Menurut asumsi peneliti rendahnya pengetahuan informan mengenai vasektomi disebabkan karena kurangnya pemberian informasi atau sosialisasi dari
petugas kesehatan mengenai jenis-jenis alatmetode kontrasepsi pria khususnya vasektomi, rendahnya minat pria dalam mengakses informasi tentang kontrasepsi pria
dan adanya anggapan bahwa KB hanya diperuntukkan untuk wanita saja dan juga karena masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dirasakan tabu untuk dijadikan
pembicaraan sehari-hari sehingga membuat peran serta pria dalam penggunaan alat kontrasepsi masih sangat rendah.
Kurangnya pengetahuan informan tentang kontrasepsi pria, dikarenakan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang dilakukan kepada para
pria. KIE lebih banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan media massa sepertis panduk, baliho atau koran merupakan media yang
paling mudah diakses masyarakat. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan karena pekerjaan mereka yang menyita waktu.
Sebagian besar responden bekerja sebagai supir yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk
mendapatkan informasi tentang kontrasepsi pria.
5.2. Sikap Tentang Vasektomi
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal ini masih berbeda
dengan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh orang. Pengetahuan mengenai suatu
Universitas Sumatera Utara
obyek tidak sama dengan sikap terhadap suatu objek. Sikap mempunyai segi motivasi berarti segi dinamis menuju suatu tujuan berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dapat
merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu.
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu Purwanto 1999.
Informan bersikap baik terhadap program KB pria. Hal ini karena informan sudah menganggap program KB bukan merupakan program pemerintah lagi tetapi sudah
merupakan kebutuhan mereka. Sedangkan informan yang bersikap kurang terhadap keikutsertaan dalam program KB pria kemungkinan karena masih kurangnya
pengetahuan tentang metode-metode kontrasepsi pria dan kurang familier dengan vasektomi. Mereka masih belum paham tentang keuntungan-keuntungan, kerugian
dan efek samping dari vasektomi. Selain itu masih kurangnya dukungan dari istri, teman dan tokoh masyarakat terhadap partisipasi pria dalam KB. Sikap responden
yang kurang terhadap partisipasi pria dalam KB karena tidak didukung oleh sikap
istri terhadap partisipasi pria dalam KB.
Hasil wawancara peneliti dengan informan diketahui bahwa sikap keluarga informan yang positif tentang keikutsertaan suami dalam vasektomi dengan baik dan
benar. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
“…kalau menurut aku…, keikutsertaan suami untuk KB, yah baguslah…, biar kurang jumlah penduduk ini, karena terlalu banyak anak, pusing juga nya kita
mikirkan biaya hidupnya…, apalagi aku Cuma supir yah sangat kuranglah…, Informan 4.
Menurut BKKBN 2006 dalam Riski 2010 bahwa kontrasepsi merupakan salah satu metode untuk mewujudkan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga yang dapat diwujudkan dengan memiliki 2 orang anak sebagai wujud membentuk keluarga bahagia dan
sejahtera. Oleh karena itu, BKKBN merekomendasikan setiap keluarga untuk memiliki 2 orang anak dengan cara menunda kehamilan dengan menggunakan alat
kontrasepsi. Hasil penelitian penelitian Ginting 2010 menunjukkan hasil yang berbeda
yaitu penggunaan alat kontrasepsi responden yang punya anak ≥ 3 orang jauh lebih
banyak daripada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang punya anak 1-2 orang yang memberikan arti bahwa penerimaan terhadap norma keluarga kecil
bahagia sejahtera yang dipromosikan BKKBN belum berjalan secara baik dalam masyarakat.
Sementara itu informan mengungkapkan sikap keluarga informan yang positif tentang keikutsertaan suami dalam vasektomi dengan baik dan benar :
“Menurut aku sangat bagus itu bagi keluarga yang banyak anak dan yang sudah tua, karena laki-laki inikan nafsunya tetap berjalan apabila masih hidup juga
membantu untuk istrinya yang tidak mau ber KB atau tidak tahan untuk KB”. Fakta memperlihatkan bahwa sebagian alatmetode kontrasepsi pada wanita
terkadang menimbulkan efek kurang baik pada kesehatan sebagian wanita. Rasa sakit
Universitas Sumatera Utara
karena menstruasi yang tidak teratur, resiko penyakit pada alat reproduksi, berat badan yang meningkat, pendarahan, sakit kepala adalah gejala-gejala yang sering
dikeluhkan oleh sebagian wanita. Hal ini akan semakin menambah beban wanita karena setelah hamil, melahirkan anak, merawat seluruh anggota keluarga dan kadang
harus bekerja wanita juga masih harus menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa ahli Cobb, 1976; Gentry and Kobasa, 1984; Wallston, Alagna and
Davellis,1983; Wills,1984; dalam Sarafino, 1998 menyatan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial akan meyakini individu dicintai, dirawat, dihargai,
berharga dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini individu akan mendapatkan dukungan sosial yang baik ketika mereka telah memiliki anak laki-
laki. Bentuk dukungan ini dapat berupa informasi tingkah laku tertentu ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa diakungi,
diperhatikan dan bernilai yang semuanya dapat dilihat dalam bentuk sikap yang
diberikan keluarga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap seluruh keluarga informan menyatakan hubungan vasektomi dengan hubungan seksual sangat erat, seperti yang
dinyatakan informan : “… jujur aku katakan.., kalau hubungan vasektomi ini dengan hubungan
seksual sangatlah terganggu…, kenapa aku katakana seperti itu…? Yah seperti tadi aku katakana, aku tidak selera lagi atau tidak bernafsu lagi untuk melakukan
hubungan istri terhadap istriku…, gak selera lagilah…, yah bisa dikatakan sudah jarang. Bayangkan lah, kadang-kadang satu kali dalam dua bulan, itupun prosesnya
cepat sekali…” Informan 3
Universitas Sumatera Utara
Hal sejalan juga diungkapkan Barus 2010 didalam penelitiannya bahwa vasektomi akan membuat pria kehilangan kejantanannya atau menjadi impoten
seperti dikebiri. Salah persepsi dan rasa takut pada masyarakat yang menyatakan bahwa MOPVasektomi sama dengan kebiri adalah merupakan salah satu alasan pria
tidak mau memilih MOPvasektomi sebagai metode kontrasepsi mereka, karena mereka takut MOPvasektomi akan membuat seorang pria akan kehilangan
kejantanannya. “Yah seperti yang aku katakan tadi... bisa aja nanti istri-istri pada cari sama
orang lain.. karena hidup ini kan masih perlu melakukan hubungan suami istri.. orang yang sudah tua itu pun masih mau.. apalagi kami masi muda.. yah itu ajalah”
Informan 3.
Menurut BKKBN Prov SU 2008, tindakan Vasektomi tidak mempengaruhi
terhadap fungsi seksual libido. Karena buah zakar yang menghasilkan hormon tetap berfungsi dan hormon dialirkan melalui pembuluh darah. Terhadap ereksi juga tidak
berpengaruh, karena persarafan dari aliran darah untuk ereksi terletak dibagian atas dan batang kemaluan, sehingga tidak akan cedera sewaktu tindakan vasektomi.
Demikian juga terhadap lamanya ereksi sampai terjadi ejakulasi tidak akan terganggu. Sikap yang peduli terhadap masalah KB dan kesehatan reproduksi diyakini
akan meningkatkan partisipasi pria dalam KB. Hal ini disebabkan selama ini kebiasaan masyarakat yang menganggap bahwa masalah KB adalah wilayah
perempuan dan pria tidak perlu terlibat. Menurut Green dalam Notoatmojo 2012, sikap merupakan predisposisi mempermudah untuk bertindak terhadap obyek
tertentu. Sikap untuk terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu,
Universitas Sumatera Utara
pada banyak sedikitnya pengalaman seseorang mengacu pada pengalaman orang lain. Dapat diasumsikan bahwa bersikap baik terhadap partisipasi pria dalam KB berarti
mendukung untuk berpartisipasi dalam KB. Sikap yang baik dari informan tergantung pada segi positif dan negatif komponen pengetahuan tetang partisipasi pria dalam
KB. Makin banyak segi positif komponen pengetahuan dan makin penting komponen itu, semakin positif pula sikap yang terbentuk. Sebaliknya semakin banyak segi
negatif akan semakin negatif sikap yang terbentuk. Menurut asumsi penulis bahwa pandangan, persepsi dan rasa takut yang ada
pada masyarakat bahwa Vasektomi sama dengan kebiri adalah merupakan salah satu alasan yang kurang masuk akal karena sebagian pria yang sudah melakukan
vasektomi akan merasa lebih perkasa karena tidak akan mempengaruhi frekuensi berhubungan dan tidak perlu merasa khawatir karena sudah tidak mempunyai
kemampuan untuk menghamili. Oleh karena itu perlunya informasi kekurangan dan kelebihan tentang vasektomi kepada akseptor vasektomi akan membuat akseptor akan
mengetahui hal yang sebenarnya sehingga tidak perlu ada ketakutan-ketakutan tentang vasektomi.
5.3. Dukungan Keluarga Tentang Vasektomi