Hak dan Kewajiban Daerah

30 Contoh permasalahan yang timbul di daerah-daerah pemekaran misalnya: 29 1. Konflik dengan kekerasan; 2. Menurunnya jumlah penduduk dan Pendapatan Asli Daerah PAD secara drastis; 3. Menyempitnya luas wilayah dan beban daerah induk; 4. Perebutan wilayah dan masalah ibukota pemekaran, dan; 5. Perebutan aset daerah.

2. Hak dan Kewajiban Daerah

Setelah dilakukan pemekaran wilayah dengan disahkannya sebuah daerah menjadi daerah otonom baru, daerah mempunya hak dan kewajiban dalam menjalankan pemerintahan. Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dimana dalam penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai hak yang diatur dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai berikut: 30 a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. Memilih pimpinan daerah; c. Mengelola aparatur daerah; d. Mengelola kekayaan daerah; e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f. Mendapatkan hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah; g. Mendapatkan sumber-sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan 29 Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah; Politik Lokal Beberapa Isu Terseleksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 16-17. 30 B.N. Marbun, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2010, h. 115. 31 h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan. Sedangkan dalam pasal 22 dijelaskan dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat; c. mengembangkan kehidupan demokrasi; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial; i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan lingkungan hidup; l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya; n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Daerah otonomi baru juga mendapatkan pembinaan awal dari pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara 32 Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan Daerah. Dijelaskan dalam pasal 24 Pemerintah melakukan pembinaan melalui fasilitasi terhadap daerah otonom baru sejak peresmian daerah dan pelantikan pejabat kepala daerah. Pemberian fasilitasi tersebut berupa: 31 a. Penyusunan perangkat daerah; b. Pengisian personil; c. Pengisian anggota DPRD; d. Penyusunan APBD; e. Pemberian hibah dari daerah induk dan pemberian bantuan dari provinsi; f. Pemindahan personil, pengalihan aset, pembiayaan dan dokumen; g. Penyusunan rencana umum tata ruang daerah; dan h. Dukungan bantuan teknis infrastruktur penguatan investasi daerah. Dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam menjalankan urusan yang menjadi urusan wajib dan urusan pilihan yang diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan Perarturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan kabupatenkota yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 terdapat urusan wajib, yaitu urusan wajib provinsi dan urusan wajib kabupatenkota. Sedangkan 31 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 pasal 24 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. 33 dalam PP No.38 Tahun 2007, urusan wajib pemerintah daerah tidak dibagi dua seperti yang terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004. Urusan wajib kabupatenkota yang terdapat dalam Pasal 14 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 meliputi: a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. Penyediaan sarana dan prasarana umum; e. Penanganan bidang kesehatan; f. Penyelenggaraan pendidikan; g. Penanggulangan masalah sosial; h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. Fasilitasi pengambangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. Pengendalian lingkungan hidup; k. Pelayanan pertanahan; l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. Pelayanan administrasi penanaman modal; o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan. 34 Dalam PP No. 38 tahun 2007 pasal 7 ayat 2 urusan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan kabupatenkota meliputi: a. Pendidikan; b. Kesehatan; c. Lingkungan hidup; d. Pekerjaan umum; e. Penataan ruang; f. Perencanaan pembangunan; g. Perumahan; h. Kepemudaan dan olahraga; i. Penanaman modal; j. Koperasi, dan usaha kesil dan menengah; k. Kependudukan dan catatan sipil; l. Ketenagakerjaan; m. Ketahanan pangan; n. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; o. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera; p. Perhubungan; q. Komunikasi dan informatika; r. Pertanahan; s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; 35 t. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; u. Pemberdayaan masyarakat dan desa; v. Sosial; w. Kebudayaan; x. Statistik; y. Kearsipan; dan z. Perpustakaan. Urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Hal ini terdapat dalam pasal 13 ayat 2 dan pasal 14 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2004. Sementara itu, dalam pasal 7 ayat 3 PP No. 38 Tahun 2007, urusan pilihan pemerintahan daerah meliputi: a. Kelautan dan perikanan; b. Pertanian; c. Kehutanan; d. Energy dan sumber daya mineral; e. Pariwisata; f. Industri; g. Perdagangan; dan h. Ketransmigrasian. 36 Aset daerah menjadi salah satu hak daerah pemekaran demi kelancaran kegiatan pemerintahan daerah. Kota Tangerang Selatan mempunyai hak atas aset daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan. Proses penyerahan aset daerah diatur dalam pasal 13, sebagai berikut: 1 Bupati Tangerang bersama Penjabat Walikota Tangerang Selatan menginventarisasi, mengatur, serta melaksanakan pemindahan personel, penyerahan aset dan dokumen kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2 Pemindahan personel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan paling lambat 6 enam bulan sejak pelantikan penjabat walikota. 3 Penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan paling lambat 5 lima tahun sejak pelantikan penjabat walikota. 4 Personel sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 meliputi pegawai negeri sipil yang karena tugas dan kemampuannya diperlukan oleh Kota Tangerang Selatan. 5 Pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Gubernur Banten. 6 Gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 4 selama belum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan dibebankan pada anggaran pendapatan dan 37 belanja dari asal satuan kerja personel yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 7 Aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 meliputi: a. barang milik danatau yang dikuasai baik barang bergerak maupun tidak bergerak danatau yang dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang berada dalam wilayah Kota Tangerang Selatan; b. Badan Usaha Milik Daerah BUMD Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota Tangerang Selatan; c. utang piutang Kabupaten Tangerang yang kegunaannya untuk Kota Tangerang Selatan; dan d. dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Tangerang Selatan. 8 Apabila penyerahan dan pemindahan aset serta dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 7 tidak dilaksanakan oleh Bupati Tangerang, Gubernur Banten selaku wakil Pemerintah wajib menyelesaikannya. 9 Pelaksanaan pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaporkan oleh Gubernur Banten kepada Menteri Dalam Negeri. Daerah dalam menjalankan otonomi diberi hak, kewenangan, dan kewajiban untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, termasuk salah satunya untuk mengelola barang milik 38 daerah. Pengelolaan barang milik daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah dinyatakan dalam Pasal 2 bahwa Pengelolaan Barang Daerah, sebagai bagian dari Pengelolaan Keuangan Daerah, dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang Pemerintah. Kabupaten Tangerang mengelola barang milik daerah salah satunya dengan mendirikan Perusahaan Daerah. Terkait dengan pasar tradisional, didirikan PD.Pasar Niaga Kerta Raharja dengan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Pembentukan ini dijelaskan dalam pasal 2, sebagai berikut: 1 Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perusahaan Daerah yang bernama Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang; 2 Dalam statusnya sebagai badan hukum, Perusahaan Daerah berhak menyelenggarakan kegiatan usaha perpasaran menurut ketentuan yang berlaku; Tempat kedudukan dan wilayah kerja PD.Pasar Niaga Kerta Raharja di jelaskan dalam pasal 3 dan pasal 4, tempat kedudukan dalam pasal 3 disebutkan Perusahaan Daerah berkedudukan di Daerah. Wilayah kerja disebutkan dalam pasal 4, sebagai berikut: 1 Untuk menyelenggarakan kegiatan dan usaha sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 2, perusahaan Daerah memiliki wilayah kerja yang meliputi seluruh Daerah. 39 2 Perusahaan Daerah dapat menyelenggarakan kegiatan dan usaha diluar wilayah kerja yang ditetapkan pada ayat 1, sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. 3 Perusahaan Daerah melakukan kegiatan secara otonom dan mandiri termasuk dengan pihak-pihak yang berkeinginan untuk kerjasama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asas dan tujuan dijelaskan dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7 dan pasal 8. Dalam pasal 5 disebutkan bahwa Perusahaan Daerah dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi yang mengedepankan profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas. Tujuan dari PD.Pasar dijelaskan dalam pasal 6, yaitu: 1 Melakukan perencanaan, pengembangan dan atau pembangunan pasar; 2 Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar; 3 Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagangpelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar; 4 Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan kelancaran arus distribusi barang dipasar; 5 Meningkatkan nilai ekonomi dari Pasar Pemerintah Kabupaten Tangerang. Pasal 7 menjelaskan dalam rangka pelaksanaan asas dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan pasal 6, Perusahaan Daerah dapat mengadakan hubungan kerjasama dengan institusi pemerintahan dan atau institusi non-pemerintahan, baik di dalam maupun diluar Daerah. Selanjutnya, Pasal 8 menjelaskan Perusahaan Daerah dapat mengadakan penganekaragaman usaha 40 dalam rangka penyelenggaraan asas dan tujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 dan pasal 6. Permodalan PD.Pasar diatur dalam pasal 9, dimana disebutkan bahwa: 1 Modal dasar Perusahaan Daerah meliputi tanah, bangunan fasilitas penunjang pasar, alat perlengkapan kantor, barang berharga lainnya dan bagi hasil dari kerjasama pembangunan pasar dengan pihak ketiga berikut fasilitas penunjang lainnya yang saat ini dikelola danatau dipergunakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pasar Kabupaten Tangerang senilai Rp. 29.057.205.900,- dua puluh Sembilan milyar lima puluh tujuh juta dua ratus lima ribu Sembilan ratus rupiah; 2 Modal dasar Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan aset yang dipisahkan dari kekayaan Daerah; 3 Modal Dasar yang berupa tagihan terhadap pihak ketiga hasil kerjasama sebesar Rp. 1.428.986.400,- satu milyar empat ratus dua puluh delapan juta Sembilan ratus delapan puluh enam ribu empat ratus rupiah; 4 Modal dasar Perusahaan Daerah tersebut dapat ditambah atau dikurangi dengan melalui peraturan daerah.

3. Aset Daerah