15
3. Syarat-Syarat Akad
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam berbagai macam akad: a.
Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak ahli. Tidak sah akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang
berada di bawah pengampuan mahjur karena boros atau yang lainnya.
b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai
hak melakukannya walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang. d.
Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’. e.
Akad dapat memberikan faidah. f.
Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Maka bila orang yang berijab menarik kembali ijabnya sebelum kabul, maka
batallah ijabnya. g.
Ijab dan qabul mesti bersambung sehingga bila seseorang yang berijab sudah berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi
batal.
4
4. Macam-Macam Akad
Akad dapat dibagi dilihat dari beberapa segi. Jika dilihat dari segi keabsahannya menurut syara’, akad terbagi dua yaitu:
a. Akad Shahih, ialah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syaratnya. Hukum dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h.50
16
akibat hukum yang ditimbulkan akad itu dan mengikat kepada pihak- pihak yang berakad.
b. Akad yang tidak Shahih, yaitu akad yang terdapat kekurangan pada
rukun atau syarat-syaratnya, sehingga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad.
5
5. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Akad
Akad yang dipandang tidak sah atau sekurang-kurangnya dapat dibatalkan apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Keterpaksaan atau dures al-Ikrah
Salah satu asas akad menurut Hukum Islam adalah kerelaan al-ridha dari para pihak yang melakukan akad. Implementasi asas ini
diwujudkan dalam bentuk ijab-kabul yang merupakan unsur terpenting dalam akad. Jika sebuah akad dilakukan tanpa adanya kerelaan, berarti
akad tersebut dibuat dengan secara terpaksa.
6
Dilihat dari akibat yang ditimbulkannya, para ulama membagi ikrah menjadi dua macam, yaitu:
1 Pemaksaan sempurna ikrah tam, yaitu yang berakibat pada
hilangnya jiwa, atau anggota badan, atau pukulan keras yang bisa mengakibatkan cacat fisik pada dirinya atau kerabatnya.
2 Pemaksaan tidak sempurna ikrah naqish, yaitu mengakibatkan
rasa sakit yang ringan atau berupa pukulan yang ringan.
5
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid IV, Beirut: Dar al-Fikr,1984, h.240
6
Ah.Azharudin Latif, Fiqh Muamalat, cet.I, Jakarta:UIN Press, 2005, h.69
17
Para ulama
mensyaratkan bahwa
pemaksaan yang
berpengaruh pada akad adalah pemaksaan yang tidak disyariatkan tidak dibenarkan secara hukum. Namun jika pemaksaan itu
dikehendaki secara hukum, maka pemaksaan itu tidak berpengaruh. Misalnya, pemaksaan hakim terhadap seseorang yang berhutang untuk
menjual kelebihan hartanya dari kebutuhan untuk membayar hutang. b.
Kesalahan mengenai obyek akad Ghalath Ghalath berarti kesalahan, yakni kesalahan orang yang
berakad dalam menggambarkan obyek akad, baik kesalahan dalam menyebutkan sifatnya. Misalnya, seseorang membeli perhiasan yang
diduganya adalah emas, namun ternyata tembaga. Akad seperti ini sama dengan akad pada sesuatu yang tidak ada obyeknya. Dengan
demikian, status hukum jual beli tersebut adalah batal, karena obyek akad yang dikehendaki oleh pembeli tidak ada.
c. Penipuan Tadlis atau ketidakpastian Taghrir pada obyek akad
Tadlis adalah suatu upaya untuk menyembunyikan cacat pada obyek akad dan menjelaskan dengan gambaran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya untuk menyesatkan pihak yang berakad dan merugikan salah satu pihak yang berakad tersebut. Upaya ini disebut
juga dengan tadlis penipuan.
7
Tadlis ada tiga macam: 1
Tadlis perbuatan, yakni menyebutkan sifat yang tidak nyata pada obyek akad.
7
Ah.Azharudin Latif, Fiqh Muamalat, cet.I, h.69
18
2 Tadlis ucapan, seperti berbohong yang dilakukan oleh salah
seorang yang berakad untuk mendorong agar pihak lain mau melakukan akad. Tadlis kadang terjadi juga pada harga barang
yang dijual, atau menipu dengan memberi penjelasan yang menyesatkan.
3 Tadlis dengan menyembunyikan cacat pada obyek akad padahal ia
sudah mengetahui kecacatan tersebut. Akad yang mengandung tipuan tadlis dilarang oleh hukum
Islam, tetapi tidak berpengaruh pada akad, kecuali jika disertai tipuan besar. Dalam hal disertai tipuan besar, maka pihak yang ditipu berhak
membatalkan akad, untuk menyelamatkan dirinya dari kerugian, artinya ia sebagai pihak yang ditipu diberi hak khiyar mem-fasakh
akad jual belinya, disebabkan adanya tipu daya yang disertai rayuan. d.
Ketidakseimbangan obyek akad Ghaban disertai ketidakpastian Taghrir
Pengertian ghaban di kalangan ulama adalah tidak terwujudnya keseimbangan antara obyek akad barang dengan
harganya, seperti harganya lebih rendah atau lebih tinggi dari harga sesungguhnya.
Sedangkan taghrir
ketidakpastian adalah
menyebutkan keunggulan pada barang tetapi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Namun Ghaban kurang berpengaruh pada akad,
karena hal itu sering terjadi sehingga sulit menghindarinya sehingga ia tidak boleh dijadikan alasan untuk mengurungkan akad.
8
8
Ah.Azharudin Latif, Fiqh Muamalat , h.70
19
6. Berakhirnya Akad Intiha’ al-‘Aqd