Pengertian Jual Beli Dasar Hukum Jual Beli

20 bagi orang lain untuk meneruskan atau membatalkan kontrak dalam selang waktu yang ditentukan. Khiyar majelis adalah hak pilih masih dalam majelis akad dan belum berpisah. 9 c. Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena menyesal atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh dengan cara ini disebut iqalah. d. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad tidak dipenuhi oleh pihak bersangkutan. Misalnya, dalam khiyar pembayaran khiyar naqd penjual mengatakan, bahwa ia menjual barangnya kepada pembeli, dengan ketentuan apabila dalam tempo seminggu harganya tidak dibayar, akad jual beli menjadi batal. Apabila pembeli dalam waktu yang ditentukan itu membayar, akad berlangsung. Akan tetapi apabila ia tidak membayar, akad akan menjadi rusak batal. e. Karena habis waktunya, seperti dalam akad sewa menyewa berjangka waktu tertentu dan tidak dapat diperpanjang. f. Karena tidak dapat izin pihak yang berwenang. g. Karena kematian. 10

B. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Perdagangan atau jual beli عيبلا menurut bahasa artinya menjual, menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu akad. 11 Sebagaimana Allah Swt. Berfirman: 9 Ah. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat, h.77-79 10 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2007, h.99-100 11 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Bandung, 1992, h.262 21                  Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.Q.S.Al-Fathir: 29. Menurut istilah terminologi yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai dengan cara tertentu atau tukar menukar sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. 12

2. Dasar Hukum Jual Beli

Al- Qur’an Allah Swt. Berfirman:                                                   Artinya: “Orang-orang yang Makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba. Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.Q.S.Al-Baqarah: 275. 12 Ah. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat, h.100 22 Hadits 13 Artinya: ”Nabi Muhammad Saw. pernah ditanya: Apakah profesi yang paling baik? Rasulullah menjawab:”Seseorang berusaha dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang diberkahi.” Jual beli yang diberkahi adalah jual beli yang tidak mengandung unsur penipuan dan merugikan orang lain.

3. Rukun Dan Syarat Jual Beli