8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Novaleta 2011, berbagai variabel yang mempengaruhi produksi tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember adalah luas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Variabel luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi
Tembakau Besuki Na-Oogst sedangkan variabel bibit dan obat-obatan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi Tembakau Besuki Na-Oogst di Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil penelitian Heriyanto 2000, usahatani Tembakau Madura
berada berada pada daerah rasional. Hal tersebut ditunjukkan nilai elastisitas input usahatani bernilai antara nol dan satu. Berdasarkan hasil penelitian Fauziyah
2010 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai RTS usahatani tembakau adalah sebesar 0,785965. Ini menunjukkan berada pada stage II yaitu kondisi
decreasing return to scale artinya jika semua input ditambahkan secara bersama- sama sebesar 1 maka produksi tembakau meningkat sebesar 0,785965.
Berdasarkan hasil penelitian Fauziyah 2010, terdapat empat input yang berpengaruh terhadap usahatani tembakau yaitu bibit, pupuk urea, pupuk TSP,
dan pupuk kandang. Nilai gamma pada analisis efisiensi teknis usahatani tembakau adalah sebesar 0,99 artinya variasi produksi 99 disebabkan oleh
efisiensi teknis dan 1 disebabkan oleh variabel diluar kontrol. Efisiensi teknis yang dapat dicapai oleh petani Tembakau di Madura berada pada kisaran
0,55890565 sampai 0,99933681 dengan rata-rata 0,78240862 dan sebagian besar petani berada pada kisaran teknis antara 0,70 sampai 0,89. Jika petani mampu
mencapai efisiensi tertinggi seperti petani pesaingnya, maka rata-rata petani dapat menghemat biaya sebesar 21,21, begitu pula dengan petani dengan efisiensi
terendah, jika petani dapat mencapai efisiensi tertinggi maka dapat menghemat biaya sebesar 43,43.
9
Bedasarkan hasil penelitian Suprapti et al., 2014, tingkat efisiensi ekonomi dari komoditi jagung lokal di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep
belum efisien karena secara teknis belum efisien sedangkan secara ekonomi sudah efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9.99 dari error yang ada dalam
fungsi produksi disebabkan oleh adanya variabel inefisiensi teknis sedangkan sisanya 0.01 disebabkan oleh variabel random atau acak. Nilai dari masing-
masing efisiensi tersebut adalah Efisiensi Ekonomi EE nilai rata -rata petani sebesar 0,676 atau 67,6, nilai Efisiensi teknis ET rata-rata petani sebesar 0,299
atau 29,9, dan nilai Efisiensi Alokatif atau harga EA rata-rata petani sebesar 3,108 atau 310,8.
Beradasarkan hasil penelitian Kaban 2012, nilai efisiensi harga faktor produksi luas lahan pada usahatani padi sawah digolongkan belum efisien karena
memiliki nilai lebih besar dari 1 yaitu 1,002. Nilai efisiensi faktor produksi bibit digolongkan tidak efisien karena memiliki nilai lebih kecil dari 1 yaitu
sebesar -2,86 akibat penggunaan bibit yang berlebihan. Nilai efisiensi faktor produksi pupuk digolongkan tidak efisien karena memiliki nilai lebih kecil dari
1 yaitu sebesar 0,030 karena penggunaan pupuk yang berlebihan. Nilai efisiensi faktor produksi pestisida digolongkan tidak efisiensi karena memiliki nilai lebih
kecil dari 1 yaitu sebesar -7,94. Nilai efisiensi faktor produksi tenaga kerja digolongkan belum efisien karena memiliki nilai lebih besar dari 1 yaitu
56,06 karena kurangnya tenaga kerja pelaksana produksi padi sawah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Andri 2012, pengembangan agribisnis
tembakau Selopuro-Blitar harus terkendali dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi pedesaan, sosial, memberikan lapangan kerja dengan memperhatikan
lingkungan hidup yang sehat dan memenuhi kebutuhan industri rokok dan konsumen tembakau. Pengusaha budidaya tembakau ini tetap perlu dipertahankan
selama belum ditemukan komoditi pengganti yang memiliki nilai seimbang sebagai pengganti tembakau. Salah satu kebijakan terkait hal tersebut menjaga
kelangsungan perusahaan tembakau di Kabupaten Blitar dan Provinsi Jawa Timur secara luas dalam menghadapi dampak perubahan iklim global dan perkembangan
teknologi perlu kerjasama baik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Kajian Penelitian Terdahulu
Permasalahan Peneliti
Tahun Judul
Hasil Persamaan
Perbedaan
1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi
A Putri Novaleta 2011
Perkembangan dan Kontribusi Tembakau
Besuki Na-Oogst terhadap Produksi
Tembakau di Kabupaten Jember
Menggunakan penekatan regresi linear berganda
dengan mentranformasi
pada nilai Log atau Ln Variabel
yang mempengaruhi
produksi tembakau Besuki Na- Oogst di Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember adalah luas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan
dan tenaga kerja. Variabel luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja
berpengaruh
nyata terhadap
produksi Tembakau Besuki Na- Oogst sedangkan variabel bibit
dan obat-obatan
tidak berpengaruh
nyata terhadap
produksi Tembakau Besuki Na- Oogst di Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember.
Alys Fauziyah 2010
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani
Tembakau Suatu Kajian dengan
Menggunakan Fungsi Produksi Frontier
Stochastic Empat input yang berpengaruh
terhadap usahatani tembakau yaitu bibit, pupuk urea, pupuk TSP, dan
pupuk kandang.
10
2. Elastisitas Produksi
Ahmad Heriyanto 2000 Analisis Pendapatan
Usahatani dan Efisiensi Produksi Tembakau
Madura Program Intensifikasi Tembakau
Rakyat Metode yang digunakan
adalah dengan melakukan penjumlahan
koefisien hasil estimasi regresi OLS
Usahatani Tembakau
Madura berada berada pada daerah
rasional. Hal tersebut ditunjukkan nilai elastisitas input usahatani
bernilai antara nol dan satu
Alys Fauziyah 2010
Analisis Efisiensi Teknis Usahatani
Tembakau Suatu Kajian dengan
Menggunakan Fungsi Produksi Frontier
Stochastic Hasil perhitungan nilai RTS
usahatani tembakau
adalah sebesar
0,785965. Ini
menunjukkan berada pada stage II yaitu kondisi decreasing return to
scale artinya jika semua input ditambahkan
secara bersama-
sama sebesar 1 maka produksi tembakau
meningkat sebesar
0,785965. 3. Efisiensi Teknis Alys Fauziyah
2010 Analisis Efisiensi
Teknis Usahatani Tembakau Suatu
Kajian dengan Menggunakan Fungsi
Produksi Frontier Stochastic
Menggunakan pendekatan regresi frontier dengan 2
kesalahan acak yaitu error term dari luar model dan
error
term berupa
inefisiensi teknis. Nilai gamma pada analisis ET
usahatani tembakau sebesar 0,99 artinya variasi produksi 99
disebabkan oleh ET dan 1 disebabkan oleh variabel diluar
kontrol. Pencapaian ET petani Tembakau di Madura berada pada
kisaran 0,55890565-0,99933681 dengan rata-rata 0,78240862 dan
sebagian besar petani berada pada kisaran teknis antara 0,70 sampai
0,89.
11
Suprapti, et al 2014
Efisiensi Produksi Petani Jagung Madura
dalam Mempertahankan Keberadaan Jagung
Lokal Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa 9.99 dari error yang ada dalam fungsi produksi disebabkan
oleh adanya variabel inefisiensi teknis sedangkan sisanya 0.01
disebabkan oleh variabel random atau acak. Efisiensi teknis ET
rata-rata petani sebesar 0,299 atau 29,9 atau secara teknis belum
efisien.
4. Efisiensi Ekonomis
Suprapti, et al 2014
Efisiensi Produksi Petani Jagung Madura
dalam Mempertahankan Keberadaan Jagung
Lokal Menggunakan pendekatan
allocative eficiency atau efisiensi harga
Tingkat EE dari komoditi jagung lokal di Kecamatan Guluk-Guluk
Kabupaten Sumenep
belum efisien karena secara teknis belum
efisien sedangkan secara ekonomi sudah efisien. Nilai dari masing-
masing efisiensi tersebut adalah Efisiensi Ekonomi EE nilai rata
-rata petani sebesar 0,676 atau 67,6, nilai Efisiensi teknis ET
rata-rata petani sebesar 0,299 atau 29,9,
dan nilai
Efisiensi Alokatif atau harga EA rata-rata
petani sebesar 3,108 atau 310,8.
12
Tuty F Kaban 2012
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor
Produksi pada Usahatani Padi Sawah
di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedaga
Nilai efisiensi harga faktor produksi
luas lahan
pada usahatani padi sawah digolongkan
belum efisien karena memiliki nilai lebih besar dari 1 yaitu
1,002. Faktor produksi bibit digolongkan tidak efisien karena
memiliki nilai lebih kecil dari 1 yaitu sebesar -2,86. Nilai
efisiensi faktor produksi pupuk digolongkan tidak efisien karena
memiliki nilai lebih kecil dari 1 yaitu sebesar 0,030. Nilai efisiensi
faktor
produksi pestisida
digolongkan tidak efisiensi karena memiliki nilai lebih kecil dari
1 yaitu sebesar -7,94. Faktor produksi TK digolongkan belum
efisien karena memiliki nilai lebih besar dari 1 yaitu 56,06.
Kuntoro Andri 2012
Analisa Manajemen Rantai Pasok Agribisnis
Tembakau Selopuro Blitar bagi
Kesejahteraan Petani Lokal
Pengusaha budidaya tembakau ini tetap perlu dipertahankan selama
belum ditemukan
komoditi pengganti yang memiliki nilai
seimbang sebagai
pengganti tembakau.
13
14
2.1 Dasar Teori 2.2.1 Komoditas Tembakau