Pengetahuan Informan Tentang Vasektomi

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Informan Tentang Vasektomi

Masih banyak informan yang belum mengetahui vasektomi dengan baik dan benar. Menurut informan, yang dimaksud KB pria adalah jenis KB yang dilakukan pria melalui tindakan operasi, dengan tujuan agar dapat mencegah terjadinya kehamilan. Selain itu, informan juga mengetahui kondom sebagai alat kontrasepsi pria. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini: “KB pria adalah suatu KB yang dilakukan pria melalui operasi, dan juga dapat menggunakan kondom, biar kita dapat mencegah untuk tidak menghasilkan anak lagi… Informan 1 Informan lainnya lebih menekankan melalui jawabannya tentang tujuan melakukan KB vasektomi, yaitu untuk membatasi jumlah anak. “…KB itu kan biar jangan punya anak lagi…, kudengar pernah ada yang operasi, ada juga kondom...” Informan 2 Saifuddin 2006, menjelaskan bahwa vasektomi mempunyai banyak nama antara lain: Sterilisasi pada pria, ada juga yang menyebut sebagai Kontrasepsi Mantap Pria Kontap, tidak sedikit juga yang menyebut Sebagai Metode Operasi Pria MOP. Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara terlihat bahwa syarat ikut KB vasektomi yaitu apabila telah memiliki banyak anak. Informan juga menambahkan bahwa yang dimaksud dengan vasektomi adalah salah satu jenis KB yang diperuntukkan untuk laki-laki. Sementara jenisnya disebutkan hanya operasi saja. Informan juga menyebutkan syarat untuk melakukan vasektomi yaitu apabila keluarga tersebut telah memiliki jumlah anak yang cukup. Tujuan KB vasektomi yang diungkapkan informan, yaitu untuk mencegah terjadinya kehamilan. Hasil studi yang dilakukan oleh BKKBN 1998 yang bekerja sama dengan LDUI-PULDU, menerangkan bahwa pada umumnya akseptor menggunakan kontap karena tidak ingin menambah anak lagi, di samping alasan kesehatan dan alasan ekonomi yang turut mempengaruhi, karena keinginan adanya kesempatan mendidik anak. Hasil studi kualitatif Focus Group Discussion FGD, di DKI Jakarta dan D.I. Yogyakarta dalam Ekarini 2008, memperlihatkan bahwa sebagian besar pria mengetahui tujuan keluarga berencana, yaitu untuk mengatur kelahiran, membentuk keluarga yang bahagia serta menyadari bahwa keluarga berencana itu penting. Hasil yang relatif sama dijumpai dari temuan studi di propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur 2001 terhadap 393 pria kawin, bahwa pengetahuan pria tentang pengertian dan tujuan keluarga berencana pada umumnya cukup baik meskipun belum semua dapat menerangkan secara jelas. Lebih dari separuh responden menyatakan bahwa program keluarga berencana bermaksud untuk mengatur jarak kelahiran, mencegah kehamilan dan untuk membatasi kelahiran. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian di BKKBN di Provinsi Sulawesi dan di Provinsi Lampung juga menunjukkan bahwa rendahnya persentase MOPvasektomi di daerah itu karena ketidaktahuan masyarakat bahwa MOPvasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi pada pria yang juga memiliki keuntungan yang lebih dari pada kondom BKKBN, 2004. Tidak jauh berbeda dengan pandangan Kusumawati 2013 yang menjelaskan bahwa rendahnya pengetahuan responden mengenai vasektomi dipengaruhi oleh informasi dan pengalaman yang dialami responden. Meski telah mendapat informasi dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang metode kontrasepsi vasektomi sebagian besar penduduk menganggap bahwa masalah kontrasepsi hanyalah untuk perempuan. Sementara menurut oleh Sari 2003 dalam Arma 2010 tentang pengetahuan dan motivasi suami terhadap kontrasepsi pria di Sumatera Barat, dimana pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria cenderung pada kategori kurang. Hasil wawancara diketahui bahwa keikutan informan untuk KB vasektomi bukan karena telah mengetahui tentang KB vasektomi sebelumnya, namun hanya ikut-ikutan saja, Menurut Handayani 2010, syarat untuk melakukan vasektomi antara lain, klien benar-benar bersedia memakai kontrasepsi mantap secara sukarela, tidak ada paksaan dan klien telah mengetahui semua yang berhubungan dengan kontrasepsi mantap, mendapat persetujuan istri, kesehatan dilakukan melalui pemeriksaan pra-bedah oleh dokter. Oleh karena itu mekanisme vasektomi sangat penting untuk dijelaskan kepada calon akseptor vasektomi. Universitas Sumatera Utara Informan menjelaskan bahwa vasektomi merupakan salah satu alat kotrasepsi untuk pria dengan melakukan tindakan operasi kecil. Namun pada saat ditanya jenis dan syarat melakukan KB dengan vasektomi, diketahui semua informan tidak dapat menjelaskannya. Adapun persayaratan bagi para peserta yang ingin melakukan KB dengan cara vasektomi antara lain, suami memiliki badan yang sehat, sukarela, bahagia jumlah anak sudah cukup, umur minimal istri tidak kurang dari 25 tahun dan mengetahui kelebihan dan keterbatasan Vasektomi. Sedangkan untuk peserta yang tidak boleh menjadi peserta Vasektomi adalah suami yang mengidap kencing manis, hernia turun berok, kudis dan koreng di daerah scrotum kantung pelir, tekanan darah tinggi, pembekuan darah atau keadaan kejiwaan yang tidak stabil. Tindakan medis dilakukan secara benar maka tingkat keberhasilan mencegah kehamilan sangat tinggi, yakni 99. Dan tingkat kegagalan mencapai 15 karena rekanalasi penyambungan kembali spontan yang dalam praktek jarang sekali terjadi. Kelebihan dari program vasektomi antara lain tidak mengganggu hubungan seksual antara suami istri, aman dan nyaman, efek samping kecil, biaya murah, dilakukan oleh dokter terlatih. Namun dari program ini juga memiliki keterbatasan antara lain seperti dokter terlatih dan sarana tempat pelayanan yang terbatas. Dan kendala lain dalam melaksanakan program KB Vasektomi adalah masih kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang KB dengan cara vasektomi, sehingga KB dengan cara vasektomi masih kurang diminati. Universitas Sumatera Utara Informan masih belum paham tentang kelebihan dan dan kekurangan dari vasektomi. Informan menjelaskan bahwa vasektomi dapat mengganggu hubungan seksual antara suami istri. Sehingga dengan kurangnya pengetahuan informan tentang kelebihan dan kekurangan vasektomi, maka KB dengan cara vasektomi masih kurang diminati masyarakat. Informan mengganggap bahwa vasektomi dapat membuat pria menjadi tidak jantan sehingga dapat menghilangkan potensi sebagai laki-laki. Hal tersebut tidak benar karena jika di lihat dari proses tindakan, yaitu: vasektomi hanya memutus kontinuitas vas deferens yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari testis, maka yang terjadi adalah hambatan penyaluran spermatozoa melalui saluran tersebut, seperti yang dinyatakan informan : “.... yang menjadi kelebihan adalah kita tidak dapat lagi keturunan, jadi cocoklah kalau untuk laki-laki yang sudah banyak anak, daripada susah kita ngasih makannya…, sedangkan kekurangannya adalah aku itu tidak ada lagi selera dengan perempuan…, Informan 1. Pengetahuan tentang efek samping pemakaian alat kontrasepsi menunjukkan bahwa sebagian besar pria tidak mengetahuinya. Hasil studi di propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam Ekarini 2008, menunjukkan bahwa sebagian besar suami menyatakan bahwa vasektomi menyebabkan kelainan libido 58,8, mengalami abses 5,9, efek samping lainnya 29,4. Dari hasil FGD, dan penelitian yang sama tentang keluhanrumor libido sama sekali ditepis oleh peserta vasektomi tidak benar, karena sebelum mereka menjadi peserta KB-MOP pernah mendengar rumor Universitas Sumatera Utara seperti itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rumor tersebut beredar umumnya dari mereka bukan peserta KB MOP. Hasil penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa setiap orang yang melakukan vasektomi tidak akan mengetahui keuntungan dan kekurangan yang akan mereka rasakan setelah menggunakan vasektomi sehingga mereka tidak akan menyadari resiko yang akan mereka dapatkan kedepannya sehingga akan menimbulkan penyesalan dari akseptor vasektomi yang akan dapat mempengaruhi calon akseptor vasektomi lainnya. Stigma vasektomi berkaitan dengan faktor seksual, vasektomi dianggap dapat membuat pria menjadi tidak jantan sehingga dapat menghilangkan potensi sebagai laki-laki. Hal tersebut tidak benar karena jika dilihat dari proses tindakan, yaitu: vasektomi hanya memutus kontinuitas vas deferens yang berfungsi menyalurkan spermatozoa dari testis, maka yang terjadi adalah hambatan penyaluran spermatozoa melalui saluran tersebut. Proses spermatogenesis yang memakan waktu antara 70-90 hari tetap berlangsung. Sumbatan pada vas deferens tidak mempengaruhi jaringan intersitiel pada testis, sehingga sel-sel leydig tetap menghasilkan hormon testosteron seperti biasa. Oleh karena produksi hormon testosteron tidak terganggu, maka libido juga tidak berubah Taher, 2003. Vasektomi juga tidak menyebabkan laki-laki menjadi impoten karena saraf- saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada di batang penis, sedangkan tindakan vasektomi hanya dilakukan disekitar buah zakartestis, jauh dari persarafan untuk ereksi sehingga vasektomi sama sekali tidak Universitas Sumatera Utara akan menganggu kemampuan penis untuk ereksi BKKBN, 2012. Selain itu, vasektomi tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi semen tetap berlangsung dan pria yang divasektomi tetap berejakulasi Taher, 2003. Hasil penelitian Barus 2010 memperlihatkan bahwa responden tidak mengetahui kontraindikasi pelaksanaan dari MOPvasektomi. Padahal secara jelas BKKBN 2006 menjelaskan bahwa keuntungan akseptor vasektomi adalah efektif, aman morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana dan cepat dalam pelaksanaannya yaitu hanya memerlukan waktu 10-15 menit saja, dan juga menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anasthesi lokal saja, dan kerugian dari akseptor vasektomi adalah karena MOPvasektomi adalah suatu tindakan operatif kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, dan kontra indikasi dari kontap pria adalah sangat tidak dianjurkan bagi penderita penyakit perdarahan, penyakit sistemik dan penyakit jantung dan DM . Menurut Brunner bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2000 bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Universitas Sumatera Utara Menurut asumsi peneliti rendahnya pengetahuan informan mengenai vasektomi disebabkan karena kurangnya pemberian informasi atau sosialisasi dari petugas kesehatan mengenai jenis-jenis alatmetode kontrasepsi pria khususnya vasektomi, rendahnya minat pria dalam mengakses informasi tentang kontrasepsi pria dan adanya anggapan bahwa KB hanya diperuntukkan untuk wanita saja dan juga karena masalah KB dan kesehatan reproduksi masih dirasakan tabu untuk dijadikan pembicaraan sehari-hari sehingga membuat peran serta pria dalam penggunaan alat kontrasepsi masih sangat rendah. Kurangnya pengetahuan informan tentang kontrasepsi pria, dikarenakan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan media massa sepertis panduk, baliho atau koran merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian besar responden bekerja sebagai supir yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan informasi tentang kontrasepsi pria.

5.2. Sikap Tentang Vasektomi