Pertanyaan Penelitian Tinjauan Pustaka

7 dan mencegah ketimpangan antar daerah. Maka dari uraian pernyataan masalah diatas, peneliti melakukan penelitian tentang permasalahan aset di daerah pemekaran karena belum diserahkannya aset daerah berupa 6 pasar tradisional Pasar Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar Bintaro, Pasar Cimanggis dan Pasar Gedung Hijau selama 5 tahun berdirinya Kota Tangerang Selatan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang.

B. Pertanyaan Penelitian

Skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa tentang permasalahan aset daerah yang terjadi di Kota Tangerang Selatan. Peneliti membatasi penulisan sengketa aset yang dimaksud khususnya pada permasalahan dalam serah terima 6 aset pasar tradisional yaitu Pasar Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar Bintaro, Pasar Cimanggis dan Pasar Gedung Hijau yang sampai saat ini belum diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Peneliti memfokuskan untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan mengalami kendala? 2. Apa dampak yang ditimbulkan dari terkendalanya serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan? 3. Bagaimanakah proses penyelesaian serah terima aset pasar tradisional antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang selatan? 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian:

a. Untuk mengetahui mengapa serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan mengalami kendala. b. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari terkendalanya serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan. c. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian serah terima aset pasar tradisional antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang selatan.

2. Manfaat penelitian:

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang terdiri dari manfaat akademis dan manfaat praktis. a. Manfaat Akademis 1 Penelitian ini bermanfaat memberi informasi mengapa serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan mengalami kendala. 2 Penelitian ini bermanfaat memberi informasi dampak yang ditimbulkan dari terkendalanya serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan. 3 Penelitian ini bermanfaat memberi informasi bagaimana proses penyelesaian serah terima aset pasar tradisional antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 4 Penelitian ini memberi manfaat bagi pengembangan Ilmu Politik dalam hal otonomi daerah khususnya dalam bidang pemekaran 9 wilayah, yang menggambarkan tentang realita setelah pemekaran wilayah yang masih meninggalkan masalah seperti sengketa aset daerah. b. Manfaat Praktis 1 Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi literatur keilmuan serta menjadikan penulisan ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik. 2 Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu yang akan datang.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, sebelumnya telah terdapat penelitian yang mengkaji tentang permasalahan aset daerah di era otonomi. Pertama, Jurnal ilmiah yang berjudul “Sengketa Wilayah Perbatasan Gunung Kelud antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri ditinjau dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah” dengan nama peneliti Ade Laurens mahasiswa Universitas Surabaya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan perbedaan dengan penelitian yang penulis buat diantaranya mengenai aset daerah yang menjadi sengketa dan daerah yang bersengketa yang diteliti oleh penulis sebelumnya adalah sengketa perbatasan objek pariwisata Gunung Kelud yang merupakan salah satu sumber pendapatan daerah antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri. Dalam pengelolaan aset ini antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan Pemerintah Kabupaten Kediri tidak membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan 10 kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah, melainkan kedua daerah ini mempermasalahkannya sehingga menjadikan konflik antar wilayah. Sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada permasalahan serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan. Kedua , penelitian yang berjudul “Sengketa Pasca Pemekaran Kota dan Kabupaten Tasikmalaya” yang dilakukan oleh Fitriyani Yuliawati, S.IP dan Subhan Agung, S.IP, MA dari laboratorium ilmu politik FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa sengketa aset daerah antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya terjadi karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda dalam sengketa tersebut. Kabupaten Tasikmalaya menginginkan agar penyerahan aset tersebut dibarengi dengan ganti rugi untuk Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan pihak Kota Tasikmalaya berpegang pada peraturan yang ada tentang pembentukan Kota Tasikmalaya. Dari penelitian ini yang membedakan adalah peneliti lebih terfokus pada permasalahan serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan. Ketiga, Peneliti membahas buku yang terkait dengan Otonomi Daerah yang di dalamnya juga terdapat konflik dalam Otonomi Daerah diantaranya konflik sumber pendapatan dan pengelolaan aset daerah yaitu buku yang ditulis oleh Pheni Chalid berjudul “Otonomi Daerah: Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik”. Dalam buku ini dijelaskan bahwa konflik pengelolaan sumber pendapatan daerah terjadi karena kekurangpahaman daerah atas pembagian kepemilikan aset daerah antara provinsi dan kabupatenkota. Sebagai contoh Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah tingkat II yang tidak memiliki sumber 11 daya alam SDA. Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidoarjo berupaya menginvetarisasi peluang-peluang yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah PAD. Salah satu peluang yang coba dibidik adalah kawasan Bandara Juanda yang secara geografis berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo, namun sebenarnya merupakan aset provinsi. Selain itu Pemerintah Daerah Sidoarjo juga menuntut adanya pembagian dari pajak dan retribusi pajak kendaraan bermotor PKB dan bea balik nama kendaraan bermotor BBNKB yang ditarik oleh provinsi. Konflik pengelolaan aset yang menjadi sumber pendapatan asli daerah tidak hanya terjadi antara daerah, tapi juga antara pusat dan daerah, karena ketidakjelasan pembagian aset. Seperti yang terjadi antara pemerintah DKI Jakarta dengan Pemerintah Pusat dalam hal pengelolaan Bandara Internasional Soekarno- Hatta, jalan tol, dan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, kawasan Kemayoran dan Senayan. Pengelolaan kelima aset tersebut berdasarkan UU 251999 seharusnya berada dalam kewenangan pemerintah daerah DKI, namun demikian dalam praktiknya pemerintah pusat masih enggan menyerahkan pengelolaan kelima aset tersebut ke tangan pemerintah daerah DKI Jakarta. Adapun hal yang membedakan dari buku ini terletak pada aset daerah dan daerah yang bermasalah, yaitu peneliti memfokuskan pada permasalahan serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan. 12

E. Metodelogi Penelitian