18
pengeringan tembakau dilakukan dengan proses pengeringan di los pengering dan difermentasi secara alami dalam bentuk lembaran di pasaran internasional dan
dikenal dengan nama Shade Grown Tobacco. Djajadi 2008 mengatakan bahwa Jember merupakan salah satu wilayah yang dapat ditanami tembakau cerutu jenis
TBN Tembakau Bawah Naungan. Tembakau ini mampu menghasilkan mutu pembalut cerutu dengan karakteristik rasa netral. Daerah Jember Selatan
merupakan wilayah bagian yang berpotensi menghasilkan tembakau dengan mutu tinggi, yaitu mutu omblad pembalut cerutu dan dekblad pembungkus cerutu.
Mutu tinggi tembakau cerutu dari Indonesia tersebut sangat disukai di pasar Internasional, sehingga pangsa ekspornya masih terbuka PTPN X, 2007.
Sistem pemasaran tembakau bahan baku cerutu sebelum tahun 1990-an memiliki sistem marketing system yang berpusat di Bremen dengan struktur pasar
monopoli, karena keberadaan pasar lelang kerjasama antara Indonesia dengan Jerman Barat. Pada tahun 2005 pemasaran jenis tembakau Besuki Na-Oogst baik
perusahaan negara PTPN X maupun swasta nasional lainnya melakukan sistem pembelian langsung atau melakukan kemitraan dengan importir yang terdiri dari
pengusaha cerutu dan pedagang tembakau bahan baku cerutu. Pada pasar dengan cara kemitraan hampir 70 produk tembakau PTPN X dibeli oleh Burger Sohne
Ag Burg BSB pengusaha cerutu Swiss-Jerman atas dasar kerjasama yang menguntungkan dimana buyer maupun seller sama-sama mendapatkan barang
ataupun uang yang diterima atas dasar kemitraan yang saling menguntungkan Santoso, 2013c.
2.2.2 Teori dan Fungsi Produksi
Menurut Depken 2006a, produksi mendefinisikan konversi dari fakor- faktor produksi menjadi barang atau jasa. Terdapat tiga faktor produksi utama,
yaitu : 1 lahan berupa sumberdaya alam seperti kayu, atau minyak, 2 tenaga kerja berupa pemikiran atau tenaga manusia, 3 modal berupa barang atau jasa
yang digunakan untuk memproduksi sejumlah barang adan jasa lain. Sayag sekali, total banyaknya barang-barang dan jasa yang dapat diproduksi pada suatu
waktu tertentu dibatasi oleh pengetahuan dan ketersediaan input.
19
Menurut Sukirno 2013, fungsi produksi menggambarkan hubungan antara faktor-faktor dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi
dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawanan. Faktor tanah, modal dan keahlian dalam analisis secara
ekonomi merupakan faktor produksi yang tetap sedangkan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian,
dalam menggambarkan hubungan antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai digambarkan dengan hubungan antara jumlah
tenaga kerja yang digunakan dengan jumlah produksi yang dicapai. Faktor produksi dikenal dengan input sedangkan produksi yang dihasilkan lebih dikenal
dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut : Q = f K, L, R, T
dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keusahawanan, R adalah kekayaan alam,
dan T adalah teknologi yang digunakan, dan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor produksi yang digunakan secara bersama-
sama untuk memproduksi suatu barang. Menurut Soekartawi 2013a, faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi biasanya sering juga disebut input,
production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi yang digunakan akan menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting diantara faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi input dan produksi output biasanya disebut fungsi produksi atau factor
relationship. Berikut adalah kurva hubungan antara faktor produksi dengan produksi yang dihasilkan Semaoen dan Kiptiyah, 2011a :
20
Sumber : Semaoen dan Kiptiyah, 2011.
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Produksi dengan Tiga Tahapan Produksi, Kaitan antara MP dan AP
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat fungsi produksi dengan tiga tahapan produksi. Pada tahap level input sedikit produksi bertambah dengan kenaikan
yang semakin besar, konstan, dan kemudian bertambah dengan kenaikan semakin menurun. Ketiga tahapan tersebut dapat dikenali dengan menggunakan produksi
rataan AP, dan produksi marginal MP. Pada tahap satu dan dua nilai MP positif, dan pada tahap tiga MP negatif. Batas tahap satu dan dua terletak pada
titik dimana MP = AP, dimana AP mencapai maksimum pada titik ini. Batas antara tahap dua dan tiga adalah MP = 0.
Menurut Semaoen dan Kiptiyah 2011b, pembahasan mengenai produksi akan digolongkan menjadi tiga bagian : Pertama, dibahas produksi dari sudut
pandang teknologi, dibahas khusus return to scale dan abstraksi teknologi. Kedua, diasumsikan perusahaan menghasilkan satu output dengan menggunakan banyak
input, serta alokasi input untuk memperoleh laba maksimum dan minimisasi biaya dengan fungsi produksi. Asumsi dasar yang melandasi teori ekonomi produksi
adalah produsen dianggap rasional, artinya produsen selalu mengalokasikan input secara efisien, atau berproduksi pada tahapan produk yang memiliki nilai produk
21
marginal positif. Bagi produsen yang rasional, maka tidak akan menggunakan input yang melebihi produk maksimum, karena penambahan input pada titik ini
akan menyebabkan produk berkurang. Menurut Nicholson 2002a, produktivitas fisik marginal Marginal
Physical Productivity suatu input didefinisikan sebagai tambahan kuantitas output yang dihasilkan dengan menambah satu input tertentu, dengan asumsi
seluruh input lainnya konstan. Pada input modal dan tenaga kerja, produktivitas fisik marginal tenaga kerja MP
L
adalah tambahan output yang diperoleh dengan menambahkan satu lagi unit tenaga kerja dengan menganggap konstan tingkat
peralatan modal. Sama halnya, produktivitas fisik marginal modal MP
K
adalah tambahan output yang diperoleh dari penambahan satu lagi unit mesin dengan
jumlah tenaga kerja konstan. Produktivitas fisik marginal sebuah input tergantung pada seberapa banyak input tersebut digunakan. Hubungan antara produk total
dan produktivitas marginal dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber : Nicholson, 2002
Gambar 2.2 Hubungan antara Produk Total dan Produktivitas Marginal Input per
minggu L
Output Total
PM
L
L Input per
minggu a. Output Total
b. Produktivitas Fisik Marginal Output per
minggu
22
Berdasarkan gambar 2.2 dapat dilihat bahwa pertama, penambahan input akan meningkatkan output secara signifikan. Tetapi perolehan manfaat ini akan
semakin menurun ketika semakin banyak input yang digunakan dan jumlah modal yang tetap akan menjadi lebih banyak digunakan overutilized. Bentuk cekung
kurva total pada panel a mencerminkan prinsip ekonomi mengenai produktivitas marginal yang semakin menurun diminishing marginal productivity. Slope
menurun pada kurva menunjukkan produktivitas fisik marginal yang semakin menurun. Pada penggunaan input yang semakin tinggi, kurva total hampir
mendatar dan ini menunjukkan lebih banya input akan meningkatkan output dalam jumlah rendah dan pada titik
L penambahan input tenaga kerja tidak lagi menaikkan output total secara keseluruhan.
2.2.3 Teori Cobb-Douglas