Macam-Macam Jual Beli Jual Beli

24

4. Macam-Macam Jual Beli

Macam-macam bentuk jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. a. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli terdapat tiga macam bentuk jual beli: 1 Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli. Jual beli ini boleh karena lazim dilakukan masyarakat. 2 Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam pesanan. Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah jual beli yang tidak tunai kontan. Salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad. 3 Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak. 17 b. Ditinjau dari segi pelaku akad subjek, jual beli terbagi menjadi tiga: 1 Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan 17 Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi, Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina Iman, 1995, h.329 25 isyarat karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakkan kehendak. 2 Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat-menyurat sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan, misalnya via Pos dan Giro. 18 3 Jual beli dengan perbuatan saling membutuhkan atau dikenal dengan istilah mu’athah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan kabul, seperti seseorang mengambil baju yang sudah bertuliskan label harganya, dibandrol oleh penjual dan kemudian diberikan uang pembayarannya kepada penjual. c. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam: 1 Jual beli yang sah menurut hukum. Jual beli dikatakan sah, apabila sesuai dengan rukun dan syarat jual beli, barang yang dijual bukan milik orang lain dan tidak terikat oleh Khiyar. Namun jual beli yang sah dapat juga dilarang batil oleh syariat apabila melanggar ketentuan pokok, yakni merugikan salah satu pihak, memonopoli pasar dan merusak mekanisme pasar. 2 Jual beli yang batil menurut hukum. Jual beli dikatakan sebagai jual beli yang batil atau tidak sah batal, apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan. 19 18 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.71-72 19 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Lembaga Keuangan Syariah, h. 72 26 Selain pembelian di atas, ada juga jual beli yang dilarang. Jual beli yang dilarang terbagi dua: Pertama, jual beli yang dilarang dan hukumnya tidak sah batal, yaitu jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya. Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut: a. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan. Barang yang najis atau haram dimakan haram juga untuk diperjualbelikan, seperti anjing, babi, berhala, bangkai dan khamar. Adapun bentuk jual beli yang dilarang karena barangnya yang tidak boleh diperjualbelikan adalah air mani sperma binatang. Jual beli sperma mani hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan. Jual beli ini haram hukumnya. b. Jual beli yang belum jelas Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram untuk diperjualbelikan, karena dapat merugikan salah satu pihak, baik penjual, maupun pembeli. Yang dimaksud dengan samar-samar adalah tidak jelas, baik barangnya, harganya, kadarnya, masa pembayarannya, maupun ketidakjelasan yang lainnya. Jual beli yang dilarang karena samar-samar antara lain: 1 Jual beli buah-buahan yang belum tampak hasilnya. Misalnya, menjual putik mangga untuk dipetik kalau telah tua masak nanti. Termasuk dalam kelompok ini adalah larangan menjual pohon secara tahunan. 27 2 Jual beli barang yang belum tampak. Misalnya, menjual ikan di kolam laut, menjual ubi singkong yang masih ditanam, atau jual beli dengan Habalul Habalah yaitu jual beli anak binatang yang masih berada dalam kandungan induknya. 20 Rasulullah Saw.bersabda: 21 Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a., katanya:” Orang-orang jahiiliyah mengadakan jual beli daging dengan menjanjikan habalil habalah, yaitu apabila anak unta yang dalam kandungan telah lahir, kemudian anak unta itu mengandung pula. Maka Rasulullah Saw. melarang mereka melakukan jual beli seperti itu. H.R.Muslim. c. Jual beli bersyarat Jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli atau ada unsur- unsur yang merugikan dilarang oleh agama. Contoh jual beli bersyarat yang dilarang, misalnya ketika terjadi ijab kabul si pembeli berkata: ”Baik, mobilmu akan kubeli sekian dengan syarat anak gadismu harus menjadi istriku”. Atau sebaliknya si penjual berkata: Ya, saya jual mobil ini kepadamu sekian asal anak gadismu menjadi istriku. 22 20 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid V, cet ke-8 Damaskus: Dar al-Fikr al- Mu’ashir, 2005, h.3496 21 Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, jilid III, cet.I, Jakarta: Widjaya, 1984 , h.141 22 Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, h. 3501 28 d. Jual beli yang menimbulkan kemudaratan. Segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemudaratan, kemaksiatan, bahkan kemusyrikan dilarang untuk diperjualbelikan, seperti jual beli patung, salib dan buku-buku bacaan porno. Memperjualbelikan barang-barang ini dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan maksiat. Sebaliknya, dengan dilarangnya jual beli barang ini, maka hikmahnya minimal dapat mencegah dan menjauhkan manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. e. Jual beli yang dilarang karena dianiaya Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram, seperti menjual anak binatang yang masih membutuhkan bergantung kepada induknya. Menjual anak binatang seperti ini, selain memisahkan anak dari induknya juga melakukan penganiayaan terhadap anak binatang. f. Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah atau di ladang. Hal ini dilarang agama karena jual beli ini masih samar-samar tidak jelas dan mengandung tipuan. g. Jual beli mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya. Hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembelinya. 29 h. Jual beli mulamasah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh. Misalnya, seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh berarti telah membeli kain ini. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan kerugian dari salah satu pihak. i. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli secara lempar melempar. Seperti seseorang berkata: “Lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku”. Setelah terjadi lempar-melempar terjadilah jual beli. Hal ini dilarang agama karena mengandung tipuan dan tidak ada ijab kabul. Rasulullah Saw.bersabda: 23 Artinya: ”Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah Saw. melarang dua macam cara jual beli. Yaitu mulamasah dan munabadzah. Mulamasah adalah menjual dengan cara menyentuh barang dagangan tanpa diteliti oleh pembeli. Munabadzah adalah menjual dengan cara melemparkan barang dagangan kepada si pembeli tanpa meneliti barang itu. H.R. Muslim. j. Jual beli muzabanah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering. Seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah sedang 23 Ma’mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, jilid III, cet.I, Jakarta: Widjaya, 1984 , h. 931 30 ukurannya dengan ditimbang dikilo sehingga akan merugikan pemilik padi kering. 24 Kedua, jual beli yang hukumnya sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli: a. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari pasar, ia membeli barang itu semata-mata agar lain tidak dapat membelinya. b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam proses transaksi c. Menghambat orang-orang desa di luar kota dan membeli barang- barang mereka sebelum sampai ke pasar sementara mereka belum mengetahui harga di pasar. Tindakan itu dilarang karena merugikan penjual yang sedang menuju pasar dan merusak mekanisme pasar. d. Membeli barang untuk ditahan ditimbun agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal sedangkan masyarakat umum sangat membutuhkannya. Tindakan itu dilarang karena dapat merusak dan mengganggu ketenteraman umum. e. Menjual barang untuk keperluan maksiat. f. Jual beli dengan penipuan g. Menjual yang bukan atau belum menjadi miliknya dan tidak punya hak akan barang tersebut. h. Jual beli utang dengan utang. 25 24 Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2012, h.85 25 Muhammad Nafik,Bursa Efek dan Investasi Syariah ,h.82-83 31

5. Bentuk-Bentuk Khusus Jual Beli