Prinsip-Prinsip Islam dalam Perdagangan

62 maka produsen CPO akan menderita kerugian. Sebaliknya jika harga CPO meningkat maka ia akan mendapatkan banyak keuntungan. Dari sini kita melihat bahwa ada unsur judi jika pelaku bisnis tidak melakukan pengelolaan risiko dan lindung nilai. Risiko juga semakin bertambah dengan adanya perubahan nilai kurs, gejolak politik, dan inflasi atau perubahan suku bunga. Instrumen derivatif dan Bursa Berjangka dapat memfasilitasi pengelolaan risiko tersebut karena harga instrumen derivatif mempunyai harga yang sangat berkaitan erat dengan harga underlying asset. Dalam investasi, investor atau pelaku pasar memiliki tingkat penerimaan risiko risk tolerance yang berbeda-beda. Ada pelaku pasar yang menginginkan kepastian hedgers seperti pada contoh sejarah perdagangan berjangka pada masa Aristoteles dimana pemilik pengolahan zaitun menginginkan kepastian dan ada yang menginginkan keuntungan dan berani mengambil risiko yang tinggi pula speculators. 10

C. Prinsip-Prinsip Islam dalam Perdagangan

Apapun bentuk perdagangan yang dilakukan seseorang selama tidak lepas dari kendali nilai-nilai tersebut dibenarkan dalam Islam. Demikian pula Islam mendukung perdagangan yang membawa manfaat apapun untuk kesejahteraan manusia dengan tetap mendasarkan diri pada sejumlah prinsip tertentu. Dalam Islam prinsip-prinsip utama dalam perdagangan ini dikemukakan M.A.Mannan selain kejujuran dan kepercayaan serta ketulusan juga diperlukan beberapa prinsip lain, seperti: 10 Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, diakses dari http:id.m.wikipedia.org wiki Bursa _Komoditi_dan_Derivatif_Indonesia 63 1. Tidak melakukan sumpah palsu Sumpah palsu biasanya dilakukan pedagang dewasa ini dengan motif dan tujuan untuk meyakinkan pihak lain konsumen bahwa barang dan jasa yang diperdagangkannya tidak mengandung cacat meskipun dalam kenyataannya tidak demikian merefleksikan prinsip dan nilai –nilai moral dan spiritual dalam transaksi perdagangan. 2. Takaran yang benar dan baik. Prinsip ini mendapat sorotan tajam dalam Islam sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan secara eksplisit ditegaskan gambaran tentang kondisi dan keadaan yang dialami oleh pedagang yang tidak melakukan takaran dengan baik dan benar. Landasan perdagangan yang mengedepankan nilai kejujuran dengan cara memenuhi takaran dengan baik dan sempurna sesungguhnya menunjukkan bahwa Islam menetapkan dan menempatkan pelaku perdagangan manusia dalam kerangka yang terhormat. Cara pandang yang demikian berlawanan dengan cara pandang sistem lain yang secara melulu memandang manusia sebagai homo economicus. Perdagangan dalam Kapitalisme, misalnya memandang manusia atas dasar dua asumsi. Pertama, manusia sebagai makhluk ekonomi yang memiliki kecenderungan alamiah untuk melakukan pertukaran barang dan jasa. Kedua, manusia akan selalu bertindak demi mengejar kepentingan rasionalnya sendiri, atau setidaknya mengejar apa yang dprediksi akan menguntungkannya. 64 3. I’tikad yang baik I’tikad yang baik dalam perdagangan dianggap sebagai hakikat perdagangan. Menurut MA. Mannan hubungan buruk yang timbul dalam dunia bisnis dan perdagangan modern disebabkan karena tidak adanya i’tikad baik yang timbul dari dua belah pihak. I’tikad baik dalam perdagangan dipandang sentral dalam ekonomi Islam sehingga di dalam al- Qur’an terdapat perintah yang jelas untuk membina hubungan baik dalam usaha, semua perjanjian transaksi perdagangan harus dinyatakan secara tertulis. Dengan menguraikan syarat-syaratnya, yang demikian dalam al- Qur’an dipandang”lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dapat mencegah keragu-raguan. 11

D. Hukum Bursa Komoditi Berjangka dalam Pandangan Islam