22
Hadits
13
Artinya: ”Nabi Muhammad Saw. pernah ditanya: Apakah profesi yang paling baik?
Rasulullah menjawab:”Seseorang berusaha dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang diberkahi.”
Jual beli yang diberkahi adalah jual beli yang tidak mengandung unsur penipuan dan merugikan orang lain.
3. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Jual beli yang sah menurut Islam harus memenuhi rukun dan syarat sebagai berikut:
a. Orang yang berakad Penjual dan Pembeli. Syarat bagi orang yang
melakukan akad adalah berakal, baligh,atas kehendak sendiri dan tidak pemboros. Oleh karena itu, baik laki-laki maupun perempuan selama
terpenuhi syarat tersebut, ia berhak melakukan jual beli tanpa ada seorangpun yang boleh menghalanginya, termasuk wali maupun
suaminya. b.
Obyek jual beli, yang terdiri dari barang yang diperjualbelikan dan harga barang. Barang yang diperjualbelikan disyaratkan suci
bersihnya barang, dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, bangkai, khamar dan benda-benda haram lainnya, tidak
sah menjadi obyek jual beli, karena benda-benda tersebut tidak
13
Muhammad bin Ismail al- Shan’ani, Subul al-Salam, Juz III, Kairo: Syirkah
Maktabah wa Mathba’ah Musthafa al-Babi al-Halabi,1960, h.4
23
bermanfaat bagi manusia dalam pandangan syara’. Selanjutnya, barang tersebut memang milik penjual atau yang mewakilinya. Barang itu
diketahui oleh penjual dan pembeli, baik zat, bentuk, kadar ukurannilai, maupun sifat-sifatnya sehingga di antara keduanya tidak
terjadi penipuan.
14
c. Nilai tukar harga barang hendaknya merupakan harga yang
disepakati kedua belah pihak. Harus jelas jumlahnya, dapat diserahkan pada waktu akad transaksi sekalipun secara hukum seperti
pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila barang itu dibayar kemudian berhutang, maka harus jelas waktu pembayarannya.
Apabila jual beli itu dilakukan secara barter atau saling mempertukarkan barang al-muqayyadhah, maka barang yang
dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’ seperti babi dan khamar, karena kedua jenis benda itu tidak bernilai dalam
pandangan syara’.
15
d. Lafal atau sighat ijab dan kabul. Ijab adalah ucapan penjual bahwa ia
menjual barangnya, sedangkan kabul adalah ucapan penerimaan akan penjualan barang dengan harga tertentu. Dalam ilmu ekonomi, ijab dan
kabul merupakan proses transaksi antara penjual dan pembeli hingga ada kesepakatan antara kedua pihak. Ini dilakukan dengan prinsip suka
sama suka.
16
14
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2009, h.82
15
Ah. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat, h. 102
16
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, h.82
24
4. Macam-Macam Jual Beli