎﺑﺎﻘﻋو
ﺎﺑﺎﺴﺣو ﺎﯿﻧﺎﺣور
... ،
ﻢﻠﻋاو نأ
ﻦﯿﻠﺋﺎﻘﻟا تﺎﺒﺛﺈﺑ
ﺲﻔﻨﻟا نﺎﻘﯾﺮﻓ
. لوﻷا
ﻢھو نﻮﻘﻘﺤﻤﻟا
ﻢﮭﻨﻣ ﻦﻣ
لﺎﻗ نﺎﺴﻧﻹا
ةرﺎﺒﻋ ﻦﻋ
اﺬھ ﺮھﻮﺠﻟا
،صﻮﺼﺨﻤﻟا اﺬھو
نﺪﺒﻟا اﺬﮭﻠﻋو
ﺮﯾﺪﻘﺘﻟا نﺎﺴﻧ ﻹﺎ ﻓ
دﻮﺟﻮﻣﺮﯿﻏ ﻰﻓ
ﻞﺧاد ﻢﻟﺎﻌﻟا
ﻻو ﻰﻓ
ﮫﺟرﺎﺧ ﺮﯿﻏو
ﻞﺼ ﺘ ﻣ
ﻰﻓ ﻞﺧا د
ﻢﻟﺎﻌﻟ ا ﻻو
ﻰﻓ ﮫﺟرﺎ ﺧ
ﺮﯿﻏو ﻞﺼﺘﻣ
ﻌﻟﺎﺑ ﻢﻟﺎ
ﻻو ﻞﺼﻔﻨﻣ
،ﮫﻨﻋ ﮫﻨﻜﻟو
ﻖﻠﻌﺘﻣ نﺪﺒﻟﺎﺑ
ﻖﻠﻌﺗ ﺮﯿﺑﺪﺘﻟا
فﺮﺼ ﺘ ﻟاو
ﺎﻤﻛ نأ
ﮫﻟإ ﻢﻟﺎﻌﻟا
ﻖﻠﻌﺗﻻ ﮫﻟ
ﻢﻟﺎﻌﻟﺎﺑ ﻻإ
ﻰﻠﻋ ﻞﯿﺒﺳ
فﺮﺼﺘﻟا ﺮﯿﺑﺪﺘﻟاو
. ﻖﯾﺮﻔ ﻟاو
ﻰﻧﺎﺜﻟا يﺬﻟا
اﻮﻟﺎﻗ
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
215
ﺲﻔﻨﻟا اذإ
ﺖﻘﻠﻌﺗ نﺪﺒﻟﺎﺑ
تﺪﺤﺗإ نﺪﺒﻟﺎﺑ
ترﺎﺼ ﻓ
ﺲﻔﻨﻟا ﻦﯿﻋ
،نﺪﺒﻟا نﺪﺒﻟاو
ﻦﯿﻋ ﺲﻔﻨﻟا
ﺎﮭﻤﻋﻮﻤﺠﻣو ﺪﻨﻋ
دﺎﺤﺗﻹا ﻮھ
ا ،نﺎﺴﻧﻹ
اذﺈﻓ ءﺎﺟ
ﺖﻗو تﻮﻤﻟا
ﻞﻄﺑ اﺬھ
دﺎﺤﺗﻹا ﺖﯿﻘﺑو
ﺲﻔﻨﻟا نﺪﺒﻟاﺪﺴﻓو
...
326
Bagian ketiga. Pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah mauj- d sesuatu yang diciptakan yang bukan dalam bentuk jisim
dan juga bukan jasmani. Pendapat demikian ini pada umumnya dikemukakan oleh para ahli filsafat di bidang teologi yang
mengatakan tentang keabadian nafs
ءﺎﻘﺑ ﺲﻔﻨﻟا
dan bahkan mereka menetapkan adanya konsekuensi ruhaniah bagi nafs, baik berupa
ganjaran, siksaan maupun hisab secara ruhaniah... Pendapat yang mengatakan tentang keabadian nafs ini terbagi menjadi dua
kelompok: Pertama, kelompok ahli hakekat mengatakan bahwa manusia merupakan substansi khusus. Pemahaman ini misalanya
dinisbahkan pada badan, maka manusia tidak maujud di alam, tidak juga di luarnya, tidak bersambung di dalam alam, juga bukan di
luarnya, tidak bersambung dan tidak terpisah denganya. Tetapi manusia itu berhubungan dengan badan mengenai pengaturan dan
pendayagunaan, sebagaimana Tuhan semesta alam, bagi-Nya tidak berhubungan dengan alam, kecuali hanya mengatur dan
mendayagunakannya. Kedua, kelompok yang mengatakan: Jika nafs berhubungan dengan badan, berarti nafs bersatu dengan badan.
Dengan demikian, maka nafs menjadi esensi badan, dan badan menjadi esensi nafs. Pada saat keduanya bergabung menjadi
kesatuan maka disebut manusia. Namun pada saat kematian telah tiba, maka ittihad menjadi rusak dan nafs tetap kekal dan badan
menjadi rusak.
326
Lihat al-R±z³, Tafsir, Jilid 11, Jus 21, h. 46.Termasuk kelompok yang mengatakan tentang keabadian nafs ialah ¤±bit bin Qurrah: dalam hal ini ia mengatakan: nafs berhubungan
dengan jisim-jisim di langit dalam bentuk cahaya yang halus tidak berupa alam, tidak rusak dan tidak bercerai. Sedangkan jisim-jisim tersebut keberadaannya menempatia posisi badan. Selama
posisinya itu masih berlangsung pada badan, maka keabadian nafs mengatur badan. Namun apabila jisim-jisim halus tersebut telah terpisah dari substansi badan, maka putus pula hubungan
nafs dari badannya. Penjelasan ini diambil dari kutipan aslinya sebabagi berikut:
هﺬﮭﻓ ﺔﻠﻤﺟ
ﺐھاﺬﻣ سﺎﻨﻟا
ﻰﻓ نﺎﺴﻧﻹا
نﺎﻛو ﺖﺑﺎﺛ
ﻦﺑ ةﺮﻗ
ﺖﺒﺜﯾ ﺲﻔﻨﻟا
لﻮﻘﯾو ﻧإ
ﺎﮭ ﻖﻠﻌﺘ ﻣ
مﺎﺴﺟﺄ ﺑ ﺔﯾوﺎﻤﺳ
ﺔﯿﻧارﻮﻧ ﺔﻔﯿﻄﻟ
ﺮﯿﻏ ﺔﻠﺑﺎﻗ
نﻮﻜﻠﻟ دﺎﺴﻔﻟاو
قﺮﻔﺘﻟاو قﺰﻤﺘﻟاو
. نأو
ﻚﻠﺗ مﺎﺴﺟﻷا
نﻮﻜﺗ ﺔﯾرﺎﺳ
ﻰﻓ نﺪﺒﻟا
ﺎﻣو ماد
ﻰﻘﺒﯾ ﻚﻟذ
نﺎﯾﺮﺴﻟا ﺖﯿﻘﺑ
ﺲﻔﻨﻟا ةﺮﺑﺪﻣ
نﺪﺒﻠﻟ اذﺈﻓ
ﺖﻠﺼﻔﻧا ﻚﻠﺗ
مﺎﺴﺟﻷا ﺔﻔﯿﻄﻠﻟا
ﻦﻋ ﺮھﻮﺟ
نﺪﺒﻟا ﻊﻄﻘ ﻧا
ﻖﻠﻌﺗ ﺲﻔﻨﻟا
ﻦﻋ نﺪﺒﻟا
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
216
Pendapat yang menyatakan hakekat manusia sebagai maujud yang tidak berbentuk jisim dan juga bukan jasmaniah, telah mengakui tentang keabadian nafs
yang dapat menerima konsekuensi ruhaniah, baik berupa ganjaran, siksaan maupun hisab. Masalah keabadian nafs ini terbagai menjadi dua kelompok:
Pertama, hakekat manusia hanya dikatakan sebagai substansi khusus, sehingga hakekat manusia tidak berada di alam, tidak juga di luarnya, tidak bersambung
dengan alam, juga tidak terpisah dengannya, tetapi manusia itu berhubungan dengan badan mengenai pengaturan dan pemberdayaan, sebagaimana Tuhan dari
alam semesta ini adalah tidak berhubungan dengan alam, kecuali hanya mengatur dan mendayagunakannya. Kedua, Jika nafs berhubungan dengan badan, berarti
nafs bersatu dengan badan, untuk selanjutnya dapat dikatakan bahwa nafs merupakan esensi badan, dan badan merupakan esensi nafs. Pada saat keduanya
bergabung menjadi sebuah kesatuan, maka disebut manusia, namun pada saat kematian telah tiba, maka identitas manusia menjadi sirna, sekalipun nafs masih
tetap kekal namun badan menjadi rusak. Penjelasan di atas belum tergambar adanya sikap yang jelas dari al-R±z³
dalam menerima atau menolak beberapa pendapat yang dikemukakannya. Namun penulis dapat mengambil suatu kesan bahwa al-R±z³ tampaknya lebih cenderung
untuk menolak terhadap beberapa pendapat tersebut, terutama mengenai hakekat manusia yang dikatakan sebagai sesuatu yang diciptakan bukan dalam bentuk
jisim dan juga bukan jasmaniah. Karena itu, hakekat manusia tidak bisa disebutkan, kecuali dengan meminjam istilah nafs sebagai kata ganti dari hakekat
manusia yang hanya disebut sebagai substansi khusus. Padahal nafs itu sendiri apabila terpisah dengan badan manusia, maka jati diri manusia telah tiada dan
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN JAKARTA
217
bahkan tidak terwujud. Dengan demikian, pernyataan yang menyatakan bahwa hakekat manusia yang dipahami sebagai sesuatu yang diciptakan bukan dalam
bentuk jisim dan juga bukan sifat-sifatnya adalah bertentangan dengan al-R±z³. Dengan demikian, pembicaraan mengenai manusia sebagai sasaran syif±
sebagaimana telah dibentangkan beberapa uraian yang didasarkan pada beberapa ayat al-Quran maupun penjelasan-penjelasan lainnya yang terkait dengan hakekat
manusia sebagaimana yang diuraikan oleh al-R±z³ tersebut dapat di ambil suatu pemahaman bahwa yang menjadi sasaran syif± adalah manusia dengan berbagai
bentuk penyakit yang terkait dengan kerusakan pengetahuan, akidah dan akhlaknya. Dengan kata lain, sasaran syif± dapat dibedakan menjadi tiga bagian.
Pertama, segala penyakit kerohanian yang berada di dalam hati sebagaimana diisyaratkan dalam QS Y- nus [1051]: 57, yakni
ءﺎﻔﺷو ﺎﻤﻟ
ﻲﻓ روﺪﺼ
ﻟا -dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada. Kedua, segala penyakit jasmaniah yang terkait dengan fisik manusia, sebagaimana diisyaratkan
dalam QS al-Na¥l [1670]: 69, yakni ﮫﯿﻓ
ءﺎﻔﺷ سﺎﻨﻠﻟ
-di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Ketiga, segala penyakit maupun kerusakan
global ijtima`iyyah yang terkait dengan masyarakat beserta lingkungannya sebagaimana diisyaratkan dalam QS al-Taubah [9113]: 14 yakni
ﻒﺸﯾ و روﺪﺻ
مﻮﻗ ﯿﻨﻣﺆﻣ
ﻦ -serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
B. Sakit dan Sebab-sebabnya