IUD 132, MOW 126, MOP 19, Kondom 138, IMP 179, Suntik 612, PIL 355. Untuk MOP di Kecamatan Porsea merupakan nomor 2 terbanyak setelah Kecamatan
Balige.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana perilaku akseptor vasektomi dan dukungan keluarga di wilayah kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir?
1.3.
Tujuan Penelitian
Mengetahui perilaku peserta akseptor vasektomi dan dukungan keluarga di wilayah Kerja Kecamatan Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Memberikan masukan bagi Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Kabupaten Toba Samosir dalam membuat kebijakan yang berkaitan
dengan pelayanan KB pria dengan metode vasektomi di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir.
2. Bagi petugas kesehatan dan petugas keluarga berencana dapat meningkatkan
pelayanan keluarga berencana di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir sehingga dapat meningkatkan cakupan akseptor KB pria dengan metode
vasektomi agar tercapai standar yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan
pengembangan pengetahuan tentang partisipasi pria dalam keluarga berencana. 4.
Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai keluarga berencana pria.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini
tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo 2007, membagi perilaku ke dalam tiga
domain, yaitu 1 kognitif, 2 afektif, dan 3 psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan
praktek.
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behaviour. Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng
Universitas Sumatera Utara
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni Notoatmodjo, 2007 :
a. Awareness kesadaran, di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b.
Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d.
Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran akan tidak berlangsung lama. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni Notoatmodjo, 2007:
Universitas Sumatera Utara
1. Tahu know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. 2.
Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat diliat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5.
Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. 6.
Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2.1.2. Sikap
Berkowitz dalam Azwar 2000 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pemikiran, yaitu: 1.
Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone 1928, Rensis Likert 1932, Charles Osgood 1975, mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk
Universitas Sumatera Utara
evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak unfavorable
terhadap objek sikap tertentu”. 2.
Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave 1928, Bogardus 1931, LaPiere 1934, Mead 1934 dan Girdon Allport 1935, mengatakan bahwa “sikap
adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respons”. 3.
Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok
ini Secord dan Backman 1964 mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan efeksi, pemikiran kognisi dan
predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.” Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi
respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap
mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung,
memihak favorable atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap
mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan.
2.1.3. Tindakan
Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukanmengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan
tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi,
sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya Notoatmodjo, 2007.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya dinilai baik. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga
mencakup Notoatmodjo, 2007. a.
Tindakan sehubungan dengan penyakit b.
Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c.
Tindakan kesehatan lingkungan
2.1.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Green dalam Notoatmodjo 2007 menjelaskan berdasarkan penelitian kumulatif mengenai perilaku kesehatan, telah diidentifikasi tiga kelas faktor yang
mempunyai potensi dalam mempengaruhi kesehatan. Tiga faktor tersebut adalah faktor-faktor predisposisi predisposing factors, faktor-faktor yang mendukung
Universitas Sumatera Utara
enabling factors dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong reinforcing factors. Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku.
Model ini dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang
merupakan singkatan dari “Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and Evaluation”.
a. Faktor-faktor predisposisi
Setiap karakteristik konsumen atau komuniti yang memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,
sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok, dapat memudahkan atau merintangi tindakan, faktor sosio demografis
juga termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan. b.
Faktor-faktor pemungkin Setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku dan setiap
keterampilan atau sumber daya diperlukan untuk melaksanakan perilaku. Tidak adanya karakteristik atau keterampilan tersebut menghambat perilaku kesehatan.
Hal ini terwujud dalam bentuk lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana untuk berperilaku, serta keterampilan yang berhubungan dengan
kesehatan. Keterampilan sendiri berarti kemampuan seseorang melakukan upaya yang menyangkut perilaku yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor-faktor penguat
Setiap ganjaran, insentif atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat dari suatu perilaku kesehatan dan berperan bagi menetap atau lenyapnya
perilaku itu. Hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini dapat
berasal dari guru, dosen, famili, tokoh masyarakat, supervisior, majikan, teman sebaya dan lain sebagainya.
Menurut Morgan et. al. sebagimana yang dikutip oleh Sudrajat 1992, pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan
checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Sedangkan menurut Backstorm dalam Sudrajat 1992, melalui pengamatan langsung dapat dipelajari lebih banyak
perilaku seseorang dibandingkan dengan pertanyaan, karena orang tidak selalu menyatakan secara benar apa yang ditanyakan. Metode pertanyaan ini memiliki
kelemahan karena responden mungkin memberikan jawaban yang dipengaruhi oleh pikiran karena responden mungkin memberikan jawaban pada pertanyaan dan
dipengaruhi oleh pikiran tentang bagaimana orang lain memberikan jawaban pada pertanyaan dan dipengaruhi oleh pikiran tentang bagaimana seharusnya mereka
menjawab. Walaupun metode pengamatan langsung merupakan pengukuran yang lebih baik, kemungkinan tidak sesuai dengan yang diinginkan bisa saja terjadi karena
pengaruh Hawthorne Hawthorne Effect yaitu pengaruh yang timbul dari seseorangyang sedang diamati karena telah mengetahui dirinya sedang dijadikan
subjek pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Sejarah Keluarga Berencana
Gagasan keluarga berencana di Indonesia sebenarnya telah diperkenalkan oleh beberapa tokoh masyarakat sejak tahun 1950, Di Indonesia KB modern mulai dikenal
pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat, namun dengan sedikit mungkin
publisitas, dengan obat yang ada tentang KB. tetapi baru pada 23 Desember tahun 1957 mulai terbentuk organisasi swasta yang bernama Perkumpulan Keluarga
berencana Indonesia PKBI. adalah pelopor pergerakan KB dan sampai sekarang masih aktif membantu program KB Nasional yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional BKKBN BKKBN, 2004. Pada tahun 1970 berdiri BKKBN merupakan lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan program KB di Indonesia. Fungsi BKKBN antara lain adalah sebagai pengkoordinasi, perencana, perumus kebijakan, pengawas,
pelaksanaan dan evaluasi. Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu,
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan,
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktik KB, dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu ASI untuk penjarangan kehamilan BKKBN,
2006.
Universitas Sumatera Utara
Sejak Konferensi Internasional tentang kependudukan dan pembangunan International Confrency Populations DevelopmentICDP di Kairo 1994, program
KB nasional mengalami perubahan paradigma dan nuansa demografis ke nuansa kesehatan reproduksi yang di dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah
suatu program yang dimaksud untuk membantu pasangan mencapai tujuan reproduksinya. Amanat internasional ini tertuang dalam program aksi tentang hak-
hak reproduksi dan kesehatan reproduksi paragraf 7.2. yang menyatakan bahwa hak- hak reproduksi adalah bagian dari Hak Azasi Manusia HAM yang bersifat universal
yang meliputi hak perorangan dan suami istri untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab tanpa adanya unsur diskriminasi, paksaan dan kekerasan dalam
menentukan jumlah, jarak dan waktu melahirkan, mendapatkan derajat kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual yang terbaik bagi dirinya dan atau pasangannya,
memperoleh informasi dan pelayanan yang diperlukan untuk mewujudkan hak-hak tersebut yang tidak bertentangan dengan agama, norma budaya dan adat istiadat,
hukum dan perundang-undangan yang berlaku BKKBN, 2006. Secara khusus ICDP paragraf 7.8. menyatakan bahwa perlu dikembangkan
program yang inovatif untuk informasi, konseling dan pelayanan kesehatan yang dapat diakses oleh remaja dan pria dewasa. Program-program tersebut seharusnya
dapat mendidik dan menyadarkan para laki-laki untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas keluarga berencana, tugas-tugas rumah tangga, pengasuhan anak
dan juga lebih bertanggung jawab dalam pencegahan Penyakit Menular Seksual PMS. Dalam BKKBN 2010 dikatakan bahwa amanat internasional ini telah
Universitas Sumatera Utara
diimplementasikan dalam bentuk Rencana Jangka Pembangunan Menengah Nasional RPJMN tahun 2010-2014 yang menetapkan keberhasilan program KB Nasional
dalam pemerintahan periode 2010-2014 yang dibebankan kepada BKKBN, yaitu: 1. Laju pertumbuhan penduduk 1,0 pertahun
2. Total Fertility Rate TFR 2,1 3. Peserta aktif KB pria 4, 5
4. Unmed Need 5 5. Usia kawin pertama perempuan 21 tahun
Pentingnya pria terlibat dalam KB dan kesehatan reproduksi didasarkan bahwa :
1. Pria adalah mitra reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria
dan wanita berbagai tanggung jawab dan peran secara seimbang untuk mencapai kepuasan kehidupan seksual dan berbagai beban untuk mencegah penyakit serta
komplikasi kesehatan reproduksi. 2.
Pria bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi termasuk untuk anak- anaknya, sehingga keterlibatan pria dalam keputusan reproduksinya akan
membentuk ikatan yang lebih kuat di antara mereka dan keturunannya. Pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peranan yang
penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakainya atau digunakan istrinya, serta dukungan kepada pasangannya terhadap kehidupan reproduksinya.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Perkembangan Gerakan Keluarga Berencana Nasional