Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman, saat ini banyak sekali ditemukan berbagai jenis transaksi keuangan Islam berkembang mulai dari yang paling sederhana hingga yang konsepnya sangat kompleks. Mulai dari industri perbankan syari’ah, asuransi syari’ah, pasar modal dan bursa efek. 1 Selain itu Indonesia juga memiliki bursa komoditi berjangka yang dikenal dengan Bursa Berjangka Jakarta BBJ yang baru mendapat ijin resmi sejak 21 November 2000 dan memulai kegiatan transaksi secara resmi pada tanggal 15 Desember 2000. Pasar barang berjangka atau Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Bursa komoditi merupakan tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran komoditas dan derivatifnya. Pihak penjual dan pihak pembeli barang-barang komoditas bertemu di bursa tersebut. Selain pembeli dan penjual, ada pula pedagang perantara yang dikenal dengan komisioner dan makelar. Komisioner mengambil posisi sendiri, sedangkan makelar tidak dapat memegang posisi. 2 1 Soewardi Yusuf, Commodity Trading Sebagai Alternatif Instrument Solusi Likuiditas Pada Perbankan Syariah, Jakarta:Karim review, special edition January 2008, h.6. 2 Bursa Komoditi, diakses pada 9 Desember 2010 dari http:id.wikipedia. orgwiki Komoditi 2 Komoditi yang umumnya ditransaksikan adalah CPO crude palm oil minyak sawit mentah, logam emas, perak, nikel dan juga kontrak berjangka yang menggunakan komoditi sebagai aset acuannya. Kontrak berjangka ini mencakup harga spot, kontrak serah atau kontrak berjangka. 3 Spekulator juga melakukan pembelian dan penjualan kontrak berjangka untuk mendapatkan keuntungan dan menyediakan likuiditas terhadap sistem perdagangan berjangka. Pengenalan komoditi sebagai barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis. Sejarah dari perdagangan komoditi mulai dari awalnya di Eropa kemudian berkembang ke Amerika dan Asia diteruskan dengan pembahasan lebih lanjut dari sistem perdagangan komoditas, dari mulai pelaku pasarnya, siklus perdagangannya dan prospek perdagangannya berdasarkan hasil survey. Bursa komoditi Commodity Exchange ialah suatu asosiasi atau gabungan pedagang-pedagang yang mengadakan pasaran yang terurus dan teratur untuk pembelian dan penjualan komoditi tertentu. Komoditi yang diperdagangkan itu tidak dibawa ke tempat transaksi dan tentang benar adanya komoditi disaksikan atau dinyatakan oleh dokumen-dokumen yang menerangkan banyaknya serta mutunya. Perdagangan dalam Commodity Exchange pada mulanya adalah tujuan hedging lindung nilai melalui pembelian serta penjualan dengan syarat penyerahan di kemudian hari apa yang dikenal dengan future trading. 3 “Bursa Komoditi”,diakses pada 9 Desember 2010 dari http:id.wikipedia. orgwiki Komoditi 3 Lazimnya, sistem perdagangan ini, pembeli buyer tidak melihat secara langsung jenis barang komoditi yang biasanya banyak diperdagangkan dalam bursa ini adalah CPO crude palm oil, minyak sawit mentah, logam emas, perak, nikel, dan bahan-bahan baku serta hasil-hasil bumi lainnya yang dapat digolongkan dengan cermat berdasarkan mutu kualitasnya. Dalam hal ini, pembeli melalui sebuah komisi dagang tertentu dapat mengetahui sifat, jenis dan mutu barang yang ditransaksikan. Dengan kemajuan teknologi telekomunikasi, pelaksanaan transaksi dapat dilakukan dengan menggunakan telex, fax, telepon dan internet. Kesepakatan antara pembeli dan penjual terhadap ketentuan harga jual beli suatu komoditi pertanda transaksi telah mencapai final, yang dilanjutkan dengan penyerahan barang di kemudian hari future. Atau customer dapat menyimpannya pada commision house sebagai stock commodity yang dapat dijadikan objek transaksi oleh customer lainnya. 4 Future trading oleh para produsen dijadikan sarana untuk melakukan hedging, yaitu strategi untuk mengurangi resiko yang diakibatkan oleh fluktuasi harga. Sedangkan dalam perkembangan selanjutnya, para spekulator atau spekulan dari pemilik modal mulai melihat bahwa kontrak ini sangat menarik untuk dikembangkan menjadi instrumen untuk spekulasi. Seorang spekulator dapat saja membeli kontrak futures untuk penyerahan di masa datang dan mulai spekulasi dengan perkiraan harga komoditas pada saat penyerahan. Sehingga dalam hal ini para spekulator mengambil alih resiko 4 Ustadz Setiawan Budi Utomo, ”Hukum Bursa Berjangka Future Market Bursa Commodity Commodity Exchange” diakses pada April 2009 dari http:ustadzbu.blogspot.com200904hukum-bursa-berjangka-future-market.html 4 dari para petani. Sejak saat itulah terjadinya futures market sebagai pasar untuk spekulasi para spekulan. Menurut UU Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sebagai landasan hukum pelaksanaan perdagangan berjangka future trading adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi yang penyerahannya dilakukan kemudian berdasarkan kontrak berjangka atau opsi atas kontrak berjangka. Perdagangan berjangka berlangsung hanya di pasar- pasar yang terorganisasi atau dikenal sebagai Bursa Berjangka. Di Indonesia telah beroperasi Bursa Komoditi Berjangka. Komoditi pertanian dibeli secara pesanan, artinya uang dibayar di muka sedangkan barang diterima kemudian. Di pedesaan pun transaksi jenis ini banyak ditemui dan dikenal sebagai jual beli ijon. Tentu saja ijon sangat berbeda dengan Bursa Komoditi Berjangka, karena dalam jual beli ijon terdapat gharar ketidakjelasan ketidakpastian akan kuantitas yang diperjualbelikan. Gharar sendiri didefinisikan sebagai suatu jual beli dimana penjual tidak tahu apa yang dijual dan pembeli tidak tahu apa yang dibeli. Dalam jual beli komoditi berjangka di pasar primer, memang tidak terdapat gharar, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jual beli komoditi berjangka boleh dilakukan. Secara fikih, jual beli komoditi berjangka di pasar primer dapat di kategorikan sebagai Bai’ as-Salam yang halal hukumnya. Namun demikian, yang terjadi di bursa komoditi berjangka bukanlah jual beli komoditi berjangka di pasar primer. Yang terjadi adalah jual beli komoditi berjangka di pasar sekunder, artinya seseorang membeli komoditi 5 pertanian secara future uang diserahkan di awal, barang diterima kemudian, kemudian barang yang belum diserahterimakan tersebut ia jual pada investor di bursa komoditi berjangka. Secara fikih ini berarti jual beli Salam, yaitu menjual barang yang belum diserahterimakan. Nah bila demikian keadaannya, transaksi ini haram dilakukan, bukan karena terdapat gharar dalam transaksi di pasar primernya, namun karena tidak dibolehkan menjual barang yang belum diserahterimakan sebagaimana terjadi di pasar sekunder. Begitu pula transaksi lain di bursa komoditi berjangka di mana pembayarannya tidak dilakukan dengan uang tunai, namun dibayar dengan utang. Ini pun diharamkan karena mirip dengan riba jahiliyah. Target pasar bursa adalah menciptakan pasar simultan dan kontinu di mana penawaran dan permintaan serta orang-orang yang hendak melakukan perjanjian jual beli dipertemukan. Namun di sisi lain ia mengandung banyak sekali unsur kezhaliman dan kriminalitas, seperti perjudian, perekrutan uang dengan cara haram, monopoli jual beli, memakan uang orang dengan batil, mempermainkan keseimbangan masyarakat. Karena disebabkan oleh bursa itu, banyak kekayaan dan potensi ekonomi yang hancur terpuruk dalam pelimbahan dalam waktu pendek, persis seperti kehancuran akibat gempa bumi atau bencana alam lainnya. 5 Seperti yang telah dijelaskan diatas, Tidak boleh menjual barang dagangan sebelum ia membeli barang tersebut karena hal itu masuk kategori jual beli barang yang tidak dimilikinya. Adapun jual beli yang belum dimiliki 5 Abdullah al-Mushlih dan Shalah al-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Penerjemah Abu Umar Basyir, Jakarta: Darul Haq,2004, h.291 6 oleh penjual mengandung gharar tipuan karena ia belum tentu bisa menghadirkan barang itu kepada pembeli. Dalam kitab Al- Muwattha’ diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: “Janganlah engkau menjual barang yang tidak kau miliki”. Dalam hadits riwayat Tirmidzi dari Hakim bin Hizam disebutkan bahwa ia bertanya:”Ya Rasulullah, telah datang kepadaku seseorang yang ingin membeli barang padaku padahal barang itu belum aku miliki kemudian aku pun membelinya di pasar. Nabi Muhammad Saw.bersabda: 6 Artinya ”Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Saya menemui Rasulullah Saw, lalu berkata: Seorang laki-laki datang kepadaku meminta agar saya menjual suatu barang yang tidak ada pada saya, saya akan membelikan untuknya di pasar kemudian saya menjualnya kepada orang tersebut. Rasulullah Saw. menjawab: ”Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu. HR.Tirmidzi. Jadi dapat disimpulkan, barang yang diperjualbelikan dalam transaksi perdagangan harus jelas dari sisi nilai, harga, sifat, zat, kualitas dan ukurannya. 7 Tertarik terhadap masalah di atas maka penulis akan mencoba mengangkat permasalahan dan menuangkannya dalam tulisan yang diberi judul ”BURSA KOMODITI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” 6 Imam Muhammad ibn Ali al-Syaukani, Nailu al-Authar syarh muntaqa al-Akhbar Mathba’ah al-Babi al-Halbi,1372, h.164 7 Muhammad Nafik, Bu rsa Efek dan Investasi Syari’ah, cet.I, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2009, h.210 7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah