Teori-teori Agresi Agresifitas 1. Pengertian Agresifitas

Teori ini muncul sebagai usaha untuk mengvaluasi teori frustasi klasik. mendapatkan sesuatu tidaklah serta merta memunculkan agresi. Jadi antara frustasi dan agresi memiliki variable antara yaitu marah. Dan frustasi baru akan memunculkan marah bila ternyata tidak perilaku lain yang dapat dijadikan alternative 2 Deprivasi Keadaan ini kurang bersifat subjektif. Seseorang akan merasa kurang atau merasa cukup dengan membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain. Kondisi kekurangan yang bersifat objektif benar-benar kekurangan disebut deprivasi absolute, sedangkan deprivasi relative adalah dianggap tidak sebandingkan atau tidak sama dengan yang dimiliki orang lain. Dan deprivasi relative lebih berpeluang memunculkan agresi dibandingkan dengan deprivasi absolute. Tetapi yang perlu dicatat adalah kondisi deprivasi tidak serta merta mendatangkan agresi. Tetapi masih membutuhkan “cue” atau pemicu. Hal-hal yang dapat memicu adalah peluang, kesempatan dan media massa. 3 Belajar social Teori belajar social menekankan pada faktor yang menimbulkan agresi berasal dari luar. Tokoh utama teori belajar social tentang agresi adalah Albert bandura. Menurut Bandura, perilaku agresif dipelajari model yang dilihat di lingkungan social, baik dalam keluarga, masyarakat amupun media massa. Selain belajar social dengan modeling, reward dan punishment adalah faktor yang juga memperkuat munculnya agresi. Seseorang yang merasa mendapatkan imbalanreward dengan agresi, tentunya dia akan mengulanginya lagi dikesenpatan lain. 3. Kognitif Agresi menurut pendekatan kognisi adalah hasil pengolahan informasi di levelranah kognisi. Proses kognisi yang menimbulkan agresi adalah adanya kesalahan melakukan ketegorisasi dan stribusi. Teori kognitif yang ebih memberikan gambaran agresi adalah teori excitation transfer. Teori ini menjelaskan bahwa agresi muncul karena interpretasi terhadap stimulus atau kejadian. Kejadian yang akan memunculkan agresi adalah kejadian yang interpretasiatribusi sebagai awal dari sebuah kecelakaan atau kerugian. Sebaliknya, kalau suatu kejadian yang menimpa seseorang diinterpretasikan sebagai hal yang “hanya sebagai hampir celaka”, maka tidak akan memunculkan agresi. Dikemukakan oleh Anderson dkk 1997. Teori GAAM General Affective Agression Model adalah teori yang mencoba mnejelaskan agresi dari sisi internal maupun eksternal. Agresi akan muncul bila kondisi-kondisi yang berperan muncul secara bersamaan. Faktor- faktorkondisi tersebut adalah faktor internal sebagai individu differences, yang meliputi trait, attitude dan belief tentang kekerasan, nilai-nilai kekerasan, skill atau pengetahuan dan kemampuan berkelahi dan senjata. Sedangkan faktor eksternal meliputi situasi-situasi yang mendatangkan frustasi seperti serangan dari pihak lain, munculnya model provokator, keberadaan cuepencetus seperti keberadaan senjata dan ketidaknyamanan yang dirasakan secara subjektif. Agresi baru akan muncul bila seluruh faktor-faktor di atas muncul secara bersamaan. Bila salah satu faktor ternyata tidak hadir, besar kemungkinan agresi tidak akan dimunculkan seseorang. 2.2. Pemberian Maaf 2.2.1. Pengertian Pemberian maaf Secara bahasa pemberian maaf berasal dari kata beri dan maaf. Lalu kata beri diberi imbuhan pem-an. Sehingga menjadi pemberian maaf. Yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, beri dan maaf mempunyai arti sebagai berikut. Kata pemberian dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti: 1 sesuatu yg diberikan: anak itu menolak - orang asing itu; 2 sesuatu yg didapat dr orang lain krn diberi: barang ini bukannya kami beli, melainkan - Paman; 3 proses, cara, perbuatan memberi atau memberikan: - ampun;. Sedangkan maaf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembebasan seseorang dr hukuman tuntutan, denda, dsb krn suatu kesalahan; ampun: minta maaf; 2 ungkapan permintaan ampun atau penyesalan: maaf , saya datang terlambat; 3 ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu: maaf, bolehkah saya bertanya;. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian maaf adalah preses, cara, perbuatan memberi atau memberikan pembebasan kepada seseorang dari hukumantuntutan,denda,dsbkarenasuatukesalahan. Secara istilah Pemaafan merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencari-cari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.Smedes,1988 McCullough dkk. 1997 mengemukakan pendapat yang senada bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Memberikan maaf berarti menghilangkan apa yang telah terjadi atau memberikan kebebasan kepada orang yang mendzalimi. Secara psikologis, memaafkan merupakan proses menurunnya motivasi membalas dendam dan menghindari interaksi dengan orang yang telah menyakiti sehingga cenderung mencegah seseorang berespons destruktif dan mendorongnya bertingkah laku konstruktif dalam hubungan sosialnya Kemudian beliaupun menjelaskan Forgiveness is a process or the result of a process that involves a change in emotion and attitude regarding an offender. Most scholars view this an intentional and voluntary process, driven by a deliberate decision to forgive. This process results in decreased motivation to retaliate or maintain estrangement from an offender despite their actions, and requires letting go of negative emotions toward the offender. Theorists differ in the extent to which they believe forgiveness also implies replacing the negative emotions with positive attitudes including compassion and benevolence. In any event, forgiveness occurs with the victim’s full recognition that he or she deserved better treatment, one reason why Mahatma Gandhi contended that “the weak can never forgive. Forgiveness is an attribute of the strong” . Artinya: Memaafkan adalah sebuah proses atau hasil dari suatu proses yang melibatkan perubahan di emosi dan sikap mengenai pelaku. Kebanyakan ahli berpandangan bahwa ini merupakan disengaja dan proses sukarela, didorong oleh keputusan sengaja untuk mengampuni. hasil proses ini menurunnya motivasi untuk membalas atau mempertahankan kerenggangan dari pelaku meskipun tindakan mereka, dan membutuhkan melepaskan emosi negatif terhadap pelaku. Teoretikus berbeda dalam sejauh mana mereka percaya pengampunan juga menyiratkan menggantikan emosi negatif dengan sikap positif termasuk kasih sayang dan kebajikan. Dalam setiap peristiwa, pengampunan terjadi dengan pengakuan penuh korban bahwa ia