untuk selanjutnya diberikan karbakol dengan konsentrasi mulai dari 0.01 μM hingga 100 μM secara kumulatif. Tegangan yang dihasilkan pada pemberian
masing-masing konsentrasi karbakol tersebut dihitung relatif terhadap tegangan awal setelah pemberian karbakol 1 μM Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Skema kontraksi otot polos pada pemberian karbakol
Tahap berikutnya dilakukan pengujian efek minyak cengkeh dengan konsentrasi 10
-6
, 10
-5
, 10
-4
, 10
-3
, dan 10
-2
terhadap otot polos yang telah diinduksi kontraksi dengan menggunakan karbakol 1 μM. Pengujian zat aktif
dilakukan setelah kontraksi otot polos setelah induksi dengan karbakol 1 μM
stabil plateau.
Gambar 3.3. Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak minyak cengkeh
Setelah melakukan pengujian pada bahan ekstrak minyak cengkeh, dilakukan pula pengujian pada bahan pelarut ekstrak minyak cengkeh itu sendiri
yaitu etanol absolut. Pengujian etanol absolut dilakukan untuk tiap-tiap konsentrasi etanol yang diberikan dengan prosedur yang sama.
100
3.7. Pengolahan Data
Data perubahan kontraktilitas strip otot polos yang didapatkan dari transducer dan direkam di dalam program LabChart Pro v7.1 kemudian diolah
menggunakan SPSS versi 16.1 untuk menentukan nilai kebermaknaan penelitian, dengan dilakukan pengujian Student t Test bila distribusi sampel dan kelompok
normal, dan Mann-Whitney bila distribusi sampel dan kelompok tidak normal. Pengujian normalitas dari distribusi data menggunakan Saphiro-Wilk karena
jumlah data yang diuji kurang dari 50.
20,21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengukuran Efek Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih pada
Pemberikan Karbakol Pemberian karbakol pada penelitian ini ditujukan untuk menginduksi
kontraktilitas dari otot polos kandung kemih agar dapat berkontraksi terlebih dahulu sebelum diberikan ekstrak minyak cengkeh. Dengan terjadinya kontraksi
otot polos kandung kemih yang diinduksi menggunakan karbakol, maka efek relaksasi yang diberikan oleh minyak cengkeh dapat dinilai.
Efek kontraksi yang diberikan oleh karbakol diperlukan dalam konsentrasi yang tepat, untuk menghindari cedera otot polos dikarenakan over-stretched
akibat kontraksi yang berlebihan. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian efek kontraksi dari karbakol terlebih dahulu untuk mendapatkan konsentrasi karbakol
yang tepat untuk kontraksi otot polos kandung kemih. Didapatkan kontraksi otot polos dapat terjadi setelah pemberian karbakol
dengan konsentrasi 1μM. Pengujian selanjutnya diberikan karbakol dengan konsentrasi 10μM dan 100μM, namun didapatkan setelah pemberian karbakol
konsentrasi 10μM, otot polos tidak dapat berkontraksi dengan baik saat diberikan
karbakol konsent rasi 100μM. Hal ini menandakan kontraktilitas otot polos
kandung kemih sudah melebih batas kontraksinya saat diberikan 10μM karbakol. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan karbakol dengan konsentrasi 1μM
sebagai penginduksi awal kontraksi di setiap awal pengujian ekstrak minyak cengkeh.
Tabel 4.1. Persentase kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian karbakol
Konsentrasi karbakol Persentase kontraksi otot polos kandung kemih
Karbakol 0,01µM 0,81
Karbakol 0,1µM 10,56
Karbakol 1µM 102,39
Karbakol 10µM 112,63
Karbakol 100µM 65,32
24