5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan diat as, bahw a t erdapat pengaruh ant ara pemberian maaf dengan agresivit as pada remaja aw al di SM A YZA 2 Bogor .
Hasil penelit ian ini sesuai dengan hasil penelit ian yang dilakukan oleh Wort hingt on Jr, pakar psikologi di Virginia Commonw ealt h Universit y, AS, dkk
merangkum kait an ant ara memaafkan dan kesehat an. Dalam karya ilmiahnya, “ Forgiveness in Healt h Research and M edical Pract ice” M emaafkan dalam
Penelit ian Kesehat an dan Prakt ek Kedokt eran,di jurnal Explore, M ei 2005, Vol.1, No.3, Wort hingt on dkk memaparkan dampak sikap memaafkan t erhadap
kesehat an jiw a raga, dan penggunaan “ obat m emaafkan” dalam penanganan pasien. Orang yang t idak memaafkan t erkait erat dengan sikap marah, yang
berdampak pada penurunan fungsi kekebalan t ubuh. M ereka yang t idak memaafkan memiliki akt ifit as ot ak yang sama dengan ot ak orang yang sedang
st res, marah, dan melakukan penyerangan agresif.
Penelitian tersebut mengemukan bahwa orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan sikap marah, yang berdampak pada penurunan fungsi kekebalan
tubuh. Mereka yang tidak memaafkan memiliki aktifitas otak yang sama dengan otak orang yang sedang stres, marah, dan melakukan penyerangan agresif.
Artinya, dengan memberikan maaf, sikap marah yang mungkin timbul dapat dicegah atau dapat diminimalisir. Sehingga hal-hal yang mengarah pada bentuk-
bentuk penyerangan baik secara verbal ataupun non verbal cenderung lebih rendah.
Dalam penelitian ini, dari kesepuluh variabel, hanya 2 yang signifikan. Yaitu variabel reduction in revenge dan reduction in avoidance. Kedua variabel itu
termasuk dalam dimensi pemberian maaf. dimana,bahwa sesuai dengan hasil penelitian di atas bahwa pemberian maaf dapat mempengaruhi agresivitas. Dan
hal tersebut sebagai salah satu dari beberapa proses pemberian maaf. Yang menurut Smedes, bahwa proses memaafkan adalah prose yang berjalan perlahan
dan memerlukan waktu. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Variabel- variabel tersebut adalah:
Variabel berdasarkan jenis kelamin. dalam uji beda ini,jenis kelamin tidak mempunyai perbedaan yang signifikan antara yang berjenis kelamin perempuan
ataupun laki-laki. Hal ini sesuai dengan, bahwa perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yaitu faktor biologis gen, system otak, kimia
darah dan faktor lingkungan kemiskinan, anoniomitas,suhu udara yang panas. Artinya faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi agresivitas. bukan
berdasarkan laki-laki atau perempuan.
Variabel selanjutnya adalah variabel berdasarkan usia.hal ini dikarenakan bahwa sikap pemaaf pada diri remaja tergantung pada tingkat kedewasaannya.
Semakin dewasa, remaja akan mempunyai sikap pemaaf yang tinggi, hal ini dikarenakan karena tingkat kedewasaan akan membuat remaja pada khususnya
untuk melapangkan dada dalam memberi maaf pada setiap kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.Namun perlu diingat bahwa tingkat kedewasaan
seseorang tidak sama dengan tingkat usia seseorang. Seseorang yang usianya lebih tua namun belum tentu pula ia lebih dewasa dalam menyikapi masalah.
Kemudian berdasarkan Kelas adalah variabel yg tidak signifikan. Hal ini senada dengan variabel berdasarkan usia. Dimana, kelas tidak dapat menjadi tolok
ukur apakah seseorang itu memiliki tingkat agresivitas yang tinggi atau tidak. Variabel selanjutnya adalah variabel sedang berkonfliktidak dan variabel
berdasarkan lamanya berkonflik-hari penelitian memberikan sumbangan. Hal ini dikarenakan bahwa walaupun hal tersebut bisa mempengaruhi, namun ada hal lain
yang lebih mempengaruhi agresivitas.diantaranya adalah kepribadianpersonality. Orang dengan kepribadian otoriter memiliki kecenderungan agresi lebih tinggi.
Demikian juga halnya dengan orang yang bertemprament pemarah, memiliki kecenderungan lebuh tinggi daripada yang bukan.
Disamping itu menurut Luthfi,dkk 2009 tentang teori GAAM general affective aggression model. Dimana teori ini memberi gambaran bagaimana
perilaku agresi itu muncul. Pendekatan untuk memberikan penjelasan kemunculan agresi terdiri dari 4empat, yaitu: teori bawaan, lingkungan, kognitif dan afektif.
Teori bawaan menekankan pada kemunculan agresi sebagai sesuatu yang inherenterberi dalam setiap orang. Yang kedua adalah teori lingkungan . dan
perilaku yang disebabkan oleh faktor lingkungan adalah: frustasi agresik klasik